Penggunaan Media Plastisin dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Proses
Pembelajaran dan Penguasaan Konsep Pewarisan Sifat
pada Kelas IX/A
SMP Negeri 3 Buko Selatan
Masrun
SMP Negeri 3 Buko Selatan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penggunaan media plastisin dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran dan penguasaan konsep pewarisan sifat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IX A SMP Negeri 3 Buko Selatan sebanyak 38 peserta didik. Hasil penelitian memperoleh rata-rata aktivitas peserta didik pada awal siklus I baru mencapai 39,54% dengan kategori sangat kurang, 61,59% di akhir siklus I dengan kategori sedang, dan menjadi 86,36% di akhir siklus II dengan kategori sangat baik. Begitu pun dengan penampilan guru yang mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata peningkatan penampilan guru yang baru mencapai 55% di awal siklus I dengan kategori kurang, 88,88% di akhir siklus I, dan menjadi 100% di akhir siklus II dengan kategori sangat baik. Dari hasil analisis diperoleh rata-rata nilai penguasaan konsep sebesar 67,22 di siklus I menjadi 73,89 di siklus II. Ketuntasan klasikal 80,55% dengan kategori baik di siklus I menjadi 86,11% dengan kategori sangat baik di siklus II. Respon peserta didik terhadap media plastisin dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat baik. Dari 38 peserta didik 91,40% menyatakan senang dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan 87% menyatakan media plastisin dapat membantu memahami konsep pewarisan sifat.
Kata kunci: media plastisin, STAD, penguasaan konsep, pewarisan sifat I. PENDAHULUAN
Salah satu konsep IPA yang dibelajarkan di SMP adalah konsep
Pewarisan Sifat di kelas IX. Konsep Pewarisan Sifat ini merupakan salah satu
konsep IPA dengan kompleksitas yang tinggi dimana di dalamnya terkandung
banyak simbol dan terminologi yang asing bagi peserta didik. Selain itu dalam
mempelajari konsep ini diperlukan tingkat berpikir yang lebih tinggi
dibandingkan dengan beberapa konsep yang lainnya, karena di dalamnya bukan
hanya menuntut kemampuan operasional mengetahui, tetapi memahami,
mengaplikasi serta menganalisis. Sementara itu konsep pewarisan ini mengandung
peserta didik SMP masih berada pada tingkat berpikir kongkrit, sehingga tidaklah
mengherankan bila di lapangan ditemukan hambatan dan tantangan untuk
membelajarkan konsep abstrak bagi peserta didik SMP.
Sebenarnya konsep pewarisan sifat merupakan konsep yang sangat
menarik untuk dipelajari sehingga idealnya konsep ini dapat dikuasai dengan baik
oleh peserta didik. Namun kenyataan yang ditemui di lapangan dari tahun ke
tahun penguasaan konsep pewarisan sifat oleh peserta didik masih sangat rendah.
Sekitar 50% peserta didik harus mengikuti remedial. Salah satu penyebabnya
adalah kurangnya media pembelajaran, selama ini guru hanya menggunakan LKS
dan charta sebagai media pembelajaran sehingga penyampaian materi terlalu
abstrak. Selain itu proses pembelajaran yang belum optimal juga menjadi salah
satu pemicunya. Selama ini guru masih menggunakan metode tradisional dalam
membelajarkan peserta didik yaitu ceramah dan diskusi kelompok konvensional,
sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru (Ompusunggu, 2013).
Hal ini menjadi suatu tantangan bagi guru untuk mencari, menemukan,
membuat, atau mengembangkan media pembelajaran yang dapat menjembatani
konsep abstrak tersebut, khususnya konsep pewarisan sifat. Kedudukan media
dalam pembelajaran sangat penting yaitu sebagai salah satu upaya untuk
mempertinggi proses interaksi guru dengan peserta didik dan interaksi peserta
didik dengan lingkungannya, meletakkan dasar-dasar yang kongkrit untuk berfikir
sehingga mengurangi verbalisme, memperbesar perhatian peserta didik,
meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, membuat
pelajaran lebih mantap, memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan belajar di kalangan peserta didik, menumbuhkan berfikir sistematis dan
kontinyu, membantu perkembangan kemampuan berbahasa, memberikan
pengalaman-pengalaman yang tidak bisa diperoleh dengan cara lain misalnya
ceramah, membantu meningkatkan efisiensi dan keanekaragaman yang lebih
banyak dalam belajar (Sudjana dan Rivai, 1990; Hamalik, 2002 ).
Salah satu media inovatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran
Pewarisan Sifat adalah bahan plastisin yang dimodifikasi. Dari analisis bahan
yang telah dilakukan peneliti, plastisin memiliki beberapa keunggulan
dalam perolehan bahan, mudah dalam pembuatannya, mudah dalam
pemakaiannya, keterbacaan jelas untuk pemakaian dalam kelas, serta melibatkan
keterlibatan fisik dan pikiran penggunanya. Dengan menggunakan media plastisin
ini diharapkan dapat membantu peserta didik untuk lebih memahami serta
memperoleh gambaran yang lebih kongkrit tentang konsep pewarisan sifat yang
akhirnya dapat meningkatkan penguasaan konsep pewarisan sifat.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan proses
pembelajaran sehingga menjadi berpusat pada peserta didik (student centered)
adalah pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
Keunggulan dari STAD dikemukakan oleh Karuru (2004), yaitu peserta didik
dapat bekerja sama dalam situasi semangat yang kooperatif, dapat membantu
peserta didik memahami konsep-konsep IPA yang sulit serta menumbuhkan
kemampuan berfikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial peserta didik.
Menurut Johnson dan Johnson (1994) komponen-komponen dasar yang ada dalam
penerapan pembelajaran kooperatif termasuk STAD terdiri dari: Ketergantungan
positif, peningkatan interaksi langsung, keterampilan interpersonal, dan proses
kelompok.
Merujuk pada semua masalah yang dihadapi peneliti, maka peneliti
mencoba untuk menerapkan media plastisin dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan proses pembelajaran dan penguasaan
konsep pewarisan sifat.
Media yang akan dikembangkan adalah plastisin berbahan dasar utama
yang dimodifikasi. Selain itu digunakan juga triplek dan kertas asturo sebagai
tempat meletakan hasil persilangan, sebagai pelengkap peserta didik menentukan
warna sesuai dengan LKS, serta carta bagan persilangan yang dimodifikasi
dengan papan genetika / catur.
Plastisin ini dapat digunakan pada pembelajaran konsep pewarisan sifat
khususnya pada saat membelajarkan konsep gamet, penerjemahan genotif ke
fenotif atau sebaliknya, serta simulasi persilangan monohibrid dan dihibrid.
Penelitian ini mencoba untuk menjawab salah satu masalah utama yaitu
apakah penggunaan media plastisin dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Pewarisan Sifat kelas IX A SMP Negeri 3 Buko Selatan? Berdasarkan rumusan
masalah yang dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah unntuk mengetahui
peningkatan proses pembelajaran dan penguasaan konsep peserta didik setelah
pengunaan media plastisin dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada konsep Pewarisan Sifat.
II. METODOLOGIPENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode ini dipilih karena dianggap tepat untuk
memecahkan masalah pembelajaran di kelas melalui aplikasi metode ilmiah.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak dua siklus dengan
menggunakan desain PTK model spiral Kemmis & Mc Taggart ( Sukidin,dkk,
2002). Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IX A SMP
Negeri 3 Buko Selatan Jln. Lumbi-lumbia. Jumlah peserta didik yang menjadi
subjek penelitian sebanyak 38 peserta didik, 23 peserta didik perempuan dan 15
peserta didik laki laki. Berdasarkan pengamatan awal bahwa penguasaan
konsep-konsep IPA peserta didik kelas IX A SMP Negeri 3 Buko Selatan masih rendah,
hal ini terlihat dari sejumlah tagihan yang diberikan masih banyak peserta didik
yang memiliki nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga
ketuntasan klasikal di kelas IX A ini masih rendah. Selain itu dibandingkan
dengan kelas yang lainnya, kelas IX A adalah kelas yang paling pasif ketika
mengikuti pembelajaran. Melalui penerapan media plastisin sebagai bentuk
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, diharapkan mereka dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga penguasaan konsep-konsep
pewarisan sifat dapat ditingkatkan. Maka penulis mencoba untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas pada peserta didik kelas IX A SMP Negeri 3 Buko
Selatan.
Data yang diperoleh berupa data kualitatif yang diperoleh melalui lembar
observasi oleh kolaborator, kemudian dianalisis bersama untuk mendapatkan
persentase (%) yang menggambarkan perkembangan aktivitas peserta didik dalam
belajar setelah diberi tindakan dan perkembangan penampilan guru, dan data
ulangan setiap akhir siklus dianalisis untuk mendapatkan persentase (%) yang
menggambarkan perkembangan penguasaan konsep peserta didik dalam
kelompok maupun individu setelah dilakukan tindakan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Hasil belajar peserta didik berupa penguasaan konsep dikelompokkan ke
dalam dua bagian utama yaitu hasil individu berupa postest penguasaan konsep
pada tiap tatap muka selama pembelajaran sebanyak dua siklus dan test
penguasaan konsep pada setiap akhir siklus, serta penghargaan kelompok yang
diperoleh setiap akhir tatap muka.
Penguasaan konsep peserta didik yang diperoleh dari hasil postest selama
penelitian menunjukkan perkembangan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat
terlihat dalam grafik berikut ini:
Tata Muka Selama Pembelajaran Dua Siklus SIKLUSSSSiklus
Grafik 2. Perkembangan Nilai Rata-Rata
Grafik 1 di atas menunjukkan kenaikan nilai rata-rata hasil postest setiap
akhir tatap muka, yaitu 3.47 untuk postest kesatu; 9,59 untuk postest kedua; 9,87
untuk postest ketiga; 8,80 untuk postest keempat; 9,46 untuk postest kelima; dan
9,78 untuk postest keenam (Rentang nilai 0-10). Grafik 2 menunjukkan kenaikan
nilai rata-rata penguasaan konsep peserta didik setiap akhir siklus, yaitu 67,23
untuk siklus I dan 78,94 untuk siklus II. Grafik tersebut juga menunjukkan
kenaikan ketuntasan klasikal selama dua siklus, yaitu 74,47% dengan kategori
baik pada siklus I, dan 86,84% dengan kategori sangat baik pada siklus II.
Hasil ini memberikan gambaran bahwa peserta didik mengalami dinamika
dan peningkatan proses pembelajaran yang mampu memberdayakan kemampuan
penguasaan konsep pewarisan sifat. Ini dikarenakan adanya perpaduan dua unsur
yaitu penggunaan media pembelajaran yang mampu membantu peserta didik lebih
aktif dalam proses pembelajaran dan membantu memahami konsep pewarisan
sifat serta penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD baik oleh guru
maupun oleh peserta didik.
Hal di atas membuktikan bahwa melalui penggunaan media pembelajaran
yang sesuai dan penerapan model pembelajaran kooperatif akan meningkatkan
kualitas proses pembelajaran dan akan membuahkan hasil yang optimal melalui
upaya yang maksimal.
Hasil kerja kelompok lebih difokuskan kepada penghargaan kelompok
yang merupakan hasil proses kooperatif setiap individu. Setiap individu
mempunyai kesempatan yang sama dalam memberikan sumbangan nilai pada
kelompoknya dengan menerapkan prinsip “ringan sama dijinjing berat sama
dipikul ”.
Perkembangan perolehan penghargaan kelompok selama pembelajaran
Hasil analisis setiap siklus menunjukkan peningkatan perolehan
penghargaan kelompok. Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa penghargaan
super team sebagai penghargaan tertinggi kelompok mengalami peningkatan yang
signifikan mulai pada tatap muka keempat sampai keenam.
Hasil observasi kegiaatan guru disajikan dalam grafik di bawah.
Garfik 4 menunjukkan tingkat kemajuan guru pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun pada pengelolaan kelas. Pada awal 3
Grafik 3. Perkembangan Perolehan PenghargaanKelompok Selama Proses Pembelajaran Dua Siklus
Grafik 4. Peningkatan Penampilan Guru Selama Pembelajaran Dua Siklus
siklus penampilan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD maupun pengelolaan kelas baru mencapai 55% dengan kategori kurang.
Namun pertemuan berikutnya hingga akhir siklus II penampilan guru mengalami
peningkatan secara signifikan hingga mencapai kategori sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan semakin sesuainya proses pembelajaran model STAD dan
semakin meratanya guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
aktif bertanya, menjawab, dan mengeluarkan pendapat. Guru pun senantiasa
memotivasi peserta didik dengan salah satu caranya yaitu dengan pemberian
reward.
Pembahasan
Garifk-grafik di atas menunjukkan bahwa peserta didik mengalami proses
pembelajaran kooperatif yang semakin meningkat. Salah satu penyebabnya adalah
peserta didik semakin merasakan manfaat dari pembelajaran secara kooperatif.
Hal ini dapat dibuktikan dari respons peserta didik terhadap media plastisin dan
pembelajaran kooperatif STAD. Sekitar 87% peserta didik menyatakan bahwa
media plastisin dapat membantu mereka mempelajari konsep pewarisan sifat, dan
sekitar 91,40% peserta didik menyatakan senang dengan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan berbagai alasan. Peningkatan hasil belajar yang signifikan ini
tidak terlepas dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang juga
meningkat secara signifikan (Grafik 5). Keaktifan peserta didik baik secara
individu maupun saat bekerja kelompok senantiasa mendapatkan pengamatan dan
penilaian dari para observer. Keaktifan peserta didik ini meliputi: menunjukkan
keterlibatan dalam kelompok, melakukan kerjasama dalam memecahkan masalah,
mengemukakan dan menanggapi pendapat, menjawab pertanyaan dengan berani,
memperbaiki jawaban yang salah, mengajukan pertanyaan, membuat kesimpulan
dengan kalimat sendiri, mengerjakan tugas dengan percaya diri, pembagian tugas
Hal ini dikarenakan pengelompokan yang berdasarkan prinsip
pembelajaran kooperatif termasuk STAD memiliki banyak dampak positif seperti
yang diungkapkan oleh Johnson dan Johnson (1994) sebagai berikut: ”Dengan
belajar secara kooperatif peserta didik akan cenderung lebih termotivasi
dikarenakan rasa percaya dirinya yang meningkat, sikap teman kelompoknya yang
saling mendukung dan akhirnya menunjang proses pencapaian prestasi dan
kemampuan untuk memecahkan masalah yang lebih tinggi”.
Sejalan dengan hal diatas, Johnson adan Johnson (1994) juga menjelaskan
dinamika yang terjadi pada saat peserta didik dikelompokkan dengan mengatakan
bahwa dalam situasi belajar yang dilandasi oleh jiwa kooperatif, interaksi antar
peserta didik didalam kelompoknya ditandai dengan saling ketergantungan yang
positif dimana mereka akan sama-sama menerima saat mereka mencapai
kesuksesan ataupun mengalami kekalahan.
Penampilan guru dalam mengelola kelas, melaksanakan kegiatan belajar
mengajar seperti yang telah ditulis dalam silabus atau rencana pelaksanaan
pembelajaran menjadi salah satu butir yang menunjang keberhasilan penelitian
ini. Dengan kata lain, kesesuaian antara apa yang telah direncanakan dengan apa
yang dilaksanakan sangat berpengaruh pada sukses tidaknya tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
39,90 42,5
61,59
68,64 74,32
86,36
0 10 20 30 40 50 6 0 70 80 90 o 100
1 2 3 4 5 6
TATAP MUKA
NILAI
(%)
Grafik 5. Peningkatan Rata-Rata Keaktifan Peserta didik Proses
IV. PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan
bahwa melalui penggunaan media plastisin dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pembelajaran konsep pewarisan sifat di kelas IX A
SMP Negeri 3 Buko Selatan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan proses pembelajaran pada peserta didik dengan
meningkatnya keaktifan, kegembiraan dan motivasi peserta didik untuk
berpartisipasi selama proses pembelajaran. Meningkatnya keaktifan peserta
didik ditandai dengan meningkatnya jumlah peserta didik yang terlibat dalam
kegiatan kelompok, bekerjasama, berbagi tugas, mengemukakan dan
menanggapi pendapat, berani bertanya, menjawab pertanyaan guru,
mengoreksi jawaban teman yang salah dan merumuskan kesimpulan.
2. Dapat meningkatkan proses pembelajaran oleh guru, yang ditandai dengan
peningkatan kemampuan guru pada penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD maupun pada pengelolaan kelas. Hal ini dibuktikan
dengan semakin meratanya guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk aktif bertanya, menjawab, dan mengeluarkan pendapat. Guru pun
senantiasa memotivasi peserta didik dengan salah satu caranya yaitu dengan
pemberian reward.
3. Dapat meningkatkan penguasaan konsep . Hal ini dibuktikan dari perolehan
nilai postest tiap tatap muka dan test penguasaan konsep tiap akhir siklus yang
meningkat dan perolehan penghargaan kelompok yang semakin baik.
3. Dapat meningkatkan kreativitas guru dalam menggunakan berbagai teknik
dan media yang dapat membantu dan mendorong terciptanya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
4. Menumbuhkan semangat di kalangan guru untuk melakukan penelitian lain.
Hal ini dikarenakan adanya temuan masalah baru yang harus ditindaklanjuti
lebih khusus dengan model pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif.
Saran
1. Pelaksanaan teknik- teknik pembelajaran kooperatif tipe STAD memerlukan
teknik-teknik sejenis sehingga pelatihan tersebut dapat memberikan bekal bagi guru
untuk dapat mengimplementasikannya di dalam proses belajar mengajar.
2. Diharapkan adanya pembiasaan dan penerapan pembelajaran kooperatif pada
setiap mata pelajaran mengingat dampak positif yang diperoleh dari model
pembelajaran tersebut baik bagi peserta didik maupun bagi guru.
3. Diharapkan ada penelitian lain yang membahas khusus kesulitan peserta didik
dalam mengajukan pertanyaan sebagai salah satu temuan dalam penelitian ini
dengan menerapkan teknik yang lebih memberdayakan peserta didik.
Mengingat bertanya adalah sebuah proses yang penting dalam pengkontruksian
pengetahuan yang senantiasa membutuhkan bimbingan yang intensif dan
terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, O. (2002). Media Pendidikan. (cetakan ke-7). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Johnson dan Johhnson, R.T. (1994). Learning Together and Alone. Fourth Edition. Massasuchetts: Allyn and Bacon Publisher.
Karuru, Perdy (2004). Penerapan Pendekan Keterampilan Proses dalam Seting Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas
Belajar IPA Siswa SLTP (online) tersedia:
http://www.depdiknas.go.id/jurnal/45/perdy karuru.htm. (22 September 2004)
Ompusunggu, V, D, K. (2013). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematik Dan Sikap Positif Terhadap Matematika Siswa Smp Nasrani 2 Medan Melalui Pendekatan Problem Posing. Masters thesis, UNIMED. (Online), (http://digilib.unimed.ac.id).
Sudjana, N. dan Rivai, A. (1990). Teknologi Pengajaran. Bandung : CV Sinar Baru.