• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu d"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat, karunia, dan hidayah-Nya makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul “Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti”.

Dalam penyusunan makalah ini, terdapat kesulitan dan hambatan, akan tetapi karena mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga hal-hal tersebut bisa teratasi. Oleh karena itu, terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Namun, semoga penyusunan makalah ini tidak sia-sia dan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, oleh karena itu, diharapkan dapat menerima kritik dan saran yang membangun.

Bandung, 3 Juni 2016

(3)

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Banyak sekali folklor lisan yang tersebar di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, banyak terdapat folklor lisan yang memiliki keunikan dan ciri khas dari daerahnya masing-masing. Folklor lisan adalah sub materi dari Folklor. Kita tahu bahwa folklor adalah kebudayaan suatu kolektif atau kelompok yang diwariskan secara turun-temurun. Menurut Dananjaja (1984: 21) Folklor dibagi menjadi tiga, yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan folklor bukan lisan.

Dalam makalah ini, peneliti akan merujuk pada materi folklor lisan. Menurut Danandjaja dalam buku Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain (1984, 21-22), Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklor yang termasuk ke dalam kelompok besar ini antara lain (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan; (b) ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah dan pemeo; (c) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki; (d) puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair; (e) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng; dan (f) nyanyian rakyat.

Dalam folklor lisan, tidak boleh ada seseorang yang menonjol atau milik perseorangan, karena folklor lisan bersifat komunal (milik bersama), dan anonim. Sebagaimana pengertian folklor yang menyatakan bahwa folklor diwarisakan secara turun temurun, folklor lisan pun sudah pasti diwariskan secara turun-temurun. Namun, dari pewarisan itu, biasanya folklor lisan memiliki variasi, karena folklor lisan diwariskan secara lisan, dan tidak ada residu. Bukan hanya itu, alasan mengapa folklor lisan memiliki variasi, karena masyarakat biasanya mengikuti perkembangan zaman.

(4)

yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci.” Banyak orang sulit membedakan legenda dengan mite, karena keduanya dianggap suci oleh yang empunya cerita. Namun, legenda pada umumnyaberupa sejarah atau cerita asal muasal terbentuknya suatu tempat atau nama tempat. Berbeda dengan mite menurut Danandjaja, (1984:51), “Mite pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam, dan sebagainya”.

Di kota Banjar, Jawa Barat, terdapat desa yang konon di dalamnya dihuni kerajaan bangsa onom (siluman). Tempatnya bernama Pulo Majeti atau sering disebut rawa onom (siluman), berada di desa Siluman Baru, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar. Tempat ini kerap dihuni oleh bangsa siluman dari kerajaan Pulomajeti. Walaupun tak terlihat dengan kasat mata, masyarakat meyakini adanya bangsa siluman tersebut dengan adanya barang peninggalan tempat Ratu bersemedi, banyak orang lokal maupun luar datang ke Rawa Onom untuk meminta bantuan kepada bangsa siluman, dan banyaknya pernyataan yang konon pernah melihat bangsa siluman dan megahnya kerajaan Pulomajeti.

Terdapat cerita yang belum orang lain tahu berasal dari kerajaan ini, yaitu kisah perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Putri Gandawati dalam legenda Pulomajeti. Tidak banyak yang tahu bahwa pada zaman dahulu, kerajaan Pulomajeti dipimpin oleh Raja, yaitu Nabi Sulaiman atau sering dipanggil Prabu Selang Kuning Sulaeman Anom. Masyarakat hanya tahu bahwa pemimpin kerajaan hanyalah seorang Ratu, yaitu Putri Gandawati.

(5)

mengkaji cerita tersebut dengan mengaitkan terhadap keyakinan, konteks budaya, latar sosial budaya masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur yang terbentuk dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa Siluman?

2. Bagaimana proses penciptaan Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa Siluman? 3. Bagaimana konteks penuturan Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu

dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa Siluman? 4. Apa fungsi yang terbentuk dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman

1. Mengenai struktur yang terbentuk dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa Siluman

2. Mengetahui proses penciptaan yang terbentuk dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa Siluman

3. Mengetahui konteks penuturan yang terbentuk dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa Siluman

4. Mengetahui fungsi dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa Siluman

5. Mengetahui makna dalam Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti di desa Siluman

BAB II PEMBAHASAN

(6)

a. Analisis Alur

Fungsi utama Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Kepergian Nabi Sulaiman untuk berkelana mencari tahu keadaan rakyat di

seluruh dunia

2. Terangnya cahaya di suatu tempat membuat Nabi Sulaiman penasaran 3. Didekatinya cahaya oleh Nabi Sulaiman

4. Terangnya cahaya berasal dari Putri Gandawati di tengah negara yang dikelilingi rawa

5. Kecantikan sang Putri Gandawati membuat Nabi Sulaiman jatuh hati 6. Titahnya Nabi Sulaiman kepada Burung Caladi Bawang untuk

mengirimkan pesan kepada Putri Gandawati

7. Penolakan Burung Caladi Bawang untuk mengirimkan pesan kepada Putri Gandawati karena tidak sanggup

8. Dipakaikan mahkota dan barang-barang sakti milik Nabi Sulaiman kepada Burung Caladi Bawang agar menuruti keinginan Nabi Sulaiman

9. Dikirimkannya pesan kepada Putri di keraton saat Putri tengah tertidur 10. Kagetnya sang Putri Gandawati saat terbangun oleh adanya Burung Caladi

Bawang membawa pesan

11. Dibacanya pesan dari Nabi Sulaiman oleh Putri Gandawati 12. Keinginan Putri Gandawati untuk bertemu Nabi Sulaiman

13. Dikirimkannya surat oleh Putri kepada Nabi Sulaiman melalui 2 pengawal 14. Kedatangan Nabi Sulaiman ke kerajaan Onom

15. Kesepakatan Putri Gandawati dan Nabi Sulaiman untuk menikah

16. Berlangsungnya pernikahan Putri Gandawati dengan Nabi Sulaiman di kerajaan Onom

17. Diangkatnya Nabi Sulaiman menjadi Raja di kerajaan Onom

18. Kelahiran anak perempuan dari Putri Gandawati dengan Nabi Sulaiman yang bernama Nyai Mae Mayang Maemunah

19. Pembersihan jimat milik Nabi Sulaiman di kamar mandi 20. Dikaitkannya jimat milik Nabi Sulaiman di bilik kamar mandi 21. Pencurian jimat milik Nabi Sulaiman oleh Jin

22. Dipakainya jimat itu oleh Jin

23. Berubahnya wujud Jin menyerupai Nabi Sulaiman 24. Penyamaran Jin menjadi Raja di kerajaan Onom

25. Kesaktian Nabi Sulaiman hilang karena jimatnya hilang 26. Kepergian Nabi Sulaiman keluar dari kerajaan

27. Kekacauan dan kesengsaraan dialami kerajaan Onom saat Jin menyamar menjadi Raja

(7)

29. Pemberitahuan kepada rakyat oleh pendeta untuk tidak tunduk kepada perintah Jin yang menyamar menjadi raja

30. Tindakan warga untuk tidak tunduk atas perintah Jin yang menyamar menjadi Raja

31. Kesadaran Jin bahwa jimat sudah tidak sakti lagi 32. Dibuangnya jimat ke laut selatan oleh Jin

33. Ditemukannya jimat oleh Nabi Sulaiman di laut selatan 34. Kesaktian Nabi Sulaiman kembali setelah memakai jimat

35. Ketentraman di kerajaan Onom kembali lagi setelah datang Raja yang sesungguhnya

36. Niat Nabi Sulaiman untuk pergi dari kerajaan Onom setelah kerajaan kembali tentram dan mewariskan jimat, mahkota, dan 1 pohon dengan 4 dahan ke anak cucunya

37. Kepergian Nabi Sulaiman ke negara asalnya

38. Perebutan jimat dan mahkota oleh anak cucunya dan dimenangkan oleh Syarif Hidayattullah

Legenda alam gaib yang dipercaya oleh masyarakat Banjar dipercaya bahwa adanya kerajaan siluman yang dipimpin oleh Putri Gandawati. Konon katanya, ada seorang Nabi yang berkelana untuk mencari tahu keadaan rakyatnya (f.1). Di suatu tempat, ia melihat cahaya terang dan ia penasaran (f.2), ia mendekati cahaya itu (f.3). Ternyata, cahaya itu berasal dari Putri Gandawati yang berada di negara yang dikelilingi rawa (f.4). Kecantikan Sang Putri membuat Nabi Sulaiman jatuh hati (f.5).

(8)

Putri Gandawati ingin bertemu dengan Nabi Sulaiman (f.12), ia mengirimkan surat kepada Nabi Sulaiman melalui 2 pengawal (f.13). Akhirnya, Nabi Sulaiman datang ke kerajaan Onom untuk menemui Putri Gandawati (f.14). Nabi Sulaiman dan Putri Gandawati sepakat untuk menikah (f.15). Mereka menikah (f.16), dan Nabi Sulaiman diangkat menjadi Raja di kerajaan Onom (f.17). Nabi Sulaiman dan Putri Gandawati dikaruniai anak yang bernama Nyai Mae Mayang Maemunah (f.18).

Nabi Sulaiman mencuci jimat di kamar mandi (f.19), setelah bersih, jimat itu dikaitkan di bilik kamar mandi (f.20). Jin melihat jimat itu, lalu ia mencurinya (f.21). Jimat itu dipakai oleh Jin (f.22), saat memakainya, Jin berubah menyerupai Nabi Sulaiman (f.23), dan Jin menyamar menjadi Raja di kerajaan Onom (f.24).

Saat membuka bilik kamar mandi, Nabi Sulaiman kaget karena melihat jimatnya hilang, otomatis kesaktiannya pun menghilang (f.25), ia memutuskan untuk pergi keluar dari kerajaan (f.26).

Di dalam kerajaan, keadaan pun menjadi kacau dan rakyat menjadi sengsara karena Jin menyamar menjadi Raja (f.27). Ada seorang pendeta menyadari bahwa Raja itu bukanlah Raja yang sesungguhnya (f.28), pendeta pun memberitahukan kepada rakyat untuk tidak tunduk kepada Raja itu, yang sesungguhnya adalah Jin yang menyamar menjadi Raja (f.29), rakyat pun tidak tunduk terhadap perintahnya (f.30).

Melihat rakyat tidak tunduk atas perintahnya, ia meyakini bahwa jimatnya tidak sakti lagi (f.31). Jimat itu dibuang oleh Jin ke laut selatan (f.32). Saat Nabi Sulaiman berkelana ke laut selatan, ia melihat orang-orang sedang mencari ikan, lalu ia pun membantu mencari ikan. Setalah membantu mencari ikan, ia diberi buah nangka. Saat membelahnya, ia menemukan jimatnya (f.33), jimat itu dipakainya (f.34), dan kesaktian Nabi Sulaiman kembali (f.34).

(9)
(10)

Bagan fungsi nomor 1 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 2. Bagan fungsi nomor 2 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 3. Bagan fungsi nomor 3 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 4 dan bagan fungsi nomor 5. Bagan fungsi nomor 5 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 6 dan memiliki hubungan kausalitas dengan bagan fungsi nomor 15. Bagan fungsi nomor 6 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 7. Bagan fungsi nomor 7 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 8. Bagan fungsi nomor 8 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 9. Bagan fungsi nomor 9 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 10.

Bagan fungsi nomor 10 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 11. Bagan fungsi nomor 11 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 12. Bagan fungsi nomor 12 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 13 dan memiliki hubungan kausalitas dengan bagan fungsi nomor 15. Bagan fungsi nomor 13 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 14. Bagan fungsi nomor 14 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 15. Bagan fungsi nomor 15 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 16. Bagan fungsi nomor 16 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 17 dan bagan fungsi nomor 18.

(11)

Bagan fungsi nomor 27 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 28. Bagan fungsi nomor 28 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 29. Bagan fungsi nomor 29 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 30. Bagan fungsi nomor 30 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 31. Bagan fungsi nomor 31 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 32. Bagan fungsi nomor 32 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 33. Bagan fungsi nomor 33 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 34. Bagan fungsi nomor 34 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 35. Bagan fungsi nomor 35 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 36. Bagan fungsi nomor 36 mengakibatkan terjadinya bagan fungsi nomor 37 dan bagan fungsi nomor 38. Bagan fungsi nomor 37 mengakibatkan bagan fungsi nomor 38.

B. Analisis Tokoh

Tokoh-tokoh yang tergambar dalam cerita ini ada 9 tokoh, yakni Nabi Sulaiman, Putri Gandawati, Burung Caladi Bawang, Pengawal, Jin, Pendeta, rakyat kerajaan Pulomajeti (bersifat kolektif), Nyai Mae Mayang Maemunah, dan Syarif Hidayattullah.

(12)

jimatnya dicuri oleh Jin, dan Jin dapat menyerupai Nabi Sulaiman sehingga Jin menyamar menjadi Nabi Sulaiman dan mengacaukan kerajaan.

Tokoh yang kedua yaitu, Putri Gandawati. Tokoh ini juga merupakan tokoh utama dan tokoh protagonis dalam cerita. Namun dalam cerita, tokoh ini tidak banyak digambarkan. Padahal menurut penutur, Putri Gandawati adalah seorang pemimpin kerajaan Pulomajeti dari zaman dahulu hingga sekarang. Putri Gandawati merupakan tokoh yang terkenal dan dikeramatkan di Pulomajeti oleh masyarakat. Dalam cerita, Putri Gandawati adalah seorang siluman, tokoh ini memiliki kesaktian, berjiwa kepemimpinan, dan tokoh ini digambarkan memiliki kecantikan yang luar biasa, nampak dari eloknya yang dapat memancarkan cahaya. Menurut masyarakat desa Siluman, Putri Gandawati dikenal sebagai Ratu yang berhati lembut, tegas, dan bijaksana. Sehingga, banyak masyarakat yang berbondong-bondong meminta pertolongan kepada Putri Gandawati. Dan terbukti bahwa, kejayaan kerajaan Pulomajeti dari dulu hingga sekarang adalah hasil dari kepemimpinan Putri Gandawati.

Tokoh yang ketiga yaitu, Burung Caladi Bawang. Tokoh ini merupakan tokoh bawahan. Walaupun tokoh ini merupakan hewan, namun tokoh ini dapat berinteraksi dengan Nabi Sulaiman dan merupakan pengirim pesan dari Nabi Sulaiman kepada Putri Gandawati. Tokoh ini digambarkan penakut, karena tidak berani mengirimkan pesan kepada Putri Gandawati, sehingga, Nabi Sulaiman harus memakaikan jimatnya dulu agar Burung Caladi Bawang menuruti perintahnya.

Tokoh keempat yaitu pengawal. Tokoh ini merupakan tokoh bawahan, sama seperti Burung Caladi Bawang. Tokoh ini digambarkan sebagai pengawal kerajaan Pulomajeti yang mendapatkan titah dari Putri Gandawati untuk mengirimkan pesan kepada Nabi Sulaiman.

(13)

berubah seperti Nabi Sulaiman, dan Jin menyamar menjadi Nabi Suleman dan akibatnya kerajaan menjadi kacau dan rakyat pun menderita.

Tokoh yang keenam yaitu Pendeta. Tokoh ini merupakan tokoh bawahan. Tokoh ini digambarkan sebagai tokoh yang jujur, karena setelah tahu bahwa raja membuat kekacauan adalah bukan raja yang sebenarnya, pendeta langsung memberitahu warga untuk tidak mematuhi perintah raja. Tokoh ini juga yang pertama kali sadar bahwa raja itu bukanlah raja yang sesungguhnya.

Tokoh yang ketujuh adalah rakyat. Tokoh ini merupakan tokoh kolektif. Tokoh ini tidak banyak diceritakan. Tokoh ini dapat membuat Jin pergi dari kerajaan dan tidak lagi menyamar menjadi Nabi Sulaiman karena tokoh ini tidak lagi mematuhi perintah Jin yang menyamar menjadi Raja.

Tokoh yang kedelapan adalah Nyai Mae Mayang Maemunah. Tokoh ini merupakan anak dari Nabi Sulaiman dan Putri Gandawati. Tokoh ini hanya diceritakan sekilas.

Sama seperti Nyai Mae Mayang Munah, tokoh yang kesembilan yaitu Syarif Hidayattullah hanya diceritakan sekilas. Tokoh ini merupakan penerus dari Nabi Sulaiman di kerajaan Pulomajeti.

C. Analisis Latar

a. Latar Tempat

Dalam cerita, terdapat 2 latar tempat yang diceritakan dengan jelas. Yaitu di kerajaan Pulomajeti dan Laut Selatan. Latar tempat yang pertama berada di kerajaan Pulomajeti atau sering disebut Rawa Onom. Di tempat tersebut merupakan tempat tinggalnya Putri Gandawati sebagai pemimpin kerajaan, dan tempat bertemunya Nabi Sulaiman dan Putri Gandawati. Saat ini, manusia awam tak tahu lokasi jelasnya kerajaan Pulomajeti terletak dimana. Hanya manusia yang memiliki indra keenam dan dibuka mata batin yang bisa melihat.

(14)

Menurut penutur, kerajaan Pulomajeti merupakan kerajaan yang tak terhingga megahnya. Dengan pernyataannya “Wah, boleh ke orang pinter buka mata batinnya, ingin ngeliat kerajaan kaya apa, gak ada di dunia ini. Istilahnya keagrengannya, keantikannya, jalan pun penuh dengan bendera merah putih biasa merah putih bendera-bendera. Boleh bawa orang pinter kesini buka mata batin, mau ngeliat bener?”. Latar tempat yang kedua adalah Laut Selatan. Laut selatan merupakan kawasan samudera hindia. Di dalam cerita, Nabi Sulaiman menemukan jimatnya di laut selatan ketika membantu orang mencari ikan saat kehilangan kesaktiannya.

b. Latar Waktu

Tidak dijelaskan dengan jelas mengenai latar waktu pada cerita ini. Namun, terdapatnya tokoh Nabi Sulaiman dalam cerita ini memberi jawaban bahwa cerita ini terjadi pada masa lampau saat sebelum masehi. Menurut penutur, kerajaan Pulomajeti tidak mengalami pergantian malam dan siang, dengan penuturannya “Nyata di alam kaya nyata begini. Cuma hanya gak ada panas gak ada malam, tetap kaya terang bulan. Cuaca kalau orang sana”.

D. Analisis Proses Penciptaan

a. Analisis Proses Pewarisan

(15)

penutur sebelumnya yang ia anggap sebagai guru. Alasan mengapa proses pewarisan sekarang berbeda dengan sebelumnya, karena menurut penutur, ada rasa kecemburuan dari keluarga penutur sebelumnya, sehingga ia mengundurkan diri sebagai juru kunci, dan mengamanahi kepada penutur sekarang. Penutur sebelumnya sangat percaya dan meyakini bahwa penutur yang sekarang menjabat siap untuk menjadi juru kunci di Rawa Onom.

b. Analisis Proses Penciptaan

Penutur melakukan proses penciptaan dengan cara yang spontan. Maksudnya adalah proses spontan dilakukan dengan cara mengingat-ingat informasi legenda tersebut. Penutur dapat menjelaskan cerita dengan jelas ketika peneliti memancing penutur dengan pertanyaan. Sebelumnya, penutur memberi saran untuk membaca teks berupa cerita legenda tersebut. Jika ada kalimat yang tidak dimengerti, penutur meminta peneliti untuk bertanya, barulah penutur menjelaskan dengan jelas mengenai legenda tersebut secara mendalam, beserta kaitannya dengan keyakinan masyarakat, dan mendapatkan waktu luang atau waktu yang tepat.

b) Tujuan

(16)

setelah diteliti, hasil dari penelitian itu diwariskan kepada masyarakat.

c) Peralatan atau Media

Tidak adanya peralatan dalam proses penuturan. Ketika menuturkan, penutur tidak membaca teks dan dilakukan dengan spontan. Namun, ketika diminta untuk menceritakan cerita dibalik kerajaan Pulomajeti, penutur memberikan teks yang berisi Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti kepada peneliti, dan penutur keberatan untuk menceritakan kisahnya secara keseluruhan, dikarenakan takut adanya kesalahan saat menuturkan.

d) Teknik Penuturan

Tidak adanya teknik khusus dalam proses penuturan. Ketika proses penuturan, penutur secara jelas mengungkapkan sejarah, kepercayaan, keadaan kerajaan Pulomajeti, proses pewarisan, dan keistimewaan kerajaan Pulomajeti. Ketika penutur memberikan teks yang berisi cerita tersebut, penutur meminta peneliti untuk membacanya terlebih dahulu, dan jika ada yang tidak mengerti, peneliti diminta bertanya kepada penutur.

F. Analisis Konteks Budaya a. Lokasi

(17)
(18)

Kemudian setelah sampai di Stasiun Bandung, peneliti melanjutkan perjalanan ke Banjar menggunakan Kereta Api Indonesia dengan kereta Lodaya Pagi kelas Eksekutif. Biaya perjalanan menggunakan Kereta Api Indonesia sebesar Rp 70.000,- dengan menghabiskan waktu perjalanan sebanyak 4 jam 20 menit.

(19)

20.000,-Desa Siluman adalah desa yang tidak terlalu ramai. 20.000,-Desa ini jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Jalannya pun sudah bagus dan tidak mengalami kerusakan. Desa Siluman dikelilingi oleh pepohonan rindang, sawah, dan rawa.

Setiap harinya, masyarakat berlalu lalang untuk menjalani aktivitasnya. Masyarakatnya kebanyakan berprofesi sebagai petani, pedagang, dan PNS.

(20)
(21)

Banyak orang Banjar maupun luar Banjar yang datang ke tempat ini, kebanyakan dari mereka melakukan ziarah, semedi, dan meminta bantuan kepada penunggu Rawa Onom. Menurut masyarakat, bukan masyarakat Banjar yang sering datang ke tempat ini, melainkan orang-orang diluar Banjar yang datang, seperti Pangandaran, Bandung, Jakarta, Ciamis, Tasik, dll.

b. Penutur dan Audiens

Penutur merupakan juru kunci dari Cagar Budaya Pulomajeti. Penutur bernama Endang Khaerudin, berumur 53 tahun, beliau lahir tanggal 5 bulan Agustus tahun 1963. Pendidikan terakhirnya adalah SMA. Aktivitas kesehariannya adalah bertani.

(22)

meminta peneliti untuk membaca sendiri ceritanya, dan meminta peneliti untuk bertanya apabila dalam membaca cerita tersebut ada kata yang tidak dimengerti.

Pada awal proses penuturan, hanya peneliti yang menjadi audiens, namun saat dipertengahan penuturan, tukang ojek ikut mendengarkan penuturan. Sehingga jumlah audiens terdiri dari 2 orang, yakni peneliti dan tukang ojek.

c. Latar Sosial Budaya

Menurut Koentjaraningrat, ada tujuh unsur kebudayaan yang bisa disebut sebagai isi poko dari tiap kebudayaan di dunia, yaitu:

a) Bahasa

Bahasa sehari-hari masyarakat Desa Siluman adalah bahasa Sunda. Masyarakat Desa Siluman lebih sering memakai bahasa Sunda dibandingkan memakai bahasa Indonesia, karena bahasa Sunda merupakan bahasa identitas mereka. Sesekali mereka memakai bahasa Indonesia dalam waktu tertentu, dan jika lawan bicara mereka menggunakan bahasa Indonesia. Di Banjar sendiri, bahasa Sunda masih melekat dalam penggunaan bahasa sehari-hari, dan aksen Sunda masih sangat melekat pada masyarakat Kota Banjar.

b) Sistem Pengetahuan

Setiap suku bangsa di dunia biasanya memiliki pengetahuan tentang (Koentjaraningrat, 2009: 291-293):

(a) Alam sekitarnya

(b) Alam flora di daerah tempat tinggalnya (c) Alam fauna di daerah tempat tinggalnya

(23)

(e) Tubuh Manusia

(f) Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia (g) Ruang dan waktu

Dalam pengetahuan tentang alam, masyarakat Desa Siluman sudah mengenal dan menguasai tentang gejala-gejala alam. Karena masyarakat Desa Siluman umumnya merupakan petani, masyarakat menggunakan pengetahuan tentang gejala-gejala alam agar mereka dapat mengetahui akan datangnya hujan, kemarau, pergantian musim, dan gejala alam lainnya.

Umumnya masyarakat Desa Siluman merupakan petani, dan peneliti melihat pesawahan yang begitu subur, dan luas membuktikan bahwa masyarakat menguasai pengetahuan alam flora. Bukan hanya sawah, masyarakat juga memiliki tanaman rempah-rempah yang biasanya digunakan menjadi bumbu dapur, umbi-umbian, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan.

Disaat penelusuran Desa Siluman, peneliti melihat kandang ayam yang terdapat di halaman beberapa rumah masyarakat, namun tidak dalam jumlah yang besar. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Desa Siluman mengenal pengetahuan alam fauna. Tidak ditemukannya hewan liar, karena desa tersebut merupakan pemukiman warga yang jarang disinggahi hewan liar, dan hewan pemangsa.

(24)

dan rempah-rempah biasanya hanya dikonsumsi sendiri, atau dibagikan kesanak saudara, dan tetangga, karena lahan tanaman mereka tidak luas.

Masyarakat umumnya mengetahui pengetahuan tubuh manusia, dengan adanya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Adanya posyandu untuk balita, adanya bidan, dan kesadaran apabila terkena penyakit, masyarakat langsung memeriksanya ke mantri, atau dokter. Masyarakat juga dapat mengenal rasa sakit, dengan tindakan cepat untuk mengobati luka apabila terkena cidera, membeli obat di warung/ apotek, dan dapat mendiagnosa penyakit ringan seperti demam, dan influenza.

Masyarakat Desa Siluman dapat memahami sistem pengetahuan sifat-sifat dan tingkah laku sesama anggota masyarakat dengan adanya gotong royong ketika kegiatan bersih-bersih di desa, dan saling membantu apabila masyarakatnya mengalami kesusahan. Masyarakat biasanya berinteraksi setiap harinya, dan memahami ekspresi lawan bicaranya. Masyarakat Desa Siluman menjalin silaturahmi sehingga terjalin kekeluargaan antar masyarakatnya. Masyarakat Desa Siluman saling mengenal masyarakat desanya dengan dibuktikan ketika peneliti menanyakan tempat tinggal penutur ke ibu-ibu pedagang, ibu-ibu tersebut langsung mengenal penutur dan memberi tahu tempat tinggalnya.

(25)

masyarakat mengandalkan perkiraan dan alat-alat sederhana untuk memperkirakan waktu.

c) Sistem Teknologi

Dalam sistem teknologi, masyarakat Desa Siluman masih ada yang menggunakan sistem teknologi tradisional, walaupun saat ini sudah dimasuki zaman modernisasi. Dalam alat transportasi, masih ada masyarakat yang memakai sepeda, namun digunakannya sepeda, hanya dalam perjalanan jarak dekat. Selebihnya, masyarakat menggunakan sepeda motor, dan ada juga yang memakai mobil, namun hanya sedikit yang memiliki mobil dibandingkan dengan motor.

Lalu untuk alat memasak, masih ada masyarakat yang memakai tungku atau hawu. Menurut masyarakat, memasak menggunakan hawu lebih enak dan murah dibandingkan dengan kompor. Namun, penggunaan hawu untuk memasak ini semakin jarang digunakan karena waktu pengerjaannya cukup lama dibandingkan dengan kompor gas, dan hanya digunakan ketika waktu tertentu saja. Penggunaan kompor minyak tanah juga jarang ditemukan, karena harga minyak tanah yang melonjak tinggi.

Kita tidak bisa menyangkal akan zaman modernisasi yang semakin merajalela, begitupun di Desa Siluman juga banyak masyarakatnya yang menggunakan telepon genggam, tv, kulkas, dll. Tidak bisa dipungkiri, teknologi modern sudah mendominasi masyarakat Desa Siluman.

(26)

Mata pencaharian masyarakat Desa Siluman bermacam-macam, ada yang menjadi petani, PNS, pedagang, polisi, dan pegawai swasta. Yang mendominasi merupakan petani, karena Desa Siluman memiliki sawah yang luas. Sebagai sambilan, mereka biasanya berdagang, atau memotong kayu. Masyarakat juga banyak yang menjadi PNS dalam profesi guru, dan pegawai pemerintah kota.

e) Organisasi Sosial

Umumnya, masyarakat Desa Siluman mengerti dan mengetahui bagaimana sistem organisasi. Masyarakat mengetahui bagaiman bersikap dalam berorganisasi, seperti bersikap sopan santun terhadap yang lebih tua. Karena sebagian masyarakat beragama Islam yaitu mengutamakan laki-laki menjadi pemimpin, dan umumnya negara Indonesia dikepalai oleh laki-laki, maka Desa Siluman juga dalam organisasi masyarakat, dipimpin oleh laki-laki. Sistem organisasi sosialnya berbentuk RT dan RW.

(27)

dan meyakini segala sesuatu yang ada di dunia ini berasal dari Allah SWT dan atas kehendak Allah SWT.

g) Kesenian

Dahulu, setiap malam satu syura rutin diadakannya ritual dengan diberi hiburan berupa kesenian-kesenian khas sunda. Namun, seiring bergantinya zaman, dan merajanya modernisasi, ritual tersebut menjadi hilang. Selain pengaruh modernisasi, masyarakatnya pun menjadi acuh dan kurang mengapresiasi.

Namun, ketika perayaan besar di Ciamis, dari dulu hingga sekarang, Bupati Ciamis selalu mengundang bangsa onom, dengan memberikan fasilitas kamar, sesaji, dan kuda untuk ditunggangi. Pemerintah Ciamis dan bangsa onom memang dipercaya memiliki kekerabatan, bahkan katanya, dalam menjalani pemerintahan, Bupati Ciamis diberi bantuan oleh bangsa Onom.

d. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Siluman berbeda-beda, dilihat dengan profesi dan mata pencaharian masyarakat yang berbeda-beda. Yang paling menonjol disini adalah perkembangan ekonomi dibidang pertanian. Dan hasil dari pertanian masyarakat setiap tahunnya stabil dan berkembang sehingga dapat membantu perekonomian sebagian besar masyarakat.

G. Analisis Fungsi

(28)

Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti terhadap pengkajian puisi, peneliti menyimpulkan bahwa legenda ini memiliki fungsi sebagai sistem proyeksi dan alat pendidikan.

Sebagai sistem proyeksi, legenda terkait mencerminkan bahwa bangsawan kerajaan haruslah menikah dengan bangsawan kerajaan lain , seperti Nabi Sulaiman menikah dengan Putri Gandawati, agar kelangsungan kehidupan kerajaan dapat berjalan dengan baik, dilihat bahwa seorang bangsawan khususnya anak raja akan dilatih dan dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin kerajaan. Ini merupakan sebagai sistem proyeksi di dalam kehidupan kerajaan selama ini. Apabila dilanggar, seperti anak bangsawan menikah dengan rakyat biasa, maka keluarga kerajaan akan memisahkan mereka, dan biasanya rakyat tersebut akan dihukum.

Sebagai alat pendidikan, legenda terkait mengajarkan agar kita tidak boleh memiliki perilaku yang buruk, walaupun itu hanya perbuatan iseng belaka, namun dampak yang akan terjadi akan sangat besar, dan merugikan orang lain. Lalu kita tidak boleh teledor, dan harus menjaga sebaik-baik mungkin terhadap apapun, karena apabila kita kehilangan tersebut, kita akan merasa merugi dan merasakan kehilangan. Dan yang terakhir, kita tidak boleh menyerah terhadap apa yang harus kita perjuangkan. Tidak disarankan untuk melarikan diri ketika kita hendak berada di bawah. Haruslah kita mencoba berjuang, dan menghadapi kenyataan.

H. Analisis Makna

(29)

mencuri, merampok, membunuh, dll. Karena perilaku tersebut akan berdampak manusia normal. Walaupun begitu, Allah SWT telah menempatkan manusia dan makhluk gaib secara berdampingan di bumi. Atas pernyataan tersebut dan fakta-fakta mengenai kerajaan Pulomajeti pun dapat diyakini bahwa makhluk gaib itu memang ada, dan sudah seharusnya kita meyakini. Namun, dalam meyakininya, kita tidak boleh menjadi terjerumus ke jalan yang buruk, dan memanfaatkannya ke dalam hal keburukan.

(30)

c) Latar

Latar tempat yang terjadi di dalam legenda ini adalah Kerajaan Pulomajeti, dan Laut Selatan. Sedangkan latar waktu yang terdapat dalam legenda ini adalah tahun sebelum masehi. b. Analisis Penciptaan

a) Analisis Proses Pewarisan

Dilakukan dengan proses vertikal dan horizontal. b) Analisis Proses Penciptaan

Dilakukan dengan spontan, yaitu dengan cara mengingat-ingat informasi legenda tersebut.

c. Analisis Konteks Penuturan

Penutur merupakan juru kunci dari Cagar Budaya Pulomajeti. Penutur bernama Endang Khaerudin, berumur 53 tahun, beliau lahir tanggal 5 bulan Agustus tahun 1963. Pendidikan terakhirnya adalah SMA. Aktivitas kesehariannya adalah bertani. Dalam penuturannya, ia tampak santai dan spontan menjawab pertanyaan dari peneliti. Alasannya karena belum menemukan titik kebenarannya, dan informasinya belum diberitahu lebih dalam oleh utusannya. Jumlah audiens terdiri dari 2 orang, yakni peneliti dan tukang ojek. Lokasi penuturan berada di Lingkungan Siluman Baru Kelurahan Purwaharja Kecamatan Purwaharja, Banjar Patroman, Jawa Barat.

d. Analisis Fungsi

Legenda ini memiliki fungsi sebagai sistem proyeksi dan alat pendidikan. Sebagai sistem proyeksi, legenda terkait mencerminkan bahwa bangsawan kerajaan haruslah menikah dengan bangsawan kerajaan lain. Sebagai alat pendidikan, legenda terkait mengajarkan agar kita tidak boleh memiliki perilaku yang buruk, tidak boleh teledor, dan tidak boleh menyerah terhadap apa yang harus kita perjuangkan.

(31)

Kisah Perjalanan Nabi Sulaiman bertemu dengan Ratu Gandawati dalam Legenda Pulomajeti memiliki beberapa makna,yang pertama kita tidak boleh ceroboh terhadap sesuatu hal, apalagi terhadap barang yang dianggap penting, lalu kita tidak boleh memiliki perilaku jahat, seperti mencuri, merampok, membunuh, dll. Karena hal-hal tersebut dapat berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Selanjutnya, kita harus meyakini bahwa makhluk gaib di bumi ini memang benar-benar ada. Namun, dalam meyakininya, kita tidak boleh menjadi terjerumus ke jalan yang buruk, dan memanfaatkannya ke dalam hal keburukan.

B. Saran

Pulomajeti sangat dikenal oleh masyarakat Banjar maupun di luar Banjar. Namun, tak banyak yang tahu akan cerita-cerita dibalik kerajaan Pulomajeti. Masyarakat hanya meyakini bahwa tempat tersebut terdapat kerajaan siluman, tanpa tahu ada cerita menarik dibalik kerajaan siluman tersebut.

Tidak ditemukannya titik kebenaran cerita tersebut oleh penutur, kurang ada kesadaran masyarakat untuk mengkaji cerita, dan kurangnya minatnya untuk berbagi cerita rakyat kepada generasi penerus adalah hambatan untuk mengekalkan legenda Pulomajeti

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Kardiani, N. L. (2013). Tradisi Lisan. [Online]. Tersedia: http://nashakardiani.blogspot.co.id/2013/05/tradisi-lisan.html

Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti

(33)

Lampiran I

Transkripsi

Peneliti : Bapak, saya Gadis Saktika dari UPI jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penutur : UPI?

Peneliti : Universitas Pendidikan Indonesia, guru, IKIP.

Penutur : Oh IKIP.

Peneliti : Muhun. Abi dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pak, apasih, asal mula cerita...

Penutur : Sejarah.

Peneliti : Sejarah dari Rawa Onom, adat istiadatnya gimana? Terus yang saya tau pak, kalau misalnya Rawa Onom itu tempat yang, tempat yang ada tuh bangsa onom gitu ya, Pak? Atau gimana, Pak? Secara lebih jelasnya.

Penutur : Secara lebih jelasnya, mungkin ini hanya ceritera ya.

Peneliti : Iya

Penutur : Barangkali-barangkali, orang tua zaman dulu juga tidaklah mengetahui cerita jelasnya, cuman katanya aja kan sambung menyambung gitu.

Peneliti : Iya, pastikan variasinya berbeda-beda ya, Pak.

Penutur : Iya, Insyaallah gak akan ada yang sama.

Peneliti : Iya.

(34)

mengalami gitu, jadi mungkin prinsip dan pengalaman mungkin, bukan mungkin, itu emang sudah menjadi kepastian yang berbeda-beda gitu. (Penutur batuk). Itu yang akan dicari dan dijelaskan itu kepingin tahuan ceritera hal ikhwal Pulau Majeti?

Peneliti : Iya. Cerita dari mulai asal kerajaan itu sampai menjadi seperti ini gitu, Pak.

Penutur : Kalau sampai saat ini, ya mungkin karena kepanjangnya waktu, seiring sejalannya waktu sampai sekarang, hal ikhwal, jadi awal muasalnya, nanti dulu sebentar boleh nunggu?

Peneliti : Iya, Pak. Gak apa-apa.

Penutur : Biar lebih jelas takut ada kesalahan dari pembicaraan ya, saya ambil dulu itu kertas.

Peneliti : Siap, Pak.

Penutur : Ceritera itunya yang, dari orang tua juga sih bukan bikinan kita. Bentar ya.

Peneliti : Iya, Pak. Punteun ya, Pak.

Penutur : Wios.

(Peneliti menunggu penutur membawakan kertas yang berisikan cerita aslinya)

Penutur : Ini cerita yang saya punya, kalau bukunya mah, gak mungkin saya tau soalnya ada di orang Bunter kalau gak salah.

Peneliti : Bunter? Sering banyak orang yang kesini ya, Pak?

Penutur : Ya seringlah, banyak.

Peneliti : Oh iya sih, pasti pak.

(35)

(Peneliti membaca cerita)

Peneliti : Oh, dari Nabi Suleman?

Penutur : Iya, menurut ceritera yang itu, tapi yang lainnya kan gak tau. Cuma yang ada seperti itulah.

(Peneliti kembali membaca cerita, penutur sedang menikmati rokoknya)

Peneliti : He, kurang ngerti.

Penutur : Bahasa sunda?

Peneliti : Bahasa Sundanya.

Penutur : Boleh ditanya, apa yang gak ngerti, bahasa sundanya yang kalimatnya yang bagaimana, boleh tanya. Barangkali bisa dijelaskan gitu. Apalagi saya sendiri orang yang gak menyicipi pendidikan yang lebih tinggi apalagi perguruan. Neng aja yang menduduki bangku pendidikan perguruan, (sambil tertawa) apalagi saya. Tapi siapa tau gitu berkat pengalaman sedikit demi sedikit mudah-mudahan dapat manfaatnya gitu.

(Peneliti kembali membaca)

Penutur : Bulan kemarin ada dari USU.

Peneliti : Oh kesini?

Penutur : Bawa mobil.

(Peneliti kembali membaca)

Peneliti : Oh dulu ada Putri di sini, di Rawa Onom?

(36)

Yang Maha Kuasa, tetap satu. Cuma hanya jalan syareat, sukang lantaran lah orang bahasa sunda mah.

(Peneliti kembali membaca ceritanya, lalu ada kata yang kurang dimengerti yaitu Caladi Bawang)

Peneliti : Bapak kalau Caladi Bawang itu apa, Pak?

Penutur : Burung, burung Caladi yang suka mencoknya pun juga di pohon, bikin sarangnya pun suka di pohon, melobangi pohon, nah itu burung Caladi.

Peneliti : Mmmm.

Penutur : Caladi, Cuma mungkin ada beberapa versi yang mungkin satu daerah sama daerah lain tuh juga namanya beda, ada Caladi Bawang yang sifatnya apa Caladi yang lainnya gitu. Bervariasi kaya burung-burung apa gitu yang selain-lainnya.

Peneliti : Hmmm.

Penutur : Itu Caladi yang suka bikin sarang di pohon yang melobangi pohon itu Caladi namanya, burung Caladi.

Peneliti : Kaitannya dengan Putri apa, Pak?

Penutur : Apanya?

Peneliti : Kan disini dijelaskan kalau misalnya, ku kageulisanana bade nepangkeun ngajurungan manuk Caladi Bawang, maksudnya itu apa, Pak? Gak ngerti?

Penutur : Bade nepangkeun teh jadi sifatnya gini, salah satu burung yang bisa disuruh sama beliau, melewati dan istilahnya via gitu kan. Via burung, seekor burung mengirimkan surat ataupun amanah bahwa kanjeng ibu mengundang seorang raja, bukan raja, belum raja, tapi kenabian kan?

(37)

Penutur : Pada waktu itu kan zaman masih kenabian belum jadi seorang raja. Seorang raja itu udah menjadi suami istri disini, gitu. Nah, untuk pertemuan itu mengundang beliau itu dengan menggunakan burung Caladi ini. Mengirimkan surat istilahnya, amanah gitu.

Peneliti : Pake mahkota ya, Pak, Caladi Bawangnya teh.

Penutur : Iya, supaya apa, supaya timbul keberanian, istilahnya bisa mencalaputra mencalaputri gitu. Pergantian perwujudan pun bisa, sifatnya sepeti itu. Ya, namanya juga orang sakti zaman-zaman dulu, gak bakalan sekarang mah gak bakalan ada. Mangkanya gak ada istilah mati, tidak ada istilahnya pemakaman, kalau untuk ditempat-tempat sakral seperti begini. Cuma hanya apa, patilasan, pertempatan bekas pertapaannya beliau, tempat semedi sama yang maha kuasa itu disitulah tempatnya gitu, jadi dibikinlah. Ada yang dibikin kaya pusara gitukan, pemakaman itu, ada. Padahal itu belum, bukan belum tentu, tapi, cuma hanya satu ciri gitu, bukan pemakaman asli makam beliau, bukan, gak bakalan ada, karena beliau bukan mati, tapi silem.

Peneliti : Berubah atau gimana, Pak?

Penutur : Ya, terkadang bisa dibilang silem itu bisa perubahan perpindahan antar apa, raga. Raga di daerah mana, nitis sama seseorang yang orang bisa bener-bener dipercaya itukan gak bisa ditentukan, tergantung pilihan beliau sendiri. Pindah, jadi kadang-kadang satu orang satu perwujudan dari asalnya dari sini pindah tempat, pindah orang, juga nama pun juga laen. Itulah, kesaktian-kesaktian orang-orang zaman seperti itu.

Peneliti : Kalau boleh tau pak nama Putri, siapa pak namanya?

(38)

pun juga lain. Banyak perbedaan-perbedaan. Kalau memang sebetulnya itu Ratu Bilkis.

Peneliti : Ratu Bilkis?

Penutur : Itu kan ada disitu?

Peneliti : Oh iya belum dibaca. (Sambil tertawa).

Penutur : Biar tamat dulu, nanti yang gak ngerti tanya.

(Peneliti kembali membaca cerita)

Peneliti : Raja disini yang diceritakan itu Nabi Sulaeman?

Penutur : Iya Nabi Sulaeman. Karena menjadikan suatu keluarga itu karena berhubung menjadi apa ya, beliau itu kan pada waktu zaman dulu merangkap dengan kenabian. Merangkap kenabian, bertemu dengan yang sifatnya apa, seorang Putri. Tapi bukan Putri sebetulnya, awal-awalnya beliau ngeliat itu, seberkah cahaya yang sangat bersinar, sangat terang. Diselidiki-selidiki ternyata seorang putri yang mendiami satu kerajaan. Kerajaan siluman.

Peneliti : Oh, hohoh.

Penutur : Mangkanya, siluman itu memang tempatnya disini, kerajaannya pun disini.

Peneliti : Oh.

Penutur : Yang kaya apa siluman, ya gak tau, saya gak bisa ngeliat.

Peneliti : Bapak pernah melihat gak, Pak?

(39)

memang syaratnya, udah dikasih tau, memang. Tapi harus dibeli dulu dengan tirakat istilahnya. Baru bisa, bisa berkomunikasi, bisa ngeliat. Itu syaratnya, beliau yang memohon, meminta gitu.

Peneliti : Iya.

Penutur : Tapi kalau emang orang-orang yang se....bukan satu atau dua sih, banyak tamu-tamu yang bener-bener bisa ngeliat, yang bisa komunikasi, bapa ajukan, bapa...istilahnya apa, sampaikan sama beliau gitu, kalau emang diijabah sama Yang Maha Kuasa. Bisa, bisa ngeliat perwujudan apapun juga bisa, mau beliau berwujud kaya apa istilahnya gitu, perubahan kakek-kakek, anak muda, mau istri, mau nenek-nenek, mau gadis juga.

Peneliti : Oh, jadi berubah-ubah.

Penutur : Ya iyalah, namanya juga sakti, gitu. Gak bisa kaya manusia mah banyak dosa. Sulit lah dijangkau dengan akal pikiran kita.

Peneliti : Tapi, bapak meyakini dengan adanya Pulau Majeti, atau adanya Putri?

Penutur : Ya jelas yakin.

Peneliti : Sangat yakin ya, Pak?

Penutur : Sangat yakin!

Peneliti : Karena apa, Pak?

Penutur : Karena apa? Karena memang kita mempelajari, kalau tidak mempelajari, zaman sekarang uang, apalagi anak-anak muda. Tapi anak muda pun juga enggak semuanya seperti itu, ada satu satu, salah satunya ada, ada. Walaupun diperguruan tinggi, ada gitu. Dari perguruan tinggi bukannya gak ada, ada! Dari galuh, dari unbar ada yang memahami hal-hal seperti itu, ingin mempelajari mendalemi. Lah kalau emang gak percaya sama yang goib, emang tuhan gak goib?

(40)

Penutur : Pada dasarnya kan?

Peneliti : Iya.

Penutur : Siapa yang menciptakan bumi dan langit, goib. Gak bisa ngeliat. Tapi dimana-mana pun juga ada. Beliau bukan tuhan, ya kan? Bukan Tuhan. Tapi saya yakin adanya. Karena apa? Ya suka muncul. Banyak orang pernah ngeliat, bukan Cuma ngeliat, komunikasi juga bisa. Kenapa saya gak bisa yakin? Kalau saya gak yakin kenapa saya ngurusin tamu, menyampaikan tamu, bohong kan berarti. Tapi kan ini yakin, orang banyak merasakan, orang banyak ngeliat, bisa komunikasi, bisa mendengar. Saya sendiri belum bisa mendengar. Jujur saya gak ngebohong.

Peneliti : Tapi kalau bapak sendiri belajar darimana, Pak, waktu dulu?

Penutur : Ada tugas, dari napak tilas. Tahun 2010, 2 tahun lah. Perasaan untuk orang seperti saya ini memang perasaan lama banget. Tapi untuk perhitungan waktu orang-orang tua zaman dulu, yang sekian ratus-ratusan tahun usianya, yang mengasuh pun juga mungkin udah kemaren tahun 2010 udah 360 tahun usianya, yang mengaping kita yang membimbing saya sendiri gitu. Bukan saya sendiri berlima orang berlima, cewek satu laki empat gitu. Tapi paling jauh kedaerah mana itu, pelabuhan ratu, mengenal lebih jauh lagi Eyang Hajah Siti Khadijah kan dari pelabuhan ratu, sampai pantai selatan itukan sampai pangandaran juga begitukan masih.

Peneliti : Yogyakarta juga ya, Pak?

Penutur : Semua pantai sampai jawa tengah jawa timur tuh. Tapi lain wilayah beda nama. Ada yang bilang Nyi Blorong lah, kan berbeda-beda. Tapi kalau pribadi saya yang dikenalkan sama orang tua yang ngebimbing saya, namanya Eyang Hajah Siti Khadijah. Nama asli yang dipertamakan, itukan merangkap dengan seorang bapaknya seorang raja Galuh pakuan Pajajaran. Siapa itu? Eyang Rama, seorang raja itu siapa?

(41)

Penutur : Siapa? Raja Galuh?

Peneliti : Siapa, Pak? (Sambil tertawa)

Penutur : Siapa ya saya lupa. Nama aslinya Maulana, raja Pajajaran itu kaya Majapahit, kan satu kerajaan. Mangkanya mungkin Pajajaran itu gak nampak seperti kerajaan-kerajaan muncul seorang raja seperti ini kan? Kaya siapa? Kan waktu itu Majapahit sama Padjajaran munculnya pada waktu itu.

Peneliti : Hmm... Iya.

Penutur : Prabu Siliwangi.

Peneliti : Oh iya (Tertawa). Prabu Siliwangi.

Penutur : Itu kan memang raja Pajajaran, itukan titel seorang Raja. Nama aslinya dari bapaknya sendiri Abah Sukmawijaya, sama ambu. Tuh ibunya memang jujur saya gak tau, panggilan saya cuma ambu. Nurut sama cucunya, cucunya juga udah turunan ke berapa puluh, berapa ratus lah. Itu pada waktu kemaren napak tilas, diperkenalkan nama-nama asli. Itu paham juga memang hasil dari napak tilas, kalau memang gak diasuh gak dibimbing saya mungkin juga gak tau

Peneliti : Iya, Pak. Tapi, Pak, Kerajaan Pulau Majeti ini ada kaitannya dengan kerajaan Galuh atau kerajaan Pajajaran.

Penutur : Ya, emang dulu-dulunya seperti itu, mungkin ada istilahnya, apa ya, dibilang kalau dalam satu keluarga itu ada ketidak cocokkan, mungkin.

Peneliti : Ada pertengkaran gitu, Pak?

(42)

sementara yang ada di sini, kakek pun ada di sini, eyang pun ada di sini, mbah pun ada di sini. Nah ini yang menjadi ratu ini dari keluarga mana? Saya telusuri sampai gak ada satu orang tua pun yang bilang.

Peneliti : Belum tahu?

Penutur : Sampai datang yang dari gunung Srandil dari Kudus, pernah datang dari, saya sendiri gitu, nitis dama seorang wanita, sampai saya memohon dengan amat sangat.

Peneliti : Tidak tau atau tidak mau, Pak?

Penutur : Tidak Jawab. Nggak tau ada apa gerangan itu apa yang ada dirahasiakan, tapi ya sudahlah gak masalah. Yang penting saya disini sudah diakui sebagai kepengurusan disini, Alhamdulillah. Sampai di situ saja nggak masalah kata utus saya, walaupun nggak tahu untuk keseluruhannya gitu. Takut ada kesalahan-kesalahan karena kan dalam pembicaraan pun dalam penjelasan-penjelasan sama orang-orang, sama tamu juga kan tetap ada batasan-batasannya. Tidak mungkin dibuka secara keseluruhannya, istilahnya secara gamblang lah, seperti itu.

Peneliti : Tapi, Pak, sebelum ini, (berpikir), sebelum bapak mengurus disini siapa? Bapaknya bapak atau gimana?

Penutur : Bukan. Ada ikatan sebetulnya, tapi kadang orang, maaf ya.

Peneliti : Iya.

(43)

apa, entah apa, saya sendiri gak ngerti, ya yang jelas yang nyata mungkin muncul kecemburuan dari keluarga, gitu. Sampai orang tua itu yang memegang ini mengundurkan diri sesudahnya saya diraih sama beliau.

Peneliti : Diamanatkeun?

Penutur : Minta bantuan. Seberat apapun kamu kepingin apa-kepingin apa, saya sendiri cuma hanya bisa menyampaikan, masalah itu dan ininya tetap ke Maha Kuasa atas izin Yang Maha Kuasa seakan menjamin gitu untuk rizki dari beliau-beliau semua. Tuh kuncinya da disini, gak boleh kita minta kesiapa-siapa, apa kekuatan? Gak ada manusia pun, jangan manusia orang-orang sakti yang sudah menjadi goib pun juga atas dari Yang Maha Kuasa, atas izin dari beliau mungkin bisa merestui, atau menyampaikan istilahnya mimpi-mimpi gitu kan. Walaupun itu orang-orang menjadi cantik, beliau tidak mungkin menyampaikan sesuatu amanah untuk menolong orang tersebut tanpa izin Yang Maha Kuasa. Tetap, keputusan ada di tangah Yang Maha Kuasa. Ayo, siapa yang mampu melawan kodrat, melawan takdir? Gak bakalan.

Peneliti : Tapi, Pak, kebanyakan yang kesini selain ingin mencari tau cerita tentang Pulau Majeti itu tuh ngapain aja, Pak, biasanya?

Penutur : kebanyakan ya identik, tapi untuk orang yang berpendidikan seperti neng, mudah-mudahan tidaklah identik dengan negatif, permasalahannya apa, tidaklah semua yang goib itu jelek, cuma hanya kepribadian orang yang punyanya itu sendiri, itu tergantung, semua tergantung orang yang menjalaninya, apapun risikonya silahkan, kita Cuma hanya menyampaikan, memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk berdoa meminta bantuan dengan jalan apa yang harus kita tempuh, dan walaupun bagaimana, Tuhan yang akan menentukan. Jika beliau yang dicari, untuk mencari uang, tidak ada di mana pun juga, tidak ada di keramat juga. Cuma hanya apa, orang bersemedi, orang bertapa jangan diidentikan jelek, tapi ingin menyepi, ingin mendapatkan kekhusuan untuk memohon untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa.

(44)

Penutur : Untuk pribadi saya memang pernah, justru mendapat pengalaman dari situ, bisa memberikan pengalaman, bukan istilahnya memberikan pelajaran, saya juga selama ini, sampai saat ini masih tetap belajar, karena kita kan diwajibkan untuk selalu belajar dan belajar.

Peneliti : Tapi yang bapak rasakan waktu bersemedi itu apa, Pak?

Penutur : Itu bervariasi, tergantung tempat, tergantung energi dari yang datang akan menghampiri kita, tergantung itu. Yang bisa nampak banyak, energi negatif energi positif, yang gak nampak pun juga banyak.

Peneliti : Yang gak nampak itu maksudnya?

Penutur : Yang gak nampak itu kaya istilahnya kena keperasaan, kena kejiwa, tapi gak ada penampakan, gak bisa dilihat, kaya terpaan angin, kaya cuaca hujan padahal gak hujan, biasa. Dinginnya kaya di kutub, ada.

Peneliti : Bapak merasakan itu?

Penutur : Ya justru.

Peneliti : Wow.

Penutur : Justru yang saya ceritakan adalah yang saya alami. Di dunia ini ada. Istilahnya kaya membelah waktu.

Peneliti : Membelah waktu, Pak?

Penutur : Membelah waktu? Gak tahu? Gak paham? Nah, selama 2 tahun kemarin saya sendiri gitu, berdua, saya dititipin seorang cewek. Ceweknya ada di sini di kampung. Itu yang kita asuh. Dia bisa dibilang indigo, bisa melihat dan merasakan langsung, jelas. Beliau melihat dengan batin.

Peneliti : Ini Kanjeng Nabi Sulaeman kan seorang raja. Terus Kanjeng ibu ini bukan Ratu Bilkis ya, Pak?

(45)

Peneliti : Nah ini bukan Ratu Bilkis ya, Pak. Oh ketang, Putri ini Ratu Bilkis.

Penutur : Lah iya, kan udah saya bilang, beda tempat beda nama. Jadi gak cuma satu.

Peneliti : Menikah lalu membuat kerajaan atau bagaimana, Pak?

Penutur : Bukan membuat kerajaan, tapi memang itu tuh udah ada, kerajaannya udah ada. Tapi saya gak tau kapan munculnya kerajaan itu, Cuma hanya sewaktu itu kanjeng Nabi Sulaeman nikah sama beliau, lalu beliau menjadi seorang raja.

Peneliti : Di Pulau Majeti?

Penutur : Di Pulau Majeti. Entah dimana beliau asal muasalnya. Semenjak itu beliau pulang ke negaranya lagi, entah di negara mana gitu. Gak ada penjelasan disitu.

Peneliti : Soal pertengkaran dengan kerajaan Galuh, Nabi Sulaeman berperan gak, Pak?

Penutur : Nggak, nggak ada. Itu cuma hanya udah, istilahnya udah terpisah.

Peneliti : Berarti yang memimpin Ratu Bilkis?

Penutur : Ratu Bilkis.

Peneliti : Tapi yang saya baca di internet itu yang memimpi saat itu, panglima atau siapa, ya, Pak? Atau apa da pak pokonya mah, cowok.

Penutur : Nah, kalau seorang Putri, gak mungkin dalam peperangan memimpin. Terkecuali raja juga gak mungkin di depan sebetulnya. Tetap di belakang, ada pengawalan-pengawalan. Apalagi seorang wanita. Tetap panglima-panglimanya yang di depan.

(46)

Majeti ini diberikan kepada kerajaan Galuh, lalu bangsa onom berubah menjadi siluman, apakah seperti itu?

Penutur : Kalau untuk saya tidak bisa menelusuri hal seperti itu ya, karena pemahaman dari hasil napak tilas ini, itu juga udah berlainan, yang ada di internet mungkin, mungkin ya, karena dari kebudayaan dan pendidikan juga pernah menyelusuri seperti itu berasal dari buku, tapi di buku itu 2 lembarnya ada yang maling.

Peneliti : Jadi kan menikah ya, Pak? Setelah itu ada apa, Pak? Kok bisa sih Nabi Sulaeman pergi negeri asal?

Penutur : Ke negeri asal? Permasalahan nya gak tau seperti apa, saya gak berani memprediksi. Pokonya sesudah itu Nabi Sulaeman pergi, pulang ke negeri asalnya, negerinya pun gak tau dimana. Itu kan gak diceritain disitu.

Peneliti : Tapi bapak tau gak alasan kenapa Pulau Majeti berubah menjadi kerajaan siluman?

Penutur : Bukan berubah sebetulnya, memang tadinya sudah menjadi kerajaan siluman. Sudah menjadi kerajaan siluman yang disucikan orang-orang. Berdiri resmi, istilahnya berdiri kerajaan itu sudah adanya seorang raja.

Peneliti : Kanjeng Ibu punya keturunan gak, Pak?

Penutur : Eyang Mayang Maemunah, itu kan ada disitu.

Peneliti : Eyang Mayang Maemunah. Tapi sekarang kerajaan Pulau Majeti masih dipimpin oleh Kanjeng Ibu?

(47)

Peneliti : Itu mengurusi apa, Pak?

Penutur : Ya itu kerajaan. Apa bedanya sama Jokowi (Tertawa), kalau Jokowi kenegaraan, kalau ibu kerajaan.

Peneliti : Bapak tau gak letak kerajaannya dimana? Disini atau dimana, Pak?

Penutur : Ya memang disini.

Peneliti : Semuanya, Pak?

Penutur : Wah, boleh ke orang pinter buka mata batinnya, ingin ngeliat kerajaan kaya apa, gak ada di dunia ini. Istilahnya keagrengannya, keantikannya, jalan pun penuh dengan bendera merah putih biasa merah putih bendera-bendera. Boleh bawa orang pinter kesini buka mata batin, mau ngeliat bener?

Peneliti : (Tertawa)

Penutur : Nggak bakalan takut, nggak. Kenapa harus takut. Nyata di alam kaya nyata begini. Cuma hanya gak ada panas gak ada malam, tetap kaya terang bulan. Cuaca kalau orang sana

Peneliti : Yaudah, Pak. Makasih ya, Pak.

(48)

Pulo Majeti

Kanjeng Nabi Sulaiman kajabi nyepeng kanabian oge sabagi Raja. Waktos harita mah Nabi teh kakawasaannana nyakup sareng bidang Pamarentahan. Dina hiji waktos Kanjeng Nabi Sulaiman ngersakeun marios daerah, marios kaayaan rahayatna.

Ngurilingan dunia nganggo kuda sembrani. Dina hiji tempat ka tingal ti awang-awang sinar moncorong. Lajeng dicaketan, nyatana hiji Putri ditengah Nagara anu dikurilingan Rawa. Ku kageulisanana bade nepangkeun, ngajurungan manuk Caladi Bawang. Manuk Caladi teu sanggem. Lajeng mahkuta sareng anggoan Nabi Sulaeman dianggokeun ka Caladi Bawang supados aya kawantun. Caladi Bawang naggo mahkuta, acukna mah mung disolempankeun/dikakungkeun nu mawi Caladi Bawang sapertos nganggo mahkuta sareng sapertos di sompang.

Caladi Bawang mios hiber, dugi ka luhureun karaton, turun lebet ka karaton jalan kana jandela, serat di ragragkeun ragrag kana saliralesan pinareupna-Putri nuju kulem. pinareupna-Putri lanjeung ngorejat nyaring, serat diaos nemba kauninga yen serat ti Kanjeng Nabi Sulaeman. Putiri palay tepang sareng Kanjeng Nabi Sulaeman. Kanjeng ngadamel serat, ngutus 2 panakawan kanggo ngadugikeunnana, anu maksadna ngahaturan Kanjeng Nabi Sulaeman kersa angkat ka karaton.

Putri Siti Bulkes/Gandawati parantos sayagi. Jalan ka karaton diamparan alketip, diluhur karaton ngalayang manuk garuda mayungan Kanjeng Nabi Sulaeman lungsur lebet ka karaton. Singkatna Kanjeng Nabi Sulaeman nikah sareng Putri Siti Bulkes, lajeng kagungan Putra Istri di jenengan Nyai Mae Mayang Munah. Siti Bulkes numutkeun dongengna nyaeta Putra Jin Kuraisin dinagara Ajrak nempat di Pulo Majeti.

(49)

dianggo. Jleg jin ngalih rupi persis Kanjeng Nabi Sulaeman. Jin ngagentos Raja kalayan teu aya nu uninga.

Kanjeng Nabi Sulaeman saparantos rengse nyebor ngejat margi lelepeunna teu aya leuleus taya tangan pangawasa, jimatna ical. Lajeng angkat ka luar karaton ka palih kidul mapai leuweung.

Sapertos rupina gentos kaayaan morat marit, kamakmuran ganti ku kamiskinan seuseur panyawat.

Aya hiji pandeta noropong kaayaan raja, katingal yen raja teh sanes anu saleresna. Rahayat dipasihan bewara ku pendeta supados ulah tumut kana parentahna. Raja lajeng parentahna teu diwaro ku rahayat/ lajeng kagungan emutan yen mungkin ali nu ngajadikeun sial sareng teu aya wibawa.

Ali dialungkeun ragrag dilaut kidul. Saparantos lelepen lepas tina salirana Raja pulih deui jadi jin, lajeng mios ti nagara.

Kanjeng Nabi Sulaeman angkatna dugi ka laut kidul dibasisir seueur nu nuju ngala lauk. Kanjeng Nabi Sulaeman ngiring ngabantu ngala lauk, dipasihan hiji minangka buruhna waktos dibeulah bade di beuleum aya lelepen ti lebetna, lelepen teras dianggo. Kasaktian dongkap deui saperti biasa. Rahayat katut nagara aman sareng subur deui. Saparantos nagara pulih deui anjeuna ngantunkeun nagara (Pulo Majeti) sareng lelepen, kanggo wariskeunneun anak putu. Diakhir kamudian Kanjeng Nabi Sulaeman ka nagara asalna. Lelepenna mahkota ampal patuloh dipaebutkeun nu ahirna kenging ku Syech Syarif Hidayattullah. Samemeh angkat ngintunkeun wasiat dina hiji kai tangkal kastubaya anu dahanna 4 tangkalna 1.

Anu diwariskeun :

6 dahan kana kamuman/umum

1 dahan kana kapangkatan

(50)

1 dahan kuda sembrani

Eta wasiat turun temurun dugi ka kiwari ka saha bae anu palay sareng keyeng kalayan diridoi ku Allah Subhanallahu Wata’ala.

(51)

Transliterasi

Peneliti : Bapak, saya Gadis Saktika dari UPI jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penutur : UPI?

Peneliti : Universitas Pendidikan Indonesia, guru, IKIP.

Penutur : Oh IKIP.

Peneliti : Betul. Saya dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pak, apasih, asal mula cerita...

Penutur : Sejarah.

Peneliti : Sejarah dari Rawa Onom, adat istiadatnya gimana? Terus yang saya tau pak, kalau misalnya Rawa Onom itu tempat yang, tempat yang ada tuh bangsa onom gitu ya, Pak? Atau gimana, Pak? Secara lebih jelasnya.

Penutur : Secara lebih jelasnya, mungkin ini hanya cerita ya.

Peneliti : Iya

Penutur :Barangkali-barangkali, orang tua zaman dulu juga tidaklah mengetahui cerita jelasnya, cuman katanya aja kan sambung menyambung gitu.

Peneliti : Iya, pastikan variasinya berbeda-beda ya, Pak.

Penutur : Iya, Insyaallah gak akan ada yang sama.

Peneliti : Iya.

(52)

itu memang sudah menjadi kepastian yang berbeda-beda gitu. (Penutur batuk). Itu yang akan dicari dan dijelaskan itu kepingin tahuan cerita hal ikhwal Pulau Majeti?

Peneliti : Iya. Cerita dari mulai asal kerajaan itu sampai menjadi seperti ini gitu, Pak.

Penutur : Kalau sampai saat ini, ya mungkin karena seiring berjalannya waktu sampai sekarang, hal ikhwal, jadi asal muasalnya, nanti dulu sebentar boleh nunggu?

Peneliti : Iya, Pak. Gak apa-apa.

Penutur : Biar lebih jelas takut ada kesalahan dari pembicaraan ya, saya ambil dulu itu kertas.

Peneliti : Siap, Pak.

Penutur : Cerita itunya yang, dari orang tua juga sih bukan bikinan kita. Bentar ya.

Peneliti : Iya, Pak. Punteun ya, Pak.

Penutur : Tidak masalah.

(Peneliti menunggu penutur membawakan kertas yang berisikan cerita aslinya)

Penutur : Ini cerita yang saya punya, kalau bukunya, gak mungkin saya tau soalnya ada di orang Bunter kalau gak salah.

Peneliti : Bunter? Sering banyak orang yang kesini ya, Pak?

Penutur : Ya sering, banyak.

Peneliti : Oh iya sih, pasti pak.

Penutur : Banyak.

(53)

Peneliti : Oh, dari Nabi Suleman?

Penutur : Iya, menurut cerita yang itu, tapi yang lainnya kan gak tau. Cuma yang ada seperti itulah.

(Peneliti kembali membaca cerita, penutur sedang menikmati rokoknya)

Peneliti : He, kurang ngerti.

Penutur : Bahasa sunda?

Peneliti : Bahasa Sundanya.

Penutur : Boleh ditanya, apa yang gak ngerti, bahasa sundanya yang kalimatnya yang bagaimana, boleh tanya. Barangkali bisa dijelaskan gitu. Apalagi saya sendiri orang yang gak menyicipi pendidikan yang lebih tinggi apalagi perguruan. Neng aja yang menduduki bangku pendidikan perguruan, (sambil tertawa) apalagi saya. Tapi siapa tau gitu berkat pengalaman sedikit demi sedikit mudah-mudahan dapat manfaatnya gitu.

(Peneliti kembali membaca)

Penutur : Bulan kemarin ada dari USU.

Peneliti : Oh kesini?

Penutur : Bawa mobil.

(Peneliti kembali membaca)

Peneliti : Oh dulu ada Putri di sini, di Rawa Onom?

(54)

(Peneliti kembali membaca ceritanya, lalu ada kata yang kurang dimengerti yaitu Caladi Bawang)

Peneliti : Bapak kalau Caladi Bawang itu apa, Pak?

Penutur : Burung, burung Caladi yang suka pelatuknya pun suka ke pohon, bikin sarangnya pun suka di pohon, melobangi pohon, nah itu burung Caladi.

Peneliti : Mmmm.

Penutur : Caladi, Cuma mungkin ada beberapa versi yang mungkin satu daerah sama daerah lain tuh juga namanya beda, ada Caladi Bawang yang sifatnya apa Caladi yang lainnya gitu. Bervariasi kaya burung-burung apa gitu yang selain-lainnya.

Peneliti : Hmmm.

Penutur : Itu Caladi yang suka bikin sarang di pohon yang melobangi pohon itu Caladi namanya, burung Caladi.

Peneliti : Kaitannya dengan Putri apa, Pak?

Penutur : Apanya?

Peneliti : Kan disini dijelaskan kalau misalnya, karena kecantikannya, diperintahkanlah kepada Burung Caladi Bawang, maksudnya itu apa, Pak? Gak ngerti?

Penutur : Diperintahkannya itu jadi sifatnya gini, salah satu burung yang bisa disuruh sama beliau, melewati dan istilahnya via gitu kan. Via burung, seekor burung mengirimkan surat ataupun amanah bahwa kanjeng ibu mengundang seorang raja, bukan raja, belum raja, tapi kenabian kan?

Peneliti : Iya.

(55)

mengundang beliau itu dengan menggunakan burung Caladi ini. Mengirimkan surat istilahnya, amanah gitu.

Peneliti : Pake mahkota ya, Pak, Caladi Bawangnya teh.

Penutur : Iya, supaya apa, supaya timbul keberanian, istilahnya bisa mencalaputra mencalaputri gitu. Pergantian perwujudan pun bisa, sifatnya sepeti itu. Ya, namanya juga orang sakti zaman-zaman dulu, gak bakalan sekarang mah gak bakalan ada. Tidak ada istilah mati, tidak ada istilahnya pemakaman, kalau untuk ditempat-tempat sakral seperti begini. Cuma hanya apa, peninggalan, pertempatan bekas pertapaannya beliau, tempat semedi sama yang maha kuasa itu disitulah tempatnya gitu, jadi dibikinlah. Ada yang dibikin kaya pemakaman itu, ada. Padahal itu belum, bukan belum tentu, tapi, cuma hanya satu ciri gitu, bukan pemakaman asli makam beliau, bukan, gak bakalan ada, karena beliau bukan mati, tapi silem.

Peneliti : Berubah atau gimana, Pak?

Penutur : Ya, terkadang bisa dibilang silem itu bisa perubahan perpindahan antar apa, raga. Raga di daerah mana, nitis sama seseorang yang orang bisa bener-bener dipercaya itukan gak bisa ditentukan, tergantung pilihan beliau sendiri. Pindah, jadi kadang-kadang satu orang satu perwujudan dari asalnya dari sini pindah tempat, pindah orang, juga nama pun juga laen. Itulah, kesaktian-kesaktian orang-orang zaman seperti itu.

Peneliti : Kalau boleh tau pak nama Putri, siapa pak namanya?

(56)

Peneliti : Ratu Bilkis?

Penutur : Itu kan ada disitu?

Peneliti : Oh iya belum dibaca. (Sambil tertawa).

Penutur : Biar tamat dulu, nanti yang gak ngerti tanya.

(Peneliti kembali membaca cerita)

Peneliti : Raja disini yang diceritakan itu Nabi Sulaeman?

Penutur : Iya Nabi Sulaeman. Karena menjadikan suatu keluarga itu karena berhubung menjadi apa ya, beliau itu kan pada waktu zaman dulu merangkap dengan kenabian. Merangkap kenabian, bertemu dengan yang sifatnya apa, seorang Putri. Tapi bukan Putri sebetulnya, awal-awalnya beliau ngeliat itu, seberkah cahaya yang sangat bersinar, sangat terang. Diselidiki-selidiki ternyata seorang putri yang mendiami satu kerajaan. Kerajaan siluman.

Peneliti : Oh, hohoh.

Penutur : Mangkanya, siluman itu memang tempatnya disini, kerajaannya pun disini.

Peneliti : Oh.

Penutur : Yang kaya apa siluman, ya gak tau, saya gak bisa ngeliat.

Peneliti : Bapak pernah melihat gak, Pak?

(57)

tirakat istilahnya. Baru bisa, bisa berkomunikasi, bisa ngeliat. Itu syaratnya, beliau yang memohon, meminta gitu.

Peneliti : Iya.

Penutur : Tapi kalau emang orang-orang yang se....bukan satu atau dua sih, banyak tamu-tamu yang bener-bener bisa ngeliat, yang bisa komunikasi, bapa ajukan, bapa...istilahnya apa, sampaikan sama beliau gitu, kalau emang dikabulkan sama Yang Maha Kuasa. Bisa, bisa ngeliat perwujudan apapun juga bisa, mau beliau berwujud kaya apa istilahnya gitu, perubahan kakek-kakek, anak muda, mau istri, mau nenek-nenek, mau gadis juga.

Peneliti : Oh, jadi berubah-ubah.

Penutur : Ya iyalah, namanya juga sakti, gitu. Gak bisa kaya manusia mah banyak dosa. Sulit lah dijangkau dengan akal pikiran kita.

Peneliti : Tapi, bapak meyakini dengan adanya Pulau Majeti, atau adanya Putri?

Penutur : Ya jelas yakin.

Peneliti : Sangat yakin ya, Pak?

Penutur : Sangat yakin!

Peneliti : Karena apa, Pak?

Penutur : Karena apa? Karena memang kita mempelajari, kalau tidak mempelajari, zaman sekarang uang, apalagi anak-anak muda. Tapi anak muda pun juga enggak semuanya seperti itu, ada satu satu, salah satunya ada, ada. Walaupun diperguruan tinggi, ada gitu. Dari perguruan tinggi bukannya gak ada, ada! Dari galuh, dari unbar ada yang memahami hal-hal seperti itu, ingin mempelajari memperdalam. Lah kalau emang gak percaya sama yang ghaib, emang tuhan gak ghaib?

(58)

Penutur : Pada dasarnya kan?

Peneliti : Iya.

Penutur : Siapa yang menciptakan bumi dan langit, ghaib. Gak bisa ngeliat. Tapi dimana-mana pun juga ada. Beliau bukan tuhan, ya kan? Bukan Tuhan. Tapi saya yakin adanya. Karena apa? Ya suka muncul. Banyak orang pernah ngeliat, bukan Cuma ngeliat, komunikasi juga bisa. Kenapa saya gak bisa yakin? Kalau saya gak yakin kenapa saya ngurusin tamu, menyampaikan tamu, bohong kan berarti. Tapi kan ini yakin, orang banyak merasakan, orang banyak ngeliat, bisa komunikasi, bisa mendengar. Saya sendiri belum bisa mendengar. Jujur saya gak ngebohong.

Peneliti : Tapi kalau bapak sendiri belajar darimana, Pak, waktu dulu?

Penutur : Ada tugas, dari napak tilas. Tahun 2010, 2 tahun lah. Perasaan untuk orang seperti saya ini memang perasaan lama banget. Tapi untuk perhitungan waktu orang-orang tua zaman dulu, yang sekian ratus-ratusan tahun usianya, yang mengasuh pun juga mungkin udah kemaren tahun 2010 udah 360 tahun usianya, yang membimbing saya sendiri gitu. Bukan saya sendiri berlima orang berlima, cewek satu laki empat gitu. Tapi paling jauh kedaerah mana itu, pelabuhan ratu, mengenal lebih jauh lagi Eyang Hajah Siti Khadijah kan dari pelabuhan ratu, sampai pantai selatan itukan sampai pangandaran juga begitukan masih.

Peneliti : Yogyakarta juga ya, Pak?

Penutur : Semua pantai sampai jawa tengah jawa timur tuh. Tapi lain wilayah beda nama. Ada yang bilang Nyi Blorong lah, kan berbeda-beda. Tapi kalau pribadi saya yang dikenalkan sama orang tua yang ngebimbing saya, namanya Eyang Hajah Siti Khadijah. Nama asli yang dipertamakan, itukan merangkap dengan seorang bapaknya seorang raja Galuh pakuan Pajajaran. Siapa itu? Eyang Rama, seorang raja itu siapa?

Peneliti : Eyang Rama?

(59)

Peneliti : Siapa, Pak? (Sambil tertawa)

Penutur : Siapa ya saya lupa. Nama aslinya Maulana, raja Pajajaran itu kaya Majapahit, kan satu kerajaan. Mangkanya mungkin Pajajaran itu gak nampak seperti kerajaan-kerajaan muncul seorang raja seperti ini kan? Kaya siapa? Kan waktu itu Majapahit sama Padjajaran munculnya pada waktu itu.

Peneliti : Hmm... Iya.

Penutur : Prabu Siliwangi.

Peneliti : Oh iya (Tertawa). Prabu Siliwangi.

Penutur : Itu kan memang raja Pajajaran, itukan titel seorang Raja. Nama aslinya dari bapaknya sendiri Abah Sukmawijaya, sama ambu. Tuh ibunya memang jujur saya gak tau, panggilan saya cuma ambu. Nurut sama cucunya, cucunya juga udah turunan ke berapa puluh, berapa ratus lah. Itu pada waktu kemaren napak tilas, diperkenalkan nama-nama asli. Itu paham juga memang hasil dari napak tilas, kalau memang gak diasuh gak dibimbing saya mungkin juga gak tau

Peneliti : Iya, Pak. Tapi, Pak, Kerajaan Pulau Majeti ini ada kaitannya dengan kerajaan Galuh atau kerajaan Pajajaran.

Penutur : Ya, emang dulu-dulunya seperti itu, mungkin ada istilahnya, apa ya, dibilang kalau dalam satu keluarga itu ada ketidak cocokkan, mungkin.

Peneliti : Ada pertengkaran gitu, Pak?

(60)

pun ada di sini. Nah ini yang menjadi ratu ini dari keluarga mana? Saya telusuri sampai gak ada satu orang tua pun yang bilang.

Peneliti : Belum tahu?

Penutur : Sampai datang yang dari gunung Srandil dari Kudus, pernah datang , saya sendiri gitu, sama seorang wanita, sampai saya memohon dengan amat sangat.

Peneliti : Tidak tau atau tidak mau, Pak?

Penutur : Tidak Jawab. Nggak tau ada apa gerangan itu apa yang ada dirahasiakan, tapi ya sudahlah gak masalah. Yang penting saya disini sudah diakui sebagai kepengurusan disini, Alhamdulillah. Sampai di situ saja nggak masalah kata utus saya, walaupun nggak tahu untuk keseluruhannya gitu. Takut ada kesalahan-kesalahan karena kan dalam pembicaraan pun dalam penjelasan-penjelasan sama orang-orang, sama tamu juga kan tetap ada batasan-batasannya. Tidak mungkin dibuka secara keseluruhannya, istilahnya secara gamblang lah, seperti itu.

Peneliti : Tapi, Pak, sebelum ini, (berpikir), sebelum bapak mengurus disini siapa? Bapaknya bapak atau gimana?

Penutur : Bukan. Ada ikatan sebetulnya, tapi kadang orang, maaf ya.

Peneliti : Iya.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengidentifikasi saran dari masalah yang ada, siswa dapat mengemukakan saran penyelesaian masalah (sederhana) berkaitan dengan kewajiban dan hak dalam keluarga

Mazhab ini mengacu pada pembelajran dimana stimulus yang mengakibatkan renspon tertentu dipasangkan dengan stimulus lain yang pada mulanya tidak memberikan renspon

Pada pohon sikas yang terserang berat, cara pengendalian ini tidak begitu efektif, karena setelah daun yang terserang dipangkas masih banyak kutu yang tersisa pada pangkal

Kedua orang tua, Bapak Syahlan IS dan Ibu Entin Kartini yang menjadi motivasi terbesar untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan yang selalu menantikan

Belanja Transportasi dan Akomodasi untuk Petugas Belanja Transportasi dan Akomodasi untuk petugas untuk Luar Negeri bagi Non PNS (Meliputi Tiket Pesawat, Visa, Airport Tax,

Perkataan sukuk secara linguistiknya dikatakan telah digunapakai semenjak zaman Marwan al-Hakam. Penggunaan kalimah ini pada zaman tersebut dilihat lebih merujuk kepada suatu

• Pada sebuah uji klinis yang dilakukan pada 50 wanita dengan uji stres positif dan median follow up selama 2 tahun didapatkan kelompok yang dilakukan tension-free

Selepas meneliti dan menganalisa kesemua maklumat yang telah diperoleh dan dikumpul semasa penyelidikan ini dijalankan, risiko penyakit gastritis ini lebih mudah