• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Jaminan dan Jasa Jasa L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gambaran Tingkat Jaminan dan Jasa Jasa L"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS

MAKALAH AUDITING II

GAMBARAN UMUM TINGKAT JAMINAN DAN

JASA-JASA LAINNYA

Disusun Oleh Kelompok III

1. RABIA 11 320 031

2. HIDAYATI 11 320 007

3. RUNITA 11 320 044

4. NURDIAN ARIFIN 11 320 024

5. JAMRIA 11 320 045

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

(2)

BABI PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laporan keuangan merupakan tulang punggung dari berbagai jasa yang diberikan akuntan publik, dan yang untuk itu diperlukan ijin praktik dari instansi pemerintah yang berwenang untuk dapat melakasnakannya. Berdasarkan keahlian, pengalaman, dan reputasi yang ditunjukkan oleh akuntan publik sebagai auditor, klien, badan-badang pengatur, dan pihak-pihan lainnya menghendaki agar profesi akuntansi publik memperluas lingkup jasa yang diberikan baik yang berupa jaa atestasi maupun jasa nonatestasi. Ikatan Akuntansi Indonesia telah menanggapi hal tersebut dengan menetapkan standar untuk jenis-jenis jasa di atas agar terdapat keseragaman mutu jasa yang diberikan dan agar para pemakai jasa ini memahami perbedaan antara berbagai jenis jasa serta tingkat jaminan yang diberikannya.

Selama bertahun-tahun akuntan publik telah dikenal yang bercirikan integritas dan obyektivitas. Audit atas laporan keuangan yang merupakan topik utama merupakan jasa yang diberikan akuntan publik dengan tingkat jaminan paling tinggi.

Perluasan lingkup jasa yang diberikan akuntan publik berupa (1) jenis informasi keuangan dan non keuangan yang akuntan publik bisa memberikan jaminannya, (2) berbagai tingkat jaminan yang diberikan akuntan publik atas informasi tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan berbagai macam jasa yang diberikan akuntan publik

2. Menyebutkan jenis-jenis “laporan khusus” yang bisa diterbitkan akuntan publik

3. Menjelaskan standar-standar yang berlaku untuk penugasan atestasi

(3)

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui macam jasa yang diberikan akuntan publik

2. Untuk mengetahui jenis-jenis laporan khusus yang diterbitkan akuntan publik

3. Untuk mengetahui standar-standr yang berlaku untuk penugasan atestasi 4. Untuk mengetahui prosedur-prosedur dan laporan akuntan yang berkaitan

(4)

BAB II PEMBAHASAN

TINGKAT JAMINAN

Pada umumnya akntan publik dapat memberi empat tingkatan jaminan yang berkaitan dengan suatu penugasan. Dalam hal tertentu, akuntan publik bisa memberikan keempat tingkat jaminan untuk suatu jenis pennugasan tertentu. Dalam hal lain, standar profesional membatasi jenis jaminan yang bisa diberikan untuk suatu jenis peugasan tertentu guna mencegah timbulnya salah pengertian mengenai jasa yang diberikan. Keempat tingkat jaminan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jaminan tingkat audit atau pemeriksaan. Tujuan penugasan ini adalah memberikan pernyataan positif berupa suatu pendapat akuntan publik tentang asersi yang dibuat manajemen yang dilakukan berdasarkan standar profesional.

2. Jaminan tingkat review. Dalam penugasan ini akuntan publik menyatakan jaminan negatif bahwa tidak terdapat hal-hal yang menjadikan auditor yakin bahwa asersi manajemen yang disusun berdasarkan standar profesional akan menyesatkan.

3. Prosedur yang disepakati bersama. Dalam penugasan ini akuntan publik menyampaikan ringkasan temuan berdasarkan penerapan prosedur yang disepakati bersama atas asersi manajemen yang diatur oleh standar profesional. Tingkat jaminan ini bisa berbeda-beda tergantung pada prosedur yang diterapkan atas asersi tersebut.

4. Tidak ada jaminan. Penugasan ini dimaksudkan untuk membantu manajemen dalam menyiapkan informasi yang akan dimasukkan dalam suatu asersi yang diatur oleh standar profesional.

JENIS-JENIS PENUGASAN

(5)

profesional yang diterbiktkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang berkaitan dengan jasa-jasa ini adalah sebagai berikut:

1. Pernyataan Standar Auditing (PSA). PSA merupakan interprestasi atas standar auditing dan biasanya berkaitan dengan asersi-asersi tentang elemen-elemen dalam laporan keuangan. Jenis penugasan yang dibahas pada bab ini mencakup pelaporan laporan keuangan yang disusun atas basis akuntansi komprehensif lain yang bukan merupakan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pelaporan elemen-elemen tertentu, rekening, atau unsur suatu laporan keuangan, dan laporan kesesuaian berkaitan dengan laporan keuangan auditian.

2. Pernyataan Standar Atestassi (SAT). SAT merupakan kerangkan umum untuk berbagai jasa atestasi yang semakin banyak dilakukan profesi akuntansi. Standar dan interprestasinya dirancang untuk memberikan pedoman profesional untuk menciptakan adanya konsistensi dan kualitas standar jasa atestasi dan membahas pelaporan laporan keuangan prospektif, laporan pengendalian intern, atestasi kesesuaian, dan atestasi yang berkaitan dengan analisis manajemen.

3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (SAR). SAR merumuskan jasa-jasa yang berkaitan dengan review atau kompilasi laporan keuangan pada entitas nonpublik dan memberikan pedoman bagi para akuntan tentang standar dan prosedur yang harus diterapkan pada kedua jenis penugasan ini. Jasa-jasa ini hanya dilakukan pada entitas nonpublik.

PENUGASAN-PENUGASAN PSA LAINNYA

Laporan khusus adalah laporan yang dihasilkan daru suatu audit, atau penerapan prosedur yang disepakati bersama, atas data keuangan historis selain dari laporan keuangan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. SA 623, Laporan Khusus (PSA No. 41), menyatakan bahwa istilah laporan khususi merupakan laporan auditor tentang:

1. Laporan keuangan yangdisusun sesuai dengan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Unsur, akun, atau pos laporan keuangan

(6)

4. Penyajian keuangan untuk mematuhi perjanjian kontrak atau ketentuan peraturan.informasi keuangan yang disajikan dalam bentuk yang telah ditetapkan sebelumnya atau daftar yang memerlukan bentuk tertentu laporan auditor.

BASIS KOMPREHENSIF AKUNTANSI LAINNYA

Ada empat basis komprehensif akuntansi selain dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang diakui dalam SA 623.04, yaitu:

1. Basis akuntansi yang digunakan oleh satuan usaha yang melaporakan untuk memenuhi persyaratan atau mematuhi ketentuan pelaporan keuangan suatu badan pemerintahan yang berwenang untuk mengatur satuan usaha tersebut.

2. Basis akuntansi yang digunakan atau diharapkan akan digunakan oleh satuan usaha untuk mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan untuk periode yang dicakup oleh laporan keuangan. 3. Basis akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas, dan modifikasi basis kas

yang memiliki dukungan kuat, seperti pencatatan depresiasi atas aktiva tetap atau accruing income taxes.

4. Rangkaian kriteria pasti yang memilikidukungan kuat yang diterapkan ke semua pos aterial yyang tampak dalam laporan keuangan, seperti basis akuntansi tingkat harga (price-level basis of accounting).

Penggunaan basis komprehensif akuntansi lain umum dilakukan. Banyak perusahaan yang harus tunduk kepada badan pengatur tertentu menyelenggarakan pembukuannya sesuai dengan basis yang ditetapkan oleh badan pengatur yang bersangkutan. Sebagai contoh, basis akuntansi yang digunakan oleh perusahaan asuransi harus sesuai dengan yang diatur oleh Departemen Keuangan. Selain itu banyak perusahaan kecul atau praktik-praktik perorangan seperti dokter, pengacara, atau kantor akuntan, menggunakan basis akuntansi kas, atau kas dimodifikasi, atau basis pajak penhasilan.

(7)

umum. Namun demikian, standar pelaporan yang pertama akan terpeuhi dengan menyebutkan apakah laporan disajikan secara wajar sesuai dengan basis akuntansi yang digunakan.

Laporan khusus auditor tentang laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis komprehensif akuntansi lain harus berisi empat paragraf:

1. Paragraf pendahuluan yang sama dengan laporan auditor bentk baku, kecuali judul-judul laporan keuangan yang berbeda, seperti laporan aktiva dan kewajiban yang timbul dari transaksi kas.

2. Paragraf lingkup yang persis sama dengan laporan auditor bentuk bbaku. 3. Paragraf penjelasan setelah paragraf lingkup yang menyatakan tentang

basis penyajian dan merujuk ke catatan atas laporan keuangan yang menjelaskan dasar akuntansi komprohensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.

4. Paragraf pendapat yang menyatakan pendapat auditor (pernyataan menolak memberi pendapat) tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan basis akuntansi yang disebutkan.

ANSUR, AKUN, ATAU POS TERTENTU LAPORAN KEUANGAN

Data ini biasanya meliputi sewa, royalti, partisipasi laba, atau penyisihan untuk pajak penghaslan. Laporan khusus tentang data ini mungkin diterbitkan sebagai hasil suatu audit atau hasil penerapan prosedur yang disepakati bersama.

Audit

(8)

Prosedur yang Disepakati

Penerapan prosedur yang disepakati bukanlah suatu audit. Jenis pemberian jasa ini bisa terjadi, misalnya dalam suatu rencana akuisisi apabila pembeli propektif meminta akuntan untuk merekonsiliasi saldo bank dan mengkonfirmasi piutang dagang. SAS 622, Laporan Khusus – Penerapan Prosedur yang disepakatii atas Unsur, Akun, atau Pis Suatu Laporan Keuangan (PSA No. 51), menyatakan bahwa akuntan independen bisa menerima penugasan untuk menerapkan prosedur yang disepakati atas elemen, akun, atau pos tertentu dalam suatu laporann keuangan di bawah kondisi-kondisi berikut:

1. Akuntan adalah independen

2. Akuntan dan pihak-pihak yang bersangkutan sepakat dengan prosedur-prosedur yang dilakukan atau akan dilakukan oleh akuntan

3. Pihak-pihak yang bersangkutan bertanggungjawab atas kecukupan prosedur-prosedur yang telah disepakati untuk tujuan mereka.

4. Prosedur-prosedur yang akan dilakukan diperkirakan akan menghasilkan temuan konsisten yang masuk akal.

5. Basis akuntansi untuk elemen, akun , atau pos laporan keuangan tertentu cukup jelas bagi semua pihak dan akuntan.

6. Hal-hal spesiffik tertentu yang padanya akan diterapkan prosedur yang telah disepakati, perrlu diestimasi dan diukur secara konsistensi dan masuk akal. 7. Bukti-bukti yang berkaitan dengan hal-hal spesifik yang padanya akan

diterapkan prosedur yang telah disepakati diperkirakan akan ada untuk memberikan dasar yang layak untuk menyatakan hasil temuan dalam laporan akuntan.

8. Apabila bisa dilaksanakan, akuntan dan pihak-pihak yang bersangkutan sepakat mengenai batas materialitas untuk tujuan pelaporan.

9. Penggunaan laporan dibatasi pada pihak-pihak tertentu.

(9)

Akuntan harus menyajikan hasil penerapan prosedur yang disepakati atas hal-hal tertentu dalam bentuk temuan. Selain itu, akuntan dilarang memberikan jaminnan negatif tentang apakah elemen, akun, atau pos dalam laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar dalam kaitanya dengan kriteria yang telah ditetapkan seperti misalnya prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan auditor harus berisi elemen-elemen berikut:

1. Judul yang menggunakna kata “independen”

2. Menunjuk secara khusus unsur, akun, atau pos suatu laporan keuangan daru suatu perusahaan dan sifat penugasan.

3. Menyebutkan piihak-pihak yang terlibat

4. Basis akuntansi dari unsur, akun, atau pos suatu laporann keuangan kecuali jika terbuki lain.

5. Pernyataan bahwa prosedur yang dilaksanakan adalah prosedur-prosedur yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang disebutkan dalam laporan. 6. Menunjuk pada standar yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. 7. Pernyataan bahwa kecukupan prosedur adalah semata-mata

tanggungjawab pihak-pihak yang bersangkutan dan pernyataan menolak bertanggungjawab atas kecukupan prosedur-prosedur yang dilakukan dan temuan yang bersangkutan.

8. Daftar prosedur-prosedur yang dilakukan dan temuan yang bersangkutan 9. Bila memungkinkan, penjelasan mengenai batas materialitas yang

disepakati.

10. Pernyataan bahwa akuntan tidak ditugasi, dan tidak mengerjakan, untuk melakukan audit atas elemen, akun atau pos laporan keuangan tertentu; pernyataan menolak memberi pendapat mengenai elemen, akun, atau pos tertentu; dan pernyataan bahwa apabila akuntan telah melaksanakan prosedur tambahan, maka hal-hal yang diketahuinya telah dilaporkan. 11. Paragraf terpisah pada bagian akhir laporan yang menyatakan bahwa

laporan hanya dimaksudkan semata-mata untuk informasi dan digunakan oleh pihak-pihak tertentu dan tidak dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain selain oleh pihak-pihak tertentu yang disebutkan dalam laporan. 12. Apabila perlu dicantumkan pembatasan yang berkaitan dengan prosedur

(10)

13. Apabila perlu dicantumkan penjelasan tentang sifat bantuan yang diberikan oleh spesialis (jika ada).

KEPATUHAN TERHADAP ASPEK PERJANJIAN KONTRAK ATAU PERSYARATAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN LAPORAN KEUANGAN

Perusahaan mungkin diharuskan oleh perjanjian kontrak atau badan pengatur untuk menyampaikan laporan kepatuhan yang diterbitkan auditor independen. Sebagai contoh, perjanjian obligasi (bonn indentures) sering memuat berbagai sinking fund, menjaga rasio lancar minimum tertentu, pembatasan pembayaran dividen tunai, dan sebagainya. Selain meminta laporan keuanan auditan, pemberi pinjaman atau wali amanat sering meminta jaminan dari auditor independen bahwa peminjam telah memenuhi ketentuan-ketentunan pernjanjian yang berkaitan dengan masalah akuntansi. Auditor independen dapat memenuhi permintaan ini dengan memberikan keyakinan negatif yang bersangkutan dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan audit atas laporan keuangan. SA 623.19 menyatakan bahwa keyakinan (jaminan) ini tidak harus diberikan kecuali jika auditor telah mengaudit laporan keuangan tersebut yang bersangkutan dengan perjanjian kontrak atau persyaratan peraturan dan harus tidak memperluas ke ketentuan perjanjian yang berkaitan dengan masalah yang tidak tercakup dalam prosedur audit yang dilaksanakan dalam audit atas laporan keuangan.

Jaminan auditor mengenai kepatuhan bisa diberikan dalam laporan terpisah atau dalam satu atau lebih paragraf penyesalan yang dicantumkan setelah paragraf pendapatan dalam laporan tentang laporan keuangan auditan. Bahasa laporan harus membatasi pendistribusian informasi tentang jaminan negatif hanya kepada pihak-pihak tertentu dalam perusahaan (misalnya dewan komisaris), pihak-pihak yang tersangkut dalam perjanjian pinjaman, atau badan pengatur.

LAPORAN KEUANGAN IDAK DIAUDIT PADA SEBUAH PERUSAHAAN PUBLIK

(11)

penyusunan laporan keuangan interim yang tidak diaudit (dan tidak direview) untuk dimasukkan dalam laporan ke Babepam. Dalam menjalankan jasa akuntansi ini, akuntans harus mengikuti pedoman yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Jenis jasa ini jarang dilakukan akuntan publik.

PSA No. 52, Pengaitan Nama Auditor dengan Laporan Keuangan (SA 504.03), menyatakan bahwa seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan apabila (1) mengiznkan namanya digunakan dalam suatu laporan keuangan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan tersebut, atau (2) Menyerahkan kepada kliennya atau piihak lain suatu laporan keuangan yang disusunnya atau dibantu penyusunannya, meskupun ia tidak mencantumkan namanya dalam laporann tersebut.

Apabila akuntan dikaitkan namanya dengan laporan keuangan yang tidak diaudit dari suau perusahaan publik, maka akuntan diminta untuk menyatakan dalam laporannnya bahwa ia tidak melakukan audit dan menyatakan menolak memberikan pendapat. Selain itu, setiap halaman laporan keuangan hendaknya diberi cap dengan “tidak diaudit”.

Apabila diterbitkan pernyataan menolak memberi pendapat, akuntan tidak diminta untuk melakukan prosedur audit apapun, selain membaca laporann keuangan untuk melihat kemungkinan adanya salah saji yang jelas kelihatan. Apabila ada suatu prosedur yang dilakukan, hal tersebut tidak perlu disebutkan dalam laoran auditor. Apabila dari pembicaraan dengan klien atau dari pekerjaan yang dilakukannya, akuntan mengetahui bahwa laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip akuntan yang berlaku umum, klien harus diminta untuk membuat revisi yang diperlukan dalam laporannya. Apabila klien menolak, maka auditor harus secara jelas menunjukkan keberatannya atas lapoan keuangan tersebut disamping menyatakan menolak memberikan pendapat. Apabila klien menolak untuk menerima laporan auditor, akuntan publik harus menolak namanya dikaitkan dengan laporan keuangan, dan bilamana perlu menarik diri dari penugasan.

PENERIMAAN DAN PELAKSANAAN PENUGASAN ATESTASI

(12)

‘suatu penugasan atestasi adalah penugasan yang di dalamnya praktisi (akuntan publik) dikontrak untuk menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan kesimpulan tentang keandalan asersi-asersi’.

Seseorang akuntan publik hanya boleh menerima penugasan atestasi yang dapat ia selesaikan sesuai dengan standar atestasi sebagaimana akan diuraikan pada bagian lain bab ini. Dalam melaksanakan suatu penugasan atestasi, seorang akuntan publik harus (1) mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung asersi-asersi, (2) menilai secara obyektif pengukuran dan pengkomunikasian individu yang membuat asersi, dan (3) melaporkan temuan-temuannya. Oleh karena itu penugasan atestasi berkaitan dengan dasar dan pendukung atas asersi tertulis, maka penugasan ini bersifat analitis, kritis, dan investigatif.

Ada berbagai jasa profesional yang dapat diberikan oleh para praktisi yang tidak termasuk dalam penugasan atestasi. Beberapa contoh di antaranya adalah:

1. Penugasan konsultasi manajemen yang di dalam penugasan tersebut praktisi dikontrak untuk memberikan nasihan atau rekomendasi kepada kliennya.

2. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk membela klien – sebagai contoh, dalam masalah pemeriksaan/vefifikasi pajak yang sedang ditangani oleh aparat Direktorat Jenderal Pajak.

3. Penugasan pajak yang didalamnya praktisi dikontrak untuk mengisi Surat pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Penghasilan atau untuk memberikan nasihan perpajakan.

4. Penugasan yang di dalamnya praktisi di kontrak untuk melalukan kompilasi laporan keuangan, karena ia tidak diminta untuk memeriksa aau mereview bukti yang mendukung informasi yang diserahkan oleh klien dan tidak menyatakan kesimpulan apa pun atas keandalannya.

5. Penugaan yang di dalamnya praktisi berperan terutama hanya membantu klien - sebagai contoh, bertindak sebagai akuntan perusahaan dalam pembuatan informasi selain laporan keuangan.

6. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk bertindak sebagai saksi ahli dalam bidang akuntansi, auditing, perpajakan, atau hal lain, berdasarkan fakta-fakta tertentu yang disepakati dalam kontrak.

(13)

penerapan undang-undang pajak atau prinsip akuntansi, berdasarkan fakta khusus yang disediakan oleh pihak lain, sepanjang pendapat sebagai ahli tidak menyatakan kesimpulan mengenai keandalan fakta yang diberikan oleh pihak lain tersebut.

STANDAR ATESTASI

Dalam penugasan atestasi, auditor harus memenuhi sebelas standar atestasi. Standar seperti juga standar auditing terbagi atas tiga kategori: standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Perbandingan standar-standar pada setiap kategori menunjukkan bahwa standar atestasi adalah pengembangan dari standar auditing menjadi lebih luas sehingga bisa mencakup jasa-jasa atestasi yang lebih luas pula. Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan konseptual di antara kedua perangkat standar tersebut. Secara khusus dapat dikatakan bahwa standar atestasi:

1. Mencakup fungsi atestasi yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada laporan keuanga historis. Dengan demikian standar tidak merujuk pada laporan keuangan dan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Memungkinkan akuntan publik memberi jaminan (keyakinan) atas atestasi di bawah tingkat “pernyataan pendapatn positif” sebagaimana dilakukan dalam audit laporan keuangan tradisional.

3. Memberi kemungkinan jasa atestasi disesuaikan dengan kebutuhan spesifik pemakai laporan berdasarkan “prosedur yang disepakati” dan “pemakaian secara terbatas”

Dua standar umum yang baru (nomor 2 dan 3) mmenetapkan batas-batas untuk jasa atestasi. jenis jasa ini terbatas pada pennugasan-penugasan yang (1) akuntan publik memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan dengan asersi dan (2) asersi dapat diestimasi atau diukur secara konsisten dan rasional dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan. Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit dalam standar umum, definisi penugasan atestasi di atas menyiratkan bahwa atestasi harus disajikan secara tertulis.

(14)

1. Apabila kegiatan mendapatkan pemahaman tentang pengendalian intern bisa diterapkan, maka hal itu merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan bukti yang cukup sebagaimana diminta oleh standar pekerjaan lapangan atestasi yang kedua.

2. Kegiatan pendapatkan pemahaman tentang pengendalian intern tidak dapat diterapkan pada setiap penugasan atestasi.

Standar pelaporan tentang konsistensi dan pengungkapan informatif dalam standar auditing dicakup dalam standar pelaporan atestasi kedua (jika dapat diterapkan) yang menghendaki suatu kesimpulan apakah asersi telah disajikan sesuaii dengan kriteria yang telah ditetapkan. Standar pelaporan atestasi yang keempat secara eksplisit menyebutkan sifat “penggunaan terbatas” laporan atestasi yang berart adanya pembatasan dalam pendistribusian laporan.

PENUGASAN-PENUGASAN YANG DILAKSANAKAN BERDASARKAN STANDAR ATESTASI

Dalam uraian berikut akan dibahas empat tipe penugasan atestasi: 1. Pryokesi dan prakiraan keuangan

2. Pelaporan tentang pengendalian intern satuan usaha 3. Atestasi kepatuhan

4. Pembahasan dan analisis manajemen

PELAPORAN TENTANG INFORMASI KEUANGAN PROSPEKTIF

Informasi keuangan prospektif biasanya diberikan dalam penawaran publik obligasi dan sekuritas lainnya. Selain itu, bank dan lembaga keuangan sering meminta agar dilakukan proyeksi tentang laba yang diperkirakan di masa datang dalam rangka pemberian kredit kepada perorangan maupun perusahaan, dan instansi pemerintah kadang-kadang meminta prakiraan keuangan dalam rangka pengajuan permohonan bantuan atau kontrak dengan pemerintah. Guna meningkatkan keandalan informasi keuangan prospektif, akuntan publik sering diminta untuk dikaitkan namanya dengan data semacam itu.

(15)

Proyeksi dan Prakiraan Keuangan (SAT.200) ini memiliki kekuatan yang sama seperti halnya PSA.

Jenis-Jenis Informasi Keuangan Prospektif

SAT.200.06 menyebutkan dua jenis informasi keuangan prospektif yaitu:

1. Prakiraan keuangan. Laporann keuangan prospektif yang menyajikan, sepanjang pengetahuan dan keyakinan pihak yang bertanggung jawab posisi keuangan, hasil usaha, dan aliran kas.

2. Proyeksi Keuangan. Laporan keuangan prospektif yang menyajikan, sepanjang pengetahuan dan keyakinan pihak yang bertanggung jawab, atas dasar satu atau lebih asumsi hipotetis, posisi keuangan, hasil usaha dan aliran kas.

Prakiraan keuangan berbeda dari proyeksi keuangan dalam hal asumsi dan taksiran keadaan yang terjadi. Prakiraan keuangan didasarkan pada kondisi yang diharapkan ada dan tindakan yang diharapkan akan dilakukan. Sebaliknya, proyeksi keuangan menyangkut satu atau lebih asumsi hipotetis. Baik prakiraan maupun proyeksi bisa ditetapkan pada estimasi untuk titik tertentu atau suatu rentang tertentu. Kedua jenis informasi keuangan prospektif ini juga berbeda dalam hal penggunaannya. Prakiraan keuangan lebih tepat untuk penggunaan secara umum, sedangkan proyeksi hanya untuk penggunaan terbatas oleh perusahaan sendiri atau oleh perusahaan dan pihak ke tiga yang bernegosiasi langsung dengan perusahaan.

Akuntan publik bisa menerima penugasan untuk melakukan salah satu dari tiga tipe jasa yang berkaitan dengan laporan keuangan prospektif apabila diperkirakan akan ada pihak ke tiga: (1) kompilasi (penyusunan), (2) pemeriksaan, dan (3) penerapan prosedur yang disepakati bersama. Penugasan untuk mengkompilasi informasi prospektif merupakan jasa akuntansi bagi klien yang akan dibahas kemudian pada bab ini. Jenis jasa ini tidak menghasilkan pernyataan jaminan (positif maupun negatif) atas laporan prospektif.

Pemeriksaan Laporan Keuangan Prospektif

(16)

keuangan prospektif mengenai kesesuaiannya dengan pedoman penyajian laporan keuangan prospektif, dan (4) menerbitkan laporan pemeriksaan.

LAPORAN BENTUK BAKU ATAS LAPORAN KEUANGAN PROSPEKTIF SAT 200.31 menyatakan bahwa laporan auditor bentuk baku untuk pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif harus mencakup:

1. Identifikasi laporan keuangan prospektif yang disajikan.

2. Pernyataan bahwa pemeriksaan laporan keuangan prospektif dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan uraian singkat tentang sifat pemeriksaan yang dilakukan.

3. Pendapat akuntan bahwa laporan keuangan prospektif disajikan sesuai dengan pedoman penyajian laporan keuangan prospektif yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan bahwa asumsi yang mendasarinya memberikan dasar yang rasional untuk melakukan prakiraan atau proyeksi dengan asumsi hipotetis tertentu.

4. Catatan bahwa hasil prospektif mungkin tidak dapat dicapai

5. Pernyataan bahwa akuntan tidak bertanggung jawab untuk memutahirkan laporan dengan adanya peristiwa dan keadaan yang terjadi setelah tanggal neraca.

PENYIMPANGAN DARI LAPORAN BENTUK BAKU seperti halnya dalam pelaporan atas laporan keuangan historis, tipe pendapat lain dapat dinyatakan atas laporan keuangan prospektif. Keadaann-keadaan dan dampaknya terhadap pendapat akuntan publik adalah sebagai berikut:

1. Jika menurut pendapat akuntan, laporan keuangan prospektif menyimpang dari pedoman penyajian laporann keuangan prospektif yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, ia harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar. Namun jika penyajian yang menyimpang dari pedoman penyajian karena kegagalan dalam mengungkapkan asumsi signifikan, akuntan harus memberikan pendapat tidak wajar.

(17)

3. Jika pemeriksaan akunan dipengaruhi oleh kondisi yang menghalangi penerapan satu atau lebih prosedur yang dipandang perlu, ia harus menyatakan tidak memberikan dan menjelaskan batasan lingkup tersebut dalam laporannya.

Penerapan Prosedur-Prosedur yang Disepakati Bersama

SAT 200.59-61 menyatakan bahwa akuntan bisa melaksanakan atestasi prosedur yang disepakati bersama atas laporan keuangan prospektif dengan ketentuan bahwa:

1. Akuntan adalah independen

2. Akuntan dan pemakai yang disebutkan sepakat dengan prosedur-prosedur yang dilakukan atau akan dilakukan oleh akuntan

3. Para pemakai yang disebutkan bertanggungjawab atas kecukupan prosedur yang disepakati sesuai dengan tujuan mereka

4. Laporan keuangan prospektif meliputi suatu daftar asumsi-asumsi signifikan

5. Laporan keuangan prospektif yang terhadapnya diterapkan prosedur-prosedur yang telah disepakati bisa menghasilkan estimasi atau pengukuran yang konsisten

6. Kriteria yang digunakan dalam penentuan temuan telah disepakati oleh akuntan dan pemakai yang disebutkan

7. Prosedur-prosedur yang telah diterapkan pada laporan keuangan prospektif diharapkan akan menghasilkan temuan yang konsisten dengan menggunakan kriteria tersebut.

8. Bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan prospektif yang terhadapnya diterapkan prosedur-prosedur yang disepakati bersama diharapkan akan ada ntuk memberikan dasar yang layak untuk menyatakan temuan dalam laporan akuntan.

9. Bila memungkinkan, untuk tujuan pelaporan bisa dicantumkan penjelasan tentang batas materialitas yang disepakati bersama

(18)

Kompilasi

Penugasan kompilasi dimaksudkan untuk menbantu manajemen dalam penyiapan suatu prakiraan atau suatu proyeksi, tetapi tidak dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas laporan keuangan prospektif atau asumsi-asumsi yang mendasari laporan tersebut. Prosedur-prosedur yang harus dilakukan akuntan dalam kompilasi suatu prakiraan atau proyeksi meliputi hal-hal berikut:

1. Menumbuhkan pengertian dengan klien, sebaiknya dalam bentuk tertulis, mengenai jasa yang akan dilaksanakan.

2. Mengajukan pertanyaan tentang prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan prospektif.

3. Menanyakan bagaimana pihak yang bertanggungjawab mengidentifikasi faktor-faktor kunci dan pengembangan asumsinya.

4. Membuat daftar, atau meminta daftar, asumsi signifikan pihak yang bertanggungjawab yang menjadi dasar bagi laporan keuangan prospektif dan mempertimbangkan apakah terdapat penghilangan yang nyata faktor-faktor kunci yng dipakai sebagai dasar penentuan hasil prospektif.

5. Mempertimbangkan apakah terdapat ketidakkonsistenan internal yang nyata dalam asumsi yang dibuat oleh pihak yang bertanggungjawab.

6. Melaksanakan, atau menguji kecermatan matematis perhitungan yang menerjemahkan asumsi ke dalam laporan keuangan prospektif.

7. Membaca laporan keuangan prospektif, termasuk ringkasan asumsi signifikan, dan mempertimbangkan apakah (1) laporan, termasuk pengungkapan asumsi dan kebijakan akuntansi, tidak disajikan sesuai dengan pedoman penyajian laporan keuangan prospektif yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, dan (2) laporan, termasuk ringkasan asumsi signifikan, nyata tidak semestinya dalam hubungannya dengan pengetahuan akuntan tentang satuan usaha tersebut dan industrinya, serta kondisi yang diperkirakan dalam periode prospektif.

Laporan akuntan bentuk baku untuk kompilasi laporan keuangan prospektif harus mencakup (SAT 200. 16):

(19)

2. Pernyataan bahwa akuntan telah mengompilasi laporan keuangan prospektif sesuai dengan standar yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengenai kompilasi proyeksi keuangan.

3. Pernyataan bahwa kompilasi terbatas lingkupnya dan tidak memungkinkan akuntan untuk memberikan pendapat atau bentuk keyakinan lain apa pun atas laporan keuangan prospektif atau asumsi yang bersangkutan.

4. Catatan bahwa hasil prospektif mungkin tidak dapat dicapai.

5. Pernyataan bahwa akuntan tidak bertanggungjawab untuk memutahirkan laporan dengan adanya peristiwa dan keadaan yang terjadi setelah tanggal neraca.

PELAPORAN PENGENALIAN INTERN

SAT 500 memberikan pedoman tentang penugasan untuk memeriksa dan melaporkan asersi manajemen tentang aspek-aspek pengendalian intern atas pelaporan keuangan perusahaan di bawah ini:

1. Efektivitas rancangan dan pelaksanaan pengendalian intern suatu perusahaan.

2. Efektivitas rancangan dan pelaksanaan suatu segmen dari pengendlian intern suatu perusahaan.

3. Hanya kecocokan rancangan pengendalian intern suatu perusahaan.

4. Efektivitas rancangan dan pelaksanaan pengendalian intern suatu perusahaan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh badan pengatur.

Kondisi untuk Pelaksanaan Penugasan

Akuntan independen harus melaksanan penugasan-penugasan di atas hanya apabila manajemen (1) menerima tanggungjawab tentang efektivitas pengendalian intern satuan usaha, (2) menilai efektivitas pengendalian intern dengan menggunakan kriteria yang masuk akal untuk pengendalian intern yang efektif yang dibentuk oleh badan yang diakui, dan (3) terdapat bukti audit yang cukup atau dapat dikembangkan untuk mendukung evaluasi manajemen, dan (4) menyajikan asersi tertulisnya tentang efektivitas struktur pengendalian intern.

(20)

praktisi. Namun, manajemen dapat menugasi praktisi untuk mengumpulkan informasi untuk memungkinkan manajemen melakukan evaluasi efektivitas struktur pengendalian intern satuan usaha.

Perancangan dan Pelaksanaan Penugasan

Meskipun terdapat banyak kesamaan antara metodologi untuk menilai pengendalian ntern dalam suatu audit atas laporan keuangan dan dalam pelaksanaan penugasan untuk memeriksa asersi tertulis manajemen tentang efektivitas pengendalian intern, namun penilaian dalam penugasan ini biasanya lebih luas. Sebagai contoh, dalam suatu audit, pengujian pengendalian hanya perlu dilakukan atas kebiakan dan prosedur yang dinilai auditor memiliki risiko pengendalian di bawah maksimmum (sebagai bagian dari pelaksanaan strategi tingkat risiko pengendalian ditetapkan maksimum). Dalam suatu penugasan untuk memeriksa asersi manajemen tentang pengendalian intern, pengujian pengendalian tergantung pada sifat asersi dan kriteria yang disebutkan manajemen dalam laporan yang berisi asersi. Periode waktu yang dicakup oleh pengujian pengendalian dalam suatu audit adalah sepanjang periode yang diaudit, sedangkan dalam penugasan ini periode waktunya bisa bervariasi berdasarkan sifat asersi dalam pemeriksaan sesuai dengan SA 500. Namun demikian, baik dalam audit maupun dalam pemeriksaan, harus diperoleh pemahaman tentang pengendalian intern, dan setiap kondisi yang dapat dilaporkan dan kelemahan material yang terungkap dari pemahaman atau dari pengujian pengendalian harus dikomunikasikan kepada komite audit. SA 500 berisi pedoman yang cukup luas untuk berbagai situasi yang mungkin timbul dalam pemeriksaan setiap jenis asersi manajemen tentang pengendalian intern suatu perusahaan.

Standar Pelaporan

Bentuk laporan praktisi terantung atas cara yang dilakukan oleh manajemen dalam menyajikan asersi tertulis.

a. Jika asersi manejemen disajikan dalam laporan terpisah yang menyertai laporan praktisi, laporan praktisi dipandang pantas untuk distribusi secara umum dan praktisi harus menggunakan bentuk laporan yang dijelaskan. b. Jika manajemen menyajikan asersinya hanya dalam surat representasi

(21)

kepada badan pengatur tertentu, dan praktisi harus menggunakan bentuk laporan sebagaimana yang dijelaskan.

ASERSI MANAJEMEN DISAJIKAN DALAM LAPORANN TERPISAH Bila manajemen menyajikan asersinya dalam laporan terpisah yang akan menyertasi laporan praktisi, laporan praktisi harus mencakup:

1. Suatu judul yang berisi kata Independen.

2. Identifikasi asersi manejemen tentang efektivitas struktur pengendalian satuan usaha atas pelaporan keuangan.

3. Suatu pernyataan bahwa pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan standar yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan, oleh karena itu, mencakup pemerolehan suatu pemahaman struktur pengendalian intern atas pelaporan keuangan, pengujian dan evaluasi efektivitas desain dan pelaksanaan struktur pengendalian intern,dan pelaksanaan prosedur semacam yang lain dipandang perlu oleh praktis sesuai dengan keadaan. Di samping itu, laporan harus mencakup pernyataan bahwa praktisi yakin bahwa pemeriksaannya memberikan dasar yang memadai untuk memberikan pendapat.

4. Suatu paragraf yang menyatakan bahwa, karena keterbatas bawaan dalam struktur pengendalian apa pun, kekeliruan dan ketidakberesan dapat terjadi dan tidak terdeteksi. Di samping itu, paragraf tersebut harus menyatakan bahwa proyeksi evaluasi apa pun terhadap struktur pengendalian intern atas pelaporan keuangan ke masa yang akan datang mengandung di dalamnya suatu risiko bahwa struktur pengendalian intern dapat menjadi tidak memadai karena adanya perusabahan kondisi, atau tingkat kepatuhan terhadap kebiakan dan prosedur merosot.

Asersi Manajemen Disajikan hanya dalam Surat Representasi kepada Praktisi

(22)

melaporkan tentang asersi manajemen tanpa meminta manejemen untuk menyajikan asersi tertulis dalam laporan terpisah.

Jika manajemen tidak menyajikan asersi tertulis yang menyertai laporan praktisi, praktisi harus memodifikasi laporannya untuk memasukkan asersi manajemen tentang efektivitas struktur pengendalian intern satuan usaha dan menambahkan suatu paragraf yang membatasi distribuusi laporan praktisi hanya kepada manejemen, atau pihak lain dalam satuan usaha, dan jika berlaku kepada badan pengatur tertentu.

ATESTASI KEPATUHAN

Bidang jasa lain yang semakin banyak diminta untuk diberikan akuntan publik dari badang-badang pengatur dan pihak-pihak lainnya adalah jasa yang berkaitan dengan kepatuhan satuan usaha terhadap persyaratan tertentu, seperti misalnya undang-undang, peraturan pemerintah, kontrak, aturan, atau hibah tertentu. Ketentuan tersebut bersifat keuangan atau non keuangan.

Penugasan Prosedur yang Disepakati

(23)

Penugasan Pemeriksaan

SAT 500, Atestasi Kepatuhan, mengijinkan adanya penugasan pemeriksaan yang menghasilkan suatu pernyataan pendapat akuntan independen tentang kepatuhan satuah usaha terhadap persyaratan tertentu apabila kondiso-kondisi tambahan tertentu, tetapi penugasan prosedur yang disepakati lebih dianjurkan karena penugasan ini lebih disesuaikan dengan kebutuhan pemakai. Oleh karena dalam pemeriksaan, akuntan independen menentukan prosedur-prosedur yang akan dilakukan dan bukti yang diperlukan untuk memberi dasar yang layak guna memberikan pernyataan pendapat, penugasan ini bisa menjadi lebih kompleks dalam hal penetapan tingkat materialitas dan dalam penetapan dan pencapaian komponen risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi dalam risiko atestasi.

ANALISIS PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN

SAT 700, Analisis dan Pembahasan oleh Manajemen, menetapkan standar atestasi dan memberikan panduan bagi praktisi tentang pelaksanaan suatu penugasan atestasi yang berkaitan denga Analisis dan Pembahasan oleh Manajemen (APM) yang dibuat sesuai denngan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang disajikan dalam laporan tahunan kepada pemegang saham dan dalam dokumen lain. Akuntan independen bisa menerbitkan laporna pemeriksaan atau laporan review tentang APM jaminan tingkat review bahwa tidak ada suatu hal yang membuat akuntan indenpenden yakin bahwa APM telah menyesatkan lebih banyak dipilih dalam praktis dewasa ini. Tujuan penugasan review ini adalah untuk mengumpulkan bukti sebagai dasar bagi praktisi untuk melaporkan apakah informasi yang diketahui oleh praktisi menyebabkan ia mempercayai bahwa:

1. Penyajian APM tidak mencakup, dalam semua hal yang material, unsur yang diwajibkan dalam peraturan BAPEPAM

2. Jumlah keuangan historis yang tercantum di dalamnya tidak diperoleh secara akurat, dalam semua hal yang material, dari laporan keuangan satuan usaha.

(24)

JASA AKUNTANSI DAN REVIEW

Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi ninatestasi bagi jasa akuntansi yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR). Termasuk di dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Komite terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Komite dalam PSAR. Dengan demikian IPSAR memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSAR.

SAR 100.04 merumuskan satuan usaha nonpublik sebga satuan usaha yang tidak merupakan (a) satuan usaha yang sekuritasnya diperdagangkan dalam sutau pasar publik, baik pada bursa utama (domestik atau asing) atau pada bursa paralel, (b) satuan usasha yang mendaftar pada suatu instans yang berwenang dalam rangka persiapan untuk menjual suatu jenis surat berharga di pasar umum, atau (c) suatu anak perusahaan, corporate joint venture, konsorsium, atau satuan usaha lainnya yang dikendalikan oleh suatu satuah usaha yang termasuk dalam (a) dan (b).

Dalam setiap penugasan yang dilaksanakan berdasarkan PSAR, akuntan harus memberi pengertian kepada perusahaan (entitas), sebaiknya secara tertulis, tentang jasa yang akan dilakukannya. Hal ini meliputi penjelasan tentang sifat dan keterbatasan jasa yang diberikan dan penjelasan tentang laporan yang diharapkan akan diberikan oleh akuntan. Jasa ini jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan audit. Sebagai akibat dari hal-hal tersebut maka:

1. Penugasan tidak dapat diandalkan untuk bisa mengungkapkan adanya kekeliruan, kecurangan, atau tindakan melawan hukum.

2. Akuntan akan memberi informasi kepada manajemen pada tingkat yang sesuai bila ia menemukan kekeliruan material, dan kecurangan serta tindakan melawan hukum yang diketahuinya.

REVIEW ATAS LAPORAN KEUANGAN

(25)

(keyakinan) terbatas bahwa tidak terdapat modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agat laporan tersebut sesuai dengan basis komprehensif akuntansi yang lain.

KOMPILASI LAPORAN KEUANGAN

Tujuan penugasan kompilasi adalah untuk menyajikan dalam bentuk laporann keuangan informasi yang disajikan manajemen tanpa usaha untuk memberikan suatu pernyataan jaminan (keyakinan) apa pun terhadap laporan tersebut. Banyak perusahaan kecil mengandalkan pada bantuan dari akuntan publik dalam menyusun informasi keuangan untuk kepentingan mereka, baik untuk pengelolaan perusahaan atau untuk menyerahkan informasi tentang perusahaan ke bank dalam rangka mengajukan permohonan kredit. Akuntan publik melakukan jasa semacam ini untuk perusahaan-perusashaan kecil, dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh kontroler atau direktur keuangan dalam menyajikan informasi untuk manajemen pada perusahaan besar. Penugasan kompilasi ditujukan untuk membantu manajemen dalam penyusunan laporan keuangan – tidak untuk memberi jaminan tentang apakah informasi bebas dari salah saji material. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi auditor untuk memiliki kesamaan pengertian mengenai tujuan penugasan ini da bahwa kompilasi tidak dapat diandalkan untuk menemukan kekeliruan atau kecurangan.

LAIN-LAIN

Perubahan Penugasan

(26)

RINGKASAN

(27)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada umumnya akntan publik dapat memberi empat tingkatan jaminan yang berkaitan dengan suatu penugasan. Dalam hal tertentu, akuntan publik bisa memberikan keempat tingkat jaminan untuk suatu jenis pennugasan tertentu. Dalam hal lain, standar profesional membatasi jenis jaminan yang bisa diberikan untuk suatu jenis peugasan tertentu guna mencegah timbulnya salah pengertian mengenai jasa yang diberikan. Keempat tingkat jaminan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jaminan tingkat audit atau pemeriksaan. 2. Jaminan tingkat review.

3. Prosedur yang disepakati bersama 4. Tidak ada jaminan.

B. SARAN

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

- Hubungkan dua titik tersebut, sehingga membentuk garis lurus yang merupakan grafik persamaan yang di cari.. Menyatakan Persamaan Garis Jika

4) Awalan nama keluarga, dalam indeks tidak terpisah dari nama keluarganya, sebagai unit pertama.. 6) Nama perusahaan berasal dari nama orang lengkap. 7) Kata sandang “

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama mengunakan metode kuantitatif dan terdapat 3 variabel yang sama yaitu budaya organisasi,

Perusahaan Atom’s of Maine sangat yakin dengan kepercayaan yang ditanamkan pada nilai spiritual melalui beberapa tindakan seperti: menghormati hubungan baik antara

Dari latar belakang diatas dapatlah dirumuskan masalah yang menjadi latar belakang tugas akhir ini, yaitu bagaimana pengaruh panjang bit kode pada kinerja program kompresi

Artinya adalah semakin baik kualitas informasi yang terkandung dalam program Dry Lab Pengantar Akuntansi maka semakin puas mahasiswa pengguna Dry Lab tersebut dan

pengungkapan fraud provider dengan nilai sebesar 0,020% dari biaya pelayanan kesehatan per tahun dan telah dilakukan pengembalian ke kas. perusahaan melalui pemotongan

Provinsi Sulawesi Tengah adalah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 2 Tahun