• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SAKTI KABUPATEN KERINCI TERHADAP PARA PELANGGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SAKTI KABUPATEN KERINCI TERHADAP PARA PELANGGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN ARTIKEL"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

0 PELAYANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SAKTI

KABUPATEN KERINCI TERHADAP PARA PELANGGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999

TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

ARTIKEL

AFRIYENTI NPM. 0710018412044

Program Studi Ilmu Hukum

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

1 Pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti Kabupaten Kerinci Terhadap

Para Pelanggan Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Afriyenti1, Lis Febrianda1 Yofiza Media2

1

Program Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

2

Program Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta E-mail : [email protected]

ABSTRACT

PDAM is a Local-Owned Corporation built upon the purpose of increasing public service of clean water. However, the fact shows that the supply of clean water either in the city or villages for the need of households or industries are not accomplished. This case is not suitable with article 7 of Law no 8 of 1999. Based on the above problem, there are three problems that follow: (1) Is the consumer service of PDAM Tirta Sakti of Kerinci Regency appropriatewith the Law no 8 of 1999 (2) What are the obstacles faced by the consumers in getting the service of PDAM Tirta Sakti of Kerinci Regency based on the Law no 8 of 1999? (3) What are the efforts that the consumers do towards the service of PDAM Tirta Sakti of Kerinci Regency based on the Law no 8 of 1999? This research uses juridical-sociological approach. The data collection was undertaken through document analysis and interview. The entire data were analyzed both qualitatively and descriptively. The location of the research was in Local Water Corporation (PDAM) of Kerinci Regency. The result of the research shows that PDAM Tirta Sakti of Kerinci Regency is not suitable with the Law no 8 of 1999 article 4. The obstacles faced by the consumers are as follows: consumers` objection is not fully handled; account payment is minimal; water meter is out of order; bureaucracy of objection is complicated; emergence of avoiding any conflict though their rights are not fulffilled. Therefore, the consumers solve this by delivering their objection and report to the Indonesian Legislative Assembly at Regional Level (DPRD) of Kerinci. They ask the staffs of PDAM to provide highly qualified water meter and its accuracy will be tested in every 5 years. Negotiation outside a court avoids any trial in a court.

Keywords: The service, PDAM, Consumers, protection.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting

dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga

per empat bagian dari tubuh terdiri dari air

dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup

lebih dari 4-5 hari tanpa minum air.

Pada dasarnya pengadaan air minum

adalah tanggung jawab manusia sendiri, dan

memang sejak semula secara tradisional

masyarakat telah mengadakan usaha

pengadaan air minum baik secara sendiri

ataupun kolektif dengan memanfaatkan alam

dan sumber daya yang ada, namun

mengingat semakin sulitnya air bersih, maka

diperlukan usaha untuk pengadaan air

minum dari pemerintah diantaranya dengan

memberikan pelayanan berupa pengadaan

perusahaan air minum yang dapat dinikmati

(3)

2

membutuhkan air bersih. Hal ini diatur

dalam Peraturan Pemerintah No 16 Tahun

2006 tentang Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum (SPAM) yang

menyatakan bahwa Pemerintah khususnya

Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung

jawab memenuhi kebutuhan air bersih

masyarakat di wilayah sesuai dengan standar

pelayanan minimum yang ditetapkan.

Berkaitan dengan ketentuan tersebut,

maka untuk memberikan perlindungan

terhadap hak-hak konsumen, maka pada

tanggal 20 April 1999 telah disahkan dan

diundangkannya Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen yang ditetapkan mulai berlaku

setelah satu tahun sejak diundangkan.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan

disahkan dan diundangkannya

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 ini antara lain

ialah bahwa pembangunan perekonomian

nasional pada era globalisasi harus dapat

mendukung tumbuhnya dunia usaha

sehingga mampu menghasilkan beraneka

barang dan/atau jasa yang memiliki

kandungan teknologi yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

sekaligus mendapatkan kepastian atas barang

dan/atau jasa yang diperoleh dari

perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian

bagi konsumen.

Dengan berlakunya Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen saat ini, maka hubungan dan

kedudukan antara pelaku usaha dengan

konsumen, hak dan kewajiban

masing-masing serta prinsip-prinsip penegakannya

memperoleh pengakuan dasar yang diakui

secara formal. Adanya ketentuan hukum

yang melindungi konsumen ini sangat

diperlukan untuk mewujudkan keseimbangan

antara pelaku usaha dengan pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat.

PDAM merupakan perusahaan yang

dikelola oleh pemerintah daerah yang dalam

pengoperasiannya sebagai badan pelayanan

masyarakat. PDAM sebagai organisasi sektor

publik mengutamakan pemenuhan kepuasan

masyarakat melalui penyediaan barang dan

pelayanan kepada publik dengan harga yang

terjangkau.

Dari fakta tersebut, maka PDAM Tirta

Sakti Kabupaten Kerinci diharapkan dapat

menyeimbangkan daya tawar antara

konsumen dengan pelaku usaha karena

dalam berbagai hal pelaku usaha selalu

dalam posisi lebih dibandingkan konsumen.

Terlebih-lebih bila pelaku usahanya adalah

BUMN dan BUMD, dimana hampir tidak

pernah ada perimbangan daya tawar dengan

konsumennya. Konsumen hanya harus

menerima keputusan dan/atau kemauan

(4)

3

dalam standar kontrak yang melahirkan dan

melukiskan hubungan hukum diantara

mereka.

Penyediaan air yang dilakukan oleh

PDAM Tirta Sakti baik di daerah perkotaan

maupun di pedesaan, mempunyai tujuan

untuk memberikan pelayanan pada

masyarakat untuk mendapatkan air bersih

yang sehat dan memadai untuk keperluan

rumah tangga maupun industri sehingga

menunjang perkembangan ekonomi dan

derajat kesehatan penduduk. Namun dalam

kenyataannya, penyediaan air bersih yang

dilakukan oleh PDAM Tirta Sakti Kabupaten

Kerinci baik di daerah perkotaan maupun di

pedesaan untuk mendapatkan air bersih yang

sehat dan memadai guna keperluan rumah

tangga maupun industri masih belum

terpenuhi. Pelayanan yang dilakukan oleh

PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci masih

di bawah standar. Hal ini tidak sesuai dengan

kewajiban pelaku usaha sebagaimana yang

diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1999 Pasal 7.

Dengan demikian, agar dapat

dihasilkan data yang akurat mengenai

perlindungan konsumen, hal ini menjadi

penting untuk dikaji lebih lanjut.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah PDAM Tirta Sakti Kabupaten

Kerinci dalam memberikan pelayanan

kepada konsumen telah sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 ?

2. Kendala-kendala apa sajakah yang

dihadapi oleh konsumen dalam

mendapatkan pelayanan yang diberikan

oleh PDAM Tirta Sakti Kabupaten

Kerinci berdasarkan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 ?

3. Upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan

oleh konsumen terhadap pelayanan

PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci

berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis

PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci

dalam memberikan pelayanan kepada

konsumen telah sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis

kendala-kendala yang dihadapi oleh

konsumen dalam mendapatkan pelayanan

yang diberikan oleh PDAM Tirta Sakti

Kabupaten Kerinci berdasarkan

(5)

4

3. Untuk mengetahui dan menganalisis

upaya-upaya yang dilakukan oleh

konsumen

terhadap pelayanan PDAM Tirta Sakti

Kabupaten Kerinci berdasarkan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat, baik secara

teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran

terhadap perkembangan ilmu hukum

khususnya tentang hukum perlindungan

konsumen, sehingga dalam kerangka

hukum tentang perlindungan konsumen

semakin berkembang dan dapat

memberikan gambaran yang nyata

terhadap masalah-masalah yang dihadapi

oleh konsumen.

2. Manfaat Praktis

Kepada pemerintah daerah agar dapat

meningkatkan dan memperhatikan

pembangunan infrastruktur dan peran

sektor swasta, serta mendorong

terselenggaranya sektor usaha yang

profesional, efisien sehingga dapat

menghasilkan manfaat bagi sektor

ekonomi pemerintah daerah. Penelitian ini

juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan masukan dan acuan bagi PDAM

Tirta Sakti Kabupaten Kerinci untuk

memperbaiki kinerjanya dalam

meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat (pelanggan). Di samping itu

dapat dijadikan bahan masukan bagi

konsumen untuk meningkatkan daya

tawar dalam rangka melindungi dan

memperjuangkan hak-haknya.

E.Kerangka Teoritis

Hukum perlindungan konsumen

membicarakan sejumlah hak konsumen yang

perlu mendapat perlindungan hukum.

Hak-hak itu adalah Hak-hak konsumen sebagai pribadi

yang juga warga masyarakat. Hak-hak

konsumen itu adalah hak keperdataan yang

dilindungi oleh perundang-undangan

(hukum) perdata. Sebagai hak keperdataan,

konsumen harus memperjuangkan sendiri

haknya melalui saluran-saluran hukum dan

institusi hukum perdata yang disediakan oleh

negara, dimana apabila hak seorang

konsumen dilanggar dan itu menimbulkan

kerugian baginya, konsumen dapat

mengajukan tuntutan (gugatan) secara

perdata untuk mempertahankan atau

mendapatkan kembali haknya itu.

Menurut wilayah materinya, hukum

perlindungan konsumen termasuk ke dalam

hukum ekonomi. Dengan kata lain, hukum

perlindungan konsumen adalah bagian dari

(6)

5

Dari sudut tinjauan sosiologi hukum,

fenomena terhadap boikot konsumen itu

merefleksikan bahwa pembentukan hukum

dan penegakan hukum telah jauh dari

nilai-nilai keadilan. Hukum tidak lagi menjadi

sarana mengakomodasikan nilai-nilai

keadilan dalam berbagai kasus kongkret.

Kepentingan sepihak lebih mendominasi

didalamnya dari pada nilai-nilai keadilan.

Berkaitan dengan perlindungan

konsumen, diperlukan pendekatan sosiologi

hukum. Teori sosiologi hukum bersifat

komprehensif, yaitu memberikan penjelasan

yang lebih luas dan menyeluruh terhadap

suatu fakta atau kenyataan yang terjadi

dikaitkan dengan kaedah-kaedah yang ada.

F. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk pada

penelitian kualitatif, metode pendekatan

yang dipilih adalah metode pendekatan

yuridis-sosiologis. Jenis data yang

dipergunakan adalah data sekunder dan data

primer, pemilihan informan menggunakan

sistem snow ball. Penelitian di lakukan di

Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti

Kabupaten Kerinci, instrumen penelitian

adalah peneliti sendiri, teknik pengumpulan

data dilakukan dengan studi dokumen dan

wawancara mendalam.

II.Tinjauan Umum tentang Hukum Perlindungan Konsumen

A.Latar Belakang Pemikiran Kearah Perlindungan Konsumen

Sejak dua dasawarsa terakhir ini

perhatian dunia terhadap masalah

perlindungan konsumen semakin meningkat.

Gerakan perlindungan konsumen sejak lama

dikenal di dunia barat. Negara-negara di

Eropa dan Amerika juga telah lama memiliki

peraturan tentang perlindungan konsumen.

Organisasi dunia seperti PBB pun tidak

kurang perhatiannya terhadap masalah ini.

Hal ini terbukti dengan dikeluarkannya

Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor

39/248 Tahun 1985. Dalam resolusi ini

kepentingan konsumen yang harus

dilindungi meliputi:

a. Perlindungan konsumen dari

bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan

keamanannya;

b. Promosi dan perlindungan kepentingan

sosial ekonomi konsumen;

c. Tersedianya informasi yang memadai

bagi konsumen untuk memberikan

kemampuan mereka dalam melakukan

pilihan yang tepat sesuai dengan

kehendak dan kebutuhan pribadi;

d. Pendidikan konsumen;

e. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif;

f. Kebebasan untuk membentuk organisasi

konsumen.

Perlunya Undang-Undang

(7)

6

lemahnya posisi konsumen dibandingkan

posisi produsen/pelaku usaha. Tujuan hukum

perlindungan konsumen secara langsung

adalah untuk meningkatkan martabat dan

kesadaran konsumen. Secara tidak langsung

hukum ini juga akan mendorong produsen

untuk melakukan usaha dengan penuh

tanggung jawab.

B.Pengertian dan Asas Hukum Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen merupakan

istilah yang dipakai untuk menggambarkan

perlindungan hukum yang diberikan kepada

konsumen dalam usahanya untuk memenuhi

kebutuhannya dari hal-hal yang dapat

merugikan konsumen itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan perlindungan

konsumen, khususnya menentukan tanggung

jawab produsen kepada konsumen yang

menderita kerugian karena produk cacat,

maka konsumen harus dapat membuktikan

adanya suatu perbuatan oleh pelaku usaha

yang telah merugikan konsumen. Untuk itu

dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999

tentang perlindungan konsumen terdapat

lima asas perlindungan konsumen, yaitu:

asas manfaat, asas keadilan, asas

keseimbangan, asas keamanan dan

keselamatan konsumen, asas kepastian

hukum.

C.Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata

bahwa semua perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya. Dalam pasal

tersebut menganut asas kebebasan

berkontrak, maka para pihak dalam

perjanjian pembiayaan konsumen dapat

membuat suatu perjanjian sesuai dengan

kehendak para pihak.

Dalam perjanjian pembiayaan

konsumen, biasanya pihak perusahaan

pembiayaan sudah menentukan sendiri

substansi perjanjian yang dibuat dalam

bentuk tertulis berupa kontrak standar

(baku), yang mana dalam hal ini pihak

konsumen tidak ikut serta dalam menentukan

substansi perjanjian tersebut, mereka hanya

menerima atau menolak kontrak atau

perjanjian tersebut.

D.Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen

Sehubungan dengan perlindungan

terhadap konsumen, yang perlu mendapat

perhatian utama dalam perjanjian baku

adalah mengenai klausula eksonerasi yaitu

klausula yang berisi pembebasan atau

pembatasan pertanggungjawaban dari pihak

pelaku usaha yang lazimnya terdapat dalam

(8)

7

hal tersebut diperlukan sebuah standar dalam

melakukan suatu kontrak.1

Standar kontrak adalah penggunaan

klausula baku dalam transaksi konsumen.

Hal ini penting karena pemberlakuan standar

kontrak merupakan suatu kebutuhan yang

tidak bisa dihindari. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Sutan Remy Syahdeini,

bahwa perjanjian baku/standar kontrak

adalah suatu kenyataan yang lahir dari

kebutuhan masyarakat, sehingga diperlukan

aturan hukum untuk mengaturnya agar tidak

disalahgunakan atau menimbulkan kerugian

bagi pihak lain2.

E.Aspek Hukum Keperdataan Dalam Perlindungan Konsumen

Kaidah-kaidah hukum yang mengatur

hubungan dan masalah hukum antara pelaku

usaha penyedia barang dan/atau

penyelenggara jasa dengan konsumennya

masing-masing termuat dalam:3

1. KUHPerdata, terutama dalam buku kedua,

ketiga dan keempat;

2. KUHD, buku kesatu dan kedua

3. Berbagai peraturan perundang-undangan

lain yang memuat kaidah-kaidah hukum

bersifat perdata tentang subjek-subjek

1

Janus Sidabolok, 2010, Hukum

Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 25.

2Ibid

, hlm 25.

3 Az.Nasution, 2007, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta, hlm 71.

hukum, hubungan hukum dan masalah

antara penyedia barang atau

penyelenggara jasa tertentu dan

konsumen.

F. Prinsip-Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen

Secara umum, prinsip-prinsip tanggung

jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai

berikut :4

1. Kesalahan (liability based on fault);

2. Praduga selalu bertanggung jawab

(Presumption of liability);

3. Praduga selalu tidak bertanggung jawab

(presumtion of nonliability);

4. Tanggung jawab mutlak (strict liability);

5. Pembatasan tanggung jawab (limitation of

liability).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelayanan PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci Kepada Konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Untuk jumlah pelanggan PDAM Tirta

Sakti Kabupaten Kerinci sampai dengan

tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 2.

(9)

8

TABEL 2

JUMLAH KONSUMEN/KANTOR CABANG TAHUN 2012

NO KANTOR CABANG JUMLAH KONSUMEN

1.

Sumber : Dokumentasi PDAM Tirta Sakti Tahun 2012

Banyaknya kasus yang masuk ke

PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci dapat

dilihat pada tabel 3.

TABEL 3

JUMLAH PENGADUAN KONSUMEN TAHUN 2012

NO JENIS PENGADUAN JUMLAH

1.

Sumber : Dokumentasi PDAM Tirta Sakti Tahun 2012

Dari banyaknya kasus keluhan

konsumen yang disampaikan kepada PDAM

Tirta Sakti Kabupaten Kerinci yang dapat

diselesaikan hanya sebagian kecil saja, ini

dapat dilihat pada tabel 4.

TABEL 4

JUMLAH PENYELESAIAN PENGADUAN KONSUMEN

TAHUN 2012

NO JENIS PENGADUAN JUMLAH

1.

Tabel diatas menggambarkan situasi

dari masalah yang tidak dapat diselesaikan

secara tuntas. Padahal Perusahaan Daerah

Air Minum Tirta Sakti Kabupaten Kerinci

mempunyai kewajiban yang harus

dilaksanakan sesuai dengan yang tertulis

dalam formulir ketentuan kontrak

berlangganan sambungan PDAM Tirta Sakti.

B.Kendala-Kendala yang Dihadapi oleh Konsumen terhadap Pelayanan yang Diberikan oleh PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 1. Lambannya Penanganan Pengaduan

dan/atau Laporan Pelanggan

Adapun mekanisme penanganan

pengaduan dan/atau laporan pelanggan dapat

dilihat pada bagan berikut ini :

1. Konsumen mengadukan pengaduan ke

PDAM.

2. Laporan diterima oleh bagian informasi.

3. Bagian informasi melanjutkan kebagian

(10)

9

4. Laporan dinaikkan kedirektur untuk

dimintakan disposisi.

5. Laporan turun ke bagian hubungan

masyarakat.

6. Bagian hubungan masyarakat melanjutkan

ke hubungan langganan.

7. Setelah ada penyelesaian pengaduan, petugas

meminta pelapor menandatangani surat

penyelesaian laporan.

Mekanisme laporan pelanggan dan

penyelesaiannya tersebut tidak sinkron

dengan kenyataan di lapangan. Dari berbagai

sikap pelanggan dalam menanggapi

pelayanan PDAM Tirta Sakti tersebut masih

jauh dari harapan, pada umumnya pelanggan

yang mengalami masalah terhadap pasokan

air bersih tersebut menyampaikan

keluhannya baik secara tertulis maupun

secara lisan ke kantor PDAM Tirta Sakti.

Biasanya laporan tersebut diterima oleh

pegawai PDAM Tirta Sakti bagian informasi

dan selanjutnya diteruskan kepada bagian

distribusi. Setelah sampai dibagian distribusi,

pelanggan tinggal menunggu realisasi dari

pengaduan yang telah mereka lakukan. Pihak

PDAM Tirta Sakti tidak pernah

menghubungi pelanggan untuk

menandatangani surat penyelesaian laporan

jika pengaduan telah ditanggapi.

2. Pembayaran Rekening Minimal

Untuk pelanggan yang airnya tidak

mengalir petugas PDAM tetap melakukan

tagihan rekening karena sesuai dengan

ketentuan kontrak berlangganan, kewajiban

pelanggan adalah:

a. Membayar biaya pemasangan sambungan

air minum (biaya pemasangan baru, biaya

pindah lokasi, biaya balik nama dan biaya

lainnya).

b. Menyediakan instalasi pelanggan atas

beban biaya pelanggan.

c. Membayar biaya sambungan dan atau

pemakaian air tepat pada waktunya sesuai

dengan tagihan PDAM.

d. Memberikan kesempatan kepada PDAM

untuk memeriksa instalasi pelanggan guna

memastikan jaringan persil berfungsi

dengan baik.

e. Memelihara instalasi pelanggan agar

selalu dalam keadaan baik atas beban

biaya pelanggan.

f. Melaporkan kepada PDAM jika

sambungan air mengalami

gangguan/kerusakan.

g. Melaporkan secara tertulis kepada PDAM

atas setiap pemindah-tanganan hak,

tanggung jawab atau kewajiban pelanggan

kepada pihak lain.

h. Memberitahukan kepada PDAM apabila

bermaksud berhenti berlangganan

sementara atau pemutusan kontrak.

i. Memelihara pipa lintasan PDAM yang

(11)

10

Jika pelanggan tidak memenuhi

kewajibannya, pihak PDAM akan memutus

sambungan pipa PDAM ke pipa persil

pelanggan. Menurut pelanggan untuk

wilayah yang airnya macet/tidak mengalir,

petugas pencatat meter tidak datang untuk

mencatat meteran pelanggan, hal ini

dikarenakan pencatat meter tau untuk

pelanggan tersebut dalam meter airnya tidak

akan bertambah lebih dari 10 m3 karena

kondisi macet yang dialami sehingga untuk

rekening yang dimaksud data penggunaan

airnya ditebak kurang dari 10 m3,sebab pada

akhirnya penggunaan air yang tertulis dalam

rekening dari 0 m3 – 10 m3 seperti ketentuan

PDAM mengenai pembayaran minimal.

3. Water Meter Rusak

Data laporan pelanggan yang water

meternya rusak berdasarkan jumlah

pengaduan konsumen PDAM Tirta Sakti

tahun 2012 ada 150 kasus, water meter yang

rusak/mati dilakukan perbaikan dibengkel

PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci. Bila

masih memungkinkan dilakukan penggantian

interest akan tetapi jika tidak dapat diganti

secara interest maka water meter tersebut

dikantibal (dijadikan water meter baru dari

bahan lama) kemudian ditest akurasinya.

Bila keakuratannya masih dalam batas

toleransi (3%) maka water meter tersebut

dapat dipergunakan. Akan tetapi bila

melebihi 3 % maka tingkat akurasinya

menyimpang dan termasuk water meter yang

tidak layak pakai dan tidak boleh

dipergunakan. Disini terlihat kualitas water

meter yang kurang baik, apalagi hasil

reparasi dari yang sudah rusak/mati, berarti

pelanggan tidak mendapatkan barang yang

sesuai dengan nilai tukar yang dijanjikan

atau menerima barang tidak sebagaimana

mestinya, untuk itu dihimbau kepada pihak

PDAM Tirta Sakti untuk mempergunakan

water meter yang kualitasnya baik dan harus

ditest ulang setelah lima tahun dipasang.

4. Birokrasi Pengaduan Yang Berbelit-belit.

Pelayanan PDAM Tirta Sakti yang

dianggap buruk oleh konsumen pelanggan

dapat dipandang sebagai perbuatan melawan

hak yang menimbulkan kerugian bagi

konsumen. Di dalam UUPK telah diatur

mekanisme penyelesaian sengketa yang

terjadi antara pelaku usaha dan konsumen

sebagaimana diatur dalam Pasal 45 sampai

dengan Pasal 58 Undang-Undang No 8

Tahun 1999. Undang-Undang No 8 Tahun

1999 pada dasarnya memberikan

keleluasaan bagi konsumen untuk

memulihkan haknya. Penyelesaian sengketa

ini bisa dilakukan melalui jalur litigasi atau

peradilan dengan mengajukan gugatan

perdata biasa (Pasal 45) atau mengajukan

gugatan kelompok (Class Action) (Pasal 46),

(12)

11

(Pasal 45 ayat 3). Sedangkan penyelesaian di

luar pengadilan bisa dilakukan untuk

mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan

besarnya ganti rugi dan/atau mengenai

tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan

terjadi kembali atau tidak akan terulang

kembali kerugian yang diderita oleh

konsumen, (Pasal 47) ataupun penyelesaian

sengketa melalui Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK).

5. Sikap Menghindari Konflik Meskipun Haknya Sebagai Konsumen Dilanggar.

Para konsumen beranggapan bahwa

mereka masih tetap berhubungan dengan

pihak PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci,

sehingga adalah tidak baik dan tidak tepat

apabila untuk menuntut pemenuhan haknya

harus dengan cara menggugat PDAM Tirta

Sakti Kabupaten Kerinci ke Pengadilan

Negeri. Seandainya mereka harus memilih

maka pelanggan akan menghindari cara

ligitas, mereka lebih suka melaporkan

PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci

melalui saluran birokrasi yaitu kepada

Walikota atau kepada Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.

C.Upaya-upaya yang Dilakukan oleh Konsumen terhadap Pelayanan PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

1. Prosedur Penanganan Laporan Langganan.

Berkaitan dengan laporan pelanggan

tersebut menurut Pasal 4 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 konsumen memiliki

hak untuk :

1. Didengar pendapat dan keluhannya atas

barang dan/atau jasa yang digunakan.

2. Diperlakukan atau dilayani secara benar

dan jujur serta tidak diskriminatif.

Lambannya tanggapan atau respon

PDAM Tirta Sakti atas laporan pelanggan ini

membuat konsumen melaporkan ke DPRD

setempat.

2. Pembayaran Rekening Minimal

Ketentuan pembayaran rekening

minimal menyebabkan pelanggan-pelanggan

yang karena ketentuan tersebut membayar

melebihi kewajibannya atau menerima

pelayanan yang kurang dari haknya dan

membayar melebihi kewajibannya. Dalam

hal ini para konsumen pelanggan menerima

dengan pasrah karena tidak ada pilihan lain

selain menjadi pelanggan dan tidak ada

usaha untuk menyeimbangkan daya tawarnya

terhadap posisi lebih kuat yang dimiliki

PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air Pasal

40. Dalam pasal tersebut disebutkan

pemenuhan kebutuhan akan air baku untuk

(13)

12

dimaksud Pasal 34 ayat (1) dilakukan dengan

pengembangan Sistim Penyediaan Air

Minum (SPAM), kemudian pengembangan

penyediaan air minum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung

jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

3. Water Meter Rusak

Water meter yang rusak harus segera

ditangani PDAM hanyalah salah satu dari

bentuk-bentuk pelayanan jasa PDAM yang

berkaitan dengan water meter. Bentuk

pelayanan PDAM yang berkaitan dan sangat

penting adalah keakuratan water meter dalam

mengukur volume air yang diterima

konsumen pelanggan. Apalagi yang memiliki

akses untuk mengetahui suatu water meter

itu akurat atau akurasinya menyimpang

hanyalah PDAM. Para konsumen

menggunakan water meter yang terpasang

dirumahnya belum pernah ditest ulang

sekalipun sudah puluhan tahun sehingga

mereka tidak tau tingkat akurasinya. untuk

itu dihimbau kepada pihak Perusahaan

Daerah Air Minum Tirta Sakti untuk

memasang water meter yang berkualitas baik

dan ditest keakuratannya setiap lima tahun

sekali.

4. Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat

(1) jo. Pasal 47 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, penyelesaian

sengketa konsumen di luar pengadilan dapat

ditempuh dengan dua cara yaitu :

1. Penyelesaian tuntutan ganti rugi seketika

Menurut Pasal 19 (1) dan ayat (3)

Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini

konsumen yang merasa dirugikan dapat

menuntut secara langsung penggantian

kerugian kepada produsen, dan produsen

harus memberi tanggapan dan/atau

penyelesaian dalam jangka waktu tujuh hari

setelah transaksi berlangsung.

2. Penyelesaian tuntutan ganti kerugian

melalui Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK).

Badan ini merupakan badan hasil

bentukan pemerintah yang berkedudukan di

ibu kota Kabupaten/Kota (Pasal 49 ayat (1).

Penyelesaian sengketa konsumen melalui

BPSK ini sama seperti penyelesaian sengketa

dengan jalan mediasi, arbitrase, atau

konsiliasi.

IV. PENUTUP

A. Simpulan

1. PDAM Tirta Sakti Kabupaten Kerinci

belum memberikan pelayanan sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

karena tidak dapat memenuhi hak-hak

konsumen seperti yang disebutkan dalam

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

(14)

13

2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh

konsumen terhadap pelayanan yang

diberikan oleh PDAM Tirta Sakti

Kabupaten Kerinci berdasarkan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 menemui

banyak kendala yakni :

a. Lambannya penanganan pengaduan

dan/atau laporan pelanggan.

b. Pembayaran rekening minimal.

c. Water meter rusak.

d. Birokrasi pengaduan yang

berbelit-belit memakan waktu dan biaya.

e. Sikap menghindari konflik meskipun

haknya sebagai konsumen dilanggar.

3. Dalam hal mengatasi kendala-kendala

tersebut konsumen melakukan

upaya-upaya :

a. Penanganan pengaduan yang lamban

oleh Perusahaan Daerah Air Minum

Tirta Sakti Kabupaten Kerinci

dilaporkan ke DPRD Kabupaten

Kerinci.

b. Dalam hal pembayaran rekening

minimal oleh pihak Perusahaan Daerah

Air Minum Tirta Sakti pelanggan tidak

melakukan usaha untuk

menyeimbangkan daya tawarnya

terhadap posisi lebih kuat yang

dimiliki oleh produsen.

c. Kerusakan water meter pelanggan

membuat tidak akuratnya water meter

dalam mengukur volume air yang

diterima konsumen untuk itu dihimbau

kepada pihak Perusahaan Daerah Air

Minum Tirta Sakti untuk memasang

water meter yang berkualitas baik dan

ditest keakuratannya setiap lima tahun

sekali.

d. Penyelesaian sengketa di luar

pengadilan dilakukan untuk

menghindari proses di pengadilan yang

memakan waktu panjang dan butuh

biaya yang besar.

B. Saran

Dari hasil penelitian, saran-saran yang

dapat diberikan sebagai berikut :

1. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten

Kerinci hendaknya dapat memperhatikan

peran sektor swasta sehingga dapat

meningkatkan ekonomi dan pendapatan

asli daerah.

2. Pemerintah daerah harus

mensosialisasikan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan konsumen.

3. Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sakti

hendaknya dapat memperbaiki kinerjanya

dan meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen.

4. Sebagai konsumen, pelanggan seharusnya

(15)

14

mengembangkan kemampuan untuk

memperjuangkan hak-hak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA A.Buku-buku

Ahmadi Miru, 2011, Prinsip-Prinsip

Perlindungan Hukum bagi Konsumen

di Indonesia, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta

AZ Nasution, 2007, Hukum Perlindungan

Konsumen Suatu Pengantar, Diadit

Media, Jakarta.

Carol Inskipp, 2009, Pelestarian Air Bersih,

Tiga Serangkai, Solo.

Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2009, Hukum

Perlindungan Konsumen, Cet. 2,

Sinar Grafika, Jakarta.

Daeng Naja, 2009, Pengantar Hukum Bisnis

Indonesia, Penerbit Pustaka Yustisia,

Yogyakarta.

D.W Foster, 1984, Manajemen Perusahaan,

Erlangga, Jakarta.

Janus Sidabolok, 2010, Hukum Perlindungan

Konsumen di Indonesia, PT. Citra

Aditya Bakti Bandung.

Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu,

2004, Hukum Bisnis dalam Persepsi

Manusia Modern, PT. Refika

Aditama, Bandung,

Mariam Darus Badrulzaman, 2005, Aneka

Hukum Indonesia, PT Alumni,

Bandung.

Muhammad Djumhana,1994, Hukum

Ekonomi Sosial Indonesia, PT Citra

Aditya Bakti, Bandung.

Happy Susanto, 2008, Hak-hak Konsumen

Jika Dirugikan, Visimedia, Jakarta.

Richard Burton Simatupang, 2003, Aspek

Hukum dalam Bisnis, Cetakan Kedua,

PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Salim HS, 2008, Perkembangan Hukum

Kontrak Diluar KUH Perdata Buku

Kedua, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar

Penelitian Hukum, UI-Pres, Jakarta.

Sudarwan Danim, 2002, Menjadi Penelitian

Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung.

Sidharta, 2000, Hukum Perlindungan

Konsumen Indonesia, PT. Grasindo,

Jakarta.

Satjipto Raharjo, 1991, Ilmu Hukum, PT

Citra Aditiya Bakti, Bandung.

W.J.S Poerwadarminta, 2006, Kamus umum

Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta.

Yusuf Sofie, 2009, Perlindungan Konsumen

dan Instrumen-instrumen Hukumnya,

PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1962

Tentang Perusahaan Daerah

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

(16)

15

Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2004

Tentang Sumber Daya Air.

Peraturan Pemerintah RI No 57 Tahun 2001

Tentang Badan Perlindungan

Konsumen Nasional

Peraturan Pemerintah RI No 59 tahun 2001

Tentang Lembaga Perlindungan

Konsumen Swadaya Masyarakat

Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2006

Tentang Pengembangan Sistim

Penyediaan Air Minum (SPAM)

C. Sumber Lain

Aby, 169 juta Penduduk Indonesia Belum

Terlayani Air Bersih, dalam

http://poskota.co.id/berita-

terkini/2011/05/03/169-juta-penduduk

indonesia-belum-terlayani-air-bersih, diakses tanggal 3 April

2012.

Budiman Candra, Manfaat Air Bagi

Kehidupan Manusia, dalam

http://www.artikellingkunganhidup.

com/manfaat-air-bagi-kehidupan-manusia.html diakses tanggal 3 April

2012.

Ikhwankiri, Teori Sosiologi Hukum,

http//Labels:Hukum.com, diakses

Hari Senin Tanggal 9 April 2012.

Muhammad Zainal Abidin, Syarat-syarat

Kualitas Pelayanan, dalam

http://www.masbied.com/2011/09/05/

syarat-syarat-kualitas-pelayanan/Syarat-Syarat Kualitas

Pelayanan _ MasBied.com, diakses

tanggal 14 Mei 2012.

Pratama Runy, Pengertian Pelayanan, dalam

http://www.anneahira.com/Pengertian

.Pelayanan.htm, diakses tanggal 19

September 2012

Syamsuri, Kualitas Layanan Publik, dalam

http://tentangpelayananpublik.blogsp

ot.com/, diakses tanggal 28 Agustus

2012.

PDAM, Sejarah Air Minum di Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/PDAM,

diakses tanggal 15 November 2012.

Andri akbar, Gambaran Umum PDAM di

Indonesia

Gambar

Tabel diatas menggambarkan situasi

Referensi

Dokumen terkait

Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung dilatarbelakangi oleh pihak

Gatot Efdi Saputra : Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (Amd) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Selamat Group berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang1. Perlindungan Konsumen, tanggung jawab PO Selamat Group,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum yang diberikan Undang Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bagi konsumen pengguna

Kendala yang dihadapi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Buleleng untuk pemenuhan hak konsumen menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Dalam hubungannya dengan kasus yang dialami oleh konsumen (pelanggan) PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak dalam hal adanya tindakan PDAM Tirta Khatulistiwa yang melakukan

Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung dilatarbelakangi oleh pihak

Perlindungan hukum bagi konsumen terkait influencer pelaku endorsement pada media sosial instagram berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, bahwa