• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PROBIOTIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK RUMIANANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN PROBIOTIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK RUMIANANSIA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN PROBIOTIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK RUMIANANSIA

M Askari Zakariah 09/288529/PT/05771

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

PENDAHULUAN

Pakan utama ternak ruminansia, hijauan atau limbah pertanian seperti jerami padi, memiliki kadar serat kasar yang tinggi. Komponen terbesar dari serat kasar adalah berupa dinding sel yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Produk akhir dari aktivitas mikroba dalam mendegradasi substrat dinding sel tanaman adalah berupa asam lemak terbang (VFA). Komponen VFA yang utama adalah asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan sejumlah kecil asam valerat. Selain menghasilkan asam lemak rantai pendek (short-chain fatty acid-SCFA), fermentasi karbohidrat dalam rumen akan menghasilkan sejumlah gas dan sel mikroba.

Asam lemak terbang yang dihasilkan dari fermentasi karbohidrat merupakan sumber energi bagi ternak inang. Pada proses fermentasi ini juga dihasilkan produk-produk yang tidak berguna bagi ternak seperti CH4, ammonia, dan nitrat. Usaha-usaha peningkatan efisiensi penggunaan energi dari pakan telah banyak dan terus dilakukan, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan cara manipulasi proses fermentasi yang terjadi dalam rumen dalam cara mengubah ekologi rumen yang pada akhirnya bertujuan meningkatkan produk fermentasi yang diharapkan dan dapat menekan hasil fermentasi yang kurang bermanfaat.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Anatomi dan proses pencernaan ruminansia

Nama ruminant berasal dari bahasa latin “ruminare” yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai hewan yang memah biak. Ternak ruminansia seperti sapi, kerbau digolongkan juga sebagai ternak poligastrik, karena saluran pencernaan (khususnya bagian perutnya) terbagi menjadi beberapa kompartemen. Menurut Swenson (1997) pada poligastrik perut dibagi menjadi empat yaitu rumen, reticulum, omasum, dan abomasum, sehingga urutan saluran pencernannya menjadi mulut, oesophagus, rumen, reticulum, omasum, abomasum, small intestinum, large intestinum, rectum,dan anus

Rumen terbagi menjadi dua kantong yakni kantong sebelah dorsal disebut saccus dorsalis, dan kantong sebelah ventral disebut saccus ventralis. Bila rumen dibelah, terlihat tiang-tiang otot yang memisahkan saccu dorsalis dengan saccus ventralis. Tiang-tian otot tersebut diberi nama pilae ruminis. Dalam saccus dorsalis terdapat lebih banyak bahan-bahan kasar dan bahan-bahan kering dibandingkan pada saccus ventralis. Oleh karena itu, berat jenis digesta yang terdapat dalam saccus dorsalis lebih rendah daripada yang terdapat dalam saccus ventralis. (soeharsono, 2010).

Rumen yang berfungsi sebagai tempat fermentasi. Rumen mengandung populasi mikrobia seperti bakteri, protozoa, fungi, dan yeast. Sumber utama energy yan terabsosi oleh ruminant dari produk ahir dari fermentasi diketahui sebagai volatile fatty acid. Selain itu, diproduksi pula gas karbon dioksida, methan. Menurut church (1988) komposisi gas di rumen adalah 65% C02, 27% CH4, 7%N2, 0,6% O2, 0,2%H2 dan 0,01%H2S.

(4)

didegradasi sehinga memiliki bentuk yang lebih kecil sehingga sebelum ingesta tersebut dapat melewati omasum. Omasum memiliki fungsi dalam retensi pakan dalam rumen, sehingga memaksimalkan proses efisiensi fermentasi.

Abomasum merupakan tempat disekresikannya asam lambung (HCl dan enzim proteolitik). Keadaan asam tersebut dapat mematkan bagi mikrobia, seperti mikrobia yang ikut dalam aliran pakan menuju abomasum. Menurut Cheeke (2005), abomasum merupakan tempat digesti protein mikrobia yang merupakan penyedia utama asam amino untuk ternak ruminansia. Ingesta pakan setelah dari abomasum akan menuju doedenum yang berbentu loop, kantong empedu dan pakreas akan mensekresikan produknya pada bagian doedenum tersebut untuk proses hidrolisis lipid, protein, dan karbohidrat.

b. Mikrobiologi rumen

Menurut churc (1988) type yang mikroorganisme yang berkembang dalam rumen adalah mikroorganisme yang memiliki daya adaptasi terhadap kondisi ekosistem yang spesifik dari rumen tersebut. Bakteri dalam rumen dapat ditemukan sebanyak 1010 sampai 1011 sel/gram dari isi rumen. Bakteri rumen dapa diklasifikasikan menjadi bebrapa bagian berupa: bakteri selulolitik, amilolitik, hemiselulolitik, pengguna gula sederhana, pengguna intermediate acid proteolitik, penghasil ammonia, lipolitik, penghasil methan. Sedangkan jumlah protozoa dalam rume berkisar sekitar 105 sampai 106 sel/g dari isi rumen, yang mana terdiri dari protozoa yang berflagellata dan berciliata.

(5)

Oleh karena itu, sampel tersebut dipreparasi dan dipaparkan ternyata didapatkan hal baru dari scane mikrobiologi.

c. Potensi probiotik pada ternak ruminansia.

Probiotik merupakan produk yang mengandung mikroorganisme hidup dan nonpatogen, yang diberikan pada hewan ternak untuk memperbaiki laju pertumbuhan,menstabilkan produksi pada ternak, efisiensi konversi ransum, meningkatkan penyerapan nutrisi, kesehatan hewan, menambah nafsu makan sehingga mempercepat peningkatan berat badan dan memperbaiki kualitas feces. Menurut soeharsono (2010) mikrobia yang digunakan sebagai probiotik adalah bakteri, khamir atau ragi, mould, dan mungkin pada suatu saat termasuk protozoa dan bahkan metazoan.

Potensi mikrobia pada ruminansia berkaitan dengan fungsi mikroorganisme terhadap ingesta pakan secara langsung ataupun tidak langsung, diatas telah disebutkan terdapat beberapa penggolongan bakteri sesuai produk yang dihasilkan ataupun penggunaan sebuah senyawa. Sifat-sifat dari sebuah kelompok mikrobia yang akan dijadikan sebagai probiotik menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Penggunaan probiotik sebagai imbuhan pada ruminansia sangat prospektif karena berbagai efek positif yang ditimbulkannya.

(6)

Hasil kajian yang telah dilakukan pada ternak, mampu menaikka produksi susu 15-20% dan produksi daging 20%sehingga menekan biaya produksi (Wallace et al, 1995; soeharsono, 2010). Pengujan probiotik S. cerevisae (PSc) terhadap sapi potong di jawa barat memberikan pertambahan kenaikan produksi daging 0,43 Kg/ ekor/ hari pada sapi Brahman cross. Sedangkan sapi perah memberikan kenaikan produksi susu 15% dari produksi normal/ ekor/ hari pada sapi FH. Komposisi probiotik PSc terdiri dari: Mikrobia S. cerevisae 5,2 x 1011, protein 13-15%, karbohidrat 32-35%, lemak 5-10%, mineral dan vitamin 1-2%. Beberapa penilitian juga menunukkan efek dari S. cerevisae terhadap aktivitas anaerobic mikrooraganisme rumen dapat menstimulasi fungi selulolitik dalam perkembangbiakkan zoospore dan degradasi selulosa (soeharsono, 2010).

(7)

Fermentasi dalam rumen sangat membantu mengkonversi pakan dengan kualitas rendah menghaskan produksi seperti daging ataupun susu. Proses fermentasi yang terjadi dalam rumen akan mengubah komponen-komponen pakan yang kompleks menjadi produk-produk yang lebih sederhana dan berguna bagi ternak. Introduksi bakteri selulolitik yang memiliki keunggulan dalam mencerna serat, diharapkan dapat meningkatkan kecernaan serat kasar pakan yang pada gilirannya diikuti oleh peningkatan produksi asam lemak terbang sebagai hasil akhir fermentasi serat. Bakteri selulolitik diisolasi dari cairan rumen, sehingga tidak menimbulkann dampak sampingan bagi ternak.

(8)

KESIMPULAN

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Cheeke, P. R. 2005. Applied Animal Nutrition Feed And Feeding. Pearson Prentice Hall. New Jersey.

Church, D. C. 1988. The Ruminant Animal Digestive Physiology And Nutrition. Prentice Hall. New Jersey. Murwani, R. 2008. Aditif Pakan, Aditif Alami Pengganti Antibiotika. UNNES Press. Semarang.

Hendraningsih, L. 2004. Daya Hidup Bakteri Selulolitik Asal Probiotik Yoghurt Sapi Pada Media Pembawa Pollard. Naskah Publikasi. Fakultas

Peternakan – Perikanan. Universitas Muhammadiyah Malang

Soeharsono. 2010. Probiotik Basis Ilmiah. Widya Padjajaran.Bandung.

Van Soest, P. J. 1982. Nutritional Ecology Of The Ruminant. Cornell University. London.

Referensi

Dokumen terkait

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA. MAKASSAR MAKASSAR 2012 2012

Karena adanya pembakuan dan urutan organisasi stasiun kerja pada operasi aliran lini ini, maka pengubahan suatu produk atau volume akan memerlukan biaya yang

Untuk pelanggan Supermarket khususnya yang bertaraf nasional memang di berikan kelonggaran dalam umur piutangnya, hal ini dikarenakan proses penagihannya yang sedikit rumit

Media pembelajaran trainer kit motor listrik berbasis kontaktor pada mata kuliah mesin listrik yang di kembangkan dapat dinyatakan layak atau digunakan dalam

baik kelas XI Jurusan IPA maupun Kelas XI Jurusan IPS, kegiatan ekstrakurikuler (eskul) dan bimbingan belajar (bimbel) mempunyai pengaruh positif yang signifikan

Usahatani konservasi dengan penerapan bedengan searah lereng, gulud setiap 5 m, tanam rapat searah lereng merupakan perlakuan terbaik untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan

Untuk itu diperlukan adanya media lain untuk melakukan knowledge sharing tentang tata cara pelaksanaan aktivitas penjilidan agar knowledge yang dimiliki oleh karyawan

Pengatur bahan masuk.. Sementara mata hammer berjumlah 16 buah yang dibagi kedalam empat sisi, dimana setiap sisinya terdapat 4 buah mata hammer, V-belt yang dipakai adalah