• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rachmad Winarko S P 21040113130083 Pembe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rachmad Winarko S P 21040113130083 Pembe"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS BESAR BAHASA INDONESIA

PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia ( MPK 203 )

Disusun oleh :

Rachmad Winarko Suhar Putra 21040113130083

Informasi Artikel :

Judul : Pembenahan Transportasi Massal di Kota-kota Besar di Indonesia Jumlah Kata : 2958 Kata (Tidak termasuk Judul, Abstrak, dan Daftar Pustaka)

Referencing Style: APA Style

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

Pembenahan Transportasi Massal di Kota-kota Besar di Indonesia

Rachmad Winarko Suhar Putra

21040113130083

Abstrak

Tidak dapat dipungkiri bahwa di era globalisasi sekarang ini manusia sangat

membutuhkan alat transpotasi untuk kebutuhan hidupnya, terutama di daerah yang

memiliki mobilitas penduduk yang relatif tinggi seperti di Indonesia. Hal ini terbukti

dengan banyaknya kemacetan yang melanda kota-kota di Indonesia. Kemacetan

disebabkan oleh minimnya sarana transportasi yang ada serta banyaknya kendaraan

pribadi yang tidak diimbangi dengan tersedianya jalan yang ada. Dalam artikel ini

akan dibahas mengenai bagaimana transportasi massal yang baik di Indonesia mulai

dari pembangunan sistem transportasi massal yang lebih canggih dan efektif,

peningkatan kualitas transportasi massal yang sudah ada, pembatasan kendaraan

pribadi dan sarana pendukung yang ada. Hal ini bertujuan untuk dapat menarik minat

masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal. Hal ini juga

diharapkan dapat diterapkan secara berkesinambungan supaya masalah lalu lintas di

Indonesia dapat teratasi.

(3)

Kemacetan, Permasalahan Kota-kota Besar di Indonesia

Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas ruas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar di Indonesia yang memiliki sarana

transportasi massal yang kurang memadai. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) definisi kemacetan ialah tidak dapat bekerja dengan baik, tersendat, serat, terhenti dan tidak lancar. Selain itu, Hoeve (1990) juga mengatakan bahwa “Kemacetan merupakan masalah yang timbul akibat pertumbuhan dan kepadatan penduduk”

sehingga arus kendaraan bergerak sangat lambat. Dari definisi-definisi di atas, kemacetan merupakan masalah transportasi yang serius di Indonesia dan harus ditangani dengan baik. Kemacetan juga dapat mengganggu aktivitas masyarakat dari segala aspek, mulai dari politik, sosial budaya dan ekonomi. Salah satu akibatnya adalah menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat terutama dari aspek ekonomi yang terganggu.

Kemacetan terjadi karena disebabkan oleh beberapa hal. Menurut Boediningsih (2011) menyatakan bahwa “Kemacetan lalu lintas terjadi karena beberapa faktor, seperti banyak pengguna jalan yang tidak tertib, pemakai jalan melawan arus, kurangnya petugas lalu lintas yang mengawasi, adanya mobil yang parkir di badan jalan, permukaan jalan tidak rata, tidak ada jembatan penyeberangan, dan tidak ada pembatasan jenis kendaraan. Banyaknya pengguna jalan yang tidak tertib,

(4)
(5)

Gambar1. Grafik Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis, 2000-2006

Sumber : Data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa jumlah kendaraan bermotor secara keseluruhan terus meningkat setiap tahunnya. Diantara semua jenis kendaraan bermotor tersebut, sepeda motor merupakan kendaraan yang mengalami perkembangan tertinggi di Indonesia. Tingginya jumlah kendaraan bermotor tersebut mengakibatkan semakin meningkatnya kemacetan yang tidak diimbangi dengan tersedianya ruas jalan yang ada. Di sisi lain, penggunaan bahan bakar minyak semakin meningkat yang berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca dan pencemaran yang diakibatkan oleh pengeluaran emisi pencemar ke udara dari bahan, dan peningkatan suhu yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dari kendaraan bermotor.

Dengan melihat jumlah penduduk Indonesia yang begitu besar, maka transportasi massal merupakan solusi yang tepat untuk diterapkan di Indonesia. Dengan adanya transportasi massal maka dapat mengurangi kemacetan yang sering terjadi di kota- kota besar di Indonesia. Selain itu, juga dapat mengurangi polusi dari kendaraan bermotor dan mengurangi penggunaan bahan bakar.

Transportasi Massal di Indonesia

(6)

kemudian berlanjut hingga bangsa ini memperoleh kemerdekaannya sampai sekarang negara Indonesia telah berkembang untuk meningkatkan sarana transportasi di berbagai wilayah Indonesia. Sarana transportasi massal yang sekarang ada di Indonesia adalah :

1. Kapal Laut

Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari ribuan pulau. Maka dari itu, dibutuhkan sebuah sarana transportasi massal yang mampu menghubungkan antar pulau di seluruh wilayah nusantara. Sarana transportasi massal berupa kapal lautlah yang tepat dan sangat dibutuhkan dengan biaya yang relatif terjangkau. Pelayaran di wilayah Indonesia sudah dimulai sejak zaman dahulu sebelum penjajahan. Diawali dengan kegiatan perdagangan menggunakan perahu kecil dan besar sampai

berkembang seperti sekarang menggunakan kapal laut yang terbuat dari besi yang terus maju seiring perkembangan teknologi. PT. PAL Indonesia adalah produsen kapal laut yang berkompeten serta mampu bersaing dengan negara lain. Sedangkan untuk kegiatan pelayaran sebagai transportasi massal berada di bawah PT. PELNI, serta PT. Pelabuhan Indonesia sebagai penyedia infrastruktur pelabuhan milik negara.

2. Kereta Api

(7)

besar untuk menarik lebih banyak gerbong. Sedangkan di wilayah Ibukota, sudah ada kereta api yang bertenagakan listrik dan terbukti lebih ramah lingkungan dengan berbagai keunggulan yang dimilikinya. Kegiatan operasional kereta api di seluruh Indonesia dikelola oleh sebuah BUMN yang bernama PT. KAI ( Kereta Api Indonesia ).

3. Pesawat Terbang

Masyarakat Indonesia pada awalnya mengenal sebuah pesawat terbang di masa penjajahan dan hingga sekarang telah berkembang pesat menjadi transportasi massal yang mampu mencapai wilayah yang jauh dengan waktu yang sangat singkat. Hal itu membuat kendaraan ini sangat berperan penting sebagai sarana transportasi yang efektif. Penyedia sarana bandara di Indonesia dikelola oleh PT. Angkasa Pura dan maskapai nasional milik negara yang cukup bagus dan terkenal adalah Garuda Indonesia.

4. Bus

(8)

Tak dapat dipungkiri bahwa transportasi massal adalah solusi yang tepat untuk sarana transportasi di Indonesia. Namun, kondisi transportasi massal di Indonesia memang menunjukkan keadaan yang kurang layak sehingga jasa transportasi massal di Indonesia sudah dianggap tidak penting lagi. Transportasi massal seakan menjadi sesuatu hal yang hanya dipilih jika memang tidak ada pilihan lain. Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat meninggalkan transportasi massal dan lebih memilih

kendaraan pribadi, antara lain :

Faktor Internal, adalah faktor yang berasal dari dalam transportasi massal itu sendiri dan bukan berasal dari luar transportasi massal tersebut. Antara lain :

1. Keamanan yang Kurang

Transportasi massal di Indonesia memang memiliki keamanan yang kurang. Banyak terjadi tindakan kriminal di dalam angkutan umum seperti kasus pencopetan, penjambretan bahkan hingga kasus pelecehan seksual. Dalam hal ini kaum wanitalah yang sering menjadi korbannya. Tindakan kriminal seperti ini kerap terjadi di dalam transportasi massal karena banyaknya penumpang yang saling berdesak-desakan mengakibatkan lengahnya pengawasan dan antisipasi dari para penumpang. Tidak hanya sebatas mengambil barang berharga dari korbannya, seiring dengan perkembangannya tindakan kriminal yang sering terjadi adalah kasus pelecehan seksual, dimana penumpang wanita dilecehkan dan bahkan diperkosa di dalam angkutan umum pada saat keadaan sepi. Tindakan-tindakan seperti inilah yang semakin memperburuk citra transportasi massal di Indonesia di mata masyarakat. Hal ini tentu membuat transportasi massal semakin dihindari dan ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia.

(9)

Sebagian besar transportasi massal di Indonesia memang terkenal dengan

kondisinya yang jorok dan kurang rapi. Perawatan dan pemeliharaan yang kurang mengakibatkan banyak sampah yang berserakan dan menimbulkan bau yang tidak sedap di dalam transportasi massal tersebut. Hal inilah yang secara tidak langsung mengurangi minat masyarakat untuk menggunakan transportasi massal.

3. Tarif Mahal

Dengan fasilitas yang terbatas dan jarak yang relatif tidak terlalu jauh, tarif

transportasi massal di Indonesia dinilai cukup mahal dan tidak menentu. Fenomena ini sering terjadi pada transportasi massal yang tidak legal. Kondisi seperti ini yang membuat masyarakat lebih memilih jalur yang aman, nyaman dan murah seperti kendaraan pribadi atau taksi.

4. Kondisi Kendaraan yang Tidak Layak

Masih banyak transportasi massal di Indonesia yang kondisinya memprihatinkan dan tidak layak untuk beroperasi karena sudah berumur. Contohnya bus Kopaja di Jakarta, dari segi fisik bus sangat tidak enak dipandang mata, mulai dari cat yang mengelupas, bodi yang keropos dan berkarat serta kaca bus yang retak, pecah dan buram. Selain itu, dari segi mesin juga tidak layak untuk beroperasi, banyak yang mogok ketika sedang beroperasi, gas buang berlebihan yang mengakibatkan polusi bahkan rem blong yang membahayakan jiwa para penumpang dari transportasi massal itu sendiri. Hal inilah yang membuat masyarakat enggan menggunakan transportasi massal dan lebih memilih kendaraan pribadi yang lebih nyaman. 5. Supir dan Awak yang Tidak Profesional

(10)

mematuhi tata tertib lalu lintas di jalan raya. Hal ini membahayakan bagi

penumpang dan pengguna jalan lain, ditambah lagi dengan pelayanan dari awak transportasi massal itu sendiri yang tidak ramah dan seringkali berlaku tidak jujur kepada para penumpangnya. Hal ini membuat transportasi massal semakin dihindari oleh masyarakat.

Faktor Eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar transportasi massal itu sendiri. Antara lain :

1. Gaya Hidup Masyarakat

Masyarakat di Indonesia banyak yang lebih mementingkan gengsi daripada

kebutuhan hidupnya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku masyarakat yang lebih memlih mengendarai kendaraan pribadinya daripada menaiki transportasi massal. Mereka beranggapan bahwa dengan menggunakan kendaraan pribadi akan menunjukkan status sosial yang tinggi di kalangan masyarakat. Dengan anggapan seperti ini yang terus bertahan di masyarakat, maka tidak dapat dipungkiri bahwa transportasi massal akan selalu menjadi pilihan nomor dua setelah kendaraan pribadi.

2. Mudah dan Murahnya Mendapatkan Kendaraan Pribadi

(11)

masyarakat. Untuk kendaraan roda empat saja sekarang sudah sangat mudah untuk didapat. Dengan bermodalkan jutaan rupiah saja sudah bisa mendapatkan mobil, tentu yang didapat tak hanya mobil, gengsi pun juga didapat karena telah memiliki kendaraan roda empat yang dulu terkesan mewah untuk dimiliki. Sekarang ini yang sedang booming adalah tentang mobil murah ramah lingkungan (low cost green car)

yang diperuntukkan untuk masyarakat menengah kebawah di Indonesia dengan harga rata-rata dibawah seratus juta rupiah. Selain harganya yang murah, untuk mendapatkannya pun relatif gampang karena bisa dilakukan dengan cara kredit. Dengan harga murah dan cara yang mudah akan membuat masyarakat berbondong-bondong untuk mendapatkan kendaraan pribadi. Padahal fenomena seperti ini akan semakin membuat jumlah kendaraan pribadi meningkat yang mengakibatkan arus lalu lintas menjadi padat. Hal ini tentu sangat erat kaitannya dengan regulasi pemerintah mengenai kredit kendaraan bermotor dan kebijakan mobil murah yang justru semakin memperburuk masalah yang ada.

Oleh karena itu dibutuhkan sebuah upaya untuk menarik minat masyarakat agar beralih ke transportasi massal. Dalam hal ini, pemerintah harus bersungguh-sungguh dalam menngambil sikap dan kebijakan agar berhasil. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah pengembangan transportasi massal melalui penerapan kebijakan Manajemen Permintaan Transportasi.

Pengembangan Transportasi Massal Melalui Kebijakan Manajemen Permintaan Transportasi

Kebijakan Manajemen Permintaan Transportasi atau Transportation Demand

(12)

keseimbangan antara efek “push” yang menekan pertumbuhan penggunaan dan kepemilikan kendaraan pribadi dengan efek “pull” yang mendorong penggunaan transportasi massal. Bila kebijakan TDM ini mampu diterapkan secara optimal, diharapkan potensi lokal yang ada di Indonesia berupa transportasi massal seperti angkutan kota, metromini, bus, ataupun kereta api dapat berkembang lebih baik dan menjadi sarana transportasi darat yang menjadi pilihan utama bagi masyarakat. Kebijakan TDM ini sangat cocok untuk diterapkan di kota-kota besar di Indonesia.

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, pemerintah diharuskan untuk memenuhi kebutuhan perjalanan penduduk dengan mengadakan angkutan massal sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 158 ayat 1 yang berbunyi “Pemerintah menjamin ketersediaan angkutan massal berbasis jalan untuk memenuhi kebutuhan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum di kawasan perkotaan”. Adapun angkutan massal merupakan angkutan umum yang diharapkan menjadi tulang punggung transportasi perkotaan untuk memecahkan masalah kemacetan, keselamatan, dan polusi. Pengembangan transportasi massal di Indonesia melalui kebijakan TDM antara lain :

1. Push dan Pull

(13)

penggunaan Ruang Lalu Lintas dan mengendalikan pergerakan Lalu Lintas, diselenggarakan manajemen kebutuhan Lalu Lintas”.

Dalam ayat (2) Manajemen kebutuhan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara :

 Pembatasan Lalu Lintas Kendaraan perseorangan pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan tertentu;

 Pembatasan Lalu Lintas Kendaraan barang pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan tertentu;

 Pembatasan Lalu Lintas Sepeda Motor pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan tertentu;

 Pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Bermotor Umum sesuai dengan klasifikasi fungsi Jalan;

 Pembatasan ruang Parkir pada kawasan tertentu dengan batasan ruang Parkir maksimal; dan/atau

 Pembatasan Lalu Lintas Kendaraan Tidak Bermotor Umum pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan Jalan tertentu.

Dalam ayat (3) berbunyi “Pembatasan Lalu Lintas dapat dilakukan dengan

pengenaan retribusi pengendalian Lalu Lintas yang diperuntukkan bagi peningkatan kinerja Lalu Lintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

(14)

lebih canggih seperti MRT (Mass Rapid Transit) dan monorel, perbaikan prasarana sepeda dengan menyediakan jalur khusus untuk pengguna sepeda, serta perbaikan alternatif mobilitas seperti dengan perbaikan pelayanan taksi, bajaj, dan becak. 2. Transportasi Terpadu dan Tata Guna Lahan

Transportasi dan tata guna lahan merupakan dua hal yang saling terkait. Pada dasarnya perwujudan kegiatan transportasi dalam bentuk lalu lintas kendaraan merupakan kegiatan yang menghubungkan dua lokasi dari tata guna lahan yang sama atau berbeda. Tujuan penting dari perencanaan tata guna lahan dan

perencanaan transportasi yaitu untuk mewujudkan keseimbangan yang efisien antara potensi tata guna lahan dan kemampuan transportasi. Selain itu, keberagaman faktor dalam tata guna lahan berpengaruh terhadap perilaku pelaku perjalanan. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat yang tinggal atau bekerja di daerah padat, dengan berbagai macam aktivitas dan mobilitas, maka mereka akan cenderung tidak menggunakan kendaraan pribadi dan lebih mengandalkan angkutan umum. Oleh karena itu, untuk strategi aplikasi TDM, diperlukan suatu pengembangan kebijakan yang cerdas dan efektif yang dapat membuat masyarakat lebih mengandalkan transportasi massal.

3. Peningkatan Pelayanan Transportasi Umum

Salah satu aspek penting dari TDM adalah sistem pelayanan transportasi umum yang terpadu. Sistem ini memerlukan perencanaan dan komunikasi antar operator yang lebih baik. Dalam memprioritaskan angkutan umum melalui sistem pelayanan yang terpadu, terdapat dua ketentuan agar pelayanan transportasi umum tersebut lebih memadai yang antara lain terdiri atas :

(15)

b) Perbaikan operasi pelayanan, frekuensi ketersediaan transportasi massal,

aksesibilitas rute perjalanan yang efisien, kecepatan transportasi yang efektif, biaya yang jelas dan logis serta sarana penunjang jalan

c) Peningkatan kenyamanan, keamanan dan kepraktisan 4. Manajemen Parkir

Di Indonesia banyak area parkir yang menggunakan badan jalan raya sebagai tempat parkir cenderung merupakan penyebab kemacetan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu manajemen parker yang efektif seperti yang terdapat dalam kebijakan TDM. Kebijakan manajemen parkir dimaksud untuk mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi menjadi penggunaan transportasi massal sehingga dapat mengurangi tingkat kemacetan. Pada kebijakan ini, suatu tempat parkir harus disediakan dengan syarat bahwa area tersebut tidak mengganggu aktivitas jalur transportasi yang lain, baik dalam bentuk suatu area atau penggunaan bahu jalan sebagai tempat parkir.

Apabila semua kebijakan di atas sudah dapat terlaksana, maka bukanlah hal yang tidak mungkin jika masyarakat di Indonesia akan lebih memilih menggunakan transportasi massal daripada kendaraan pribadi karena keuntungan, kenyamanan dan kepraktisan yang diberikan lebih banyak sehingga kemacetan di kota-kota besar di Indonesia dapat teratasi.

Kesimpulan

(16)

pribadi. Maka dari itu, dibutuhkan sebuah upaya untuk menarik minat masyarakat agar beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui penerapan kebijakan Manajemen Permintaan Transportasi atau TDM. Kebijakan ini sangat cocok diterapkan di Indonesia karena memiliki prinsip memindahkan penggunaan kendaraan pribadi menjadi penggunaan transportasi public untuk mengatasi permasalahan akibat kepadatan kendaraan bermotor. Pelayanan yang diberikanpun harus bersifat konsisten, berkelanjutan dan tidak boleh bersifat sementara. Hal ini ditujukan agar pengguna transportasi massal terus meningkat. Tantangan yang dihadapi kedepannya pasti akan semakin berat, seiring dengan perkembangan zaman taraf perekonomian masyarakat juga akan semakin meningkat yang mengakibatkan sifat konsumtif untuk membeli kendaraan pribadi yang teknologinya semakin canggih dan mewah, oleh karena itu pemerintah harus tegas dan cermat dalam membuat peraturan atau kebijakan yang terkait dengan kepemilikan kendaraan bermotor di Indonesia.

Daftar Pustaka

Sutomo, Heru., Dikun, Suyono., dan Tumewu, Willy. (1993). Transport Problem, Policies and Current Research and Education in Indonesia. ATSS Research,17 (1), 43-51.

Tahir, Anas. (2005). Angkutan Massal sebagai Alternatif Mengatasi Persoalan Kemacetan Lalu Lintas Kota Surabaya.Jurnal SMARTek, 3 (3), 169-182.

Anneahira. (TT). Jasa Angkutan Umum di Indonesia. Dalam http://www.anneahira.com. Diakses pada 05 Januari 2014.

(17)

Anonim. (2013). Pilih Transportasi Massal atau Mobil Murah. Dalam http://metro.kompasiana.com. Diakses pada 05 Januari 2014.

Astridjoy. (2012). Revitalisasi Angkutan Umum Melalui Penerapan Kebijakan Manajemen Permintaan Transportasi Guna Peningkatan Kualitas Lingkungan

Indonesia yang Lebih Baik. Dalam http://astridjoy.wordpress.com. Diakses pada 05 Januari 2014.

Erasadhy. (2011). Transportasi Massal. Dalam http://erasadhy.wordpress.com. Diakses pada 05 Januari 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh Program Green Promotion Program Tumbler Sturbuck On The Go terhadap Consumer Behavior yang

Penelitian oleh Ruthdiah Aprilia dengan judul Kontrol Kualitas Hasil Pengukuran Pihak Ketiga Pada PTSL Tahun 2017 di Kabupaten Semarang adalah bagaimana Kontrol

0,003 a .Hal ini menunjukan p value< α 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%, sehingga dapat disimpulkan secara bersama-sama (simultan) bahwa faktor produksi (tenaga

orang tua untuk mendengarkan atau menampung pendapat, keinginan atau keluhan anak, dan juga kesadaran orang tua dalam memberikan hukuman kepada anak bila

Rekomendasi program aksi dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi usaha peternakan ditujukan dalam hal: rehabilitasi sarana pengadaan tata guna air, pengadaan inovasi pakan

koordinasi, penelitian lapangan, analisis data di laboratorium Puslit Oseanografi, Desiminasi dengan PEMDA Kabupaten Karawang, Laporan akhir dan Rekomendasi ilmiah dan artikel di

Sekitar 5-10% orang dewasa yang terjangkit HBV akan mengalami hepatitis kronik dan terus mengalami peradangan hati selama lebih dari 6 bula n.. H e patitis kroni k da pat be rsifat

[r]