• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLAKUAN AKUNTANSI PSAK NO.55 (Revisi 2011) TERHADAP KREDIT BERMASALAH DALAM RUANG LINGKUP MIKRO PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk CABANG PINRANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERLAKUAN AKUNTANSI PSAK NO.55 (Revisi 2011) TERHADAP KREDIT BERMASALAH DALAM RUANG LINGKUP MIKRO PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk CABANG PINRANG"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

148

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

PERLAKUAN AKUNTANSI PSAK NO.55 (Revisi 2011) TERHADAP KREDIT BERMASALAH DALAM RUANG LINGKUP MIKRO PT BANK

RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk CABANG PINRANG

Oleh :

Atri Jayanti Kamaruddin, (2015) "PSAK 55 Accounting Treatment Against NPL Micro Scope PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk Branch Pinrang" (Mentoring Mrs. Faridah, SE., M.Si, .AK, .CA as mentors I and Mr. Dr. H. A. Arifuddin Mane, SE., M.Si., SH., MH as mentors II) Accounting Department. Faculty of Economics. Bosowa University.

The research was conducted from July to November 2015 in the town Pinrang considering PT Bank Rakyat Indonesia has participated actively in lending to the public or business sector that financing comes from funds raised from the public itself. In channeling funds to communities usually have problems in terms of repayment of the loan to the bank, then the risks posed on the unpaid bad credit loans back either partially or wholly. Is the accounting treatment of non-performing loans within the scope of micro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Branch Office Pinrang Salo unit in accordance with PSAK 55 (revised 2011) ?. The research objective was to determine how the accounting treatment of non-performing loans within the scope of micro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Branch Office Unit Salo Pinrang.

The analytical method used is: a comparative analysis that compares the accounting treatment of non-performing loans within the scope of micro applied by PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Branch Pinrang the accounting treatment of PSAK 55 (revised 2011).

The results showed that the accounting treatment applied by PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Branch Pinrang for non-performing loans in accordance with PSAK 55 (revised 2011)

---

(2)

149

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

PENDAHULUAN

Ekonomi global saat ini masih tetap lemah, setelah beberapa tahun

mengalami krisis global. Bank Dunia menghimbau bahwa negara-negara

berkembang perlu meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi yang mereka

miliki.

Bank berfungsi untuk menjembatani kedua kelompok masyarakat yang

saling membutuhkan. Masyarakat yang memiliki kelebihan dana dapat

menyimpan uang mereka dalam bentuk tabungan, deposito atau giro pada bank,

sedangkan masyarakat yang membutuhkan dana untuk modal usaha atau untuk

memenuhi kebutuhan lainnya dapat memperoleh pinjaman dalam bentuk kredit

yang disalurkan oleh bank.

Pendapatan terbesar bank berasal dari bunga, imbalan atau pembagian

hasil usaha atas kredit yang disalurkan. Semakin banyak jumlah kredit yang

disalurkan berarti potensi pendapatan semakin besar. Akan tetapi, dalam

pelaksanaannya tidak semua dana yang dihimpun dari masyarakat bisa

disalurkan dengan baik sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan dan

penyaluran kredit kepada masyarakat biasanya mengalami hambatan dalam hal

pengembalian pinjaman kepada pihak bank dan nyaris semua bank yang

beroperasi di Indonesia mengalami kredit bermasalah. Kredit bermasalah atau

kredit macet memberi dampak yang kurang baik bagi negara, masyarakat, dan

perbankan Indonesia. Kemudian risiko yang ditimbulkan atas kredit macet yakni

tidak terbayarnya kembali kredit yang diberikan baik sebagian maupun

seluruhnya.

Semakin besar kredit macet yang dihadapi, maka makin menurun pula

tingkat kesehatan bank tersebut atau menurunnya profitabilitas yang diharapkan.

Hal ini mempengaruhi kepercayaaan terhadap nasabah. Semakin besar jumlah

kredit bermasalah, makin besar pula jumlah cadangan yang harus disediakan

serta makin besar pula tanggungan bank untuk mengadakan dana cadangan

tersebut karena kerugian bank akan mengurangi modal sendiri.

Salah satu ruang lingkup kegiatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)

(3)

150

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

tersebut bersumber dari dana yang dihimpun dari giro, deposito, dan tabungan.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai bank umum, kebijaksanaan perkreditan

PT Bank Rakyat Indonesia senantiasa diarahkan pada semua sektor usaha

dengan pemberian kredit jangka pendek dan menengah serta prioritas

sektor-sektor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk tujuan perkreditan

tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia telah ikut serta secara aktif dalam

menyalurkan kredit kepada masyarakat atau sektor usaha yang pembiayaannya

bersumber dari dana yang dihimpun dari masyarakat itu sendiri. Dalam

penyaluran dana kepada masyarakat biasanya mengalami hambatan dalam hal

pengembalian pinjaman kepada pihak bank, Kemudian risiko yang ditimbulkan

atas kredit macet yakni tidak terbayarnya kembali kredit yang diberikan baik

sebagian maupun seluruhnya.

TABEL 1

KATEGORI GOLONGAN BERDASARKAN TUNGGAKAN ANGSURAN BULANAN KREDIT

Golongan Lama tunggakan Angsuran Kategori

Golongan I 0 hari Lancar

Golongan II 1-90 hari Dalam perhatian khusus

Golongan III 91-180 hari Kurang lancar

Golongan IV 181-270 hari Diragukan

Golongan V Lebih 270 hari Macet

Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, 2015

Kategori kredit pada Bank Rakyat Indonesia berdasarkan tunggakan

angsurannya dibagi atas 5 golongan. Golongan I kredit lancar yaitu kredit yang

tidak terdapat tunggakan. Setiap tanggal jatuh tempo angsuran, debitur dapat

membayar pinjaman pokok danbunga, Golongan II Kredit dalam perhatian

khusus adalah penggolongan kredit yang tertunggak baik angsuran, pinjaman

pokok dan pembayaran bunga, akan tetapi tunggakannya sampai dengan 90 hari

(4)

151

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

debitur tidak dapat membayar angsuran pokok dan/atau bunga antara 91 hari

sampai dengan 180 hari. Golongan IV Kredit diragukan terjadi dalam hal debitur

tidak dapat membayar angsuran pinjaman pokok dan/atau pembayaran bunga

antara 181 hari sampai dengan 270 hari. Golongan V kredit macet yang Kredit

macet terjadi bila debitur tidak mampu membayar berturut-turut setelah 270 hari.

Kredit bermasalah atau NPL diakui pada saat tunggakan angsuran

masuk Golongan III dan seterusnya atau lebih dari 91 hari. Sedangkan untuk

Golongan I dan II merupakan Performing Loan. Apabila terjadi perubahan

kualitas suatu kredit atau perubahan golongan kredit yang diakibatkan adanya

keterlambatan pembayaran angsuran bunga dan pokok yang tidak sesuai dengan

jadwal angsuran. Perubahan tersebut dalam pemberian kredit disebut dengan

perubahan kolektibitas kredit.

Di dalam PT Bank Rakyat Indonesi (Persero) Tbk Cabang Pinrang

terdapat program kredit mikro seperti KURT (Kredit usaha rakyat), KUPER

(Kupedes rakyat), Kupedes Briguna/GBT (Golongan berpenghasilan tetap), dan

Kupedes Komersil (Kupedes rakyat yang memiliki agunan).

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Salo Kantor Cabang

Pinrang yang berlokasi di jalan Baronang Kelurahan Penrang Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan, merupakan salah satu

Unit BRI yang memiliki debitur NPL tertinggi di tahun 2013 - 2014.

Sejak 4 Oktober 2011 Dewan Standar Akuntansi Keuangan menyetujui bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.55 (revisi 2011) “Instrumen

Keuangan: Pengakuan dan pengukuran”, berisi persyaratan PSAK No.55 (revisi

2011) “instrumen keuangan: Pengakuan dan pengukuran”, berisi persyaratan

pengakuan dan penghentian pengakuan, pengukuran awal, pengukuran

selanjutnya, reklasifikasi, penurunan nilai, dan lindung nilai, yang diterapkan

secara prospektif pada tanggal 1 Januari 2012

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memilih judul : “Perlakuan

akuntansi PSAK No.55 terhadap kredit bermasalah (Nonperforming Loan)

(5)

152

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

TINJAUAN PUSTAKA

Definis Kredit

Kata Kredit berasal dari kata Romawi yaitu Credere yang artinya

percaya. Sedangkan dalam bahasa Belanda istilahnya Vertrouwen, dalam bahasa

Inggris yaitu Believe atau trust or confidence yang artinya sama yaitu

kepercayaan. Dengan kata lain, kredit mengandung pengertian adanya suatu

perkataan dari seseorang atau badan yang diberikan kepada seseorang atau badan

lainnya yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan

memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu.

Menurut Pasal 1 angka 11 Undang -undang Nomor 10 Tahun 2008

tentang perbankan bahwa kredit adalah penyediaan uang dan tagihan yang dapat

disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari

pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat

berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank

membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya

kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur)

bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat.

Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing

pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian

pula dengan masalah sanksi apabila debitur mengingkari janji yang telah dibuat

bersama.

Kredit Bermasalah

Menurut Tryusnita (2010) (http://tryusnita.wordpress.com): ”Dalam

penyaluran kredit, bank harus siap menghadapi resiko yang menyebabkan kredit

tersebut menjadi bermasalah. Untuk itu,bank harus melakukan perencanaan dan

(6)

153

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

Dikutip dari Artikel Ayu nitasari (2015)

(http://ayuntsr.blogspot.com.2015/04):

Kredit macet dapat disebabkan oleh beberapa faktor ekstern, kredit macet yang terjadi pada suatu bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara makro sedangkan faktor intern yang dapat mangakibatkan timbulnya kasus kredit macet adalah pemisahan wewenang dari para pegawai yang tidak tegas, prosedur pemberian kredit yang tidak jelas, pegawai yang tidak kompoten, lemahnya sistem pengawasan dan lain-lain.

Dari kutipan di atas penyebab kredit macet pada suatu bank dipengaruhi

oleh kondisi ekonomi secara makro dan faktor intern.

1) Penyelesaian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)

Menurut Hariyani (2010:41):

apabila penyelamatan kredit yang dilakukan oleh bank ternyata tidak

berhasil, maka bank dapat melakukan tindakan lanjutan berupa

penyelesaian kredit macet melalui program penghapusan kredit macet

(write-off). Penghapusan kredit macet terbagi dalam dua tahap yaitu

hapus buku atau penghapusan secara bersyarat atau conditional

write-off, dan hapus tagih atau penghapusan secara mutlak atau absolute

write-off. Jika kemudian program hapus buku dan hapus tagih juga

belum berhasil mengembalikan dana kredit yang disalurkan kepada

debitur, maka bank dapat menyelesaikan portofolio kredit macet

tersebut melalui jalur litigasi (proses peradilan) maupun jalur non

litigasi (diluar proses peradilan).

2) Restrukturisasi Kredit

Restrukturisasi kredit diberikan kepada debitur yang tidak dapat

memenuhi kewajibannya atau debitur yang diperkirakan tidak dapat memenuhi

kewajiban pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga sesuai dengan jadwal

yang diperjanjikan. Bank melakukan restrukturisasi kredit kepada debitur

berdasarkan pertimbangan ekonomi dan hukum yang pemberiannya terbatas

pada adanya kesulitan keuangan debitur sehingga perlu dibantu oleh bank dalam

(7)

154

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

restrukturisasi kredit kepada debitur, maka kondisi keuangan debitur akan

menjadi lebih baik, sehingga kualitas kredit debitur meningkat.

Menurut Ismail (2010:228) “restrukturisasi kredit dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain; modifikasi syarat-syarat kredit, penambahan fasilitas kredit, pengambilalihan agunan/aset, konversi kredit.”

1. Modifikasi persyaratan kredit

Restrukturisasi kredit yang paling umum dilakukan oleh bank adalah

dengan melakukan modifikasi persyaratan kredit. Persyaratan kredit yang perlu

diperbaharui dalam rangka restrukturisasi adalah penurunan suku bunga kredit,

perpanjangan jangka waktu kredit, pengurangan tunggakan bunga kredit,

pengurangan jumlah pokok kredit. Dengan melakukan kombinasi atas

perubahan persyaratan kredit, diharapkan kondisi keuangan debitur menjadi

lebih baik dan pada akhirnya debitur mampu memenuhi kewajiban pembayaran

pokok kredit maupun bunga.

Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001), perhitungan

nilai tunai penerimaan kas masa depan dan kerugian restrukturisasi kredit yang

dilakukan dengan mengubah/memodifikasi persyaratan kredit adalah sebagai

berikut:

a. Bila nilai tunai penerimaan kas masa depan yang ditentukan dalam

persyaratan baru sama dengan nilai tercatat kredit, maka bank mencatat

dampak restrukturisasi secara prospektif, dan tidak mengubah nilai

tercatat kredit pada tanggal restrukturisasi karena bank tidak mengalami

kerugian restrukturisasi.

b. Bila nilai tunai penerimaan kas masa depan yang ditentukan dalam

persyaratan baru lebih kecil dari nilai tercatat kredit maka bank

mengakui kerugian restrukturisasi sebesar selisih antara nilai tercatat

kredit dengan nilai tunai penerimaan pokok dan bunga.

c. Faktor pendiskonto yang digunakan dalam perhitungan nilai tunai

penerimaan kas masa depan atas kredit yang direstrukturisasi adalah

(8)

155

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

sebelum direstrukturisasi. Tingkat bunga tersebut dilakukan evaluasi

secara triwulanan sesuai dengan tingkat bunga pasar.

d. Dalam penentuan kerugian restrukturisasi, jumlah pembayaran

kontingen dari debitur (misalnya peningkatan pembayaran angsuran

dimasa depan sesuai dengan perbaikan usaha debitur) dapat

diperhitungkan sebagai bagian dari nilai tunai penerimaan kas masa

depan, hanya jika njumlah kontingen tersebut lebih besar

kemungkinannya untuk dapat direalisasi (probable) dan jumlahnya

dapat ditentukan secara wajar serta telah diperjanjikan sebelumnya.

kerugian restrukturisasi kredit perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengurangan pokok dan/atau bunga secara absolut, maka perngurangan

pokok kredit dibebankan ke penyisihan kerugian kredit. Pengurangan

bunga dilakukan dengan melakukan jurnal balik atas tagihan kontijensi

dan tidak mengakui kerugian.

b. Pengurangan pokok dan/atau bunga secara kontijen/bersyarat,

pengurangan pokok kredit dibebankan ke penyisihan kerugian kredit

dan bank mengakui tagihan kontijensi pokok. Pengurangan bunga

dilakukan dengan melakukan jurnal balik atas tagihan kontijensi dan

bank tidak mengakui kerugian.

2. Penambahan fasilitas kredit

Dalam kasus tertentu, debitur bermasalah justru akan mendapat

tambahan kredit dengan tujuan agar usahanya menjadi lancar dan dapat

mengembalikan kewajibannya. Tambahan kredit ini diberikan untuk debitur

yang memperoleh kredit investasi dan/atau kredit modal kerja.Misalnya usaha

debitur tidak dapat berjalan bila tidak diikuti dengan investasi peralatan baru

atau ditambah modal kerja. Bank dapat memberikan tambahan kredit untuk

investasi dan/atau modal kerja.

3. Pengambilalihan agunan/aset debitur

Pengambilalihan agunan kredit/aset debitur dilakukan bila debitur

sudah tidak sanggup membayar kewajibannya dengan menyerahkan agunannya.

(9)

156

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

sementara fisik aset yang diagunkan masih dikuasai oleh debitur. Dalam hal

penguasaan bisa dilakukan bila debitur kooperatif dan ikut membantu

menyelesaikan kreditnya. Restrukturisasi kredit dengan pengambilalihan

agunan/aset debitur dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Agunan kredit atau aset lain yang diambil alih seperti tanah, bangunan,

dan surat berharga diakui sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi,

yaitu nilai wajar agunan/aset setelah dikurangi estimasi biaya untuk

menjual agunan/aset tersebut.

b. Sisa kredit setelah dikurangi nilai bersih agunan/aset lain yang diambil

alih merupakan kredit yang direstrukturisasi yang perlakuannya

sebagaimana diatur dalam restrukturisasi dengan modifikasi

persyaratan.

4. Konversi Kredit

Konversi kredit merupakan konversi pinjaman dalam bentuk

penyertaan modal pada perusahaan debitur. Dengan dilakukannya konversi

kredit, maka outstanding kredit debitur yang telah dikonversi dikurangkan dari

akun kredit. Konversi kredit dilakukan dengan mendapat saham perusahaan

debitur.

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penulisan ini dilakukan

penelitian yang bertempat pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Salo Kantor Cabang Pinrang yang berlokasi di jalan Baronang Kelurahan Penrang

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Penelitian ini dilksanakan pada

bulan Juni sampai dengan bulan Oktober.

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Data kualitatif, yaitu data yang terdiri dari kumpulan data non angka yang sifatnya

deskriptif.

Data kuantitatif, yaitu data berupa angka-angka yang diperoleh dari laporan

keuangan tahun yang telah diaudit selama periode 2013-2014.

(10)

157

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

1. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari perusahaan/instansi terkait melalui hasil

wawancara dengan pegawai yang bertugas pada divisi kredit khususnya yang

menangani masalah kredit.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari luar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yaitu

data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada.

Metode analisis yang digunakan adalah: analisis komperatif yaitu

membandingkan antara perlakuan Akuntansi kredit bermasalah dalam ruang

lingkup mikro yang diterapkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit

Salo dengan perlakuan Akuntansi PSAK No.55 (revisi 2011).

HASIL DAN ANALISIS

Perlakuan akuntansi PSAK No.55 terhadap kredit bermasalah

(Nonperforming Loan) dalam ruang lingkup mikro pada PT Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk Cabang Pinrang akan menekankan pengakuan,

pengukuran penyisihan cadangan kerugian nilai, restrukturisasi kredit,

penghapus bukuan kredit. Untuk mengevaluasi sejauh mana kesesuaiannya

dengan Pedoman akuntansi yang berlaku umum.

Untuk mengetahui perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dapat dilihat dari penerapan kebijakan

akuntansi Bank Rakyat Indonesia yang berdasarkan Pedoman Akuntansi

Perbankan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Pengakuan Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan)

Kategori kredit pada Bank Rakyat Indonesia berdasarkan tunggakan

angsurannya dibagi atas 5 golongan. Golongan I kredit lancar yaitu kredit yang

tidak terdapat tunggakan. Setiap tanggal jatuh tempo angsuran, debitur dapat

membayar pinjaman pokok danbunga, Golongan II Kredit dalam perhatian

khusus adalah penggolongan kredit yang tertunggak baik angsuran, pinjaman

pokok dan pembayaran bunga, akan tetapi tunggakannya sampai dengan 90 hari

(11)

158

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

debitur tidak dapat membayar angsuran pokok dan/atau bunga antara 91 hari

sampai dengan 180 hari. Golongan IV Kredit diragukan terjadi dalam hal debitur

tidak dapat membayar angsuran pinjaman pokok dan/atau pembayaran bunga

antara 181 hari sampai dengan 270 hari. Golongan V kredit macet yang Kredit

macet terjadi bila debitur tidak mampu membayar berturut-turut setelah 270 hari.

Kredit bermasalah atau NPL diakui pada saat tunggakan angsuran

masuk Golongan III dan seterusnya atau lebih dari 91 hari. Sedangkan untuk

Golongan I dan II merupakan Performing Loan. Apabila terjadi perubahan

kualitas suatu kredit atau perubahan golongan kredit yang diakibatkan adanya

keterlambatan pembayaran angsuran bunga dan pokok yang tidak sesuai dengan

jadwal angsuran. Perubahan tersebut dalam pemberian kredit disebut dengan

perubahan kolektibitas kredit.

Pengukuran Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)

Sebelum 1 Januari 2010, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. menggunakan

dasar pengukuran kredit bermasalah dengan konsep historical cost, dimana aset

dicatat sebesar pengeluaran kas (cash basis) yang dibayar atau sebesar nilai

wajar yang dibayar atau sebesar nilai wajar imbalan yang diberikan untuk

memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.

Penurunan nilai atas kredit yang diberikan dicatat pada biaya perolehan

diamortisasi kemudian jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara

nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk

kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskontokan

menggunakan suku bunga efektif dari aset yang dihitung pada saat pengakuan

awal. Nilai aset tersebut dikurangi baik secara langsung maupun menggunakan

pos cadangan. Akan tetapi cash basis tidak dihilangkan pada PSAK Nomor 55

(revisi 2011) melainkan cash basis disempurnakan dengan konsep penurunan

nilai, sehingga bila terjadi kerugian ataupun inflasi tetap dapat diperhitungkan.

Pengukuran tentang kredit bermasalah pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.

tersebut telah sesuai dengan PSAK Nomor 55 (Revisi 2011) tentang pengakuan

(12)

159

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

Pengakuan Pendapatan Bunga

Untuk aset keuangan atau kelompok aset keuangan serupa telah

diturunkan nilainya sebagai akibat kerugian penurunan nilai, maka pendapatan

bunga yang diperoleh setelahnya diakui berdasarkan suku bunga yang digunakan

untuk mendiskontokan arus kas masa datang dalam menghitung kerugian

penurunan nilai. Pengakuan ini sesuai dengan PSAK Nomor 55 (revisi 2011)

dimana pendapatan dan beban bunga diakui pada laporan laba rugi dengan

menggunakan metode suku bunga efektif. Pengakuan untuk pendapatan bunga

yang setelah pengakuan mengalami penurunan nilai juga sesuai dengan PA 109

PSAK Nomor 55 (revisi 2011).

Pengukuran Pendapatan Bunga

Pengukuran pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang dapat

diterima. Jika arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar

dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal kas yang diterima

atau dapat diterima. Penerimaan antara nilai wajar dengan jumlah nominal dari

imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Dengan demikian PT Bank

Rakyat Indonesia Tbk. dalam pengukuran pendapatan bunga telah sesuai dengan

PSAK Nomor 55 (revisi 2011) dimana dalam pengukuran aset maupun liabilitas

lebih menekankan dengan menggunakan nilai wajar.

Perlakuan Penyisihan Kerugian Penurunan nilai

Perhitungan penyisihan kerugian penurunan nilai berdasarkan nilai

tercatat (biaya perolehan amortisasi). Kerugian penurunan nilai atas aset

keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi diukur sebesar selisih

antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa

datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset

keuangan tersebut. Untuk kredit yang diberikan maka tingkat diskonto yang

digunakan untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah suku bunga

efektif yang berlaku yang ditetapkan dalam kontrak.

Bank membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)

berdasarkan data kerugian kredit yang telah terjadi (incured loss) yang diambil

(13)

160

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan yang tidak

dicatat pada nilai wajar melalui laporan laba rugi telah mengalami penurunan

nilai. Aset keuangan mengalami nilai jika bukti objektif menunjukkan bahwa

peristiwa yang merugikan telah terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan

dan peristiwa tersebut berdampak pada arus kas masa datang atas aset keuangan

yang dapat diestimasi secara handal. Kriteria yang digunakan untuk menentukan

bukti objektif dari penurunan nilai adalah sebagai berikut:

a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak

peminjam;

b. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan

pembayaran pokok atau bunga.

c. Pihak pemberi pinjaman dengan alasan ekonomi atau hukum

sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami oleh pihak

peminjam, memberikan keringanan pada pihak peminjam yang tidak

mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan

tersebut.

d. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan

pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya.

e. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan.

f. Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan

yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok

aset keuangan sejak pengakuan awal aset dimaksud, meskipun

penurunannya belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan

secara individual dalam kelompok aset tersebut termasuk:

1. Memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam

kelompok tersebut, dan

2. Kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan

wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut.

Bank pertama kali menentukan apakah terdapat bukti obyektif penurunan

nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual atau

(14)

161

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

menentukan tidak terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset

keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset tersebut signifikan atau

tidak, maka bank memasukkan aset tersebut kedalam kelompok aset keuangan

yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan menilai penurunan

nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset keuangan yang penurunan nilainya

dilakukan secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai telah diakui

atau tetap diakui tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.

Bank menetapkan kredit yang harus dievaluasi penurunan nilainya secara

individual, jika memenuhi salah satu kriteria dibawah ini:

a. Kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan dan memiliki

bukti objektif penurunan nilai.

b. Kredit yang secara individual memiliki nilai tidak signifikan.

c. Kredit yang direstrukturisasi yang secara individual memiliki nilai

tidak signifikan.

Perlakuan penyisihan kerugian penurunan nilai pada PT Bank Rakyat

Indonesia Tbk. sudah sesuai dengan PSAK Nomor 55 (revisi2011) dimana

perhitungan penyisihan kerugian penurunan nilai berdasarkan nilai tercatat

menggunakan biaya perolehan amortisasi dan untuk pendapatan bunga atas aset

keuangan yang mengalami penurunan nilai diakui atas dasar suku bunga yang

digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam pengukuran kerugian

penuruan nilai.

Perlakuan Restrukturisasi Kredit

Kemampuan Bank Rakyat Indonesia dalam merestrukturisasi kredit

berdampak kepada tingkat dan hasil operasi Bank Rakyat Indonesia. Bank

Rakyat Indonesia memiliki restrukturisasi kredit yang dapat disesuaikan untuk

debitur berdasarkan negosiasi dan perjanjian antara debitur dan Bank Rakyat

Indonesia. Untuk kredit-kredit berjumlah besar, Bank Rakyat Indonesia dapat

menggunakan jasa konsultan internasional atau pihak ketiga yang ahli dalam

melakukan due-dilligence atas kinerja keuangan, bisnis dan operasional debitur

dan membuat laporan rekomendasi skema pembayaran kredit oleh debitur

(15)

162

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

Indonesia akan mempersiapkan dokumen-dokumen untuk

mengimplementasikan restrukturisasi tersebut.

Saat persyaratan kredit telah dinegosiasi ulang atau dimodifikasi (kredit

restrukturisasi), penurunan nilai yang ada diukur dengan menggunakan suku

bunga efektif awal yang digunakan sebelum persyaratan diubah dan kredit tidak

lagi diperhitungkan sebagai menunggak. Manajemen secara berkelanjutan

mereview kredit yang dinegosiasi ulang untuk meyakinkan terpenuhinya seluruh

kriteria dan pembayaran di masa depan. Jika pada periode berikutnya jumlah

penurunan kerugian nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan

secara objektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui seperti

meningkatnya peringkat kredit debitur, maka kerugian penurunan nilai yang

sebelumnya diakui harus dipulihkan dengan menyesuaikan akun cadangan.

Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi konsolidasian.

Pernyataan tersebut sesuai dengan paragraf 70 PSAK Nomor 55 (revisi

2011) dimana penurunan nilai atas pinjamanyang diberikan diukur dengan suku

bunga efektif awal dari aset tersebut yaitu suku bunga efektif yang dihitung pada

saat pengakuan awal.

Penghapusbukuan Kredit

Dari seluruh kredit yang disalurkan oleh bank kepada debitur, tidak

semuanya lancar. Pada umumnya sebagian besar kredit yang diberikan oleh

Bank masuk dalam golongan kredit lancar, dan sebagian kecil masuk dalam

golongan kredit macet. Kredit yang telah digolongkan dalam kolektibilitas macet

pada waktunya atas pertimbangan tertentu dapat dihapusbukukan. Bank dapat

melakukan penghapusbukuan atas kredit macet. Pinjaman yang diberikan

dihapusbukukan ketika tidak terdapat prospek yang realistis mengenai

pengembalian pinjaman atau hubungan normal antara Bank Rakyat Indonesi dan

debitur telah berakhir.

Penghapusbukuan terhadap kredit macet pada PT Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. sesuai dengan penyesuaian PSAK Nomor 55 (Revisi 2011)

tentang penghentian pengakuan terhadap pinjaman yang diberikan atau aset

(16)

163

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

dihapusbukukan dengan mendebit penyisihan kerugian penurunan nilai.

Penerimaan kemudian atas kredit yang telah dihapusbukukan sebelumnya, jika

pada periode berjalan dikreditkan ke dalam akun penyisihan kerugian penurunan

nilai atas kredit yang diberikan di laporan posisi keuangan, sedangkan jika

setelah tanggal laporan posisi keuangan dikreditkan sebagai pendapatan

operasional lainnya.

Pinjaman yang diberikan dihapusbukukan ketika tidak terdapat prospek

penerimaan yang realistis mengenai pengembalian pinjaman atau hubungan

normal antara bank dan debitur telah berakhir. Pinjaman yang tidak dapat

dilunasi tersebut dihapusbukukan dengan mendebit penyisihan kerugian nilai.

Penerimaan kembali atas aset keuangan yang diberikan yang telah

dihapusbukukan pada tahun berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan akun

penyisihan kerugian penurunan nilai. Penerimaan kembali atas pinjaman yang

diberikan yang telah dihapusbukukan pada tahun-tahun sebelumnya dicatat

sebagai pendapatan operasional selain bunga.

Kredit yang dihapusbukukan bukan berarti dihapus tagihkan, bank tetap

mempunyai kewajiban untuk melakukan tagihan kredit macet kepada debitur.

Kredit yang telah dihapus buku, tetap dicatat secara extracomptable agar

kewajiban debitur dapat diketahui setiap saat dalam rangka

penagihan/pembuktian kepada debitur. Pencatatan secara extracomptable atas

kredit yang dihapus buku dapat dihentikan apabila dalam jangka waktu tertentu

tidak diperoleh pembayaran setelah dilakukan usaha-usaha penagihan dan

(17)

164

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

Kesimpulan

Perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh Bank Rakyat Indonesia untuk

kredit bermasalah (Nonperforming loan) telah sesuai dengan PSAK dimana

kredit tersebut menggunakan cash basis, namun disempurnakan dengan konsep

penurunan nilai, sehingga bila terjadi kerugian ataupun inflasi tetap dapat

diperhitungkan. .

Perlakuan akuntansi dalam hal Penyisihan kerugian penurunan nilai yang

telah dilakukan bank baik dalam aktivitas pemberian dan penyaluran kredit

maupun dalam aktivitas penurunan nilai dan penghapusbukuan terhadap

pendapatan dari kredit bermasalah telah sesuai dengan ketentuan yaitu PSAK

No.55 dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI).

Bank telah menggunakan sistem komputer dalam aktivitasnya

khususnya secara akuntansi sehingga untuk keseluruhan perlakuan akuntansi

akan sama secara keseluruhan (pusat maupun cabang) karena telah disusun

sesuai PSAK dan PAPI yang berlaku serta selalu diperbaharui sistemnya, namun

seringkali yang menjadi masalah adalah human error dimana terdapat

kemungkinan salah memasukan data, baik nilai plafon kreditnya,

pengklasifikasian kredit, besarnya bunga, atau jangka waktunya. Dari kesalahan

memasukkan data dapat mengakibatkan kesalahan dalam perlakuan akuntansi

baik itu pengakuan, pengukuran, definisi pos, dan juga penyajian dan

pengungkapan. Dan diketahui bank telah melakukan beberapa tindakan untuk

mengurangi kesalahan yang dapat terjadi akibat human error yaitu salah satunya

mengotorisasi setiap persetujuan yang diberikan atas permohonan kredit yang

(18)

165

Vol 1, No. 019 (2016) Atri Jayanti

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra dan Suharjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat

Dunia, Firdaus A. 2013. Pengantar Akuntansi. Edisi 4 Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI

Harahap, Sofyan Syafri. 2012. Teori Akuntansi. Edisi revisi 2011. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada

Hariyani, Iswi. 2010. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2001. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Revisi 2000. Jakarta: Diterbitkan atas kerja sama dengan Bank Indonesia

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2008. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Jakarta: Diterbitkan atas kerjasama dengan Bank Indonesia

Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Ismail. 2010. Akuntansi Bank. Jakarta : Penerbit Kencana

Jayanti. 2012. Perlakuan Akuntansi Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Kesesuainya sebelum dan setelah Pernyataan Standar Akuntansi No.31 Efektif dicabut pada PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk . Universitas Hasanuddin, Makassar

Kusnadi, dkk. 2000. Pengantar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Grafindo

Mulyono, Teguh Pudjo. 2002. Aplikasi Akuntansi Manajemen: Dalam Praktik Perbankan. Edisi 3. Yogyakarta : BPFE

Maria, Evi. 2010. Akuntansi untuk Perusahaan Jasa. Yogyakarta : Gava media

Ayu, Nitasari. 2015. Kasus Kredit Macet BRI cabang jambi 2010. Jambi ayuntsr.blogspot.com.2015/04

Pembinaan Nasabah dan Pengelolaan Kredit Bermasalah. 2011. Pelatihan

Pembekalan Mantri BRI, Makassar

Pembinaan Nasabah dan Pengelolaan Kredit Bermasalah. 2013. Pelatihan

Gambar

TABEL 1 KATEGORI GOLONGAN BERDASARKAN TUNGGAKAN ANGSURAN

Referensi

Dokumen terkait

Bagi para peserta yang keberatan atas penetapan pemenang tersebut diatas diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara online melalui aplikasi LPSE kepada

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang Merupakan salah satu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kekayaan daerah, tingkat ketergantungan kepada Pemerintah Pusat, belanja modal, leverage dan temuan audit BPK tidak

Dalam bidang pemasaran jasa, pengelolaan jasa harus selalu berhadapan langsung dengan pemakai jasa sehingga perusahaan jasa dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang

[r]

[r]

Penggabungan turbin overshot dengan turbin savonius tipe L mampu mengkonversi energi air dan angin secara bersamaan sehingga menghasilkan output tegangan yang

Intermediate tank adalah tangki yang berfungsi untuk mengikat kandungan ammonium nitrat pada proses kondensat, clean kondensat dan delution dengan cara menjaga