• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK DAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia pada dasarnya pasti mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan sesuatu yang berkaitan erat. Perkembangan (Development) adalah rangkaian perubahan sepanjang rentang kehidupan manusia, yang bersifat progresif, teratur, berkesinambungan dan akumulatif, yang menyangkut segi kuantitatif dan kualitatif, sebagai hasil interaksi antara maturasi dan proses belajar. Sedangkan Pertumbuhan (Growth) merupakan perubahan ukuran organisme karena bertambahnya sel-sel dalam setiap tubuh organisme yang tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kuantitatif. Atau secara bahasanya perubahan ukuran organisme dari kecil menjadi besar.

Dalam konteks psikologi, perkembangan ada 2 (dua) macam perubahan, yakni pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif (Soemantri, 2005). Pendapat tersebut memperkuat pernyataan Monks (1998) bahwa pertumbuhan, khususnya dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sifat dari pertumbuhan adalah evolutif. Kemudian, perkembangan diartikan sebagai suatu proses ke arah yang lebih sempurna, dan tidak begitu saja dapat diulang kembali (Monks, dkk, 1998). Pendapat ini searah dengan Werner yang menyatakan bahwa perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Lebih lanjut dijelaskan perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang muncul.

(2)

dan teknik-teknik pembangunan yang dipakai. Oleh karena itu, masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa tumbuh kembang anak seperti fisik, emosi, intelegensi maupun sosial.

Pada usia dasar (6 – 12 tahun) anak secara relatif lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi dua (2) fase, yaitu: (1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun; (2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai umur 12,0 atau 13,0 tahun.

Dewasa ini masih banyak orang yang kurang memahami akan konsep perkembangan anak sekolah dasar. Hal itu dikarenakan banyak hal, diantaranya kurangnya kepedulian terhadap apa yang hadir dalam setiap perkembangan yang dilalui anak. Oleh karena itu, laporan ini dibuat untuk mencoba memaparkan konsep perkembangan fisik-motorik dan sosio-emosional anak sekolah dasar yang akan menjadi salah satu referensi dalam memahami konsep perkembangan tersebut. Maka dari itu, untuk memahami secara mendalam bagaimana karakteristik perkembangan fisik-motorik dan sosio-emosional anak ini maka perlu dilakukan obervasi dan pengamatan tentang perkembangan anak dari dua orang usia sekolah dasar sebagai objek studi, sehingga hal inilah yang menjadi latar belakang menarik bagi penulis untuk melakukan studi kasus ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimana konsep dasar dan karakteristik perkembangan fisik-motorik

anak usia sekolah dasar ?

1.2.2 Bagaimana konsep dasar dan karakteristik perkembangan sosio-emosional anak usia sekolah dasar ?

1.2.3 Bagaimana analisis dan kesimpulan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap dua anak usia sekolah dasar tersebut ?

(3)

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar dan karakteristik perkembangan

fisik-motorik anak usia sekolah dasar.

1.3.2 Untuk mengetahui konsep dasar dan karakteristik perkembangan sosio-emosional anak usia sekolah dasar.

1.3.3 Untuk mengetahui analisis dan kesimpulan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap dua anak usia sekolah dasar tersebut.

(4)

Perkembangan anak usia sekolah dasar disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa pertengahan dan akhir ini ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik, kognitif, dan psikososial anak. Masalah mengenai konsep perkembangan ini, akan menjadi kompleks ketika ada satu tahap perkembangan yang terlewati karena kurangnya pemahaman, sehingga pemahaman mengenai hal tersebut pun menjadi sangat penting untuk di pahami.

Istilah perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan, kematangan, dan perubahan. Ada beberapa perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan aspek jasmaniah, sedangkan perkembangan menyangkut aspek rohaniah. Pertumbuhan menunjukan perubahan kuantitas sedangkan perkembangan menunjukkan kualitas. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur sedangkan perkembangan berkenaan dengan penyempurnaan fungsi dalam hal ini tersangkut juga perihal kematangan yang merupakan saat atau masa yang terbaik bagi berfungsinya aspek-aspek kepribadian tertentu.

2.1 Konsep Dasar dan Karakteristik Perkembangan Fisik-Motorik Anak Usia Sekolah Dasar

Perkembangan anak penting dijadikan perhatian yang khusus bagi orangtua. Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa yang akan datang. Jika perkembangan anak luput dari perhatian orang tua (tanpa arahan dan pendampingan orang tua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.

2.1.1 Perkembangan Fisik

a. Pengertian Perkembangan Fisik

(5)

dirinya sendiri dan orang lain, yang berdampak dalam melakukan penyesuaian dengan dirinya dan orang lain.

b. Aspek dan Karakteristik Perkembangan Fisik

Anak sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun. Secara fisik, anak SD memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya.

Tinggi dan berat badan;

Pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan konsisten bila dibandingkan dengan masa usia dini. Rata-rata anak usia SD mengalami penambahan berat badan sekitar 2,5-3,5 kg, dan penambahan tinggi badan 5-7 cm per tahun ( F.A Hadis 1996).

Proporsi dan bentuk tubuh;

Anak SD pada kelas awal umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit mulai berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas akhir lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati seimbang. Berdasarkan Tipologi Sheldon ( Hurlock 1980) ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak SD yaitu:

(1) Endomorph yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar.

(2) Mesomorph yang kelihatannya kokoh, kuat dan lebih kekar. (3) Ectomorph yang tampak jangkung, dada pipih, lemah dan

seperti tak berotot.

Otak;

(6)

lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak.

Penting tidaknya ukuran tubuh anak secara psikologis akan sangat tergantung pada bagaimana reaksi teman sebayanya terhadap ukuran tubuhnya. Pada dasarnya anak tidak akan terlalu memperhatikan ukuran tubuh teman bermainnya, kecuali bila ada tanda-tanda tubuh yang terlihat begitu mencolok. Bagi seorang anak reaksi yang diperlihatkan teman sebayanya terhadap ukuran tubuhnya mempunyai makna yang sangat penting.

c. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik peserta didik usia SD/MI lebih lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa sebelumnya (masa bayi dan TK awal) dan sesudahnya (masa puber dan remaja). Jadwal waktu pertumbuhan fisik tiap anak tidak sama, ada yang berlangsung cepat, sedang atau lambat. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik anak antara lain:

1) Faktor keturunan; dapat menyebabkan anak menjadi gemuk dari pada anak lainnya. Perbedaan ras suku bangsa (orang Amerika, Eropa, dan Australia cenderung lebih tinggi dari pada orang Asia).

2) Faktor lingkungan; dapat membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan anak tersebut. Lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada tinggi tubuh.

3) Jenis kelamin; anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan dengan anak perempuan, kecuali pada usia 12-15 tahun.

(7)

5) Status sosial dan ekonomi; fisik anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan keluarga ekonomi cukup atau tinggi. Keadaan status ekonomi mempengaruhi peran keluarga dalam memberi makan, gizi dan pemeliharan kesehatan serta kegiatan pekerjaan yang dilakukan anak.

6) Gangguan emosional; anak yang sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenalin yang berlebihan. Hal ini menyebabkan berkurangnya hormon pertumbuhan pada kelenjar pituitary, akibatnya anak mengalami keterlambatan perkembangan memasuki masa puber. Bagi anak usia SD atau MI, reaksi yang diperlihatkan orang lain terutama oleh teman-teman sebayanya terhadap ukuran dan proporsi tubuhnya mempunyai makna penting. Apabila ukuran-ukuran dan proporsi tubuh anak berbeda jauh dengan teman sebayanya anak akan merasa kelainan, tidak mampu dan rendah diri.

2.1.2 Perkembangan Motorik

a. Pengertian Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Jadi dapat disimpulkan pula bahwa perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan itu terjadi anak akan tetap tidak berdaya.

(8)

Berikut beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara lain:

Kemampuan motorik

Anak usia 6th Anak usia 7th

Ketangkasan meningkat Mulai membaca dengan lancar Melompat tali Cemas terhadap kegagalan Bermain sepeda Kadang malu atau sedih Menguraikanobjek-objek dengan

Anak usia 8-9th Anak usia 10-12th

Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat

Perubahan sikap berkaitan dengan postur tubuh, puberitas mulai nampak

Mampu menggunakan peralatan rumah tangga

Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur, dan lain-lain.

Keterampilan lebih individual Keinginan untuk menyenangkan orangtua

Ingin terlibat dalam sesuatu Mula tertarik dengan lawan jenis Menyukai kelompok dan mode

Mencari teman secara aktif

Selain perkembangan fisik dan motorik, Hurlock (1991) mengemukakan ada empat keterampilan dasar yang perlu dikuasai anak SD/ MI pada masa anak akhir yaitu: keterampilan menolong diri sendiri, keterampilan menolong orang lain (sosial), keterampilan bermain, dan keterampilan bersekolah (skolastik). c. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik

(9)

eksternal meliputi (tangan, kaki, badan) yang semakin membesar, melebar, memanjang, atau semakin tinggi.

Sedangkan perkembangan secara internal ditandai dengan makin matangnya system syaraf dan jaringan sel-sel yang makin kompleks, sehingga mampu meningkatkan kapasitas fungsi hormon, kelenjar maupun keterampilan motoriknya. Gerakan motorik terdiri dari gerakan motorik halus maupun motorik kasar. Disamping itu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak, yang meliputi sebagai berikut:

 Perkembangan Usia

Usia mempengaruhi individu untuk melakukan suatu aktivitas. Karena dengan pertambahan usia, berarti menunjukkan tercapai kematangan organ-organ fisik. Kemudian ditopang pula oleh berfungsinya sistem syaraf pusat yang mengkoordinasikan organ-organ tubuh, sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas motorik kasar dan motorik halus.

 Tercapainya Kematangan

Organ-organ fisiologis kematangan organ fisik ditandai dengan tercapainya jaringan otot yang makin komplek, kuat dan bekerja secara teratur. Pada masa pertumbuhan anak, kematangan fisiologis ini dipengaruhi oleh faktor usia, nutrisi dan kesehatan individu. Makin tinggi usia seseorang, makin matang organ-organ fisiologisnya. Namun kematangan ini, tak lepas dari faktor nutrisi yang dikonsumsi setiap harinya. Nutrisi yang baik yaitu makanan yang mengandung gizi, vitamin, protein akan menjamin kesehatan seseorang. Anak yang memiliki kondisi sehat cenderung memiliki kematangan fisiologisnya, dibandingkan dengan anak yang sering terkena penyakit.

 Kontrol Kepala

(10)

bagian leher belum berkembang dengan baik, sehingga belum mampu untuk menopang kepalanya. Sejalan dengan perkembangan usianya, bayi akan mampu untuk tengkurap dan menopang kepalanya. Kemampuan mengontrol kepala (head control skill) merupakan dasar untuk perkembangan gerakan-gerakan kepala yang bermanfaat bagi seorang anak yang akan melakukan aktivitas olahraga, misalnya gerakan memutar atau menggeleng kepala.

 Kontrol Tangan

Sejak lahir bayi akan menggenggam benda-benda yang datang dan menyentuh telapak tangannya. Awal mulanya bayi tidak mampu untuk memegang dan menggenggam suatu benda dengan baik, tetapi dengan pengaruh perkembangan usia dan kematangan otot-otot, maka bayi akan mampu dengan sendirinya untuk melakukan tugas menggeggam/mengepal suatu benda secara kuat. Reflek ini merupakan dasar timbulnya gerakan-gerakan motorik halus, seperti: menggengam, menulis, menggambar atau menggunting. Kemampuan melakukan koordinasi otot-otot tangan yang bermanfaat untuk keterampilan tangan dinamakan kemampuan kontrol tangan (hand control ability).

 Kontrol Kaki

Kemampuan mengontrol kaki (legs control) diatur oleh sistem syaraf pusat. Kaki merupakan organ penting untuk melakukan kegiatan motorik kasar (berjalan, melompat, berlari), namun untuk dapat melakukannya perlu persiapan dan kematangan fisik.

 Lokomosi

(11)

dipengaruhi oleh faktor internal yangbersifat fisiologis. Secara implisit, kemampuan lokomosi sudah ada bersamaan dengan timbulnya gerakan-gerakan refleks, seperti: refleks penempatan (placing reflex), berjalan, berenang, dan sebagainya.

2.2 Konsep Dasar dan Karakteristik Perkembangan Sosio-Emosional Anak Usia Sekolah Dasar

2.2.1 Pengertian Perkembangan Sosio-Emosional

Untuk memahami perkembangan sosio-emosional maka kita harus memahami arti dari perkembangan social dan perkembangan emosional. Perkembangan emosi tak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial, yang sering disebut sebagai perkembangan tingkah laku sosial. Sejak lahir anak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada secara terus-menerus.

Emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak. Sering dan kuatnya emosi anak akan merugikan penyesuaian sosial anak. Emosi yang tidak menyenangkan (unpleasent emotion) merugikan perkembangan anak. Sebaliknya, emosi yang menyenangkan (pleasent emotion) tidak hanya membantu perkembangan anak, tetapi juga merupakan sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan bagi perkembangan anak. Pergaulan yang semakin luas dengan teman sekolah dan teman sebaya lainnya dapat mengembangkan emosinya.

Yusuf (2007:122) menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama. Selanjutnya Fanken (1993) dalam Baihaqi dkk (2005:105) menjelaskan bahwa emosi merupakan hasil informasi antara faktor subjektif (proses kognitif), faktor lingkungan (hasil belajar) dan faktor biologi (proses hormonal).

(12)

emosi. Giblin percaya bahwa ada lima tahapan dalam perkembangan emosi:

a) Dari 0 sampai 8 bulan ada ketidakseimbangan dari sensorik respons atau sensasi yang intens; penyesuaian refleksif mengikuti, ekspresi mewakili kesenangan atau ketidaksenangan dan istirahat atau ketegangan.

b) Dari 9 sampai 12 bulan ada juga mengembangkan ketidakseimbangan yang dibawa oleh ada atau tidak adanya orang lain. Kesetimbangan dicapai oleh interaksi, dan direspon oleh tanggapan yang lebih terorganisir.

c) Dari 2 sampai 6 tahun, ketidakseimbangan disebabkan secara langsung dan tidak langsung oleh rangsangan dan kesetimbangan kembali melalui keterampilan representasional dan keterampilan emosional.

d) Dari 7 sampai 12 tahun, ketidakseimbangan datang melalui persepsi langsung dan perbandingan sosial, dan respons emosional melibatkan pola perilaku karakteristik.

e) Setelah 13 tahun, ketidakseimbangan datang melalui perbandingan internal, dan emosi mulai berkontribusi pada konsep menstabilkan diri.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosio-emosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap individu dalam warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Dalam pembahasan sosio-emosional ini lebih ditekankan dalam sosio-emosional pada usia anak usia sekolah dasar.

2.2.2 Prinsip-Prinsip Perkembangan Sosio-Emosional

Pembelajaran yang berbasis Developmentally Appropriate Practice (DAC) memiliki beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam usaha untuk pengembangan anak, termasuk dalam pengembangan sosio-emosional anak. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

a) Aspek perkembangan pada anak saling terkait;

(13)

keterampilan bahasa anak akan mempengaruhi kemampuannya dalam melakukan hubungan sosial.

b) Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur;

Urutan pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada anak dapat diprediksikan.

c) Perkembangan berlangsung secara bervariasi;

Tiap anak memiliki variasi perkembangan yang berbeda dibandingkan dengan anak lain. Setiap anak adalah pribadi yang unik dalam tempramen, gaya belajar, serta latar belakang keluarga. Setiap anak mempunyai keunggulan, kebutuhan, dan minat yang berbeda-beda.

d) Pengalaman awal anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak;

Pengalaman awal baik positif maupun negatif bersifat komulatif yang berarti jika pengalaman tersebut terjadi sewaktu-waktu maka pengaruhnya terhadap perkembangan anak akan kecil, tetapi jika pengalaman positif dan negatif sering terjadi, amka pengaruhnya akan kuat.

e) Perkembangan mengarah ke hal yang lebih kompleks;

Belajar selama usia dini dari pengetahuan behavioral menuju pengetahuan simbolik. Program belajar beroientasi pada perkembangan anak memberikan kesempatan pada anak untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan perilakunya dengan memberi pengalaman langsung dan membantu mereka memperoleh pengetahuan simbolik dengan menampilkan pengalamannya melalui berbagai media, seperti menggambar, melukis, menyusun model, dan sebagainya.

f) Perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai erkonteks;

Konteks sosial budaya, keluarga, latar belakang pendidikan, dan lain sebagainya mempunyai dampak terhadap perkembangan anak. g) Anak-anak adalah pelajar yang aktif;

(14)

belajar dari pengalamannya yang diperoleh di dalam keluarga, lembaga pendidikan maupun masyarakat.

h) Perkembangan adalah hasil interaksi kematangan biologis dan lingkungan;

Kehidupan manusia adalah hasil dari pembawaan dan lingkungan yang saling berhubungan.

i) Bermain adalah wahana penting bagi perkembangan anak;

Perkembangan sosial, emosi, dan kognitif anak dapat dilakukan melaui kegiatan bermain. Bermain merupakan refleksi dari perkembangan anak. Mengingat perkembangan anak adalah hasil dari proses interaktif yang diperoleh dari bermain.

j) Perkembangan anak akan meningkat jika diberi kesempatan;

Perkembangan anak akan meningkat jika mereka diberi kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan baru yang diperolehnya dan jika mereka diberi tantangan.

k) Tiap anak mempunyai cara yang berbeda untuk memperoleh pengetahuan/keterampilan;

Anak-anak mempunyai cara untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang berbeda-beda. Begitu pula, cara mereka untuk menampilkan kemampuan yang telah diperolehnya akan berbeda pula.

l) Pelayanan komprehensif;

Pendidik/guru harus dapat memberikan pelayanan secara komprehensif kepada anak, seperti layanan kesehatan fisik, gizi, mental, dan sosial.

2.2.3 Aspek dan Karakteristik Perkembangan Sosio-Emosional

Perkembangan sosial individu mengikuti suatu pola, yaitu urutan perilaku sosial yang teratur, dimana pola tersebut sama untuk setiap anak secara normal. Dalam perkembangan sosial anak terdapat beberapa ciri dalam setiap periodenya. Yeny Rachmawati (2004) secara umum menyebutkan karakteristik perkembangan sosial atau penyesuaian diri yang baik diantaranya adalah:

(1) Dapat menerima tanggung jawab sesuai dengan usianya; (2) Menikmati pengalamannya;

(15)

(5) Mampu mengatasi hambatan untuk merasa bahagia;

(6) Mampu membuat keputusan dengan resiko konflik (minimum tujuh) tetap pada pilihannya, sampai menyadari bahwa pilihannya itu salah;

(7) Merasa puas dengan kenyataan;

(8) Mampu menggunakan pikiran sebagai dasar untuk bertindak; (9) Belajar dari kegagalan dan tidak mencari alasan atas kegagalannya; (10) Tahu bagaimana saat belajar dan bermain pada saat bermain; (11) Dapat berkata ‘tidak’ pada situasi yang mengganggunya; (12) Dapat berkata ‘ya’ pada situasi yang membantunya; (13) Dapat menunjukkan kemarahan secara tepat; (14) Dapat menunjukkan kasih sayang;

(15) Dapat menunjukkan rasa iba;

(16) Dapat menahan rasa sakit dan frustrasi; (17) Mampu berkompromi;

(18) Mampu mengkonsentrasikan energi pada tujuan; (19) Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan; (20) Mampu menerima dirinya.

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosio-Emosional

Hurlock (1993) mengungkapkan hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan sosio-emosional anak antara lain :

a. Kondisi Fisik

Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan atau kesehatan yang buruk atau perubahan yang berasal dari perkembangan maka mereka akan mengalami emosi yang meninggi. Kondisi-kondisi fisik yang mengganggu antara lain : 1) Kesehatan yang buruk, di sebabkan karena gizi yang buruk,

gangguan pencernaan atau penyakit. Masih menurut hurlock kondisi kesehatan yang buruk pada seseorang akan membuat dirinya menjadi terbatas di banding dengan orang yang sehat, apalagi jika kondisi tersebut berlangsung lama.

(16)

3) Gangguan kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis. Penyakit kronis kerap membuat seorang putus asa.

4) Perubahan kelenjar, terutama pada saat masa puber. b. Kondisi Psikologi

Kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi emosi antara lain sebagai berikut:

1) Perlengkapan intelektual yang buruk, anak yang memiliki tingkat intelektual rendah rata-rata mempunyai pengendalian emosi yang kurang di bandingkan dengan anak yang pandai pada tingkat umur yang sama.

2) Kegagalan dalam mencapai tingkatan aspirasi. Kegagalan berulang-ulang dapat mengakibatkan timbulnya keadaan cemas, sedikit atau banyak.

3) Kecemasan setelah pengamalan emosi tertentu yang sangat kuat. Sebagai contoh akibat lanjutan dari pengalaman menakutkan akan mengakibatkan anak merasa takut kepada setiap situasi yang mengancam.

c. Kondisi Lingkungan

Ketegangan yang terus menerus, jadwal yang ketat dan terlalu banyak pengalaman yang menggelisahkan yang merangsang anak secara berlebihan akan berpengaruh pada emosi anak. Berikut penjelasanya :

1) Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan penyelisihan yang terus menerus. Pertengkaran atau perselisihan dalam konteks hubungan sosial sebenarnya wajar akan tetapi jika konflik tersebut berlangsung secara terus menerus akan menimbulkan emosi dan akibatnya rusaknya hubungan sosial yang wajar.

2) Ketegangan yang disebabkan serta disiplin yang otoriter. Disiplin itu baik tetapi jika dipaksakan akan menimbulkan dampak buruk bagi pihak yang dikenalnya. Lama-kelamaan bisa menimbulkan pemberontakan serta keinginan untuk keluar dari tata norma yang ada tersebut.

(17)

orang yang disayanginya. Seolah-olah rasa sayang dibalas dengan rasa benci. Karena sesungguhnya sudah menjadi sifat alamiah manusia tidak mau terlalu dilindungi dan diatur oleh pihak luar. 4) Suasana otoriter di sekolah. Guru yang terlalu menuntut atau

pekerjaan sekolah yang tidak sesuai dengan kemampuan anak akan menimbulkan kemarahan sehingga pulang ke rumah dalam keadaan kesal.

2.3 Penyusunan Instrumen dan Pengamatan 2.3.1 Penyusunan Instrumen

Setiap anak mempunyai tempo kecakapan perkembangan tersendiri. Dengan kata lain, ada anak yang perkebangannya cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Jadi, perkebangan anak yang satu berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkambangan organ atau aspek kejiwaannya. Dalam pengamatan ini, perkembangan anak usia sekolah dasar yang diperhatikan adalah perkembangan fisik-motorik dan dan sosio-emosionalnya. Berikut ini adalah instrumen yang penulis gunakan untuk mengamati perkembangan kedua anak usia sekolah dasar tersebut guna dilakukan analisis lebih lanjut.

a. Perkembangan Fisik

No. Aspek yang dinilai Kriteria

1 2 3 4

1. Tinggi badan 2. Berat badan 3. Proporsi badan 4. Bentuk badan

Jumlah skor tiap kolom Total Skor Aktual (SA)

Skor Maksimal Ideal (SMi) 16

b. Perkembangan Motorik N

o

Kemampuan

motorik Aspek yang diamati

Kriteria

(18)

1. Mampu

Skor Maksimal Ideal (SMi) 100

c. Perkembangan Sosio-Emosional

No Aspek yang diniliai Kriteria

1 2 3 4

(19)

jawab sesuai dengan usianya 2. Menikmati pengalamannya 3. Menerima tanggung jawab

sesuai dengan perannya

4. Mampu memecahkan masalah dengan segera

5. Mampu mengatasi hambatan untuk merasa bahagia

6. Mampu membuat keputusan dan tetap pada pilihannya, sampai menyadari bahwa pilihannya itu salah

7. Merasa puas dengan kenyataan 8. Mampu menggunakan pikiran

sebagai dasar untuk bertindak 9. Tahu bagaimana saat belajar

dan bermain pada saat bermain 10. Belajar dari kegagalan dan

tidak mencari alasan atas kegagalannya

11. Dapat berkata tidak pada situasi yang mengganggunya

12. Dapat berkata ya pada situasi yang membantunya

13. Dapat menunjukkan kemarahan secara tepat

14. Dapat menunjukkan rasa iba 15. Dapat menunjukkan kasih

sayang

16. Dapat menahan rasa sakit dan frustrasi

17. Mampu berkompromi

18. Mampu mengkonsentrasikan energi pada tujuan

(20)

20. Mampu menerima dirinya Jumlah skor tiap kolom Total Skor Aktual (SA)

Skor Maksimal Ideal (SMi) 80

2.3.2 Pedoman Penskoran dan Analisis Data

Pedoman penskoran dan analisis data yang digunakan adalah sama untuk setiap data yang diperoleh dari hasil pengisian intstrumen, baik instrumen fisik-motorik anak maupun sosio-emosional anak. Berikut adalah pedoman analisis data yang digunakan :

Sedangkan pedoman penskoran yang digunakan adalah :

Rentang Nilai Kategori

84−100 Sangat Baik

67−83 Baik

33−66 Cukup Baik

16−32 Kurang Baik

0−15 Tidak Baik

2.3.3 Pedoman Penilaian (Konversi)

Pedoman konversi yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: ≥ M + 2 SD

M + 1 SD s/d < M + 2 SD M - 1 SD s/d < M + 1 SD M - 2 SD s/d < M - 1 SD < M - 2 SD Dengan nilai median,

M = ½ (S max i + S min i) = ½ (100 + 0)

= 50

dan nilai standar deviasi,

SD = 1/6 (S max i – S min i) NA= SA

(21)

= 1/6 (100 – 0) = 1/6 (100) = 16,66

Sedangkan bentuk grafik normalnya adalah sebagai berikut :

-3 SD -2 SD -1 SD M +1 SD +2 SD +3 SD

0 100

2.3.4 Pelaksanaan Pengamatan

Pengamatan singkat ini dilaksanakan pada Sabtu, 12 Desember 2015 s/d Selasa, 15 Desember 2015 bertempat di rumah masing-masing objek pengamatan. Objek pengamatan adalah dua orang anak usia sekolah dasar dengan identitias dan profil sebagai berikut.

a. Objek Pengamatan 1

Nama lengkap : Lailatusy Syifa Nama panggilan : Ela

Tempat, tanggal lahir : Mataram, 19 Maret 2005 Jenis kelamin : Perempuan

Kelas : V (lima)

Umur : 10 tahun

Alamat : Jalan Ade Irma Suryani, Gang Panda V Monjok Perluasan – Mataram.

Nama orang tua

(22)

Anak ke : 3 (tiga) dari 3 (tiga) bersaudara.

Profil perkembangan Ela, penulis peroleh dari keterangan orang tua kandungnya, dimana Ela yang saat ini berusia 10 tahun terlahir sebagai anak yang tidak mengalami gangguan. Gangguan yang dimaksudkan adalah berupa fisik, dengan kata lain pertumbuhan anak tersebut bisa dikatakan baik dan mulus. Di samping itu juga kita bisa melihat dari faktor hirediter anak sebagai objek penngamatan 1 memiliki orang tua yang baik dan normal, sehat fisik baik jasmani dan rohaninya.

Berdasarkan dari pendapat pemamaparan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa anak yang sebagai objek penngamatan 1 perkembangannya tidak memiliki hambatan yang berkaitan dengan sejarah perkembangan fisik.

b. Objek Pengamatan 2

Nama lengkap : M.Syauqi Ibnu Kahfisin Nama panggilan : Oki

Tempat, tanggal lahir : Mataram, 23 Desember 2005 Jenis kelamin : Laki-laki

Kelas : V (lima)

Umur : 10 tahun

Alamat : Jalan Ade Irma Suryani, Gang Panda IV Monjok Perluasan, Mataram.

Nama orang tua

Ayah : Zulkahfi Ibu : Syarifa Aini

Anak ke : 2 (dua) dari 3 (tiga) bersaudara.

(23)

gangguan kesehatan secara fisik yakni sering mengalami sakit. Oki rentan dengan cuaca dan sangat mudah terkena demam ketika banyak terkena cuaca dingin, panas, sehingga dengan sendirinya anak tersebut sering tidak masuk sekolah, jarang keluar bermain secara terbuka ketika keadaan tidak memungkinkan, dan mengidap beberapa alergi terhadap makanan.

Berdasarkan objek pengamatan 1 dan 2 di atas, profil perkembangan anak jelas terdapat perbedaan yang nyata, walaupun secara mendasar masing-masing anak tersebut tidak jauh perbedaan usia atau umur yakni hanya berbeda beberapa bulan. Namun, secara khusus jika dilihat dari segi fisik masing-masing anak terdapat gejala atau gangguan perkembangan, baik secara fisik motorik maupun dan sosio-emosional.

2.3.5 Analisis Data Hasil Pengamatan a. Hasil Pengamatan

(Terlampir). b. Analisis Data

Objek Pengamatan 1

Berdasarkan hasil pengamatan dan pedoman analisis data, dapat diperoleh perhitungan analisis data sebagai berikut :

1) Perkembangan Fisik NA= SA

SMi×100↔ NA= 15 16×100 ↔ NA=0,93×100 ↔ NA=93

Jadi, nilai akhir dari perkembangan fisik yang diperoleh oleh objek pengamatan 1 yakni Lailatusy Syifa adalah 93.

2) Perkembangan Motorik NA= SA

(24)

↔ NA=86

Jadi, nilai akhir dari perkembangan motorik yang diperoleh oleh objek pengamatan 1 yakni Lailatusy Syifa adalah 86.

3) Perkembangan Sosio-Emosional NA= SA

SMi×100↔ NA= 63 80×100 ↔ NA=0,78×100

↔ NA=78

Jadi, nilai akhir dari perkembangan sosio-emosional yang diperoleh oleh objek pengamatan 1 yakni Lailatusy Syifa adalah 78.

Objek Pengamatan 2 1) Perkembangan Fisik

NA= SA

SMi×100↔ NA= 15 16×100 ↔ NA=0,93×100

↔ NA=93

Jadi, nilai akhir dari perkembangan fisik yang diperoleh oleh objek pengamatan 2 yakni M.Syauqi Ibnu Kahfisin adalah 93. 2) Perkembangan Motorik

NA= SA

SMi×100↔ NA= 63 100×100 ↔ NA=0,63×100

↔ NA=63

(25)

NA= SA

SMi×100↔ NA= 46 80×100 ↔ NA=0,57×100 ↔ NA=57

Jadi, nilai akhir dari perkembangan sosio-emosional yang diperoleh oleh objek pengamatan 2 yakni M.Syauqi Ibnu Kahfisin adalah 57.

2.3.6 Kesimpulan Analisis Data

Berdasarkan perhitungan dari analisis data dan pedoman penskoran, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1) Objek Pengamatan 1

a. Perkembangan fisik Lailatusy Syifa dikategorikan Sangat Baik. b. Perkembangan motorik Lailatusy Syifa dikategorikan Sangat

Baik.

c. Perkembangan sosio-emosional Lailatusy Syifa dikategorikan Baik.

2) Objek Pengamatan 2

a. Perkembangan fisik M. Syauqi Ibnu Kahfisin dikategorikan Sangat Baik.

b. Perkembangan motorik M. Syauqi Ibnu Kahfisin dikategorikan Cukup Baik.

c. Perkembangan sosio-emosional M. Syauqi Ibnu Kahfisin dikategorikan Cukup Baik.

(26)

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penulisan, hasil pengamatan, analisis data, dan pedoman penskoran yang telah saya peroleh, dapat disimpulkan bahwa :

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan, perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Sedangkan faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik anak antara lain:

 Faktor keturunan;  Faktor lingkungan;  Jenis kelamin;  Gizi dan kesehatan;  Status sosial dan ekonomi;  Gangguan emosional.

Berdarkan hasil pengamatan, Objek Pengamatan 1 berkembang sama baiknya dengan Objek Pengamatan 2 dengan kategori Sangat Baik dimana mereka memiliki tubuh yang dapat dikatakan ideal pada usianya, hanya saja Objek Pengamatan 2 memiliki kesensitifan tubuh terhadap cuaca ekstrim sehingga mudah terserang penyakit.

b. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak adalah sebagai berikut :

 Perkembangan usia;

 Tercapainya kematangan organ;  Kontrol tangan;

 Kontrol kepala;  Kontrol kaki;  Lokomosi.

(27)

bermain diluar rumah dan hanya bermain dengan gadget-nya sehingga tidak terlau banyak bergerak.

c. Perkembangan Sosio-Emosional

Perkembangan sosio-emosional adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap individu dalam warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan sosio-emosional anak antara lain :

 Kondisi fisik;  Kondisi psikologi;  Kondisi lingkungan.

Berdasarkan hasil pengamatan, Objek Pengamatan 1 berkembang dengan kategori Baik dari segi sosio-emosionalnya. Ia sangat senang bermain dengan teman sebayanya maupun dengan teman yang lebih kecil darinya. Ia dapat mengekspresikan apa yang dirasakannya dengan baik dan bekerjasama dalam permainan dengan baik pula. Sedangkan Objek Pengamatan 2 berkembang dengan kategori Cukup Baik karena sikapnya yang jarang keluar rumah untuk bermain dengan teman sebayanya membuat perkembangan sosio-emosionalnya tidak stabil. Ia terkadang marah tanpa sebab dan bersikap tidak sabaran. Sikapnya yang manja terhadap orang tuanya, membuat ia tidak dapat memahami apa kewajiban dan haknya untuk anak seusianya.

3.2 Saran Tindakan

a. Objek Pengamatan 1

Objek pengamatan 1 secara umum telah berkembang dengan baik, baik dari segi fisik-motorik maupun sosio-emosionalnya sehingga Ela dapat dikatakan anak yang tumbuh dengan normal. Adapun saran tindakan yang diajukan penulis yaitu :

1) Ela hendaknya lebih sering dilatih mengasah kemampuannnya menanggapi suatu hal dengan cepat misalnya dengan bermain puzzle. 2) Ela hendaknya lebih dikontrol kapasitas waktu dalam menonton

(28)

3) Walaupun Ela memiliki perkembangan fisik yang baik, tetapi ia cukup sulit untuk makan sehingga peran orang tua dalam memperhatikan pola makan anak sangat diperlukan.

4) Orang tua hendaknya mengajarkan kepada Ela bagaimana mengatur waktu bermain dan belajarnya.

5) Orang tua hendaknya dapat meluangkan waktu bersama Ela agar dapat menutupi kekurangannya dalam berbagai aspek, seperti berenang dan melukis.

b. Objek Pengamatan 2

Objek Pengamatan 2 secara umum berkembang dengan cukup baik. Adapun saran yang dapat diajukan penulis untuk membantu kelancaran perkembangan Oki baik dari segi perkembangan fisik-motorik maupun sosio-emosional adalah sebagai berikut :

1) Oki hendaknya lebih dididik dengan tegas karena ia selalu merasa benar karena terlalu dimanjakan kedua orang tuanya.

2) Oki hendaknya lebih diajarkan bagaimana cara bersosialisasi yang baik dengan teman sebaya, orang yang lebih tua maupun yang lebih muda darinya.

3) Oki hendaknya dibujuk untuk bermain diluar rumah, karena apabila kebiasaannya untuk malas bergerak diteruskan akan berdampak buruk pada jenjang perkembangan selanjutnya.

4) Oki hendaknya diajarkan untuk hidup mandiri, baik dalam hal makan, berpakaian, buang air, maupun berdandan.

5) Oki hendaknya dibatasi waktu bermain gadget-nya karena dengan begitu ia dapat melakukan aktifitas yang lebih bermanfaat lainnya seperti melukis atau berolahraga.

6) Oki hendaknya diajarkan bagaimana cara membagi waktu antara bermain dan belajar.

7) Oki hendaknya diajarkan bagaimana cara menata kamar yang rapi dan bersih agar dapat membantu orang tuanya.

8) Oki hendaknya diajarkan tentang tanggung jawab karena ia terkadang bolos sekolah karena belum mengerjakan PR yang diberikan gurunya. 9) Oki hendaknya diajarkan cara menerima kenyataan dan bersabar

(29)

Gambar

gambar sepiritual

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis penyelenggaraan stimulasi psikososial pada anak di Kelompok Bermain (KB) Kota Bogor dan pengaruhnya terhadap tumbuh kembang

Berdasarkan penelitian terdahulu banyak faktor yang menyebabkan anak putus sekolah diantaranya faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor sosial budaya, faktor pendapatan

Jadi, permainan lebih mendominasi kehidupan anak-anak di masa ini, karena anak-anak banyak menghabiskan waktunya untuk bermain yang mana bermain adalah hal yang

Misal: Orang tua lebih hati-hati ketika anaknya sudah mulai belajar berjalan • Konsep diri anak banyak berhubungan dengan perkembangan fisik.. Misal: Anak yang obsesitas

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu proyek. Potensi setiap sumber daya manusia yang ada dalam proyek seharusnya

Program olah raga yang cocok diseleng- garakan anak sekolah dasar antara lain; (1) memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan secara aktif; (2)

Selain itu penggunaan gadget juga memiliki dampak kognitif anak akibat fokus anak yang hanya tertuju pada gadget saja seperti anak menjadi malas beraktivitas, penurunan daya ingat,

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Efektif Bagi Anak Usia Dini Aspek Keterangan Lingkungan keluarga Lingkungan keluarga yang baik dan mendukung dapat membantu anak merasa