• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6 A. Kemandirian Perineal Hygiene

1. Pengertian Kemandirian

Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari–hari sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya (Lie, 2004).

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara komulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan, sehingga individu mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang yang lebih mantap (Mu’tadin, 2002).

Kemandirian seperti halnya psikilogis yang lain, dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan sejak dini, latihan tersebut berupa pemberian tugas tanpa bantuan. Kemandirian akan memberi dampak yang positif bagi perkembangan anak, maka sebaiknya kemandirian diajarkan pada anak sedini mungkin sesuai kemampuan anak. Seperti telah diakui segala sesuatu yang dapat diusahakan sejak dini akan dapat dihayati dan semakin berkembang menuju kesempurnaan (Mu’tadin, 2002).

Kemandirian seorang anak diperkuat melalui proses sosialisasi yang terjadi antara anak dengan teman sebaya. (Hurlock 1991) mengatakan bahwa melalui hubungan dengan teman sebaya, anak belajar berfikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri. Dalam mencapai keinginan untuk mandiri sering kali anak mengalami hambatan–hambatan yang disebabkan oleh masih adanya kebutuhan untuk tetap tergantung pada orang lain (Mu’tadin 2002).

(2)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian anak usia pra sekolah

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian anak prasekolah menurut Soejtiningsih (1995) terbagi menjadi dua faktor, yaitu:

a. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri yang meliputi emosi dan intelektual.

1) Faktor emosi yang ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak terganggunya kebutuhan emosi anak.

2) Faktor intelektual yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi anak.

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada dari luar anak itu sendiri yang meliputi lingkungan, karakteristik sosial, stimulasi, pola asuh yang dipengaruhi oleh komunikasi yang dibangun dalam keluarga, kualitas informasi anak dan orang tua yang dipengaruhi pendidikan orangtua dan status pekerjaan

1) Lingkungan merupakan faktor yang menentukan tercapai atau tidaknya kemandirian anak usia prasekolah. Pada usia ini anak membutuhkan kebebasan untuk bergerak kesana kemari dan mempelajari lingkungan.

2) Karakteristik sosial dapat mempengaruhi kemandirian anak, misalnya tingkat kemandirian anak dari keluarga miskin berbeda dengan anak-anak dari keluarga kaya.

3) Stimulus. Anak yang mendapat stimulus yang terarah dan teratur akan lebih cepat mandiri dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat stimulasi.

4) Pola asuh, anak dapat mandiri dengan diberi kesempatan, dukungan dan peran orangtua sebagai pengasuh.

5) Cinta dan kasih sayang kepada anak hendaknya diberikan sewajarnya karena jika diberikan berlebihan, anak menjadi kurang

(3)

mandiri. Hal ini dapat diatasi bila interaksi dua arah antara orangtua dan anak berjalan lancar dan baik.

6) Kualitas informasi anak dan orangtua yang dipengaruhi pendidikan orangtua, dengan pendidikan yang baik, informasi dapat diberikan pada anak karena orangtua dapat menerima informasi dari luar terutama cara meningkatkan kemandirian anak.

7) Status pekerjaan ibu, apabila ibu bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah maka ibu tidak bisa memantau kemandirian anak sesuai perkembangan usianya.

3. Perineal Hygiene

Perawatan perineal adalah mencuci daerah genital dan anus. Perawatan perineal dapat dilakukan setidaknya satu kali selama sehari bisa melalui kegiatan pada saat mandi. Hal ini dilakukan lebih sering bila anak masih mengompol. Perawatan perineal ini dapat mencegah infeksi, bau dan iritasi (http://www.nursingassistanteducation.com).

Perineum adalah daerah di mana terdapatnya anus, uretra dan vagina (skrotum dan penis pada pria). Perineum ini adalah daerah yang paling berbahaya, terutama pada wanita, karena semua bagian perineumnya terletak secara berdekatan, dan ada ancaman infeksi ke saluran kemih dari organisme bakteri coli dari feses yang menyerang saluran kemih melalui uretra yang terbuka. Oleh karena itu jika kebersihan dipertahankan setelah buang air besar maka infeksi dari anus ke saluran kencing dapat dicegah karena sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh organisme hadir dalam kotoran (Khumar, 2008).

Kemampuan perinieal hygiene anak ini dapat dipelajari apabila anak sudah mempunyai kemampuan seperti :

a. Kemampuan bahasa anak yang diharapkan sudah dapat mengikuti perintah.

b. Kemampuan ketrampilan yaitu dapat mencontoh atau mengikuti pengasuh.

(4)

c. Kemampuan emosi dengan dapat bertingkah menyenangkan atau menunjukkan sikap menentang.

d. Otonomi atau kemandirian dengan menunjukkan sikap mandiri dalam kegiatannya.

e. Kemampuan gerak dalam melakukan kegemaran.

f. Kesadaran tubuh seperti menunjukkan celana basah atau kotor.

4. Faktor-faktor yang mendukung kemandirian perineal hygiene pada anak

Kesiapan Fisik :

a. Usia telah mencapai 3-5 tahun. b. Dapat jongkok kurang dari 2 jam.

c. Mempunyai kemampuan motorik kasar seperti duduk dan berjalan. d. Mempunyai kemampuan motorik halus seperti membuka celana dan

pakaian.

e. Kesiapan Mental :

1) Mengenal rasa ingin berkemih dan devekasi.

2) Komunikasi secara verbal dan nonverbal jika merasa ingin berkemih.

3) Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan meniru perilaku orang lain.

f. Kesiapan Psikologis

1) Dapat jongkok dan berdiri ditoilet selama 5-10 menit tanpa berdiri dulu.

2) Mempunyai rasa ingin tahu dan penasarsan terhadap kebiasaan orang dewasa dalam BAK dan BAB.

3) Merasa tidak betah dengan kondisi basah dan adanya benda padat dicelana dan ingin segera diganti.

g. Kesiapan Anak

1) Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih dan devekasi. 2) Ada keinginan untuk meluangkan waktu untuk latihan berkemih

(5)

3) Tidak mengalami koflik tertentu atau stress keluarga yang berarti (Perceraian).

5. Cara mengukur tingkat kemandirian anak

Kemandirian anak merupakan kemampuan anak dalam melakukan kegiatan atau tugas sehari–hari sesuai dengan tahapan perkembangannya. Kemandirian anak ini diukur dengan menggunakan kuesioner tentang kemandirian hygiene hasil modifikasi peneliti. Kemandirian anak berkaitan dengan perineal hygiene ini didasarkan atas kemampuan anak untuk membersihkan dirinya sendiri berkaitan dengan kebersihan alat kelamin seperti setelah melakukan buang air besar (BAB) dan setelah buang air kecil (BAK).

B. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang diterapkan pada anak yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negative maupun positif (Drey, 2006).

Pada dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Banyak ahli mengatakan pengasuhan anak adalah bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik. Terlihat bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan. Pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua dengan anak. Interaksi tersebut mencakup perawatan seperti dari mencukupi kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan melindungi, maupun mensosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat. Pendampingan orang tua diwujudkan melalui pendidikan cara–cara orang tua dalam mendidik anaknya. Cara orang tua mendidik anaknya disebut sebagai pola pengasuhan. Dalam interaksinya dengan orang tua anak cenderung menggunakan cara–cara tertentu yang dianggap paling baik bagi anak. Disinilah letaknya terjadi beberapa perbedaan dalam pola asuh.

(6)

Disuatu sisi orang tua harus bisa menentukan pola asuh apa yang tepat dalam mempertimbangkan kebutuhan dan situasi anak, disisi lain sebagai orang tua juga mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk anak menjadi seseorang yang dicita citakan yang tentunya lebih baik dari orang tuanya (Jas & Rahmadiana, 2004).

Setiap upaya yang dilakukan dalam mendidik anak, mutlak didahului oleh tampilnya sikap orang tua dalam mengasuh anak meliputi :

a. Perilaku yang patut dicontoh.

Artinya setiap perilakunya tidak sekedar perilaku yang bersifat mekanik, tetapi harus didasarkan pada kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan peniruan dan identifikasi bagi anak anaknya. b. Kesadaran diri.

Ini juga harus ditularkan pada anak anak dengan mendorong mereka agar perilaku kesehariannya taat kepada nilai–nilai moral. Oleh sebab itu orang tua senantiasa membantu mereka agar mampu melakukan observasi diri melalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun non verbal tentang perilaku.

c. Komunikasi

Komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak–anaknya, terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk memecahkan permasalahnya.

2. Bentuk Pola Asuh

Menurut Drey (2006), terdapat 4 macam pola asuh orang tua : 1. Pola asuh Otoriter

Para orang tua cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya bersamaan dengan ancaman–ancaman. Misalnya kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tidak senggan menghukum anaknya. Orang tua tipe ini juga tidak

(7)

mengenal kompromi dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah dan orang tua tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.

Pola asuh Otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah dan menarik diri.

2. Pola asuh Demokratis

Pola asuh yang mempentingkan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu–ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran pemikiran dan orang tua bersikap realitis terhadap kemampuan anak, memberikan kebebasan pada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya pada anak bersifat hangat.

Pola asuh Demokratis akan menghasilkan karekteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan temannya dan mempunyai minat terhadap hal–hal baru.

3. Pola asuh Permisif

Orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar, memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua. Namun orang tua tipe ini biasanya hangat sehingga sering disukai anak.

Pola asuh Permisif akan menghasilkan karekteristik anak yang impulsiv, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.

4. Pola asuh campuran

Pola asuh campuran adalah orangtua yang tidak konsisten dalam mengasuh anak. Orangtua terombang-ambing antara tipe demokratis, otoriter atau permisif. Orangtua mungkin menghadapi sifat anak dari

(8)

waktu-kewaktu dengan cara berbeda, contohnya orangtua bisa memukul anaknya ketika anak menolak perintah orangtua, pada kesempatan lain orangtua mengabaikan anak bila anak melanggar perintah orangtua.

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Adapun faktor yang mempengaruhi pola asuh anak adalah : a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat berpengaruh dalam mengasuh anak.

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola–pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.

c. Budaya

Sering kali orang tua mengikuti cara–cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan–kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola–pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya (Anwar, 2000).

4. Cara mengukur pola asuh

Pola asuh yang dibedakan atas bentuk otoriter, demokratis dan permisif maka cara pengukuran pola asuh didasarkan pada hasil kuesioner yang berisikan tentang penerapan pola asuh orangtua. Pengklasifikasiannya didasarkan pada kecenderungan hasil jawaban yang mengarah pada bentuk pola asuh otoriter, demokratis atau permisif.

(9)

C. Perkembangan Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian

Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka biasa mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia pada umumnya mereka mengikuti program

tempat penitipan anak 3 – 5 tahun dan kelompok bermain atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4 – 6 tahun

biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak. (Biechler dan Snowman dari Patmonodewo, 2003).

2. Tumbuh dan Kembang Anak

Anak merupakan individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangan juga berbeda (Soetijiningsih, 1995).

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), dan ukuran tulang (Soetijiningsih, 1995).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan yang menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetijiningsih, 1995).

Tumbuh kembang merupakan proses kontinyu sejak dari konsepsi sampai maturasi atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan (Soetijiningsih, 1995).

Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian dari bagian sel (Wong, 2009).

(10)

Perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan maturasi serta pembelajaran.

Pola tumbuh kembang bersifat jelas dapat diprediksi, kontinyu, teratur, dan progresif, pola atau kecendrungan ini juga bersifat universal dan mendasar bagi semua individu, namun unik dalam hal cara dan waktu pencapaiannnya.

3. Ciri-ciri Anak Prasekolah

Snowman (1993) dikutip dari Padmonodewo (2003) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.

a. Ciri Fisik

Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya.

1) Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan

sangat menyukai kegiatan-kegiatan yang dilakukan sendiri. Berikan kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat, dan melompat. Usahakan kegiatan-kegiatan tersebut sebanyak mungkin sesuai dengan kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan.

1) Walaupun anak laki-laki lebih besar, namun anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila dia tidak terampil. Jauhkan dari sikap membandingkan lelaki-perempuan, juga dalam kompetensi ketrampilan.

b. Ciri Sosial

Anak prasekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua

(11)

sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang biasa dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang menjadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.

c. Ciri Emosional

Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru atau orang sekitar.

d. Ciri Kognitif

Anak prasekolah umumnya sudah terampil berbahasa, sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya. Sebaliknya anak diberi kesempatan untuk menjadi pendengar yang baik.

4. Tugas Tumbuh Kembang Anak

Soetijiningsih, 1995 mengemukakan bahwa semua tugas perkembangan anak usia 4-6 tahun itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi :

1. Perilaku Sosial

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan kemandirian, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan misalnya, membantu di rumah, mengambil makan, berpakaian tanpa bantuan, menyuapi boneka, menggosok gigi tanpa bantuan, dapat makan sendiri.

2. Gerakan Motorik Halus

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan

(12)

koordinasi yang cermat misalnya menggambar garis, lingkaran dan menggambar manusia.

3. Bahasa

Kemampuan yang memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah, misalnya bicara semua dimengerti, mengenal dan menyebutkan warna, menggunakan kata sifat (besar-kecil). 4. Gerakan Motorik Kasar

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, misalnya berdiri dengan satu kaki, berjalan naik tangga dan menendang bola ke depan.

5. Faktor yang mempengaruhi perkembangan 1. Keturunan

Karakteristik yang diturunkan mempunyai pengaruh besar pada perkembangan jenis kelamin anak, yang ditentukan oleh seleksi acak pada waktu konsepsi, mengarahkan pola pertumbuhan dan perilaku orang lain terhadap anak. Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara kuat mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk mendapatkan hasil akhir tersebut. Terdapat hubungan yang besar antara orang tua dan anak dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat badan dan laju pertumbuhan. Kebanyakan karakteristik fisik, termasuk pola dan bentuk gambaran, bangun tubuh dan keganjilan fisik diturunkan dan dapat mempengaruhi cara pertumbuhan dan integrasi anak dengan lingkungan.

2. Faktor Neuroendoktrin

penelitian menunjukan kemungkinan adanya pusat pertumbuhan dalam region hipotalamik yang bertanggungjawab untuk mempertahankan pola pertumbuhan yang ditetapkan secara genetic. Beberapa hubungan fungsional diyakini diantara hipotalamus dan system endokrin yang mempengaruhi pertumbuhan.

(13)

3. Nutrisi

Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling penting pada pertumbuhan. Faktor diit mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan dan efeknya ditunjukan pada cara yang beragam dan rumit, selama masa bayi dan kanak-kanak. Kebutuhan kalori relative besar dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan berat badan.

4. Hubungan interpersonal

Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam perkembangan terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan kepribadian, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan kepribadian tidak hanya kualitas dan kuantitas kontak dengan orang lain yang memberi pengaruh pada anak yang sedang berkembang tetapi luasnya rentang kontak penting untuk pembelajaran dan perkembangan kepribadian yang sehat.

5. Tingkat Sosioekonomi

Tingkat sosioekonomi keluarga mempunyai dampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua usia anak dari kelas atas dan menengah mempunyai tinggi lebih dari anak keluarga dengan strata ekonomi rendah. Keluarga dari sosioekonomi rendah kurang memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya nutrisi yang membantu perkembangan optimal anak. 6. Penyakit

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah satu menifestasi klinis dalam sejumlah gangguan hereditas. Gangguan pertumbuhan terutama terlihat pada gangguan skeletal, seperti berbagai bentuk duarfisme dan sedikitnya satu anomaly kromosom (sindrom turner) banyak gangguan metabolisme seperti riketsia resisten-vitamin D, mukopoli sekaridosis, dan berbagai gangguan lain, kecendrungannya adalah kearah persentil atas tinggi badan.

(14)

Gangguan apapun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorsi nutrisi tubuh akan memberi efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan

7. Bahaya Lingkungan

Bahaya dilingkungan adalah sumber kekawatiran pemberi asuhan kesehatan dan orang lain yang memperhatikan kesehatan dan keamanan cedera fisik paling sering terjadi akibat bahaya lingkungan, dan berkaitan dengan usia bahaya khusus dan ketidakmampuan fisik.

Anak beresiko tinggi mengalami cedera akibat resiko kimia dan ini berhubungan dengan potensi kardiogenik, efek enzimatik dan akumulasi (Baum dan Shannon, 1995). Agens berbahaya yang paling sering dikaitkan dengan resiko kesehatan adalah bahan kimia dan radiasi.

8. Stress pada masa kanak-kanak

Meskipun semua anak mengalami stres beberapa anak muda tampak lebih rentan dibanding yang lain. Usia anak temperamen situasi hidup dan status kesehatan mempengaruhi kerentanan reaksi dan kemampuan mereka mengatasi stres. Orang tua dapat mencoba untuk mengenali tanda stres untuk membantu anak mengahadapi stres sebelum menjadi berat.

9. Pengaruh media massa

Media dapat memberi pengaruh besar pada perkembangan anak, media memberi anak suatu cara untuk memperluas pengetahuan mereka tentang dunia tempat mereka hidup dan berkontribusi untuk mempersempit perbedaan antar kelas. Anak dapat mengidentifikasi secara dekat orang atau karakter yang digambarkan dalam materi bacaan, film, video dan program televisi serta iklan.

(15)

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka teori Sumber : Soejtiningsih (1995)

E. Kerangka konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Pola Asuh Orang Tua

• Demokratis • Otoriter • Permisif • Campuran

Kemandirian perineal hygiene Kemandirian perineal hygiene Faktor internal - Emosi - Intelektual Faktor eksternal Lingkungan Kualitas informasi Karakteristik sosial Stimulasi Pola asuh Cinta kasih Perilaku yang patut di contoh

(16)

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah:

Ho = Tidak ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan kemandirian perineal hygiene anak di TK Rodhotul Attfah TaufiQiyah Tegal Kangkung Semarang.

Ha = Ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan kemandirian perineal hygiene anak di TK Rodhotul Attfah TaufiQiyah Tegal Kangkung Semarang.

G. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Variabel bebas (independent variable) yaitu pola asuh orang tua. 2. Variabel terikat (dependent variable) yaitu kemandirian perineal

(17)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka teori  Sumber : Soejtiningsih (1995)

Referensi

Dokumen terkait

Ibid, hal, 94.. sama, pejabat yang berwenang untuk menandatangani kontrak karya itu adalah Gubernur. Sementara itu, apabila wilayah pertambangan yang di mohon berada

Pak Takar mentioned about the duration of the music. Which one is longer? Most students answered that jingle was longer in duration. She said that both smash and

Hasil yang dicapai pada uji hipotesa antara ekstrovert dengan perilaku asertif adalah (p=0,733, p>0,05), sedangkan untuk introvert dengan perilaku asertif adalah

Untuk ikut berpartisipasi dalam dunia politik khususnya pemilu, ada beberapa faktor yang bisa menggambarkan tentang bagaimana keaktifan masyarakat untuk ikut serta seperti

Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Tengah, selalu dilakukan berbagai upaya perbaikan, baik dari segi materi maupun tampilan fisiknya, sesuai

Kondisi stabilitas tanah di lapangan cukup baik dan memungkinkan untuk dilakukan pemindahan dinding penahan tanah dalam rangka mengurangi luas area lahan pondasi

Pada e kosistem danau banyak ditemukan jenis ikan yang endemik dan rentan terhadap perubahan ekosistem. Jika dilihat dari kondisi geomorfologinya, ekosistem

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Strategi Pemasaran Bisnis Toko Dafi‟ Dalam Meningkatkan Jumlah Penjualan Barang di Kota Palangkaraya Perspektif