PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK JALANAN
(Jurnal)
Oleh:
Damanhuri Warganegara, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK JALANAN
Oleh
Damanhuri Warganegara, S.H.,M.H.
Dewasa ini hampir disetiap persimpangan jalan di kota besarsering terlihat kumpulan anak-anak yang sering disebut dengan nama anak jalanan. Keberadaan anak jalanan tersebut selain mengganggu ketertiban lalu lintas mereka juga rentan menjadi korban eksploitasi dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, adapun permasalahan pada tulisan ini adalah mengapa perlu adanya perlindungan hukum terhadap anak jalanan dan bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak jalanan. Metode penulisan menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan cara mengkaji beberapa literatur dan peraturan yang terkait dengan perlindungan hukum terhadap anak. Dari pembahasan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan, bahwa perlindungan hukum teerhadap anak jalanan dilakukan berbagai kebijakan oleh pemerintah yaitu dengan adanya Undang-Undang yang terkait dengan perlindungan anak serta didirikannya lembaga perlindungan anak, adanya rumah singgah kemudian didirikannya sekolah khusus anak jalanan.
ABSTRACT
LEGAL PROTECTION OF “ANAK JALANAN”
By
Damanhuri Warganegara, S.H., M.H.
Ernadewi00@yahoo.co.id
Today almost every intersection in the big city often seen a community of children who are often called by the name of “Anak Jalanan”. The existence of “Anak Jalanan” in addition to disturbing the traffic order they are also vulnerable to victims of exploitation of people who are not responsible, as for the problem in this paper is why the need for legal protection of street children and how the legal protection of street children. The method of writing uses a normative juridical approach by examining some of the literature and regulations related to the legal protection of children. From the discussion of the above problem formulation can be concluded, that the legal protection of street children carried out various policies by the government that is with the law related to child protection and the establishment of child protection institutions, the shelter house and the establishment of special schools of “Anak Jalanan”.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia belum ada kesatuan mengenai pengertian anak. Hal ini disebabkan oleh peratuaran perUndang-Undangan yang berkaitan dengan kepentingan
anak, masing-masing
memberikan pengertian yang sesuai dengan maksud dikeluarkannya peraturan perUndang-Undangan tersebut.1
Anak berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang
Perlindungan anak Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dapat diketahui bahwa anak yang berhadapan dengan hukum terdiri atas:
1. Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.(Pasal 1 Angka 3)
2. Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut sebagai anak korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik,
1 R. Wiyono, Sistem Peradilan Pidana Anak
di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafik, 2016, hlm 10
mental, dan/atau kerugian ekonomiyang disebabkan oleh tindak pidana. (Pasal 1 angka 4)
3. Anak yang menjadi saksi tindk pidana yang selanjutnya disebut sebagai anak saksi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang di dengar, dilihat dan/atau dialaminya sendiri. (Pasal 1 angka 5)
Untuk menjaga
tumbuhkembangnya anak perlu adanya Undang-Undang dan Peraturan yang mengatur tentang perlindungan anak terutama terkait dengan hak-hak anak. Pada saat ini hampir diseluruh Indonesia bahkan dunia banyak terlihat anak-anak yang berkeliaran di jalan-jalan khusus nya jalan protokol, di stasiun, di terminal, di pojok-pojok pasar dan tempat-tempat umum lainnya. Anak-anak tersebut dikenal dengan istilah anak jalanan.
payung, semir sepatu, jual koran dan sebagainya, kemudian eksploitasi seksual oleh orang dewasa maupun sesama pelaku anak contohnya banyaknya korban pedopil atau korban sodomi.
Pada perkembangannya terdapat berbagai bentuk pelecehan seksual/kekerasaan seksual pada anak, yaitu, Perkosaan, Sodomi, Oral Seks, Sexual Gesture, Sexual Remark, Pelecehan Seksual, Sunat Klitoris Pada Anak Perempuan.2
Anak-anak, termasuk anak jalanan sebagai korban berbagai kejahatan sebagai mana di atas, seharusnya anak-anak diusia mereka masih
dalam pengawasan dan
perlindungan dari orang tua, bersekolah, bermain dan mengembangkan potensi yang ada di dalam diri mereka. Namun pada kenyataannya banyak anak-anak yang tidak bersekolah karena dipaksa oleh orang dewasa untuk untuk bekerja. Hal ini tidak sesuai dengan isi konvensi PBB tentang hak-hak anak serta ketentuan yang terdapat dalam Pasal 34Undang-Undang Dasar 1945, bahwa pakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara, oleh sebab itu penulis tertarik menulis terkait
“Perlindungan Hukum
Terhadap Anak Jalanan”.
2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut :
2 Ismantoro Dwi Yuwono, Penerapan Hukum dalam Kasus Kekerasan Seksual terhadap Anak. Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2015, hlm.7
a. Mengapa perlu adanya perlindungan hukum terhadap anak jalanan
b. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak jalanan
3. Tujuan penulisan
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini, maka tujuan dari penulisan ini adalah
a. Untuk mengetahui mengapa perlu adanya perlindungan hukum terhadap anak jalanan b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap anak jalanan
4. Metode Penulisan
Metode penulisan menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah kaidah-kaidah atau norma-norma, aturan-aturan serta literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.3Pada penulisan ini mengkaji beberapa literatur, peraturan-peraturan
yang terkait dengan
perlindungan hukum terhadap anak.
B. Pembahasan
Alasan Perlunya Perlindungan
Hukum Terhadap Anak
Jalanan
Perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini perlindungan oleh hukum saja yang diutamakan. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak
3 Soerjono Sukanto, Pengantar Penelitian
dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.4
Perlindungan anak merupakan bagian dari masalah penegakan hukum, yang menurut Satjipto Rahardjo masalah penegakan hukum merupakan masalah yang tidak sederhana, bukan saja karena kompleksitas sistem hukum itu sendiri, tetapi juga rumitnya jalinan hubungan antara sistem hukum dengan sistem sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat. Sebagai suatu proses, penegakaan hukum pada hakikatnya merupakan variabel yang mempunyai korelasi dan interdevendensi dengana faktor-faktor yang lain, demikian juga dalam hal perlindungan anak. 5
Anak merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional. Anak adalah asset bangsa. Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang. Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa.
4 CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Balai Pustama, 1989, hlm. 102
5 Satjipto Rahardjo, 2009, Penegakan
Hukum suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta, Genta Publishing, hlm. Viii.
Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang. Oleh sebab itu perlu adanya perlindungan hukum bagi anak.
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak,
Perlindungan Anakadalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknyaagar dapat hidup,
tumbuh, berkembang,
danberpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkatdan martabat kemanusiaan, serta mendapatperlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
diharapkan menjadi tulang punggung bangsa yang akan menjalankan pembangunan dan sebagai penentu masa depan bangsa.
Hal inilah yang bisa ditemukan pada pembukaan Undang-Undang Perlindungan anak.
Dimana dalam dalam
pembukaan tersebut, dijelaskan mengenai landasan tentang pembuatan Undang-Undang Perlindungan Anak. Dalam pembukaan tersebut, bisa ditemukan beberapa alasan yang menjadi alasan mengapa soal anak harus diberikan perlindungan hukum formal yang mempunyai kekuatan hukum yang sifatnya mengikat.
Alasan dibentuknya Undang-UndangPerlindungan Anak, disebutkan pada bagian pembukaan Undang-Undang tersebut pada bab pertimbangan.
Dimana dalam bagian
pembukaan dijelaskan bahwa Undang-Undang Perlindungan Anak ini dibuat sebagai wujud pengakuan pemerintah tentang posisi seorang anak yang merupakan karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam posisi ini, seorang anak memiliki hak dan martabat yang utuh sebagai seorang manusia.
Di sisi lain, Undang-Undang perlindungan anak lahir karena pemerintah menyadari mengenai potensi yang dimiliki oleh seorang anak. Pada pundak merekalah pada nantinya perjuangan serta proses pembangunan bangsa akan digantungkan. Anak memiliki peran yang cukup vital sebagai
pelaksana pembangunan di masa mendatang. Jika sebuah bangsa bisa menciptakan anak-anak yang berkualitas, niscaya proses pembangunan bangsa bisa berjalan dengan baik pada nantinya.
Dengan tanggung jawab yang dimilikinya ini, seorang anak harus diberi kesempatan yang luas agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini mencakup masalah fisik, mental, ekonomi serta sosial dan memiliki akhlak yang baik. Alasan-alasan inilah yang mendasari mengenai pentingnya sebuah aturan hukum untuk bisa menciptakan kesejahteraan bagi seorang anak. Dengan demikian, seorang anak bisa mendapatkan hak mereka tanpa adanya diskriminasi perlakuan dari pihak manapun.
Bentuk-Bentuk Perlindungan
Hukum Terhadap Anak
Jalanan
Perlindungan anak merupakan upaya penting dan segera harus dilakukan, karena perlindungan anak merupakan usaha membangun investasi terbesar peradaban suatu bangsa, sebab apabila fenomena berbagai bentuk kekerasan terus menimpa kaum anak, bukan tidak mungkin ketika mereka mencapai usia dewasa, akan menjadi penyumbang terbesar kejahatan disebuah negara, demikian juga sebaliknya jika sedari muda mereka mendapat kasih sayang dan perlakuan yang benar, maka paling tidak cengkraman patologis dan psisko-sosial tidak begitu kuat mempengaruhi mereka untuk berbuat jahat.6
Perlindungan anak sudah semestinya tetap berpedoman pada upaya yang holistik yang menjadikan anak sebagai manusia yang patut mendapat perhatian yang baik. Dalam konteks ini Abdul Hakim Garuda Nusantara, mantan Ketua Komnas HAM RI mengatakan, bahwa masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara yuridis, tetapi perlu pendeatan yang lebih luas yaitu, ekonomi, sosial dan budaya.7
6 Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM
mengurai Ha Eonomi, Sosial dan Budaya, Jakarta, Rajawali Pers, hlm 229
7 Abdul Hakim Garuda Nasution, “Prospek Perlindungan Anak” dalam Majda El
Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM mengurai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Jakarta, Rajawali Pers, hlm 226
Sejalan dengan itu Shanti Dellyana mengatakan, bahwa perlindungan merupakan satu usaha yang mengadakan kondisi di mana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.8
Secara teoritis, bentuk perlindungan terhadap anak sebagai korban kejahatan dapat diberikan dalam berbagai cara,
tergantung pada
penderitaan/kerugian yang diderita oleh korban. Dalam konteks anak yang telah menjadi korban tindak pidana maka usaha yang dilakukan menurut Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Anak pada dasarnya memuat tentang segala upaya yang diberikan pemerintah dalam melindungi anak yang menjadi korban tindak pidana yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Upaya rehabilitasi yang dilakukan di dalam suatu lembaga maupun di luar lembaga, usaha tersebut dilakukan untuk memulihkan kondisi mental, fisik, dan lain
sebagainya setelah
mengalami trauma yang sangat mendalam akibat suatu peristiwa pidana yang dialaminya.
b. Upaya perlindungan pada identitas pada identitas korban dari publik, usaha tersebut diupayakan agar identitas anak yang menjadi korban ataupun keluarga korban tidak diketahui oleh orang lain yang bertujuan untuk nama baik korban dan
keluarga korban tidak tercemar.
c. Upaya memberikan jaminan keselamatan kepada saksi korban yaitu anak dan saksi ahli, baik fisik, mental mapun sosialnya dari ancaman pihak-pihak tertentu, hal ini diupayakan agar proses perkaranya berjalan dengan efisien.
d. Pemberian aksesbilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkaranya, hal ini diupayakan agar pihak korban dan keluarga mengetahui mengenai perkembangan proses perkaranya.
Ketentuan lainnya yang mengatur tentang perlindungan anak baik internasional maupun nasional, antara lain:
a. Lahirnya konvensi PBB
tentang hak anak,
InternationalConvention on
the Right of the Child (CRC) Tahun 1989.9
b. Optional Protocol to the
Convention on the Rights of the Child on the sale of Children, Child Prostitution
and Child Pornography.10
c. Minimum Age Convention,
1973 (No.138);11
9United Nation , Human Right, A
Compilation of International Instruments, Vol. 1 (First Part)(New York: United Nation, 2002. hlm 181-199.
10 Berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB
54/263 tanggal 25 Mei 2000, Resolusi ini efektif berlaku sejak tanggal 18 Januari 2002, yang terdiri dari 17 pasal yang secara konkret melarang penjualan, prostitusi dan pornografi anak.
11 Konvensi ini diadopsi melalui Konferensi
Umum ILO pada Sidang ke-58 tanggal 26
e. Worst Forms of Child Labour Cnvention, 1999 (N0.182).13 f. Pasal 34 Undang-Undang
Dasar 1945, bahwa pakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
g. Pasal54 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika; Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan sosial. h. Undang-UndangNo.13 Tahun
2006 Jo Undang-Undang No. 31 Tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
Di samping ketentuan-ketentuan di atas, juga diperlukan adanya lembaga-lembaga sosial masyarakat dengan sumber daya manusia yang profesional dalam mendampingi anak jalanan, terutama mereka yang menjadi korban kejahatan, terhadap anak jalanan yang menjadi dilema di tengah masyarakat inilah perlu hadirnya negara melalui lembaga negara, baik ditingkat pusat maupun daerah.
Juni 1973. Konpensi ini terdiri dari 18 pasal dan efektif berlaku sejak 19 Juni 1976.
12Ibid, berlaku 12 Februari 2002.
13 Konvensi ini diadopsi melalui Konferensi
C. Penutup 1. Simpulan
Dari pembahasan rumusan masalah di atas dapat
disimpulkan, bahwa
perlindungan hukum
teerhadap anak jalanan dilakukan berbagai kebijakan oleh pemerintah yaitu dengan adanya Undang-Undang yang terkait dengan perlindungan anak serta didirikannya lembaga perlindungan anak, adanya rumah singgah kemudian didirikannya sekolah khusus anak jalanan. 2. Saran
Mengingat masalah anak jalanan ini merupakan tanggungjawab pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia tidak terkecuali, maka di harapkan ada perhatian dan perlakuan khusus terhadap anak jalanan tersebut, antara lain diaktifkan kembali sekolah anak jalanaan, rumah singgah di setiap daerah dengan didukung selain sarana yang cukup juga tersedianya petugas-petugas sosila yang profesional.
Daftar Pustaka
CST. Kansi, 1989.Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Balai Pustama
Ismantoro Dwi
Yuwono,2015.Penerapan
Hukum dalam Kasus
Kekerasan Seksual terhadap Anak. Yogyakarta, Pustaka Yustisia
Konvensi ini diadopsi melalui Konferensi Umum ILO pada Sidang ke-58 tanggal 26 Juni 1973. Konpensi ini terdiri dari 18 pasal dan efektif berlaku sejak 19 Juni 1976.
Konvensi ini diadopsi melalui Konferensi Umum ILO pada Sidang ke-87 tanggal 17 Juni 1999 yang terdiri 16 pasal dan efektif berlaku sejak 19 Novenber 2000.
Majda El Muhtaj, 2008. Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Eonomi, Sosial,dan Budaya, Jakarta, Rajawali Pers.
R. Wiyono, Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafik
Satjipto Rahardjo, 2009. Penegakan Huum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta, Genta Publishing
Soerjono Sukanto,1983.Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Perss
Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindngan Saksi dan Korban
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Jo.Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang