• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Model Project Based Learning bagi Siswa Kelas V di SDN Tingkir Tengah 1 Semester II Tahun Pelajaran 2014 / 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Model Project Based Learning bagi Siswa Kelas V di SDN Tingkir Tengah 1 Semester II Tahun Pelajaran 2014 / 2015"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar

Dalam Nana Sudjana (2004:22) “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah menempuh pengalaman belajar (proses belajar mengajaar)”. Pengalaman belajar yang dialami oleh siswa akan menghasilkan kemampuan yang menurut Howart Kingsley dalam Nana Sudjana (2004:22)

dibedakan menjadi tiga kemampuan yaitu : 1) keterampilan dan kebiasaan ; 2)

pengetahuan dan pengarahan; 3) sikap dan cita-cita.

Hamalik (2002:146) Hasil belajar itu sendiri dapt diartikan sebagai

tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah,

yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes dan non tes

mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Ada dua faktor yang

memperngaruhi hasil belajar siswa yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan

faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor ligkungan. Faktor yang

datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor

kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang

dicapai.

Hasil belajar dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi guru dan sisi

siswa seperti yang dikemukakan oleh Dimyati (2002: 3) yaitu bahwa dari sisi

guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar yang

merupakan tindak lanjut atau cara yang dilakukan untuk mengukur tingkat

penguasaan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga

dengan evaluasi guru juga dapat mengukur tentang perubahan tingkah laku

siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai

dengan tujuan pengajaran. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum

belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut menurut Benyamin Bloom

(2)

7 1. Aspek Kognitif

Yaitu yang berkenaan dengan pengenalan baru atau mengingat

kembali (menghafal) suatu pengetahuan untuk mengembangkan

kemampuan intelektual. Aspek kognitif dibedakan atas enam

jenjang, yaitu :

a. Pengetahuan (knowledge)

Dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat mengenali atau

mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harus

mengerti atau dapat menggunakannya.

b. Pemahaman (comprehension)

Kemampuan ini menuntut siswa memahami atau mengerti apa

yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan

dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus

menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini

dijabarkan menjadi tiga, yakni; (a) menterjemahkan, (b)

menginterpretasikan, dan (c) mengekstrapolasi.

c. Penerapan (aplication)

Jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan menggunakan

ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-

prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang

untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu

ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya.

e. Sintesis (synthesis)

Jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan

sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai

faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana

(3)

8 f. Evaluasi (evaluation)

Evluasi adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat

menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep

berdasarkan suatu kriteria tertentu.

2. Aspek Afektif

Ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang

menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu

menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian

mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya

dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya. Jenjang

kemampuan dalam ranah afektif yaitu:

a. Menerima (Receiving)

Dalam jenjang menerima ini diharapkan siswa peka terhadap

eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu.

b. Menjawab (Responding)

Siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi juga

bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan

siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa

ditugaskan.

c. Menilai (valuing)

Dalam jenjang menilai ini diharapkan siswa dapat menilai

suatu obyek, fenomena atau tingkah laku tertentu dengan

cukup konsisten.

d. Organisasi (organization)

Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai yang

berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk

suatu sistem nilai.

3. Aspek Psikomotorik

Yaitu pengajaran yang bersifat keterampilan atau yang

menunjukkan gerak (skill). Berikut ini adalah rincian dalam aspek

(4)

9 a. Persepsi (Perception)

Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam

membantu gerakan.

b. Kesiapan (Set)

Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan

gerakan.

c. Respon Terpimpin (Guided Response)

Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks,

termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.

d. Mekanisme (Mechanism)

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga

tampil dengan meyakinkan dan cakap.

Dari pendapat para ahli tersebut, dapat dijelaskan hasil belajar adalah

perubahan pengalaman belajar yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari

sisi guru yaitu dalam memberikan evaluasi untuk mengukur perubahan

tingkah laku siswa dan dari sisi siswa hasil belajar sebagai tolak ukur

perkembangan siswa yang terdiri dari tiga aspek yaitu aspek kognitif,

aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Aspek kognitif berkenaan dengan pengetahuan baru untuk

mengembangkan kemampuan intelektual, yang dibedakan menjadi enam

jenjang yaitu jengjang pengetahuan dimana siswa dituntut untuk

mengetahui suatu konsep. Jenjang pemahaman, kemampuan ini menuntut

siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan. Jenjang Penerapan, yang menuntut kesanggupan menggunakan ide-ide, tata cara,

metode-metode, prinsip- prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret.

Jenjang analisis, kemampuan yang menuntut seseorang untuk dapat

menguraikan suatu situasi tertentu ke dalam komponen pembentuknya. Jenjang sintesis, jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan

sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor.Dan

(5)

10

menilai suatu situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu

kriteria tertentu.

Aspek afektif adalah sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan

batiniah anak, aspek ini dibagi menjadi empat jenjang, diantaranya adalah

jenjang menerima, diharapkan siswa peka terhadap rangsangan tertentu.

Jenjang menjawab, siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi

juga bereaksi terhadap salah satu cara.Jenjang menilai, diharapkan siswa

dapat menilai suatu obyek, fenomena atau tingkah laku tertentu dengan

cukup konsisten. Dan jenjang organisasi, tingkat ini berhubungan dengan

menyatukan nilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah,

membentuk suatu sistem nilai.

Yang terakhir adalah aspek psikomotorik yaitu pengajaran yang

bersifat ketrampilan atau menunjukkan gerak siswa. Aspek ini dibagi

menjadi empat jenjang yaitu jenjang persepsi, Penggunaan alat indera

untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.Jenjang kesiapan,

termasuk dalam kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan

gerakan. Jenjang respon terpimpin, tahap awal dalam mempelajari

keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan

coba-coba. Jenjang mekanisme, membiasakan gerakan-gerakan yang telah

dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.

2.2 Pembelajaran IPA

2.2.1 Pengertian IPA

Menurut Permendiknas (2008), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, dengan

demikian IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan.

Menurut Rusyan (2007) mengemukakan IPA merupakan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, karena itu, IPA bukan hanya penugasan,

(6)

11

saja, tetapi mengumpulkan fakta-fakta, dan bagaimana menghubungkan

fakta-fakta itu.

Selanjutnya menurut Usman Samatowa (2010 : 19) menyatakan secara

sederhana bahwa sains didefinisikan sebagai Ilmu Pengetahuan yang

mempelajari tentang gejala-gejala alam.” Sains juga merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep,

prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan oleh peneliti dengan kata lain

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan proses mencari tahu atau

penemuan segala gejala alam, bukan hanya mengenai penguasaan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja yang merupakan

produk dari proses ilmiah.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Sulistyorini (2007:40), mengemukakan tujuan pembelajaran IPA di

Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan ciptaanNya

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesasdaran tentang

adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan

masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara,

menjaga, melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala

keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai

(7)

12

Tujuan diatas mengarahkan bahwa sebaiknya pembelajaran IPA tidak

menitikberatkan pada upaya pencapaian akademik saja, namun dalam

pembelajaran IPA sebaiknya melibatkan siswa dalam kegiatan yang

memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Dari uraian tujuan pembelajaran IPA tersebut dapat peneliti simpulkan

bahwa tujuan pembelajran IPA bukan hanya mengenai pengetahuan saja,

namun tujuan pembelajaran IPA juga mencangkup tentang keyakinan

terhadap kebesaran Tuhan atas ciptaanNya, mengembangkan rasa ingin

tahu, sikap positif dan kesadaran hubungan saling mempengaruhi dengan

alam, mengembangkan proses pemecahan masalah di alam sekitar,

meningkatkkan kesadaran dalam melesstarikan alam, dan juga untuk

memperoleh ketrampilan dalam pembelajaran IPA.

2.2.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

Berdasarkan Kurikulum 2006, ruang lingkup bahan kajian IPA

meliputi beberapa aspek materi pokok IPA yang diajarkan di Sekolah Dasar,

yaitu :

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

b. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya.

c. Energi dan perubahannya, meliputi : gaya, magnet, listrik, cahaya, dan

pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta, meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

2.2.4 Pembelajaran IPA Sekolah Dasar

Berdasarkan standar isi dalam permendiknas tahun 2006, Indikator

pencapaian tujuan pembelajaran diturunkan dari Kompetensi Dasar dan

Standar Kompetensi yang menjadi pedoman untuk mengembangkan materi,

kegiatan pembelajaran, indikator dan tujuan yang akan dicapai dalam

(8)

13

dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA kelas 5, semester II dalam

kuriikulum KTSP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan diteliti

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Menerapkan sifat-sifat

cahaya melalui kegiatan

membuat suatu karya / model

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat

cahaya

7. Memahami perubahan yang

terjadi di alam dan

hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam

7.4 Mendeskripsikan proses

daur air dan kegiatan manusia

yang dapat mempegaruhinya

7.5 mendeskripsikan perlunya

penghematan air

2.3 Model Pembelajaran

Menurut Trianto (2011: 51) model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pemebalajaran dalam tutorial.

Model ini merupakan karakteristik yang dimunculkan dalam pembelajaran

sebagai langkah untuk melaksanakan pembelajaran di kelas. Model harus

sesuai dengan materi yang diajarkan karena setiap materi atau konsep

memiliki karakteristik tersendiri sehingga bisa jadi suatu konsep tertentu

harus menggunakan model tertentu juga. Bila tidak menggunakan model

yang cocok maka pembelajaran menjadi tidak efektif yang dampaknya pada

pemahaman siswa.

Menurut Soekamto (Hamruni, 2012 : 5) mengemukakan bahwa

maksud dari model pembelajaran itu adalah kerangka konseptual yang

(9)

14

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan

aktivitas belajar mengajar.

Dari penjelasan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah kerangka yang digunakan untuk merencanakan proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model harus sesuai

dengan materi yang diajarkan karena setiap materi memiliki karakteristik

yang berbeda. Bila model yang digunakan tidak sesuai dengan materi yang

diajarkan pembelajaran akan menjadi tidak efektif dan berdampak pada

kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

2.4 Project Based Learning

Model pembelajaran project based learning berawal dari ide dari John Dewey yaitu “learning by doing” atau belajar dengan melakukannya. Dewey (1997) berpendapat seperti berikut.

"The teacher is not in the school to impose certain ideas or to form certain habits in the child, but is there as a member of the community to select the influences which shall

affect the child and to assist him in properly responding to these...I believe, therefore, in the so-called expressive or

constructive activities as the centre of correlation."

“Guru ada di sekolah tidak untuk memaksakan ide-ide tertentu atau untuk membentuk kebiasaan tertentu pada anak, tetapi ada sebagai anggota

masyarakat untuk memilih pengaruh yang akan mempengaruhi anak dan untuk membantu anak dalam langkah yang benar… saya percaya, karena itu, dalam apa yang disebut kegiatan ekspresif atau konstruktif sebagai pusat korelasi”

Project-based learning has been associated with the "situated learning" perspective of James G. Greeno (2006)

(10)

15

focused on teaching by engaging students in investigation. Within this framework, students pursue solutions to nontrivial

problems by asking and refining questions, debating ideas, making predictions, designing plans and/or experiments,

collecting and analyzing data, drawing conclusions, communicating their ideas and findings to others, asking new

questions, and creating artifacts.

Pembelajaran berbasis proyek telah dikaitkan dengan “situated learning” dari perspektif James G. Greeno (2006) dan pada teori konstruktivis Jean Piaget. Sebuah deskripsi yang lebih tepat dari proses

project based learning yang diberikan oleh Blumenfeld et al. Mengatakan bahwa, “Pelajaran berbasis proyek adalah perspektif yang komprehensif berfokus pada pengajaran dengan melibatkan siswa dalam penyelidikan.

Dalam kerangka ini, siswa mengejar solusi untuk permasalahan yang tidak

sederhana dengan mengajukan pertanyaan dan menyempurnakannya, debat

pendapat, membuat prediksi, merancang rencana atau percobaan,

mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan,

mengkomunikasikan ide-ide mereka dan temuan kepada orang lain,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan baru, dan menciptakan artefak”

Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa model project

based learning adalah model pembelajaran inovatif yang berpusat kepada

siswa dan peran guru adalah mempengaruhi siswa untuk membantu anak

melangkah yang benar terlebih dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

diawali dengan adanya permasalahan yang mampu mendorong siswa untuk

mengajukan pertanyaan kemudian melakukan kerja proyek yang

menghasilkan karya atau artefak.

2.4.1 Karakteristik Model Project Based Learning

Menurut Thomas (2000) Project based learning memiliki

karakteristik yang membedakan model yang lain. Karakteristik tersebut,

(11)

16 1. Centrality

Pada project based learning proyek menjadi pusat dalam

pembelajaran

2. Driving Question

Project based learning difokuskan pada pertanyaan atau masalah

yang mengarahkan siswa untuk mencari solusi dengan konsep atau

prinsip ilmu pengetahuan yang sesuai.

3. Constructive Investigation

Pada project based learning siswa membangun pengetahuannya

dengan melakukan investigasi secara mandiri (guru sebagai

fasilitator)

4. Autonomy

Project based learning menuntut student centered (berpusat pada

siswa), siswa sebagai problem solver (pemecah masalah) dari

masalah yang dibahas.

5. Realism

Kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan

situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik

dan menghasilkan sikap profesional.

Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep dari suatu

disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah

secara kolaboratif dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara otonom

dalam mengontruksi pengetahuan mereka sendiri dalam kelompok

termasuk bagaimana siswa mengatur pembuatan produk, mengatur waktu

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek dan mencapai puncaknya

untuk menghasilkan produk nyata yang nantinya akan dipresentasikaan di

(12)

17

2.4.2 Keuntungan Model Projecct Based Learning

Menurut Han dan Bhattacharya (Warsono dan Hariyono, 2012 : 157)

mengidentifikasi kelebihan pembelajaran berbasis proyek, yaitu :

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa

2. Meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah

3. Mememperbaiki ketrampilan menggunakan media pembelajaran

4. Meningkatkan semangat dan ketrampilan berkolaborasi

5. Meningkatkan keterampilan dalam manajemen berbagai sumber daya

6. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mencari informasi

7. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi proyek

8. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.

Dari uraian tersebut dapat peneliti jelaskan bahwa model project

based learning dapat meningkatkan motifasi belajar siswa, siswa akan

antusias selama proses pembelajaran. Meningkatkan kecakapan siswa dalam

memecahkan masalah, siswa dalam kelompok akan saling bertukar pikiran

baaimana untuk menyeleesaikan suatu masaah atau pertanyaan yang ada.

Memperbaiki ketrampilan menggunakan media pembelajaran, dalam

melaksanakan suatu kerja proyek tentu siswa akan bekerja menggunakan

berbagai media pembelajaran dengan ini siswa akan lebih trampil

menggunakan media pembelajaran. Meningkatkan semangat dan

ketrampilan berkolaborasi, selama pembelajaran siswa lebih semangat dan

dapat berkolaborasi dengan teman kelompoknya untuk menyelesaikan suatu

masalah dan membuat suatu produk nyata. Meningkatkan ketrampilan

manajemen berbagai sumber daya, termasuk bagaimana siswa

memanajemen waktu, alat dan bahan yang mereka gunakan dalam membuat

suatu produk. Meningkatkan ketrampilan siswa dalam mencari informasi,

keaktifan siswa dalam bertanya untuk memperoleh informasi dapat

berkembang dengan munculnya masalah yang ada. Memberikan

pengalaman kepada siswa dalam berorganisasi proyek, dan membuat

suasana belajar menjadi menyenangkan.

(13)

18

2.4.3 Langkah-langkah Model Project Based Learning

Menurut Warsono dan Hariyanto (2012 : 156) mengemukakan secara

umum, langkah-langkah pembelajaran dalam melaksanakan model project

based learning adalah perencanaan, penciptan dan penerapan, serta

pemrosesan. Dapat dipahami bahwa model project based learning terdiri

dari tiga fase pokok, yaitu:

Fase 1: fase perencanaan.

Dalam tahap ini, pebelajar memilih topik, mencari sumber-sumber terkait

informasi yang relevan, dan mengorganisasikan sumber-sumber menjadi

suatu bentuk yang berguna.

Fase 2 : Implementasi atau fase penciptaan.

Dalam tahap ini pebelajar mengembangkan gagasan terkait proyek,

menggabungkan dan menyinergikan seluruh kontribusi dari anggota

kelompok , dan mewujudkan proyeknya.

Fase 3: Fase pemrosesan.

Dalam tahap ini proyek hasil karya mereka didiskusikan dengan prinsip

saling berbagi dengan kelompok melakukan refleksi terhadap hasil

karyanya.

Berikut ini adalah langkah-langkah model project based learning

menurut George Lucas Educational Foundation (2005) :

1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (start with the essential question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan

yag dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu

aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan

untuk siswa dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.

2. Mendesain Perencanaan Proyek (design a plan for the project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan

aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan

(14)

19

mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk

membantu penyelesaian proyek.

3. Menyusun Jadwal (create a schedule)

Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktifitas dalam

menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain :

a) Membuat timeline atau alokasi waktu untuk menyelesaikan

proyek

b) Membuat deadline atau batas waktu akhir penyelesaian

proyek

c) Membawa pesereta didik ketika mereka membuat cara yang

tidak berhubungan dengan proyek

d) Meminta peserta didik untuk membuat penjelasan tentang

pemilihan suatu cara.

4. Memonitor Siswa dan Kemajuan Proyek (monitor the students and

the progress of the project)

Guru bertanggungjawab untuk melakkukan monitor terhadap

aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan

dengan cara menfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain

guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar

mempermudah proses monitorinng, dibuat sebuah rubrik yang dapat

merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

5. Menguji Hasil (assess the outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur

ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan

masing-masing siswa, memberi umpan alik tentang tingkat

pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam

menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6. Mengevaluasi pengalaman (evaluate the experience)

Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi

terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses

(15)

20

Dalam uraian tersebut peneliti dapat menyimpulkan langkah-langkah

model project based learning yang terdiri dari tiga fase, fase perencanaan,

fase implementasi atau fase penciptaan dan fase pemrosesan. Model project

based learning dapat diuraikan menjadi beberapa langkah yaitu penentuan

pertanyaan mendasar, mendesain perencanaan proyek, menyusun jadwal,

memonitor siswa dan kemajuan proyek, menguji hasil dan mengevaluasi

pengalaman.

2.5 Kajian Penelitian yang Relevan

Siska Hidayanti (2012) dalam skripsinya yang berjudul upaya

meningkatkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran berbasis proyek

(PBP) pada tema kerajinan tangan kelas II SD Negeri Jogoyitnan

Wonosobo Semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian yang

dilakukan Siska Handayanti dengan menggunakan model project based

learning atau pembelajaran berbasis proyek pada siklus I mengalami

peningkatan hasil belajar siswa yang dilihat melalui hasil evaluasi

diperoleh hasil 86,2% siswa yang sudah mencapai KKM, pada siklus II

juga terjadi peningkatan prosentase hasil belajar siswa menjadi 96,5%

siswa telah mencapai nilai KKM.

Penelitian yang dilakukan oleh Rully Kurniawati (2010) dengan judul “Penerapan Project Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Aktivitas Ekonomi dalam Pembelajaran IPS SD

Kelas IV SDN Bareng 5 Malang”. Hasil belajar pemahaman konsep aktivitas ekonomi siswa kelas IV SDN Bareng 5 Malang setelah penerapan

Project Based Learning pada siklus I ke siklus selanjutnya mengalami

peningkatan. Ini dapat diketahui dari hasil rata-rata hasil tes belajar siswa

pada siklus I yaitu (71,7) sedang pada siklus II yaitu (75,0) sedang pada

siklus III yaitu (82,1) baik.

(16)

21 2.6 Kerangka Pemikiran

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat ini masih berpusat

pada guru karena cenderung hanya menggunakan metode ceramah.

Keadaan ini mengakibatkan siswa tidak mampu mengembangkan potensi

di dalam dirinya baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya

karena siswa hanya dijadikan sebagai pendengar atau penerima informasi

saja.

Pada kurikulum 2006 siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses

pembelajaran maka dari itu perlu adanya pembelajaran yang bervariasi dan

tentunya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, untuk itu guru mencoba

untuk menggunakan pembelajaran berbasis proyek (project based

learning). Model project based learning adalah pembelajaran yang

menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam

beraktifitas secara nyata. Agar siswa dapat terlibat aktif maka guru dapat

menerapkan model project based learning dalam proses pembelajaran.

Secara sistematik kerangka berpikir penelitian ini dapat dicermati melalui

(17)

22 2.7 Hipotesis Tindakan

Dari hasil kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas dapat

dirumuskan hipotesisnya adalah hasil belajar mata pelajaran IPA siswa

kelas V di SDN Tingkir Tengah 1 semester II tahun pelajaran 2014/2015

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

The surround Sekampung river estuary coastline located in Rawa Sragi area is one of the most dynamic coastlines in southern Lampung Province that has changed

Kami Menjual Obat gonore atau kencing nanah ampuh, produk dari de nature indonesia, Penyakit gonore atau kencing nanah yang anda derita akan Insyaalloh sembuh

Penelitian ini dilakukan di perumahan Dusun Parimono Desa PlandiKecamatan Jombang Kabupaten Jombang dan pengujian bakteri Escherichia coli pada air PDAM siap minum

Bahasan: Reformasi ketatanegaraan yang dilakukan oleh pemerintah pada lembaga tertinggi negara bertujuan menegakkan kembali demokrasi yang bertumpu pada rakyat, yaitu rakyat tidak

In this paper, we use competing risks model that is, parametric Cox’s model with Weibull distribution based on EM algorithm, to examine the state of control of the process, that

Pada era transisi yang dialami masyarakat Indonesia saat ini dari masyarakat agraris menuju modern.Keindahan sebuah pernikahan sering kali ternodai dengan kekerasan

Pagu  Alokasi  Raskin  Tahun  2010  Kota  Bandar  Lampung berjumlah 51.578 RTS dengan pagu raskin  8.046,16  ton.  Tim  Program  Raskin  Kota  Bandar  Lampung 

Selain ilu nenginsa( unddg_undans dal@ Pelaksantuvt friflr dnafsnkan oleh pars penegak hukun, maka gava bahasa vang disuatan oleh pembentuk unddg-udms hN nendapal