• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR(OCB) 2.1.1 Definisi OCB - Pengaruh Locus of control (LOC) terhadap Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada Karyawan PTPN IV Unit Ajamu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR(OCB) 2.1.1 Definisi OCB - Pengaruh Locus of control (LOC) terhadap Organizational Citizenship Behaviour (OCB) pada Karyawan PTPN IV Unit Ajamu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR(OCB)

2.1.1 Definisi OCB

OCB merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan perilaku karyawan. OCB didefinisikan sebagai perilaku yang menguntungkan organisasi atau berniat menguntungkan organisasi yang langsung dan mengarah pada peran pengaharapan. Organ (1988) mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu yang bersifat bebas (discretionary), tanpa mendapat penghargaan dari sistem imbalan formal, dan yang secara totalitas dapat mendorong keefektifan fungsi-fungsi organisasi.

OCB merupakan perilaku yang berkaitan dengan kontribusi di luar peran formal yang ditampilkan oleh seorang karyawan dan tidak mengharapkan imbalan atau hadiah formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan dan efektivitas organisasi (Organ, dkk 2006). Misalnya menolong teman kerja untuk mengurangi beban kerja mereka, melakukan tugas yang tidak diminta tanpa mengharapkan imbalan, membantu problem solving dan decision making pada rekan kerja maupun di perusahaan.

(2)

11 bersama. Karyawan yang saling membantu tidak harus bertanya kepada atasannya untuk meminta bantuan, membiarkan para atasan bebas dari tugas-tugas yang lebih penting (Podsakoff, dkk dalam Jen Hung Huang, 2004). Organ (1988) juga mendefinisikan OCB sebagai perilaku dan sikap yang menguntungkan organisasi yang tidak bisa ditumbuhkan hanya dengan berdasarkan kewajiban peran formal yang ada dalam job description maupun dengan bentuk kontrak atau rekompensasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa OCB adalah perilaku kontribusi di luar peran formal yang dilakukan secara sukarela yang tidak mengharapkan imbalan dan dapat memberikan keuntungan untuk organisasi. Seperti yang dikatakan Organ (1988) bahwa perilaku ini bersifat bebas dan sukarela, karena perilaku ini diluar dari deskripsi formal pekerjaan.

2.1.2 Dimensi-dimensi OCB

Menurut Organ (1988); Podsakoff, Mackenzie, Moorman and Fetter (1990) bahwa terdapat beberapa dimensi dalam OCB,yaitu :

a. Altruism

adalah perilaku bebas karyawan untuk membantu ataupun menolong rekan kerjanya yang mengalami kesulitan dalam situasi yang sedang dihadapi tanpa memikirkan keuntungan pribadi.

b. Courtesy

(3)

12 baik dengan rekan kerja agar terhindar dari masalah interpersonal, atau membuat langkah-langkah untuk meredakan atau mengurangi suatu masalah.

c. Conscientiousness

Perilaku yang menunjukkan sebuah usaha agar melebihi harapan dari organisasi. Perilaku sukarela atau yang bukan merupakan kewajiban dari seorang karyawan.

d. Sportsmanship

Keinginan karyawan untuk bertoleransi dan menekankan pada aspek-aspek perilaku positif terhadap keadaan yang kurang ideal dalam organisasi tanpa menyampaikan keberatan, seperti tidak suka protes, tidak suka mengeluh walaupun berada dalam situasi yang kurang nyaman, dan tidak membesar-besarkan masalah yang kecil.

e. Civic Virtue

Bagian dari perilaku karyawan yang mengindikasikanpartisipasinya untuk aktif dalam memikirkan kehidupan organisasi atau perilaku yang menunjukkan tanggung jawab pada kehidupan organisasi untuk meningkatkan kualitas pekerjaaan yang ditekuni. Kemudian Organ menambahkan dua variasi OCB yaitu:

f. Cheerleading

(4)

13 kontribusi positif, yang pada gilirannya akan membuat kontribusi tersebut lebih mungkin terjadi di masa depan.

g. Peacemaking

Karyawan menyadari adanya masalah atau konflik yang akan memunculkan perselisihan antara dua atau lebih partisipan. Seorang peacemaker akan masuk kedalam permasalahan, memberikan kesempatan pada orang yang sedang memiliki masalah untuk berpikir jernih, dan membantu mencari solusi dari permasalahan

2.1.3 Manfaat OCB terhadap Organisasi

Melalui sejumlah riset, OCB diyakini dan terbukti dapat memberikan manfaat yang besar terhadap organisasi, diantaranya adalah berikut ini, yaitu (Organ ,dkk, 2006) :

a. OCB dapat meningkatkan produktivitas rekan kerja b. OCB juga mampu meningkatkan produktivitas manajer

c. OCB dapat menghemat sumber daya yang dimiliki manajemen dan organisasi secara keseluruhan

d. OCB menjadi sarana yang efektif untuk mengkordinasi kegiatan tim kerja secara efektif

e. OCB meningkatkan kemampuan organisasi untuk merekrut dan mempertahankan karyawan dengan kualitas performa yang baik

f. OCB dapat mempertahankan stabilitas kinerja organisasi

(5)

14 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi OCB

Faktor faktoryang mempengaruhi OCB seperti yang dikemukakan oleh Podsakoff, dkk (dalam Sinuraya, 2011) mengidentifikasikan 4 elemen yang memiliki hubungan dengan OCB, yaitu :

a. Karakteristik individual karyawan/ anggota organisasi

Konovsky & Organ (1996) mengatakan bahwa faktor bawaan dan karakteristik psikologis individu seperti kepribadian, kebutuhan psikologis, dan sikap merupakan prediktor OCB. Diketahui bahwa karyawan yang sabar, optimis, ekstrovert, empatik, dan berorientasi tim lebih cenderung berorientasi menunjukkan perilaku OCB.

b. Karakteristik tugas / pekerjaan

Studi - studi yang berfokus pada karakteristik tugas/ pekerjaan membedakan berdasarkan lima area, yaitu : (1) Task Feedback (2) TaskRutinization (3) Intinsically Satisfying Task (4) Task Interdependence

(6)

15 dengan OCB, melainkan melalui variabel lain seperti perasaan tanggung jawab terhadap rekan kerja dan suatu pekerjaan.

c. Karakteristik kepemimpinan

Secara keseluruhan, perilaku kepemimpinan memiliki hubungan yang signifikan dengan OCB (Podsakoff, dkk dalam Burton, 2003). Transformational Leadership, Leadership dan Substitute for Leadership memiliki hubungan dengan OCB. Namun, ”super” leadership tidak memiliki hubungan dalam menampilkan OCB dalam organisasi (Burton, 2003). Oleh karena itu daapat disimpulakn bahwa karyawan akan bersedia melakukan pekerjaan / tugas tambahan jika mereka bekerja pada manajer/ atasan yang inspirsional dan suportif.

d. Karakteristik organisasi

Penelitian sebelumnya bahwa organizational formalization, organization flexibility, dan advisory/ staff suppor tidak menunjukkan signifikansi yang konsisten terhadap OCB. Disisi lain percieved organizational support (POS) menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap OCB. Penghubung yang kuat tersebut ada pada dimensi altruisme yang dikemukakan oleh Setton, Bennett, dan Liden sebagai OCB I , dimana ‖I‖

menunjukkan interaksi dengan individu bukan dengan organisasi.

(7)

16 untuk memunculkan perilaku OCB. (Blakely, Gerald L; Srivastava, Abhishek; Moorman, Robert H, 2005).

2.2. LOCUS OF CONTROL

2.2.1. Definisi Locus Of Control

Locus of control merupakan suatu keyakinan mengenai sumber kontrol dari penguat (reinforcement). variabel kepribadian Locus of control, yang disebut sebagai locus of control internal, meyakini bahwa reinforcement yang mereka terima adalah sebuah fungsi perilaku dan atributnya sendiri. Orang-orang yang memiliki locus of control eksternal, berpikir bahwa reinforcement di kontrol oleh orang lain, takdir atau keberuntungan (Rotter dalam Schultz & Schultz, 1994).

Internal locus of control indicates a belief that reinforcement is brought

about byour own behavior. External locus of control indicates a belief that

reinforcement isunder the control of other people, fate or luck. (Rotter dalam

Schultz & Schultz, 1994)

(8)

17 individu yang mengembangkan orientasi internal meyakini bahwa keterampilan, kerja keras, tinjauan terhadap masa depan, dan perilaku yang bertanggung jawab akan memberikan hasil yang positif (Rotter, dalam Baron & Byrne, 1992). Individu dengan locus of control internal percaya bahwa hasil yang mereka peroleh bergantung pada usaha dan karakteristik manusia (Phares, 1992).

Locus of control eksternal merupakan keyakinan bahwa penguat berada di

bawah kontrol dari orang lain, takdir atau keberuntungan (Rotter dalam Schultz & Schultz, 1994). Individu dengan locus of control eksternal berkeyakinan bahwa perilaku dan kemampuan mereka tidak memberi penguatan terhadap mereka, memberi nilai yang rendah terhadap segala usaha yang dilakukan, dan mereka juga mempunyai sedikit keyakinan akan kemungkinan bahwa mereka dapat mengontrol hidupnya pada masa yang akan datang (Rotter dalam Schultz & Schultz, 1994). Individu yang mengembangkan orientasi eksternal juga meyakini bahwa suatu kejadian ditentukan oleh kesempatan, tindakan orang lain dan faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol (Rotter dalam Baron & Byrne, 1992).

Rotter (Baron & Byrne, 1992) menyebutkan bahwa individu dengan locus of control internal ternyata lebih banyak menimbulkan pengaruh-pengaruh positif

(9)

18 2.2.2. Aspek-Aspek Locus of Control

Rotter (dalam Phares, 1992) menyatakan ada 2 aspek dalam locus of control, yaitu aspek internal dan aspek eksternal:

1. Aspek Internal

Seseorang yang memiliki aspek internal percaya bahwa hasil dan perilaku mereka disebabkan faktor dari dalam dirinya. Seseorang mampu mengtrol peristiwa dalam hidupnya. Faktor dalam aspek internal adalah kemampuan, minat dan usaha.

a. Kemampuan

Individu yang memiliki internal locus of control percaya pada kemampuan yang mereka. Kesuksesan dan kegagalan sangat dipengaruhi oleh kemampuan mereka.

b. Minat

Individu yang memiliki internal locus of control memiliki minat yang lebih besar terhadap kontrol perilaku, peristiwa dan tindakan mereka. c. Usaha

Individu yang memiliki internal locus of control bersikap pantang menyerah dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengontrol perilaku mereka.

2. Aspek Eksternal

(10)

19 dan pengaruh dari luar dirinya. Faktor dalam aspek eksternal adalah nasib, keberuntungan, sosial ekonomi, dan pengaruh orang lain.

a. Nasib

Individu yang memiliki external locus of control percaya akan firasat baik, buruk. Mereka menganggap kesuksesan dan kegagalan yang mereka peroleh sudah di takdirkan dan mereka tidak dapat merubah kembali peristiwa yang telah terjadi.

b. Keberuntungan

Individu yang memiliki external locus of control menganggap setiap orang memiliki keberuntungan dan mereka sangat mempercayai adanya keberuntungan.

c. Sosial Ekonomi

Individu yang memiliki external locus of control bersifat materialistik dan menilai orang lain berdasarkan tingkat kesejahteraan.

d. Pengaruh Orang Lain

Individu yang memiliki external locus of control sangat mengharapkan bantuan orang lain dan menganggap bahwa orang yang memiliki kekuasaan lebih yang lebih tinggi dari mereka, mempengaruhi perilakunya.

(11)

20 2.2.3 Karakteristik Locus of Control

Petri, 1980 (dalam Lina, 1997) menyatakan mengenai karakteristik pada individu yang berlocus of control eksternal.

Karakteristik individu yang memiliki locus of control eksternal yaitu : a. Memiliki sikap patuh

b. Lebih conform terhadap otoritas atau pengaruh-pengaruh yang ada c. Lebih mudah dipengaruhi dan tergantung pada petunjuk orang lain

Karakteristik individu yang memiliki locus of control internal yaitu : a. Lebih mandiri, lebih ulet, mempunyai daya tahan yang kuat lebih tahan

dalam menghadapi pengaruh sosial

b. Lebih mampu menunda pemuasan, tidak mudah terpengaruh, dan lebih mampu menghadapi kegagalan

c. Lebih aktif dan ulet dalam mencari dan menggunakan informasi yang relevan untuk menguasai keadaan

2.3 Dinamika Hubungan Locus of Control dan Organizational Citizenship Behavior (OCB)

(12)

21 mengandalkan deskripsi kerja yang dinyatakan secara formal saja (George,1990). Menurut Organ et al, (2006) bahwa OCByang terdiri dari dimensi,yaitu : altruism (perilaku membantu), courtesy (perilaku menghormati orang lain), conscientiousness (perilaku melakukan usaha melebihi harapan perusahaan), sportsmanship (perilaku tidak suka protes dan mengeluh), civic virtue (perilaku

berpartisipasi aktif dalam perusahaan), cheerleading (rendah hati), peacemaking (perilaku mencari solusi dalam masalah perusahaan).

Di dalam dimensi tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya orang yang melakukan OCB akan berkerja secara suka rela, sangat bertanggung jawab, dan giat dalam setiap aktifitas pekerjaan. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Staub, kemudian oleh Wilson dan Petruska (dalam dayaksini, & Hudaniah 2009), menunjukkan bahwa individu yang memiliki tingkat kecenderungan yang tinggi untuk melakukan tindakan menolong memiliki karakteristik kepribadian yakni memiliki self esteem yang tinggi, rendahnya kebutuhan akan persetujuan orang lain, memiliki tanggung jawab yang tinggi, dan locus of control internal.

(13)

22 memiliki locus of control intenal biasanya akan mengambil tanggung jawab pribadi dan berani dalam mengambil tindakan dibandingkan dengan individu dengan kecenderungan locus of control eksternal.

Locus of control eksternal merupakan keyakinan bahwa penguat berada

di bawah kontrol dari orang lain, takdir atau keberuntungan (Rotter dalam Schultz & Schultz, 1994). Karyawan yang lebih dominan pada Locus of control eksternal cenderung tidak bertanggung jawab dengan pekerjaannya dan lebih mengandalkan nasib baik untuk merubah keadaannya. Individu dengan locus of control eksternal tidak memiliki kendali terhadap dirinya sendiri sehingga individu dengan locus of control eksternal sering dipengaruhi oleh kontrol dari luar seperti nasib,

(14)

23 2.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Pada pelaksanaan prosedur pemberian obat dengan prinsip enam benar yang dilakukan perawat belum 100% dilakukan, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Lestari (2009) dengan

peneliti melakukan penelitian tentang “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Sebagai Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem

Menurut peneliti hasil penelitian tentang pelaksanaan pertolongan pertama menunjukkan masyarakat saat menemui kecelakaan lalu lintas, langsung bertindak dan dapat

Data lain menunjukkan responden saat sebelum diberikan intervensi relaksasi genggam jari mengalami gemetar pada tangan dengan gejala sering, dan setelah

Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpadannya terhadap informasi ditandai dengan Pasien mengatakan sudah diberitahu oleh dokter kalau terjadi patah tulang

Untuk menentukan persamaan dari suatu grafik garis lurus yang diberikan dapat ditentukan jika diketahui garis tersebut tegak lurus dengan suatu garis lain dan diketahui

Dengan mengambil studi kasus Orkes Keroncong Norma Nada, penelitian ini akan mengungkap gejala-gejala sikap resistensi dari masyarakat subkultur musik keroncong terhadap

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskripsi kuantitatif yang diwujudkan dengan data. Data hasil tes kesegaran jasmani yang berupa angka telah