• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Terhadap Pemberian Debu Vulkanik Gunung Sinabung Dan Dosis Pupuk Kompos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Respon Pertumbuhan Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Terhadap Pemberian Debu Vulkanik Gunung Sinabung Dan Dosis Pupuk Kompos"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Senyawa Kimia Debu Vulkanik

Kandungan logam dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan

logam dalam tanaman yang tumbuh di atasnya, sehingga kandungan logam yang

kurang atau berlebihan dalam jaringan tanaman akan mencerminkan kandungan

logam dalam tanah (Darmono, 1995).

Hartuti (2009) melaporkan bahwa kimia tanah abu vulkanik umumnya

mengandung senyawa SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, Na2O, K2O, MnO, TiO2,

P2O5, H2O dan logam berat lainnya. Menurut Palar (1994) logam berat masih

termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam

lainnya.

Kandungan logam berat Cd, Pb, dan B berdasarkan hasil analisis

laboratorium masing-masing adalah 96,98 ppm, 46,46 ppm dan 4,04 ppm.

Menurut Darmono (1995) toksisitas logam berat seperti Zn, Cu, Cd dan Pb dalam

pertumbuhan tanaman tergantung pada kondisi lingkungan luar dari tanaman

tersebut, terutama pada tanaman bibit dan sistem akarnya. Di samping lamanya

waktu yang diperlukan untuk toksisitas logam, juga dipengaruhi ketersediaan

logam serta interaksi dengan logam lain dalam tanah, status nutrisi dan umur

tanaman. Terdapat beberapa spesies tanaman dapat mentolerir toksisitas logam

sedangkan yang lain menderita keracunan.

Kalium terkandung dalam abu vulkanik walaupun dalam persentase yang

sedikit. Sutedjo (2001) menyebutkan bahwa kalium diserap oleh tanaman dalam

(2)

melimpah di permukaan bumi (400-650 kg kalium untuk setiap m2 pada ketinggian 15,24 cm). Namun, sekitar 90-98% berbentuk mineral primer yang

tidak dapat diserap oleh tanaman dan yang tersedia bagi tanaman hanya 1-2%.

Unsur hara fosfor juga penting dalam pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Cahyono (1998) menyatakan bahwa peranan zat hara fosfat pada

tanaman adalah untuk pertumbuhan akar, pembentukan bunga, pembentukan buah

dan biji, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit daun, meningkatkan hasil

dan mutu. Apabila tanaman kekurangan unsur P menyebabkan sistem perakaran

tidak berkembang baik sehingga tanaman tidak mampu menyerap unsur hara.

Akibatnya, tanaman tumbuh kerdil, daun berwarna hijau tua hingga kebiru-biruan,

dan daun masak terlambat. Sebaliknya, tanaman kelebihan unsur hara P, mutu

daun setelah pengolahan menurun karena krosoknya berwarna cokelat tua hingga

merah tipis dan kurang elastis.

Unsur kalsium yang terdapat pada senyawa CaO berhubungan dengan

aktivitas sel dalam tanaman. Mengel dan Kirkby menyatakan bahwa kalsium

berfungsi dalam pemanjangan dan pembelahan sel, sehingga tanaman yang

kekurangan Ca ujung akarnya akan berhenti tumbuh, warna berubah menjadi

cokelat kemudian mati. Kalsium terdapat dalam plasmalema dan berfungsi dalam

menjaga permeabilitas dan integritas sel (Murdiyati, 1997).

Daun merupakan salah satu bagian tumbuhan terpenting karena pada

umumnya memiliki klorofil sebagai tempat proses fotosintesis. Unsur hara yang

menjadi penyusun utama klorofil adalah magnesium. Mengel dan Kirkby (1982)

menyatakan bahwa peranan utama magnesium adalah sebagi kofaktor untuk

(3)

jembatan yang menghubungan struktur pirofosfat ATP/ADP dengan molekul

enzim. Kekurangan unsur ini akan menghambat sintesis protein dan senyawa

sekundernya, seperti klorofil. Dalam tanaman, Mg dapat dialirkan ke organ yang

lebih muda, sehingga klorosis yang disebabkan hilangnya klorofil dimulai pada

daun-daun bawah.

Unsur hara yang terkandung dalam abu vulkanik dan media tanam

berperan terhadap pertumbuhan tumbuhan yang ditanam. Dalam tesis Napitupulu

(2008) dijelaskan bahwa tanaman yang tumbuh di atas permukaan tanah akan

berproduksi dengan baik, apabila tanah mempunyai persediaan yang akan semua

unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dan harus ada kesetimbangan di antara

unsur hara sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara yang

diperlukan oleh tanaman dibedakan atas unsur hara makro (makronutrien) dan

unsur hara mikro (mikronutrien) yang masing-masing diperlukan tanaman dalam

jumlah banyak (>500 ppm) dan jumlah sedikit (<50 ppm). Kemampuan tanaman

untuk mengabsorbsi unsur hara berupa ion-ion dari larutan tanah tergantung pada

luas dan penyebaran akar tanaman.

Debu Vulkanik

Indonesia dilalui oleh dua lempeng yang menunjukkan bahwa daerahnya

rentan terhadap gempa bumi dan letusan gunung api akibat dari pergeseran kedua

lempeng tersebut. Keberadaan gunung api ini masih dianggap sebagai ancaman

bagi masyarakat sekitar. Akan tetapi, manfaat yang diberikan pasca letusan juga

sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi tanah (Fiantis, 2006).

Dalam suatu aktivitas vulkanisme, material-material yang dikeluarkan

(4)

CO, SO2, H2S, NH3, H2SO4, dan sebagainya. Materi cair yang dikeluarkan adalah

magma yang keluar melalui pipa gunung yang disebut lava sedangkan materi

padat yang disemburkan berupa bom (batu-batu besar), kerikil, lapilli, pasir, abu

serta debu halus (Munir, 1996).

Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan

ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan

bahkan ribuan kilometer dari kawah karena pengaruh hembusan angin

(Sudaryo dan Sutjipto, 2009).

Debu vulkanik yang terdeposisi di atas permukaan tanah mengalami

pelapukan kimiawi dengan bantuan air dan asam-asam organik yang terdapat di

dalam tanah. Akan tetapi, proses pelapukan ini membutuhkan waktu yang sangat

lama yang dapat mencapai ribuan bahkan jutaan tahun bila terjadi secara alami di

alam. Hasil pelapukan lanjut dari debu vulkanik mengakibatkan terjadinya

penambahan kadar kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah hampir 50%

dari keadaan sebelumnya (Fiantis, 2006).

Menurut Zuarida (1999), abu vulkanik Gunung Kelud Jawa Timur

mengandung 45,9% SiO2 dan mineral yang dominan adalah plagioklas

intermedier. Abu vulkanik dapat meningkatkan pH tanah, meningkatkan tinggi

tanaman, berat kering tanaman dan akar jagung. Semakin halus abu vulkaniknya

semakin efektif terhadap pertumbuhan tanaman jagung. Abu Gunung Merapi saat

ini umumnya bertekstur agak kasar sehingga dampak kerusakan terhadap tanaman

(5)

Pengaruh Pupuk Kompos Terhadap Berbagai Tanaman

Sampah adalah sebagian dari benda atau sisa-sisa barang yang dipandang

tidak berguna, tidak dipakai, tidak disenangi dan harus dibuang sedemikian rupa

sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup manusia (Daryanto, 1995).

Menurut komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah

organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia

menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari

sampah tersebut dapat digunakan kembali (Outerbridge, 1991).

Kompos dapat dibuat dari sampah kota berupa sampah pasar dan sampah

rumah tangga yang telah mengalami pelapukan (pengomposan). Pengomposan

didefinisikan sebagai suatu proses dekomposisi (penguraian) secara biologis dari

senyawa-senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme

yang bekerja pada suhu tertentu. Pengomposan merupakan salah satu metoda

pengelolaan sampah organik menjadi material baru seperti humus yang relatif

stabil (Sandrawati et al, 2007).

Bahan/pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi

pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan,

dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik

dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan mencegah

degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam,

dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam

sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman

(6)

Menurut Santoso (2003) kompos sampah kota berfungsi sebagai:

1. Soil Conditioner, yang mengandung unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan

kalium serta mineral penting yang dibutuhkan tanaman. Fungsi ini akan

memperbaiki struktur tanah, tekstur lahan kritis, meningkatkan porositas,

aerasi,dan dekomposisi oleh mikroorganisme tanah.

2. Soil Ameliorator, berfungsi mempertinggi Kapasitas Tukar Kation (KTK), baik

pada tanah ladang maupun tanah sawah.

Kompos sampah kota mengandung kalium yang tinggi, yang berperan

sebagai aktifator enzim dalam metabolisme karbohidrat dan nitrogen yang

meliputi pembentukan, pemecahan dan translokasi pati, serta berpengaruh

terhadap pengangkutan fosfor. Kalium juga berpengaruh penting terhadap

pembentukan klorofil, karbohidrat dan translokasi gula di dalam tanaman

(Jumin, 2002).

Pemberian kompos berpengaruh nyata terhadap parameter total luas daun,

bobot basah tajuk per sampel, bobot basah akar per sampel, bobot biomassa,

bobot segar layak jual, kadar protein dan kadar gula pada komoditi kailan yang

ditunjukkan dari hasil analisis data secara statistik pada penelitian Berutu (2009).

Pada tanaman tomat, Neliyati (2005) melaporkan bahwa pemberian kompos dapat

meningkatkan berat kering tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot buah per

tanaman dan bobot buah per petak.

Asmar dan Darfis (2009) menyimpulkan bahwa dosis kompos 10 ton/ha

memberikan hasil yang lebih tinggi untuk peningkatan pH tanah, N total, P

tersedia, KTK, Ca-dd, Mg-dd, K-dd dan Na-dd serta penurunan C organik.

(7)

penelitian Huang (2006) menyatakan bahwa Pemberian kompos yang berasal dari

sampah organik kota berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot

basah dan bobot kering tajuk dan akar tanaman pakchoi. Pada semua parameter,

diketahui bahwa kompos tersebut menghasilkan produksi yang lebih baik bila

dibandingkan dengan pemberian pupuk NPK.

Tembakau

Tembakau adalah komoditi yang tidak asing lagi di Provinsi Sumatera

Utara. Tembakau yang tumbuh baik pada daerah antara Sungai Wampu dan

Sungai Ular dikenal dengan nama tembakau deli. Abdullah dan Soedarmono

(1986) menyatakan bahwa tembakau deli adalah tembakau cerutu jenis

pembungkus kualitas terbaik (world top quality) di seluruh dunia. Daun tembakau

deli memiliki ciri khas yaitu daun tipis dan elastis serta warna cerah dikarenakan

mempunyai iklim dan tanah yang sesuai dengan pertanaman tembakau tipe

pembungkus. Inilah yang membedakan tembakau deli dengan tembakau lainnya.

Tembakau deli merupakan tanaman yang spesifik lokasi. Tumbuh baik

pada daerah dengan ketinggian tempat sekitar 12-150 m dpl. Suhu optimum

18-270C, curah hujan yang dikehendaki rendah pada saat tanam dan tinggi pada saat

pertumbuhan sampai dengan panen (Erwin dan Suyani, 2000).

Tanah yang dikehendaki oleh tanaman tembakau adalah tanah yang

gembur, remah, dan mudah mengikat air. Selain itu lahan yang baik untuk

tanaman tembakau adalah yang memiliki tata air dan udara yang baik sehingga

dapat meningkatkan drainase. Hal ini disebabkan karena tanaman tembakau yang

sangat peka terhadap air yang menggenang. Tanah yang optimal bagi tanaman

(8)

Tembakau membutuhkan unsur N dalam mendukung pertumbuhan dan

perkembangannya. Menurut Tso (1972) nitrogen merupakan penyusun amino dan

senyawa-senyawa sekunder yang merupakan komponen pertumbuhan, yaitu

protein, klorofil, asam nukleat dan sebagainya. Nitrogen juga berperan penting

pada mutu tembakau karena N merupakan penyusun nikotin yaitu suatu alkaloid

yang menyebabkan tembakau mempunyai rasa khas.

Penyinaran cahaya matahari sangat diperlukan tanaman ini dalam proses

fotosintesis untuk menghasilkan bagian vegetatif (batang, daun, cabang, dan

perakaran), generatif (bunga, buah dan biji). Kurangnya penyinaran matahari

menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan produksi (Sudaryono, 2004).

Faktor lain yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman, bahkan

berpengaruh pula pada kualitas daun adalah pH tanah. Dalam penelitian Simbolon

(2007) dinyatakan bahwa pH yang optimal bagi pertumbuhan tanaman pada

umumnya antara 5,6-6,0. Pada pH tanah lebih rendah dari 5,6 cenderung

pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur

hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4,0 pada

umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik

merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan

tanaman menjadi terhambat. Konsentrasi Al dan Fe yang tinggi pada tanah

memungkinkan terjadinya ikatan terhadap fosfor dalam bentuk aluminium fosfat

atau Fe-fosfat. P yang terikat oleh aluminium tidak dapat digunakan oleh tanaman.

Tanaman yang ditanam pada tanah yang memiliki pH rendah biasanya juga

(9)

Setiap jenis tembakau mempunyai komposisi kimia berbeda-beda,

sehingga imbangan hara yang dibutuhkan juga berbeda. Tembakau virginia

mempunyai kadar gula tinggi (15%−22%) dan nikotin sedang (1,5%−3,5%).

Untuk mencapai komposisi tersebut selama pertumbuhan sampai berbunga

tanaman tembakau virginia membutuhkan N dan ketersediaan air yang cukup.

Ketersediaan unsur makro seperti N, P, dan K yang diberikan harus diatur sesuai

dengan kurva pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh saat pemasakan daun

yang tepat, hasil serta mutu yang tinggi (Murdiyati, 1997).

Referensi

Dokumen terkait

FORMAT LAPORAN

Mata kuliah pengantar ilmu hukum ini akan membahas tentang pengetahuan tentang teori-teori dasar hukum, aliran-aliran pemikiran hukum dengan berbagai dinamikanya,

The basic working principle of the proposed stereogrammetric fusion concept is demonstrated on an easily distinguishable building of the Ludwig Maximilian

The APTI Technical Committee for Sustainable Preservation created OSCAR to address the gap of how to integrate new and existing research in technologies and processes for

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata

It was also unfortunately featured in the British newspaper The Telegraph in their travel section: “One of the world´s 30 ugliest buildings?” In late 2015 the Kosovo

Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik 500a. Lainnya

The discussion is structured around the process of evaluating building significance for the purpose of listing the building on the National Register of Historic Places (NRHP)