• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASALAH DAN KONFLIK BAGAI DUA SISI YANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MASALAH DAN KONFLIK BAGAI DUA SISI YANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MASALAH DAN KONFLIK BAGAI DUA SISI YANG MELEKAT DALAM

AGRARIA

Oleh : Nurul Mahmudah dan Uhriza Rahmawan

Sejak dulu kala, Indonesia sudah dikenal dengan negara agraris, hamparan tanah yang subur, serta wilayah yang strategis. Tanahnya yang subur menjadi daya magnet tersendiri bagi penjajah yang pernah singgah bahkan menjajah di negara yang mendapat julukan negeara agraris ini. Bagi mereka tanah memberikan keuntungan karena tanah merupakan faktor produksi yang dapat diolah dan menghasilkan profit. Meminjam bahasa dalam buku Dasar Ekonomi Politik, para penjajah menguasai tanah di Indonesia karena adanya profit motive.

Profite motive merupakan sikap yang dimiliki para pemilik modal untuk menyuburkan aset-aset yang dimilikinya. Tanah bak lahan investasi yang banyak dilirik oleh para pemilik modal. Bagaimana awal historisnya permasalahan pembagian tanah? Apakah semua lahan adalah milik negara? Ataukah tanah hanya dimiliki oleh pemilik modal? Pola kepemilikian tanah pada awalnya dibagi menjadi 2 yaitu secara turun temurun dan kepemilikan bersama.

Pola kepemilikan tanah turun temurun artinya tanah warisan milik pribadi yang dapat dialihkan bebas oleh pemiliknya, sedangkan pola kepemilikan artinya penggarap tanah memiliki hak atas menggarap tanah tersebut serta tanah tersebut tidak dapat dialihkan tanpa persetujuan pemerintah. Dari pembagian pola-pola tersebut memunculkan terjadinya suatu peralihan fungsi dan kepemilikan tanah.

Apakah peralihan fungsi tanah dan kepemilikan tanah merupakan pokok permasalahan agraria? Sebenarnya ketika alih fungsi tanah masih dalam koridornya seperti untuk pertanian, tidak masalah. Permasalahan alih fungsi tanah merupakan permasalahan agraria, karena menurut

(2)

juga sebagai kemajuan infrastruktur negara ini? Tentu saja, infrastruktur akan maju, namun apa saja yang menjadi akar permasalahan agraria hingga bisa menimbulkan konflik?

Pertama, dilihat dari sisi ekonomi politik, permasalahan berakar dari para pelaku agraria. Tanah sebagai faktor produksi akan dikuasai oleh pemilik modal, sehingga permasalahan agraria tak terlepas dengan subyek agraria. Menurut M.T Felix Sitorus (tahun berapa uh) dalam buku

Menuju Keadilan Agraria, Subyek agraria dibedakan menjadi tiga yaitu masyarakat, pemerintah, swasta. Ketiga kategori sosial tersebut adalah pemanfaat sumber-sumber agraria, yang memiliki ikatan dengan sumber-sumber agraria tersebut melalui institusi penguasaan. Dalam hal ini, ketika ketiga subyek agraria bisa mengalihfungsikan lahan untuk pertanian dengan pola kemitraan yang sesuai maka akan timbul hubungan mutualisme, akan tetapi dalam persoalan-persoalan yang sekarang terjadi seperti alih fungsi hutan oleh PT. Sae untuk PLTB, alih fungsi tanah oleh PT. Semen Indonesia untuk pembangunan pabrik semen di Kendeng, dan perusahaan swasta lain yang mengalihfungsikan lahan yang kurang tepat, hal tersebut telah menunjukkan bahwa masuknya perusahaan swasta tersebut dalam persoalan agraria hanyalah untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bung Karno dalam buku Pokok-pokok Ajaran Marhaenisme Menurut Bung Karno (2014) mengatakan bahwa para pemilik modal atau borjuis menguasai pemerintah dengan tujuan menyuburkan aset-asetnya yang didapatkan dari akumulasi nilai lebih. Permasalahan-permasalahan menimbulkan dampak dan konflik bagi masyarakat pemilik tanah maupun masyarakat sekitarnya. Apa yang didapatkan dari masyarakat? Uang alih fungsi lahan? Lapangan pekerjaan? Ataukah kesejahteraan? Ketiga hal tersebut hanya fiktif belaka, khayalan tinggi, yang didapatkan masyarakat adalah kekerasan. Kekerasan terjadi akibat masyarakat menolak terhadap pembangunan alih fungsi lahan yang secara umum sudah menjadi visi bagi pembangunan di negeri yang katanya tanahnya bagai tanah surga. Kekerasan dianggap sebagai alat pemenang dalam persoalan agaria.

(3)

masyarakat, yang ada dalam pikiran mereka hanyalah profit. Disnilah pembuktian perkataan Bung Karno dalam Pokok-pokok Ajaran Marhaenisme (2014) berkaitan dengan sistem pemerintah telah dikuasai oleh sang kapitalis. Disini peran negara dan swasta dalam alih fungsi lahan adalah permasalahan sedangkan penolakan yang berujung kekerasan adalah konflik. Konflik terjadi karena adanya permasalahan, sehingga konflik dan masalah bagai dua mata sisi yang saling melekat bahkan berhubungan.

Kedua, ditinjau dari segi hukum, undang-undang yang mengatur agraria sebagai pintu gerbang masuknya pemilik modal untuk mengikis habis lahan dengan tujuan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hukum sebenarnya merupakan aturan dengan tujuan peraturan tersebut dapat ditaati untuk kepentingan dan kesejahteraan. Mengapa peraturan agraria itu dibuat bukankah agar tidak terjadi penyimpangan? Kenapa peraturan tersebut menjadi senjata makan tuan yaitu mengakibatkan masuknya para pemilik modal untuk menyuburkan asetnya? Negara sang regulator yang mengeluarkan peraturan tentunya membawa permasalahan ini kearah yang lebih konkrit.

Negara memberikan aturan misalnya, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pengelolaan. Negara juga menarik pajak. Negara juga menguasai tanah yang dianggap sebagai tanah negara. Namun kadang terjadi kasus, tanah yang dikuasai rakyat lama, kemudian diminta oleh pemerintah karena dianggap tanah negara. Masyarakat yang merasa menggarap dan meilikinya bertahun-tahun tidak dapat menerima dan mempertahankannya. Ada juga pengambilan tanah yang dianggap sebagai milik negara atau tidak boleh untuk digunakan, namun ternyata kemudian diberikan pengelolaannya kepada pemilik modal. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa negara belum bersifat netral dan melindungi kepentingan warga.

(4)

bebas bagi para investor. Seolah-olah peraturan tersebut tidak berlaku, hukum dapat dibeli atau dapat dikatakan bahwa hukum di Indonesia tumpul ke atas dan runcing ke bawah. Dalam hal ini yang menjadi masalah karena lemahnya hukum agraria dana menjadi konflik adalah tumbuh suburnya pemilik modal dalam mengalihfungsikan lahan. Keduanya menunjukan dua mata sisi yang saling berhubungan erat.

Ketiga, bila dari prespektif sosial, bukankah dengan adanya alihfungsi lahan menjadi bandara, PLTB, PLTU, pabrik semen dan lain sebagainya dapat menjadi lahan pekerjaan bagi masayarakat? Tentu tidak menimbulkan masalah bahkan konflik , bukan? Tentu saja, dengan adanya pembangunan, akan menjadi dampak terciptanya lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar. Namun, apa yang menjadi masalah dan konflik? Yang menjadi masalah yaitu kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat sekitar akan memperkecil kesempatan diterimanya kerja. Kalaupun dengan pendidikan yang rendah, masyarakat akan kerja ditempat tersebut dengan posisi kerja seperti penjaga keamanan. Lalu bukankah masyarakat sekitar yang memiliki tanah, tentunya ketika akan terjadi alihfungsi maka akan mendapat upah ganti? Tentu, upah ganti lahan akan diberikan sebanding dengan luas lahannya. Ketika masyarakat yang hanya memiliki lahan yang kecil, dan menggantungkan hidupnya dengan lahan tersebut, apakah uang ganti akan cukup menghidupi kebutuhannya? Tentu tidak, permasalahan-permasalahan tersebut yang menjadikan terjadinya konflik agraria.

Keempat, ditinjau dari segi lingkungan, apakah persoalan agraria menjadi permasalahan dan konflik? Jelas, dengan adanya alihfungsi lahan yang kurang tepat, mengakibatkan dampak terhadap lingkungan. Kenyamanan lingkungan sekitar warga terganggu akibat yang ditimbulkan dari alihfungsi lahan tersebut? Misalnya turunnya babi hutan akibat alihfungsi hutan untuk pembangunan PLTB Baturaden, rusaknya anemon laut akibat pembangunan PLTU di Batang, dan kerusakan lainnya akibat alihfungsi lahan yang tidak tepat. Pemerintah tidak pernah mengevaluasi dampak-dampak yang ditimbulkan ketika akan membangun infrastruktur yang mengalihfungsikan lahan yang kurang tepat. Sejatinya masyarakat ingin mendapatkan lingkungan yang nyaman, sehat, dan sejahtera.

(5)

dengan dampak yang ditimbulkan, langkah apa yang harus dilakukan? Langkah yang harus dulakukan yaitu dengan merevolusi permasalahan agraria. Bagaimana caranya untuk merevolusi agraria? Kita sebagai mahasiswa melihat permasalahan agraria yang sekarang masih hangat-hangatnya terjadi hingga menimbulkan konflik, tentunya kita harus memiliki kepekaan hati terhadap masalah tersebut. Apa yang harus dilakukan oleh seorang mahasiswa, bukankah tugasnya mahasiswa hanyalah belajar dengan rajin agar dapat IPK tinggi dan lulus? Benar, tugasnya mahasiswa adalah belajar, namun menilik tridarma perguruan tinggi yang ketiga yaitu mengabdi masyarakat,tentunya kita harus memiliki kepekaan terhadap permasalahan agraria yang berdampak pada masyarakat sekitar daerah yang dialihfungsikan demi kepentingan korporat. Bagaimana caranya? Caranya dengan mencerdaskan masyarakat dengan ilmu yang kita miliki mengenai permasalahan agaria dan dampaknya, bersama masyarakat ikut andil dalam menyampaikan aspirasinya ke pemerintah dengan cara yang baik, tidak anarkis.

Lalu, kenapa ketika mahasiswa dan masyarakat menyampaikan aksi keresahan terhadap permasalahan agraria selalu kekerasan, kriminalisasi, represitas yang didapatkan? Konflik sealu muncul dalam permasalahan agraria? Munculnya beberapa konflik agraria akhir-akhir ini telah menyebabkan terjadinya konsentrasi penguasaan terhadap sumber-sumber agraria yang tentunya menyebabkan ketimpangan dan ketidakadilan dalam struktur agraria. Sementara Undang-Undang Pokok Agraria 1960 yang diharapkan sebagai payung hukum untuk membongkar ketidakadilan tersebut menjadi dead letter , justru makna filosofis dan kesejatiannya di bolak-balik oleh penguasa yang berpihak kepada modal. Hal inilah yang memicu rakyat untuk mengambil langkah sendiri dalam merebut kembali haknya, yang dalam prosesnya dapat dipastikan selalu terjadi pelanggaran hak asasi manusia. Kekerasan selalu menjadi alat pemenang dalam konflik agraria.

(6)

pengghisapan manusia dan alam yang dilakukan oleh manusia lain yang menganggap dunia ini didirikan karena kekuatan modal.

Soekarno.2014. Pokok-Pokok Ajaran Marhaenisme Menurut Bung Karno. Yogyakarta : Media Pressindo

Referensi

Dokumen terkait

Adapun alasan lain adalah dengan jarangnya orang menulis tentang sejarah berdirinya suatu sekolah tinggi ataupun perguruan tinggi, sehingga didalam penelitian maupun penulisan

Persepsi adalah suatu pemberian arti terhadap stimulus lingkungan oleh seorang individu. Setiap manusia dalam hidupnya selalu berhadapan dengan stimulus lingkungan,

Dengan adanya sistem informasi maka instansi pendidikan yang terkait akan mengetahui hasil rekap pembayaran SPP pada siswa yang terkait dengan administrasi sekolah atau

Berdasarkan karakteristik tersebut, dapat dikemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini, antara lain; (1) sampel atau nara sumber; (2) teknik dan

Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dan dihubungkan dengan amanat pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 17 tahun 2003, Gubernur juga berwenang mengajukan usul untuk

Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak

Berdasarkan hasil penelitian strategi yang dapat digunakan adalah product yaitu dengan mengkombinasikan penjualan gas 3 kg dan 5,5 kg/12 kg pada seorang konsumen industri

Adapun maksud dari penelitian ini untuk melihat pengaruh pelaksanaan bauran komunikasi pemasaran (dalam hal ini dibatasi untuk periklanan, promosi dari mulut