ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN DENGAN METODE KUADRAN
ABDUL HAKIM
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, 70714
ABSTRAK
Vegetasi merupakan komunitas yang hidup di dalam suatu tempat dalam suatu ekosistem. Komunitas adalah kumpulan populasi tumbuhan yang menempati suatu habitat. Jadi pengertian komunitas identik dengan pengertian vegetasi. Metode kuadran ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan analisis vegetasi pohon secara kuantitatif dengan metode point centered quarter dan menentukan komposisi, penguasaan dan diversitas pohon di suatu komunitas.
Kata kunci: analisis vegetasi, metode kuadran, INP
PENDAHULUAN
Analisis vegetasi dalam ekologi tumbuhan adalah cara untuk mempelajari struktur vegetasi dan komposisi jenis tumbuhan. Analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis (su-sunan) tumbuhan dan bentuk (struktur) vegetasi yang ada di wilayah yang di analisis pada setiap stasiun. Nilai kerapatan suatu jenis menun-jukan kelimpahan jenis dalam suatu ekosistem dan nilai ini dapat meng-gambarkan bahwa jenis dengan kera-patan tertinggi memiliki pola penyesu-aian yang besar. Kerapatan sangat dipengaruhi oleh jumlah ditemukannya spesies dalam daerah penelitian. Semakin banyak suatu spesies, maka kerapatan relatifnya semakin tinggi. Frekuensi merupakan salah satu parameter vege-tasi yang dapat menunjukan pola distri-busi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem atau memperlihatkan pola distribusi tumbuhan. Nilai frekuensi dipengaruhi oleh nilai petak dimana ditemukannya spesies mangrove (Ontorael, 2012).
INP suatu jenis merupakan nilai yang menggambarkan peranan keberadaan suatu jenis dalam komunitas. Semakin besar INP suatu jenis, semakin besar pula peranan jenis itu dalam suatu komunitas. INP dengan nilai yang tersebar merata pada banyak jenis lebih baik daripada bertumpuk atau menonjol pada sedikit jenis karena menunjukkan terciptanya relung (niche) yang lebih banyak dan tersebar merata, spesifik, dan bervariasi. INP ynag merata pada banyak jenis juga sebagai indicator semakin tingginya keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem dan perkembangan ekosistem yang baik untuk mencapai ke stabilan pada tahap klimaks (Kainde et al., 2011).
tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut (Arrijani et al., 2006).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungn dari sejarah dan pada faktor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem. Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Wolf & McNaughton, 1990).
METODE Bahan
Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah vegetasi pohon.
Alat
Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, tali rapia, dan patok.
seluruh petak yang diamati. Kerapatan relative merupakan jumlah individu dari suatu spesies dibagi jumlah individu dari seluruh spesies dan dikali 100%. Diurutkan berdasarkan INP terbesar sampai terendah.
HASIL
Tabel 1.Hasil perhitungan vegetasi pohon dengan metode point centered quarter 1
Kuadran Tanaman
Pohon Kelilin
g Jari” Luas d Tinggi
1
sengon 51 8.12
207.0 9
1.0
0 9,5 m 2 Meranti 50 7.96 199.04 1.73 7,3 m
3 legum 51 8.12 207.09 6.70 10,3 m
4 jambu air 47 7.48 175.88 6.80 7, 652
Tabel 2.Hasil perhitungan vegetasi pohon dengan metode point centered quarter 2
Kuadran Tanaman
Pohon Kelilin
g Jari” Luas d Tinggi
1 A 124 19.75 1224.20 10 13.75
2 legum 67 10.67 357.40 1
0 7.55
3 legum 68 10.83 368.15 1
0 4.55
4 Meranti 134 21.34 1429.62 1
0 5.55
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah membahas tentang analisis vegetasi pohon dengan metode kuadran atau point centered quarter. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan analisis vegetasi pohon secara kuantitatif dengan metode
point centered quarter dan menentukan komposisi, penguasaan dan diversitas pohon di suatu komunitas. Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membent Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungan dari sejarah dan pada faktor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem (Indriyanto, 2006).
Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Naughton, 1973). Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
dilakukan dari titik sapling ke pohon terdekat dalam tiap kuarter (kuadrat). Dengan demikian setiap titik sapling dihasilkan empat pengukuran. Selain itu juga dilakukan pengukuran diameter pohon dari keempat pohon yang diamati tersebut, digunakan untuk mengetahui basal area suatu spesies(Ariyanto, et al. 2012).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum adalah
DAFTAR PUSTAKA
Arrijani. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Biodiversitas. 7(2) : 147-153.
Ariyanto, J., S. Widoretno, Nurmiyati & P. Agustina. 2012. Studi Biodiversitas Tanaman Pohon Di 3 Resort Polisi Hutan (RPH) Di Bawah Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Telawa Menggunakan Metode Point Center Quarter (PCQ). Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS.
1(76): 502-512.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kainde, R.P. 2011. Analisis Vegetasi Hutan Lindung Gunung Tumpa. Eugenia.
17(3).
Michael, P. 1994. Metoda Ekologi Untuk Penelitian Ladang Laboratorium.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Naughton. 1973. Ekologi Umum Edisi Ke 2. Yogyakarta: UGM Press.
Ontorael, R. 2012. Kondisi Ekologi Dan Pemanfaatan Sumber Daya Mangrove Di Desa Tarohan Selatan Kecamatan Beo Selatan Kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal Ilmiah Platax. 1: 7-11.