TUGAS SENI BUDAYA
“PERANAN SENI TEATER”
Disusun Oleh : Kelompok VI (Enam)
1. Ria Fitriani 2. Nanik Kurnia 3. Erin Septiana 4. Khusnil Fuadi
LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU
MA MA’ARIF KEPUTRAN KEC. SUKOHARJO
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya makalah ini yang berjudul “Peranan Seni teater”, Alhamdulillah akhirnya dapat terselesaikan.
Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada Guru pengajar kami atas segala bimbingan, ilmu, dan nasehatnya yang beliau berikan. Dan juga terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Apabila ada kekurangan dan kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf dan saya mengharapkan kritik dan saran dari Bapak/Ibu Guru dan teman-teman sekalian. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita semua. Amin………….
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Keputra, 2018 Penyusun
DAFTAR NAMA KELOMPOK
1. Nama
Tempat, Tgl. Lahir Alamat
: Ria Fitriani
: Purwodadi, 27 Desember 2001 : Purwodadi
2. Nama
Tempat, Tgl. Lahir Alamat
: Nanik Kurnia
: Waringinsari Timur, 05 Oktober 2001 : Waringinginsari Timur
3. Nama
Tempat, Tgl. Lahir Alamat
: Erin Saputra
: Waringinsari Barat, 01 September 2002 : Bandungbaru
4. Nama
Tempat, Tgl. Lahir Alamat
: Husnil Fuadi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR NAMA KELOMPOK ... DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan ... 1
1.2 Tujuan Penulisan ... 1
1.3 Rumusan Masalah ... 2
1.4 Sistematika Penulisan ... 2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Seni teater ... 3
2.1.1 Pengertian teater ... 3
2.1.2 Sejarah perkembangan teater di Indonesia... 3
2.1.3 Unsur-unsur teater menurut urutannya ... 5
2.1.4 Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya ... 6
2.1.5 Teater sebagai seni kolektif ... 2.1.6 Teater sebagai Imitasi Kehidupan ... 7
2.1.7 Peranan penyutradaraan dalam menciptakan struktur penyajian teater ... 8
2.1.8 Persiapan Pementasan Teater ... 8
2.1.9 Mementaskan Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana ... 9
2.2 Peran seni teater dalam lingkup sosial masyarakat ... 10
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 12
3.2 Saran ... 12
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah hasil pemikiran, karya dan segala aktivitas (bukan perbuatan), yang merefleksikan naluri secara murni. Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai lambang. Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Dalam hal ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan kompleksitas seni menyebabkan para ahli membuat definisi seni untuk mempermudah pendekatan kita dalam memahami dan menilai seni. Konsep yang muncul bervariasi sesuai dengan latar belakang pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut terhadap seni.
Salah satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater. Pertunjukkan teater tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik. (http://.wikipedia.org.id, di unduh 17 April 2013)
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut;
Untuk mengetahui apa dan seperti apa itu seni teater. Untuk dijadikan bahan pembelajaran.
Untuk memperoleh nilai dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut;
Apa itu teater?
Bagaimana sejarah teater?
BAB II PEMBAHASAAN
2.1 Seni teater
2.1.1 Pengertian teater
Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan merupakan sesuatu yang asing bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan, kegiatan teater dapat kita lihat dalam peristiwa-peristiwa Ritual keagamaan, tingkat- tingkat hidup, siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan kematian) juga hiburan. Setiap daerah mempunyai keunikan dan kekhasan dalam tata cara penyampaiannya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik mengenai seni teater terutama teater yang ada di Indonesia sebelumnya kita harus memahami apa seni teater itu ? bagaimana ciri khas teater yang berkembang di wilayah negara kita.
Arti luas teater adalah segala tontonon yang dipertunjukan didepan orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan sebagainya.
Arti sempit adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakanx diatas pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media : percakapan,gerak dan laku dengan atau tanpa dekor, didasarkan pada naskah tertulis denga diiringi musik, nyanyian dan tarian.
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia.
2.1.2 Sejarah perkembangan teater di Indonesia
naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa.
Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para pemuka agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan dengan lantang, selanjutnya upacara keagamaan lebih Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarn ya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya.
berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah :wayang kulit, wayang wong, lenong, randai, dramagong, arja,ubrug,ketoprak, dan sebagainya.
2. Teater Transisi (Modern)
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan). Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).
Hindia Timoer (1913), dan lain-lainnya, yang menggunakan bahasa Melayu Rendah.
Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok sandiwara seperti Sandiwara Dardanella (The Malay Opera Dardanella) yang didirikan Willy Klimanoff alias A. Pedro pada tanggal 21 Juni 1926. Kemudian lahirlah kelompok sandiwara lain, seperti Opera Stambul, Komidi Bangsawan, Indra Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek, Sandiwara Tjahaja Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa teater transisi belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan.
2.1.3 Unsur-unsur teater menurut urutannya
Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor) Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak suara,gerak
bunyi dan gerak rupa)
Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran) Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik) Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum) Lakon sebagai
unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan narasi)
2.1.4 Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya
a. Teater rakyat yaitu teater yang didukung oleh masyarakat kalangan pedesaan , bentuk teater ini punya karakter bebas tidak terikat oleh kaidah-kaidah pertunjukan yang kaku, sifat nya spontan,improvisasi. Contoh : lenong, ludruk, ketoprak dll.
b. Teater Keraton yaitu Teater yang lahir dan berkembang dilingkungan keraton dan kaum bangsawan. Pertunjukan dilaksanakan hanya untuk lingkungan terbatas dengan tingkat artistik sangat tinggi,cerita berkisar pada kehidupan kaum bangsawan yang dekat dengan dewa-dewa. Contoh;teater wayang
c. Teater Urban atau kota-kota. Teater ini Masih membawa idiom bentuk rakyat dan keraton teater jenis ini lahir dari kebutuhan yang timbul dengan tumbuhnya kelompok-kelompok baru dalam masyarakat dan sebagai produk dari kebutuhan baru sebagai fenomena modern dalam seni pertunjukan di Indonesia.
d. Teater kontemporer,yaitu teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe melainkan sebagai individu . dalam dirinya terkandung potensi yang besar untuk tumbuh dengan kreatifitas yang tanpa batas. Pendukung teater ini masih sedikit yaitu orang-orang yang menggeluti teater secara serius mengabdikan hidupnya pada teater dengan melakukan pencarian, eksperimen berbagai bentuk teater untuk mewujudkan teater Indonesia masa kini.
selalu ditandai dengan peristiwa-peristiwa teater dengan penampilan berupa tarian,nyanyian maupun cerita, dengan acara, tatacara yang unik dan menarik
2.1.5 Teater sebagai seni kolektif
Teater merupakan seni yang cukup istimewa, dalam proses pembuatan karya pun sangat panjang dengan latihan (fisik/mental) serta melibatkan orang banyak atau berbagai kelompok yang membutuhkan kerja sama sehingga mewujudkan suatu karya yang maksimal. Adapun orang-orang yang terlibat langsung adalah actor/aktris, sutradara, produser, manager, art director dan penata teknis. Teater merupakan karya seni yang istimewa karena kisahnya yang menunjukan kehidupan didunia atau masyarakat sehari-hari yang dapat dinikmati oleh media audio visual. Teater juga karya seni gabungan dari berbagai seni, yaitu seni gerak atau peran, seni suara dan seni sastra.
2.1.6 Teater sebagai Imitasi Kehidupan
1. Ciri-ciri teater sebagai imitasi kehidupan
Plot atau alur cerita sebagai bentuk kehidupan manusia Adanya suatu action sebagai pelukisan hidup manusia Adanya hubungan bahasa pentas dan sastra
Pemeran (penokohan atau perwatakan) Konflik manusia merupakan dasar lakon
Dialognya banyak berorientasi pada dialog hidup masyarakat
2. Ciri-ciri peran dramatis dalam pertunjukan teater
Peran merupakan kreasi yang dilakukan oleh actor atau aktris Peran yang dibawakan bersifat alamiah dan wajar
Peran disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari
2.1.7 Peranan penyutradaraan dalam menciptakan struktur penyajian teater Sutradara yaitu orang yang mengoordinasikan segala anasir Pementasan. Sejak latihan dimulai sampai selesai. Maka dari itu sutradara harus menguasai segi artistic dan segi teknis pementasan. Adapun tugas dan peranan sutradara adalah :
Memilih pemain
Menjelaskan penafsiran lakon kepada pemain Menyusun rencana pembiayaan
Mendiskusikan rancangan tata panggung, tata rias, dan tata cahaya Menyusun program teaterikal
Melatih para pemain
Mewujudkan lakon di atas pentas
Memberikan dorongan moral dan mengamati pertunjukan selama
pertunjukan berlangsung.
2.1.8 Persiapan Pementasan Teater 1. Pemilihan peran
Aktor dan aktris merupakan tulang pementasan. Pemilihan actor atau aktris biasanya disebut casting. Ada lima macam teknik casting yaitu: Casting by ability, yaitu pemilihan peran berdasar kecakapan
watak dan ciri fisik yang dibawakan (berlawanan dengan watak dan cirri fisiknya sendiri)
Casting to emotional temperament, yaitu pemilihan pemeran
berdasarkan observasi kehidupan pribadi calon pemeran
Therapeutic casting, yaitu pemilihan pemeran dengan maksud
untuk penyembuhan terhadap ketidakseimbangan psikologi dalam diri seseorang
2. Mengadaptasikan karakter peran sesuai casting
berperan ditentukan oleh kemampuannya meninggalkan egonya sendiri danmemasuki serta mengekspresikan tokoh lain yang dibawakannya
3. Hal yang harus diperhatikan oleh pemeran: a. Kreasi yang dilakukan actor atau aktris
b. Peran yang dibawakan harus bersifat Alamiah dan wajar
c. Peran yang dibawakan harus disesuaikan dengan tipe, gaya, jiwa dan tujuan dari pementasan.
d. Peran yang dibakan harus diosesauikan dengan periode tertentu dan watak yang harus direpresentasikan.
4. Menunjukan pola permainan (blocking)
Dalam seni peran setiap tokoh harus mampu memerintah badan, suara, emosi dan semua situasi dramatic. Ia harus mampu membantu dan mengontrol
Adapun contoh permainan (blocking) gerak-gerak pokok yang harus disiapkan oleh pemeran, yaitu:
a. Latihan tubuh b. Latihan suara
c. Observasi dan imajinasi d. Latihan konsentrasi e. Latihan teknik
Gerak tambahan yaitu gerakan yang dilakukan untuk melengkapi dan menyempurnakan ekspresi dari drama
2.1.9 Mementaskan Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana 1) Memerankan karakterisasi peran
Karakter berkaitan erat dengan penokohan dan perwatakan. Watak tokoh menjadi nyata terbaca dalam dialog dan catatan samping. Berdasarkan peranan terhadap jalan cerita, terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh penentang cerita.
c. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu (baik untuk protagonis maupun antagonis).
Berdasarkan peranannya dalam tokoh serta fungsinya, terdapat tokoh-tokoh sebagai berikut:
a. Tokoh sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerakan lakon. Tokoh sentral merupakan biang keladi pertikaian (protagonist dan antagonis).
b. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga disebut perantara tokoh sentral (tritagonis). c. Tokoh pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran pelengkap
atau tambahan dari mata rantai cerita. 2). Mementaskan teater Nusantara
Pementasan teater merupakan kerja atau karya kolektif. Keberhasilan suatu pementasan tidak hanya ditentukan oleh sutradara, tetapi juga melibatkan berbagai unsur secara serentak dan kelompok yang mendukung pementasan.
Adapun orang-orang yang terlibat dalam pementasan:
a. Aktor atau aktris sebagai tokoh yang memerankan langsung cerita.
b. Sutradara, yaitu pekerja teater yang bertugas memimpin actor atau aktris dan pekerja teknis dalam pementasan.
c. Produser yang bertugas memberikan biaya pementasan d. Manager yang mengatur pelaksanaan pementasan.
e. Penata pentas yaitu yang mengatur penghidupan peran di pentas, pengaturan pentas seperti pengaturan pentas, dekorasi, Tata lampu (lighting), tata suara, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pentas
Untuk mementaskan teater Nusantara, selain adanya kerja sama yang baik di segala pihak, kita pun harus menentukan cerita apa yang akan dimainkan. Hal tersebut berkaitan dengan cerita di Nusantara, misalnya Ande-ande Lumut, SiKabayan, Jaka Tarup, Bawang Merah Bawang Putih, terjadinya Gunung Tangkuban Perahu, Danau Toba.
2.2 Peran seni teater dalam lingkup sosial masyarakat
Pertunjukkan teater rakyat tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan politik.
Semua itu tercermin dalam bentuk garapan teaternya. Bentuk-bentuk garapan teater rakyat selalu dan merupakan cerminan kehidupan sosial. Apa yang diungkapkan dalam garapan teaternya adalah suasana hati, perasaan, dan nurani, serta keadaan jiwa. Oleh karena itu, teater merupakan media ungkap seniman teater sebagai wakil dari nurani masyarakat pendukungnya.
Berikut fungsi-fungsi teater dalam lingkup sosial masyarakat.
pikirannya agar bisa mengambil hikmah dari apa yang telah disaksikannya. Dalam sebuah pertunjukkan, selalu ada tema, isi, serta pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Menonton adlah proses belajar memahami gagasan atauide yang disampaikan oleh orang lain (seniman). Jika kamu tidak paham, pertunjukkan teater tersebut tiada bermanfaat. Oleh sebab itu untuk memahami sebuah pertunjukkan, kamu harus sering menonton pertunjukkan teater agar hati dan pikiranmu terasa menerjemahkan sebuah karya drama.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Tetaer juga dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak terlepas dari yang namanya sutradara sebagai pengkordinasi pementasan. Sehingga menjadi seorang sutradara harus menguasai apa-apa yang harus di lakasanakan karena baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang sutradaranya. Sehingga dalam seni teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam lingkup sosisal. Ini sudah jelas karena yang namanya seni pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang banyak dalam hal ini salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa dijadikan media penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
(http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/BentukseniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y diunduh 17 April 2013)