• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal inventarisasi ikan Poppy Antika S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal inventarisasi ikan Poppy Antika S"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI JENIS IKAN (PISCES) DI PASAR TRADISIONAL BENGKULU SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BELAJAR BIOLOGI SMA

KELAS X

OLEH :

Poppy Antika Sari, S.Pd

Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Bengkulu

Email: poppyantikasari@yahoo.co.id Blog : pas-komersil.blogspot.com

Abstract

This study aims to inventory of the diversity of fishes in the traditional markets of Bengkulu, to classification, to description of the fishes and make a learning resources to senior high school like a form of booklets or pocket book. This research is carried out at three locations in the traditional market located in the city of Bengkulu, the Minggu market, Panorama market and Pagardewa market, there are conducted starting from 16 November – 2 December 2012. The method that used in this research is a method of exploration, which is the way down every merchant who sells fish in the market. Each of sample obtained morphometric observed morphological characteristics and traits and then note on the table, after which the fish in the photo and conducted studies literature. The data obtained were tabulated and analyzed descriptively. From the results of research conducted, found almost 55 species of fishes belonging to the 43 genus, 31 familiy and 9 ordo. Based on these findings the ordo Perciformes Carangidae family, and the genus is Lutjanus most widely found the group of fishes.

Keywords: Fish, Traditional Market, Learning Resources

A.PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Dewasa ini, di perairan Indonesia, diketahui terdapat sekitar 2.500 spesies ikan, dan sebanyak 75% produksi ikan di Indonesia merupakan hasil dari penangkapan, serta sisanya merupakan hasil dari budidaya. Lebih dari 90% penangkapan di perairan pada beberapa daerah seperti Kalimantan, Sumatra

dan Sulawesi. Dan tingkat eksploitasi sumber daya ikan perikanan terbesar di Indonesia berada di Selat Malaka, Pantai Utara Pulau Jawa dan Sumatra, yaitu sebesar 48% dari hasil penangkapan (Murtidjo, 2002).

(2)

mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit sehingga mudah di cerna. Hal paling penting adalah harganya jauh lebih murah di bandingkan dengan sumber protein lain. Ikan juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan, pakan ternak, dan lainnya. Kandungan kimia, ukuran, dan nilai gizinya tergantung pada jenis, umur kelamin, tingkat kematangan, dan kondisi tempat hidupnya (Adawyah, 2008). Mengingat pentingnya ikan bagi manusia, tak heran bila manusia berusaha mendapatkan ikan dalam jumlah yang mencukupi, antara lain adalah dengan mengusahakan pemeliharaannya dengan sebaik-baiknya, yang kemudian lazim disebut dengan usaha perikanan (Sugeng, 2006). Perikanan mempunyai andil dalam peningkatan pendapatan petani ikan dan penyediaan lapangan kerja, serta sumber protein hewani bagi masyarakat. Permintaan pasar (konsumen) di dalam negeri terhadap produksi ikan terus meningkat, terutama di kota-kota besar. Hal ini mengisyaratkan bahwa ikan dapat di jadikan komoditas unggulan yang mempunyai prospek pasar cukup baik (Rukmana, 2003).

Masyarakat Bengkulu yang kebutuhan dasarnya masih terbatas, memerlukan pasar yang sederhana saja. Di pasar-pasar seperti ini, jenis pangan yang berasal dari sumber nabati tidaklah terlalu banyak. Biasanya, jenis-jenis pangan tersebut berasal dari daerah sekitar pasar itu saja, meskipun “sekitar” itu biasa berarti 10 km lebih. Untuk mereka ingin mengetahui khas daerah di pasar semacam inilah dapat diperoleh gambarannya. Pati sagu di Maluku, jagung bose di NTT, talas di Wamena, wanyi di Bali, lae di Kalimantan Selatan, merupakan contoh-contoh pangan yang khas dan dapat di disaksikan di pasar setempat (Sastrapradja, 1989).

Pasar Bengkulu merupakan salah satu tempat yang mudah untuk kita menemukan plasma nutfah, maka dari itu pasar juga merupakan sumber ilmu untuk mengetahui

keanekaragaman hayati. Walau pada tumbuhan dan hewan yang ada di pasar yang sering kita dapatkan sebagian besarnya untuk di konsumsi, Tapi dari pasarlah kita menemukan keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan. Banyak spesies yang dapat kita amati bahkan kita pelajari disana, salah satunya adalah ikan. Sehingga wajar jika pasar dikatakan juga sebagai sumber belajar.

Di pasar tradisional Bengkulu kebanyakan orang yang membeli ikan yang sama setiap minggunya, jika tidak ikan kape-kape, ikan tongkol, ikan Dencis, ikan Gabus Laut, dan lain

– lain. Kebanyakan orang termasuk para ibu – sangatlah banyak, dan berbagai bentuk serta ukuran. Selain itu juga penduduk Bengkulu kurang memperhatikan dan mengetahui keanekaragaman ikan yang ada di perairan Bengkulu yang di distribusikan di pasar tradisional Bengkulu.

B.BAHAN DAN METODA

1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi pasar tradisional Bengkulu, yaitu di Pasar Minggu, Pasar Panorama dan Pasar Pagardewa (16 November 2012 sampai dengan 2 Desember 2012).

2. Pengumpulan Data dan Informasi

(3)

Bengkulu. Sistematika pengambilan sampel yakni dengan metode eksplorasi, dimana sampel penelitian didapat dengan cara menelusuri atau menjelajah setiap pedagang yang menjual ikan di pasar tersebut. Sampel yang diamati merupakan ikan yang masih segar dan memiliki bagian tubuh yang lengkap. Setelah memperoleh data mengenai inventarisasi ikan, kemudian data dideskripsikan berdasarkan karakteristik morfologi ikan tersebut.

Adapun parameter atau acuan penelitiannya adalah berupa konsep pengukuran dan konsep pengamatan tiap spesies ikan yang terdapat di lokasi penelitian. Dalam penelitian ikan, warna tidak bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan ciri khusus pada sebuah spesies ikan, karena warna dapat saja berubah saat menjadi dewasa (Setiawan, 2006). Dalam penelitian ini ada 2 variabel yang perlu diamati berupa variabel utama dan variabel penunjang.

Variabel utama yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis ikan dalam hal karakter morfometrik dan morfologi.

 Karakter morfometrik yang diamati meliputi panjang total atau total length (TL), panjang cagak atau fork length (FL), panjang baku atau standard length (SL), Panjang moncong atau Snout length (SnL), dan panjang kepala atau head length (HL), adapun bentuk pengukurannya dapat dilihat seperti gambar 3.1.

Gambar 3.1 Karakter morfologi dan morfometrik ikan (Peristiwady, 2006)

Karakter morfologi yang diamati meliputi posisi mulut, ada tidaknya sungut, bentuk tubuh dan pola warna pada ikan, bentuk sirip punggung dan sirip tambahan, bentuk sirip ekor dan letak sirip perut terhadap sirip dada, bentuk sisik dan pola strip pada tubuh ikan tersebut. Disiapkan lembar observasi dalam bentuk table karakteristik (Lampiran.1) sehingga mempermudah untuk mendata ciri-ciri ikan tersebut.

Pengindentifikasian spesies yang ditemukan dilakukan dengan studi literatur menggunakan charta atau gambar ikan yang ada pada buku acuan antara lain Peristiwady (2006), Setiawan (2006), Saanin (1968), dan Carpenter (2001).

3. Analisis Data

Data di tabulasikan menurut ciri atau karakter morfologi dan morfometrik ikan. Setelah itu, data dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan foto-foto.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keanekaragaman Jenis Ikan yang di Temukan di Pasar Tradisional

Bengkulu

(4)

Dari berbagai spesies yang diamati, jenis ikan yang paling banyak ditemukan yakni dari ordo Perciformes. Begitu pula menurut Carpenter (2006) yang berpendapat bahwa ordo Perciformes adalah ordo dengan jumlah spesies yang paling besar. Hal ini memungkinkan penyebaran ikan dari ordo Perciformes di perairan yang luas, sehingga banyak ditemukan termasuk di perairan provinsi Bengkulu. Selanjutnya diikuti oleh ordo Clupeiformes yang sebagian besar ikannya merupakan jenis ikan ekonomis yang biasa di gunakan untuk kebutuhan konsumsi, seperti pada spesies Nematolosa japonica atau Ikan Selengek oleh masyarakat Bengkulu dijadikan ikan khas Provinsi Bengkulu.

Tabel 4.2 Jumlah jenis ikan pada masing – masing lokasi pasar tradisional Bengkulu

Lokasi Minggu Ke-

Diagram 4.1 Jumlah keberagaman jenis ikan pada masing – masing lokasi pasar tradisional Bengkulu

Dari tabel dan diagram hasil pengamatan jumlah keberagaman jenis ikan pada masing-masing pasar tradisional Bengkulu didapat Pasar Minggu pada minggu ketiga penelitian mendapatkan sampel spesies yang lebih

banyak dibandingkan hari – hari lain. Karena selain bertambahnya pedagang yang beberapa minggu lalu tidak berjualan di dalam lokasi pertama di dapat 19 spesies ikan, pada minggu kedua di dapat 11 spesies ikan dan merupakan penemuan jenis ikan yang paling sedikit di pasar minggu tersebut, hal ini karena pada hari tersebut di hari jumat hanya sebagian kecil saja yang berjualan dan para pedagang yang biasa berjualan di dalam PTM (Pasar Tradisional Modern) tidak ada yang berjualan, dan pada minggu ketiga didapat 24 spesies ikan. Sehingga total keseluruhan spesies yang diamati di pasar minggu sebanyak 40 spesies, dimana keseluruhan ikan tersebut diperoleh dari pendistribusian PPI pelabuhan Pulau Bai. Pasar Minggu memiliki jumlah keanekaragaman ikan yang paling banyak. Di pasar ini ditemukan banyaknya spesies unik yang tidak hanya dapat dikosumsi tetapi juga bisa dijadikan ikan hias seperti ikan Scarus viridifucatus atau ikan Kakatua, ikan – ikan dengan warna yang cantik seperti yang dimiliki pada famili Serranidae.

(5)

spesies, sedangkan pada minggu kedua didapat 11 spesies, dan minggu ketiga didapat 7 spesies. Sehingga total spesies yang didapat di Pasar Pagardewa sebanyak 18 Spesies dengan ukuran yang kecil dan jika tidak jelih maka akan sulit menemukan perbedaan ikan tersebut, bisa jadi dalam satu tumpukan ikan memiliki beberapa jenis yang berbeda. Seperti yang kita ketahui, pasar Pagardewa dekat dengan pelabuhan Pulau Bai tempat Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), sehingga diantara semua pasar tempat penelitian hanya pasar ini yang memiliki lapak ikan paling sedikit. Para pedagang berasumsi bahwa pembeli lebih banyak membeli ikan di pelabuhan tersebut, karena masih segar dan harga yang lebih murah. Maka dari itu, perlu dilakukan inventarisasi langsung di lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) untuk penelitian selanjutnya.

Hasil penelitian di tiga lokasi pasar tradisional pada minggu pertama ditemukan 18 famili yang terdiri dari 31 spesies ikan. Beberapa famili tersebut yakni, famili Stromatidae, famili Carangidae, famili Trichiuridae, famili Lutjanidae yang menempati jumlah spesies terbanyak di ketiga pasar tersebut, lalu famili Drepanidae, famili Serranidae yang hanya di temukan di pasar Minggu, famili Gerreidae, famili Lethrinidae, famili Theraponidae, famili Rachycentridae yang di temukan di pasar Panorama, famili Scombridae yang di setiap pasar jenis dari famili ikan ini selalu ada. Lalu dapat kita temukan pula ikan dari famili Haemulidae, famili Dasyatidae yang di temukan hanya di pasar Minggu selama masa penelitian merupakan hewan yang jarang di jual atau biasa dijadikan ikan hias dengan spesiesnya yang tak asing yakni Himantura walga, selanjutnya famili Dussumieriidae, famili Pristigasteridae, famili Ariidae dimana selama penelitian hanya di temukan di pasar Minggu,

selanjutnya famili Cyprinidae, dan famili Belonidae.

Pada minggu kedua penelitian keanekaragaman jenis ikan di pasar tradisional Bengkulu di temukan 17 famili yang terdiri dari 27 spesies. Adapun famili ikan yang di temukan selama masa penelitian yakni, famili Carangidae, famili Trichiuridae, famili Lutjanidae, famili Siganidae, famili Gerreidae, famili Lethrinidae, famili Theraponidae, famili Scombridae, famili Sphyraenidae dimana selama masa penelitian hanya di temukan di pasar Panorama. Selanjutnya adalah ikan dari famili Ephippidae yang hanya di temukan di pasar Pagardewa selama masa penelitian, lalu famili Megalopidae, famili Dussumieridae, famili Pristigasteridae, famili Clupeidae, famili Cyprinidae, famili Belonidae, dan famili dari Chanidae.

(6)

famili Belonidae, dan terakhir famili Synodontidae yang tidak di temukan di pasar Pagardewa selama penelitian berlangsung.

Sehingga keseluruhan spesies ikan yang ditemukan di lokasi pasar tradisional Bengkulu yakni pasar Minggu, pasar Panorama, dan pasar Pagardewa sebanyak 55 spesies. Dari 55 spesies yang didapat, terdapat 54 spesies yang tergolong dalam ikan bertulang sejati atau Osteichthyes (98,18%), sedangkan 1 spesies yang tersisa tergolong kedalam ikan bertulang rawan atau Chondrichthyes (1,81%). Distribusi persebaran spesies ikan di Pasar Minggu memiliki jumlah spesies yang terbanyak dengan total keseluruhan 40 spesies, hal ini dikarenakan pasar Minggu merupakan pasar tradisional terbesar di Bengkulu dan memiliki pedagang ikan yang terbanyak dan memiliki jumlah permintaan konsumen akan ikan laut terbanyak, sedangkan di pasar Panorama hanya memiliki jumlah total 28 spesies, dan pasar Pagardewa hanya memiliki 18 spesies selama penelitian.

2. Analisis Morfologi Ikan 2.1 Kepala

Posisi mulut pada ikan yang didapat yaitu inferior, superior, terminal dan sub-terminal, adapun bentuk mulutnya dapat dilihat pada lampiran 6. Dibagian kepala ada beberapa spesies ikan yang memiliki sisik, tidak bersisik atau lendir. Sedangkan dibagian kepala ada beberapa spesies ikan yang memiliki sungut pada rahang atas ataupun rahang bawah dan ada juga yang tidak memiliki sungut. Dan memiliki panjang kepala (HL) rata-rata yaitu 5,81 cm sedangkan panjang moncongnya memiliki rata-rata sebesar 2,18 cm.

2.2 Badan

Badan ikan yang didapat berbentuk gepeng, pipih, dan bundar. Memiliki sisik dengan bentuk ktenoid, sikloid, plakoid, ganoid dan ada yang berlendir. Sirip punggung ada yang menyatu, terpisah dan berlekuk. Letak sirip perut abdominal, thoracic, dan jugular. Pola strip pada tubuh ikan ada yang berbentuk vertikal, horizontal, dan garis kedepan. Pada ikan terdapat sirip tambahan ada yang berbentuk finlet, scute, kil, adipose fin, dan filament. Memiliki garis rusuk dengan bentuk melengkung, lurus, dan terputus. Pada bagian tubuh memiliki rata-rata panjang total (TL) yakni 31,14 cm, memiliki panjang cagak (FL) dengan rata-rata sebesar 32,17 cm, dan panjang baku (SL) dengan rata-rata sebesar 19,72 cm. 2.3 Ekor

Pada ekor ikan yang didapat ada yang berbentuk seperti cagak, berlekuk, meruncing, membundar, tegak, dan bulan sabit, adapun

bentuk ekor ikan dapat dilihat di lampiran 6. 3.Sumber Belajar Biologi

(7)

penyediaan ragam alternatif dalam kegiatan belajar, usaha pertama adalah optimalisasi sumber belajar.

Sumber belajar ini dapat dikreasi berdasarkan kebutuhan, bisa dijadikan sebagai alat atau aktivitas edukatif. Booklet yang dibuat berdasarkan hasil penelitian ini menurut Ahmad Rohani (1997) termasuk dalam jenis sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sumber belajar berupa booklet ini dapat mendukung proses belajar, yang dalam kegiatan belajar, booklet ini dapat digunakan, baik secara terpisah atau terkombinasi, sehingga mempermudah anak didik dalam mencapai tujuan belajar atau kompetensi yang harus mereka capai.

Pembuatan booklet yang berjudul Petunjuk Identifikasi, Inventarisasi Ikan di Perairan Laut Provinsi Bengkulu ini bertujuan sebagai sumber belajar biologi yang dibuat berdasarkan hasil penelitian berjudul Inventarisasi Jenis Ikan (Pisces) Laut di Pasar Tradisional Bengkulu. Pembuatan booklet ini relevan dan mengacu pada kompetensi – kompetensi dasar pembelajaran biologi seperti: sebagai buku penunjang pembelajaran biologi materi Klasifikasi Mahluk Hidup kelas X, materi Dunia Hewan ruang lingkup materi vertebrata kelas X, bahkan dapat digunakan di bangku perkuliahan untuk belajar mengidentifikasi dalam bidang ilmu taksonomi, dan mata kuliah vertebrata.

D. KESIMPULAN 1. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di tiga kawasan pasar tradisional Bengkulu yaitu Pasar Minggu, Pasar Panorama dan Pasar Pagardewa, ditemukan sebanyak 55 spesies ikan dengan 9 ordo, 31 famili, dan 45 genus. Ordo Perciformes, Famili Carangidae dan Genus Lutjanus merupakan kelompok ikan dengan jumlah terbanyak yang ditemukan di ketiga pasar tersebut. Penelitian mengenai inventarisasi jenis ikan di pasar tradisional Bengkulu ini dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi SMA berupa buku saku atau Booklet Petuntuk Identifikasi Ikan.

2. Saran

Guna melengkapi informasi mengenai jenis-jenis ikan yang ada di perairan Bengkulu maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, baik itu jenis ikan pada musim yang berbeda, pada tempat-tempat tertentu bahkan pada jenis ikan di daerah pasang surut. Dan untuk mengetahui lebih jelasnya ikan apa saja yang ada di laut Bengkulu ini sebaiknya dilakukan penelitian secara langsung di pusat penangkapan ikan. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai identifikasi morfometrik guna mengetahui rasio panjang dan berat dari tubuh ikan tersebut.

E. UCAPAN TERIMA KASIH

Disampaikan kepada Ibu Dra. Kasrina, M.Si; Bapak Drs. Abas, M.Pd; Bapak Irwandi Ansyori, S.Pd.,M.Si; Bapak Dr. Aceng Ruyani,MS yang telah member masukan saran kepada penulis. Dan para pedagang di pasar tradisional yang telah membantu mempermudah proses inventarisasi.

Daftar Pustaka

(8)

http://www.scribd.com/doc/7009 4071/penyebaran-ikan

Carpenter, Kent, dkk. 2001. The Living Marine Resources Of The Westren Central Pacific. Norwegia : NORAD & FFA Effendi, M.I. 1978. Biologi Perikanan I,

The Natural History. Bogor : Fakultas Perikanan, IPB. Erdmann, AM. 2004. Panduan Sejarah

Ekologi Taman Nasional Komodo. Buku ke 2 : Lautan, The Nature Concervancy, Indonesia Coastal and Marine Program. 32 pp.

Fishypedia. 2006. Ikan Manyung. Jakarta: Institute IFT. Diakses 21

Februari 2013 di

http://www.iftfishing.com/fishyp edia/manyung/

Glowka, L. 1996. Determining Access to Genetic Resources and Ensuring Benefit-sharing: legall and institutional considerations, IUCN Environmental Policy and Law Paper.

Hildebrand. 1988. Vertebrates; Anatomy; Morphology. New York : Wiley Kordi, K Ghufran. 2007. Pakan Gurami

Nutrisi-Formulasi-Pembuatan-Pemberian. Semarang : Aneka Ilmu .

Nelson. 1984. Fishes Of The World 2nd Edition. Canada : Wiley-interscience

Nikijuluw, Victor P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumber Daya Perikanan. Jakarta Selatan : Pustaka Cidesindo.

Peristiwady, Teguh. 2006. Ikan – Ikan Laut Ekonomis Penting di Indonesia Petunjuk Identifikasi. Jakarta: LIPI Press.

Raven, P. and E. O. Wilson. 1992. A Fifty-Year Plan for Biodiversity Surveys. Science 258: 1099-1100.

Rohani, Ahmad. 1997. Media

Instruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta

Rukmana, Rahmat. 2003. Lele Dumbo Budi Daya dan Pasca Panen. Semarang: Aneka Ilmu.

Sastrapradja, D dan Mien A Rifai. 1989. Mengenal Sumber Pangan Nabati dan Plasma Nutfahnya. Bogor : PUSLITBANG

Bioteknologi LIPI .

Setiadji, D dkk. 1989. Dasar – Dasar Ekologi. Bogor : IPB.

Sri, Joko. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta : Grasindo

Subardja, dkk. 1989. Sistematika Ikan. Bogor : IPB.

Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Grasindo

Sugeng. 2006. Beternak Ikan di Kolam. Semarang : Aneka Ilmu.

(9)

Tim FIP UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 2 Ilmu Pendidikan Praktis. Jakarta : Grasindo

Tim FIP UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I Ilmu Pendidikan Teoritis. Jakarta : IMTIMA

Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan Biji. Yogyakarta: UGM Press

Gambar

Gambar 3.1
Tabel 4.2 Jumlah jenis ikan pada masing – masing lokasi pasar tradisional Bengkulu

Referensi

Dokumen terkait

Kepala seksi Perdata dan Tata Usaha Negara pada Kejaksaan Negeri Jantho, Evan Munandar menyebutkan kewenangan jaksa sebagai pihak yang berwenang membatalkan

Arca Harihara lebih lazim ditemukan di Kamboja, dari sekitar abad ke-7 hingga abad ke-8, tepatnya pada masa Pra-Angkor, sehingga sangat dimungkinkan bahwa

Menurut peneliti saran yang sesuai untuk pegawai Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) adalah tingkatkan terus prestasi tentang upaya dalam pemenuhan kebutuhan pegawai

ersama ini kami sampaikan laporan mingguan realisasi penggunaan dana dan kema-uan &isik  'ehabilitasi 'uang Kelas 'usak erat SD "ahun 2012 %ang telah

besar responden yang memiliki keterampilan cukup Penelitian mengenai tingkat pengetahuan adalah responden yang berumur kurang dan 45 jbu dalam penanganan awal diare menunjukkan

Kabupaten Minahasa Selatan adalah daerah otonom sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor. 10 Tahun 2003 tentang Pembentukan

yang dipilih ialah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain penelitian Elliot. Penelitian ini terdiri dari 3 siklus yang setiap siklusnya terdiri dari 3

Hal ini dilakukan dengan membuat model matematis dimana yang menjadi fungsi tujuan adalah maksimisasi keuntungan, sedangkan yang menjadi kendala adalah jumlah pemakaian,