• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persoalan Kapitalisme dan Refleksi amana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Persoalan Kapitalisme dan Refleksi amana"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Persoalan Kapitalisme dan

Refleksi Ekonomi Bung Hatta

Oleh : Reszky Fajar Mahendra 1

... O,Indonesia! Ah, Indonesia! Negara yang kehilangan makna!

Rakyat sudah dirusak atas tatanan hidupnya Berarti sudah dirusak dasar peradabannya Dan akibatnya diruka pula kemanusiannya

Maka sekarang negara tinggal menjadi peta itupun yang lusuh Dan hampir sobek pula

...

(Penggalan Puisi Kesaksian Akhir Abad oleh WS. Rendra 1999)2

Tak perlu kau hiraukan mengenai puisi yang ditulis Rendra pada awal-awal atmosfer setelah reformasi, setelahnya kalian bisa meresapi makna yang mejadi kata-kata yang menggetarkan, harusnya tulisan ini sampai pada politisi yang berkamuflase dengan hak imunitas terhadap pernyataan-pernyataannya yang memuakan.

Mengingat nyawa-nyawa perkuliahan yang hampir sedikit lagi sirna membuat kesadaran menjadi sangat berarti bagaimana kompetensi yang dibangun pada bangku perkuliahan tak umumya hanya menjadikan kebekuan intelektual, otak membeku tak mencair untuk berfikir. Keadaan tak menjadikan kita merenung akan realitas, akan tetapi merenungi nilai pada KHS yang kita tahu bagaimana cara mendapatkannya itu. Berbagai upaya harus segera dilaksanakan dengan mengadakan sebuah pemahaman umum dan mentransfer pemikiran-pemikiran sehingga tidak selalu hinggap dalam satu tempat dan berakhir dengan banyaknya debu dan jaring-jaring laba-laba.

Menjawab tantangan dengan mendiskusikan keadaan ekonomi sepintas dalam benak saya keadaan masyarakat Indonesia dengan segala ketimpangannya, sejalan dengan pertumbuhan akan tetapi hanya menjadikan kaum marjinal

1 Penulis adalah Mahasiswa FKIP PGSD UHAMKA

(2)

menjadi kaum yang secara sadar terserap dan menuju jurang ke kafiran. Bayangkan dengan keadaan rumah sempit,kotor,dan pakaian yang tidak layak Ia bisa menghadap Allah, padahal jelas dalam ketentuan dalam peribadahan keilahian harus disandarkan pada sesuatu bersih dan suci. Selain dengan konteks keagamaan menuju kekafiran juga kita mematikan nyawa manusia dengan tidaknya ia memperoleh kesempatan dalam pekerjaan, sehingga Ia pun harus menyisakan sepiring nasi untuk makan beberapa hari kedepan. Dalam stamina yang begitu rapuh tak mungkin ia akan mengindahkan akalnya untuk berfikir tentang realitas eksistensi manusia. Untuk berfikir besok hidup dengan makan apa ia pun menghabiskan energi yang terkandung dalam makanan yang ia irit-irit. Begitulah dehumanisasi yang menurut hemat penulis semakin ekonomi berkembang maju, namun moralitas tak berbarengan serta ketimpangan-ketimpangan tak dicarikan solusi yang solutif untuk menjawab sebuah tantangan five comandent dalam UUD 45.

Kapitalisme atau Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan membuat keuntungan dalam ekonomi pasar.Pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk kepentingan-kepentingan pribadi.

(3)

kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.3

Dari definisi tentang kapitalisme berawal dari kritik Adam Smith terhadap merkantilisme, merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara yang bersangkutan, dan bahwa besarnya volum perdagangan global teramat sangat penting. Aset ekonomi atau modal negara dapat digambarkan secara nyata dengan jumlah kapital (mineral berharga, terutama emas maupun komoditas lainnya) yang dimiliki oleh negara dan modal ini bisa diperbesar jumlahnya dengan meningkatkan ekspor dan mencegah (sebisanya) impor sehingga neraca perdagangan dengan negara lain akan selalu positif. Merkantilisme mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus mencapai tujuan ini dengan melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan mendorong eksport (dengan banyak insentif) dan mengurangi import (biasanya dengan pemberlakuan tarif yang besar). Kritik Adam Smith mengenai merkantilisme yang dianggapnya kurang mendukung ekonomi masyarakat. Ia menyerang para psiokrat yang menganggap tanah adalah sesuatu yang paling penting dalam pola produksi. Gerakan produksi haruslah bergerak sesuai konsep MCM (Modal-Comodity-Money, modal-komoditas-uang), yang menjadi suatu hal yang tidak akan berhenti karena uang akan beralih menjadi modal lagi dan akan berputar lagi bila diinvestasikan. Adam Smith memandang bahwa ada sebuah kekuatan tersembunyi yang akan mengatur pasar (invisible hand), maka pasar harus memiliki laissez-faire atau kebebasan dari intervensi pemerintah. Pemerintah hanya bertugas sebagai pengawas dari semua pekerjaan yang dilakukan oleh rakyatnya.4. Pokok-pokok kritik terhadap merkantilisme ia tulis pada tahun 1776 dalam karyanya Wealth Of Nation.

3 Wikipedia Indonesia “Kapitalisme” diakses 2 November pukul 23.40

(4)

Pokok-Pokok Fikiran Wealth Of Nation 1776

Apabila diambil garis besar mengenai pokok-pokok Wealth Of Nation terdiri dari lima buah pokok fikiran. Pertama ialah manusia pada kodratinya ialah orang yang serakah, kedua mekanisme pasar bebas, ketiga teori pembagian kerja dan teori akumulasi kapital. 5

1. Hakikat manusia serakah

Manurut Adam Smith, pada hakikatnya manusia itu rakus, egoistis dan selalu mementingkan diri sendiri. Sifat manusia seperti ini, oleh Adam Smith, dianggap akan memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan. Sifat egoistis manusia ini tidak akan mendatangkan kerugian dan kerusakan masyarakat sepanjang ada persaingan bebas. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap orang yang menginginkan laba dalam jangka panjang, tidak akan pernah menaikkan harga di atas tingkat harga pasar.

Jadi jika sesorang penjual peniti mencoba menetapkan harga lebih tinggi dari harga yang ditetapkan oleh pesaing-pesaingnya, maka bisnisnya pasti akan hancur. Hal itu, disebabkan orang tidak mau lagi membeli peniti padanya dan berpindah pada pesaingnya. Begitu juga buruh yang menetapkan upah lebih tinggi dari upah pasar akan sulit memperoleh pekerjaan. Selanjutnya tuan tanah yang menetapkan sewa lebih tinggi untuk kesuburan tanah yang sama, tidak akan menemukan penggarap. Pada intinya, tindak tanduk manusia didasarkan pada kepentingan diri sendiri (self interest), bukan belas kasihan dan juga bukan perikemanusiaan.

(5)

2. Mekanisme Pasar Bebas

The Wealth of Nations berpendapat dan menghendaki agar pemerintah sedapat mungkin tidak terlalu banyak campur tangan mangatur perekonomian. Perekonomian harus dibiarkan berjalan secara wajar tanpa campur tangan pemerintah, karena pada titik tertentu akan ada suatu tangan yang tidak kentara (invisible hands) yang akan membawa perekonomian tersebut ke arah keseimbangan (equilibrium). Jika banyak campur tangan pemerintah, pasar justru akan mengalami distorsi yang akan membawa perekonomian dalam ketidakefisienan (inefficiency) dan ketidakseimbangan (disequilibrium).

Dengan demikian, walaupun setiap orang mengerjakan sesuatu didasarkan kepada kepentingan pribadi, tetapi hasilnya bisa selaras dengan tujuan masyarakat. Dampak aktivitas setiap individu dalam mengejar kepentingan masing-masing, justru lebih baik dibandingkan dengan tiap orang berusaha memajukan masyarakat. Adam Smith tidak percaya dengan ‘maksud baik’, baik dari perorangan dan dari pemerintah.

3. Teori Nilai Suatu Barang

Barang memiliki dua nilai, pertama nilai guna (value in use) kedua nilai tukar (value in exchange). Nilai tukar atau harga suatu barang ditentukan oleh sejumlah tenaga (labor) yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut. Harga labor merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tenaga ‘labor‘ yang dicurahkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Harga labor adalah upah yang diterimanya dalam menghasilkan barang tersebut. Tingkat Upah sekaligus menentukan perbedaan tingkat keterampilan labor.

(6)

demikian, bagi Adam Smith nilai tukar dapat diartikan dengan kemampuan sesuatu barang untuk memperoleh barang lain. Hal itu berarti nilai tukar suatu barang sama dengan harga barang itu sendiri.

4. Teori Pembagian Kerja

Produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja (division of labor). Pembagian kerja akan mendorong spesialisasi, orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Adanya spesialisasi berarti setiap orang tidak perlu menghasilkan setiap barang yang dibutuhkan secara sendir-sendiri. Akan tetapi, hanya menghasilkan satu jenis barang saja. Kelebihan barang atas kebutuhan sendiri itu dipertukarkan arau diperdagangkan di pasar. Contohnya pembuatan peniti. Jika setiap orang melakukan semua jenis pekerjaan sendiri-sendiri termasuk di dalamnya meluruskan kawat, memotongnya, meruncingkan dan memasangkan kepala peniti, maka hasil yang diperoleh kecil. Akan tetapi jika dilakukan pembagian tugas, yang satu khusus meluruskan, yang lain memotong dan seterusnya, maka hasil produksi peniti secara total akan menjadi lebih banyak. Dengan demikian, pembagian tugas telah menyebabkan setiap orang ahli di bidangnya dan meningkatkan produktivitas.

5. Teori Akumulasi Kapital

(7)

Adam Smith menganggap penting arti akumulasi kapital bagi pembangunan ekonomi. Sistem ekonomi yang dianut sesuai pemikiran Adam Smith adalah sistem ekonomi liberal atau sistem kapitalisme. Salah satu cirinya adalah sistem ini memberikan keleluasaan yang besar bagi setiap individu untuk bertindak dalam perekonomian atau juga diartikan suatu sistem yang sangat menekankan kepada akumulasi kapital dalam pembangunan.

Dengan demikian kesimpulan terhadap kapitalisme adalah orang yang selalu memutar modalnya untuk pada usaha kecil untuk usaha berikutnya, Sejalan dengan perkembangan zaman kritik Adam Smith tentang merkantilisme yang diuraikannya dalam prinsip-prinsip kapitalisme yang dirunut dalam lima point yang ditampilkan diatas nyatanya juga di kritik oleh Karl Marx dengan konsep Ekonomi Marxist.

Kritik Karl Marx kepada Adam Smith

Kritik Marx berlandaskan pada labor theory of value atau surplus value yang dasarnya ditanamkan oleh classical economists (termasuk Adam Smith) dan kemudian dikembangkan oleh Marx. Pemikiran Marxist beranggapan bahwa kapitalisme adalah berlandaskan pada exploitation kelas pekerja. Pendapatan yang diterima mereka selalu lebih rendah dari nilai pekerjaan yang dihasilkannya, dan selisih itu diambil oleh capitalist dalam bentuk profit. Dalam Capital yang dIpublikasikan pada 1867, Karl Marx memperkenalkan model alternatif untuk ekonomi klasik Adam Smith. Sistem ini dimaksudkan untuk menunjukkan secara “ilmiah” bahwa system kapitalisme mengandung cacat fatal, yakni hanya menguntungkan pemilik modal (kapitalis) dan bisnis besar dengan mengeksploitasi buruh, dan kapitalisme akan mengalami krisis yang pada akhirnya akan menghancurkan dirinya sendiri.

(8)

tersebut diterangkan mengenai kaum borjuasi (pemilik modal) dengan kaum proletar (buruh/kaum tertindas) dengan kaum komunis yang nantinya menjadi sebuah gerakan ke sosialisme. Manifesto Komunis menurut Marx apabila diperas pada sarinya adalah menghapus hak milik pribadi. Karena menurut Marx dengan adanya kapitalisme hanya akan memunculkan hukum rimba atau survival of the fittest yang kuat akan selalu menang.

Penjabaran kritik-kritik ekonomi dunia barat tentunya harus dipandang secara kritis terhadap penerapannya di Indonesia. Berikut penulis akan tampilkan pada tulisan ini mengenai pandangan Bung Hatta terhadap ekonomi kapitalisme dan ekonomi sosialisme.

Bung Hatta dan Ekonomi Islam

Ilmu Ekonomi telah mati, begitulah adagium dari Paul Omerod ini menurut Masyhuri merupakan bukti kegelisahan terhadap paham ekonomi yang kosong dari dimensi trasendental. Untuk mengisi kekosongan itu, mereka menyadari betapa pentingnya kajian kerangka aksi ekonomi yang berkarakter religius, bermoral, dan human.6

Sebagai mahasiswa yang pernah mempelajari sistem ekonomi kapitalis dan sosialis sewaktu kuliah politik ekonomi di Belanda dulu, Hatta jelas menguasai dan memahami kedua siswtem ekonomi ini namun ia tidak terpengaruh dengan Smithian atau Marxian, Ia malah ingin membuat sistem ekonomi khas Indonesia. Bung Hatta pun megkritik mengenai sistem ekonomi sosialis yang dibangun oleh Marx, Hatta menyebutkan bahwa pertentangan antara majikan dan kaum buruh hanya akan memperkeruh suasana dan tidak menimbulkan sebuah keharmonian yang wajibkan dalam Islam. Ia memperbaharui sosialis barat dengan sosialis Indonesia sosialis yang religius yaitu perjumpaan cita-cita sosia demokrasi barat dengan sosialisme religius dimana Marxisme sebagai pandangan hidup materialisme tetap ditolak.7

Tujuan Ekonomi Hatta

6 Masyhuri. Kajian Teori Ekonomi Dalam Islam. P2E-LIPI. Jakarta. 2003

(9)

Pembangunan ekonomi di Indonesia menurut Hatta haruslah di arahkan kepada “bagaimana menciptakan satu masyarakat adil dan makmur”. Adil dan makmur yang di maksud Bung Hatta memuat dan berisikan kebahagian, kesejahteraan,perdamaian dan kemerdekaan. Berikut akan diulas satu persatu :

1. Kebahagian

Kebahagian menurut Hatta akan dirasakan rakyat apabila basic need nya terpenuhi baik berupa pangan, sandang dan papan,kesehatan, pendidikan untuk anak-anaknya, serta jaminan sosial pada masa depan dan hari tuanya. Kalau belum semuanya terpenuhi menurut Hatta orang tersebut tidak dan belum tentu bisa bahagia.

2. Kesejahteraan

Menurut Hatta kesejahteraan “ kesejahteraan adalah perasaan hidup yang setingkat lebih tinggi dari kebahagian”. Jadi dengan demikian ia sudah terpenuhi segala kebutuhan pokoknya dan sudah mulai terlibat kepada pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier. Dia telah merasakan ketenangan dan keadilan dalam hidupnya

3. Perdamaian

Perdamaian akan timbul apabila rasa persaudaran hidup di kalangan rakyat, menjalin persahabatan dan mampu hidup secara berdampingan dan damai. Menurut Hatta ekonomi yang dibangun harus sesuai dengan asas-asas kerja sama dan kekeluargaan sehingga tidak didominasi oleh salah satu golongan terhadap golongan lain.

4. Kemerdekaan

Kemerdekaan yang dimaksud bukan hanya kemerdekaan terhadap penjajahan akan tetapi kemerdekaan berpendapat , memeluk agama, bebas dari rasa takut dan dari kesengsaraan hidup.

(10)

Untuk mendukung sosialisme Indonesia Hatta meletakan tiga nilai dasar sebagai fondasi dalam melakukan aktifitas ekonomi yang hendak dibangunnya yaitu nilai dasar kepemilikan, dan keadilan serta kebersamaan dan persaudaraan.8

1. Nilai dasar kepemilikan

Hatta menyatakan setiap orang boleh mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain karena pada haikatnya islam menghargai kepemilikan orang dan membenci pengambilan harta-harta orang lain dengan cara-cara yang bathil (Qs. 2 : 188 ). Apabila adanya perampasan paksa harta oleh negara tentu akan mengakibatkan hilangnya perangsang untuk berusaha. Namun Hatta juga tidak menganjurkan untuk memonopoli ekonomi dan merampas kah-hak orang lain.Harta juga mempunyai fungsi sosial yaitu untuk bersedekah.

2. Nilai Dasar Keadilan

Keadilan menurut Hatta adalah supaya tia-tiap orang dalam masyarakat diperlakukan sama oleh negara dalam segala rupa dan bebas dari bentu kezaliman. Keadila menurut Hatta berbeda dengan Liberalisme kapitalis atau dengan sosialisme marxist yang mengacu hanya keduniawian, keadilan yang dimaksud juga tentang keadilan keilahian dan hanya dapat tercipta apabila tiap masyarakat telah bertindak laku adil kesetiap manusia. Inilah gambaran masyarakat islam dan inilah tugas semua umat manusia. Prinsip keadilan tentu harus mengentaskan eksploitasi dan penindasan. Ibnu Taimiyah sampai menyatakan bahwa “ sesungguhnya Allah akan menolong kerajaan atau negara yang adil walaupun pemimpinnya kafir, dan Allah tidak akan menolong kerajaan atau negara yang zhalim walaupun pemimpinnya mukmin”9

3. Nilai Dasar Kebersamaan dan Kekeluargaan

8 Hatta, Ekonomi Terpimpin. Penerbit Mutiara. Jakarta.1979

(11)

Manusia merupakan mahuk individual juga adalah mahluk sosial. Manusia selain harus memperhatikan kebutuhannya manusia pun harus tunduk pada kaidah-kaidah sosial atas kesepakatan konsensus bersama dan bukan dari hasil persepakatan individualisme.jadi intinya kepentingan masyarakatlah yang didahulukan bukan kepentingan orang perorangan. Sebagai contoh ketundukan hasil konsensus bersama dan mendahulukan kepentingan rakyat adalah Pasal 33 UUD 1945 yang menyatakan bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan. Cabang-cabang produksi orang banyak dikuasai oleh negara .Bumi dan air yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesarnya untuk kemakmuran rakyat. Pasal tersebut terlihat bahwa pemikiran ekonomi Hatta orientasinya substansif adalah “kepada kepentingan bersama masyarakatlah yang diutamakan”. Negara pun harus menjamin keadilan dengan menekankan efisiensi sosial agar kemakmuran rakyat dapat dirasakan oleh segenap bangsa Indonesia sehingga apabila keadilan sudah tercipta pembangunan manusia yang berlandaskan pancasila tinggal menunggu momentumnya karena tujuan ekonomi hnilai-nilai pancasila yang dikemukaan Bung Karno yaitu gotong royong dalam mencapai sebuah tujuan.

Konklusi

(12)

dari akumulasi kapital ia bisa lebih berkembang. Namun hal tersebut dikritik oleh Marx yang menyatakan bahwa tidak boleh adanya hak milik pribadi. Dan membagi kasta menjadi dua yaitu borjuis (pengusaha atau pemilik modal) dan proletar (sebagai buruh dan kaum tertindas) bahwa menurut Marx kepemilikan pribadi akan mengakibatkan eksploitatif kepada tenaga kerja dengan teori yang ia kembangkan yaitu teori surplus value. Tentang keuntungan kapitalisme yang diambil dari produktifitas buruh dalam bekerja dan menekankan bahwa buruh harus menguasai pemerintahan atau negara sehingga bisa memberikan keadilan dalam sistem ekonomi melalui kolektifitas dan menghapuskan hak milik pribadi yang termaktub dalam karyanya Manifesto Komunis.

Dari sejarah yang diangkat penulis mengenai perdebatan ekonomi, akhirnya penulis ingin membandingkan dengan founding father ekonomi Indonesia yaitu Bung Hatta. Bung Hatta sepakat dengan sosialisme dalam ekonomi. Namun harus ada yang di revitalisasi yaitu keadaan bangsa Indonesia. Ia menamakan sosialisme religius yang berdasarkan pada agama. Bukan pada material seperti analisa Marx. Tujuan-tujuan ekonomi dan Nilai-nilai dasar ekonomi dari Bung Hatta hanyalah ingin menjadikan masyarakat Indonesia itu bahagia,sejahtera,merdeka,dan berdamai. Keempat tujuan itu disusun dalam nilai-nilai dasar ekonomi yang ia tetapkan yaitu nilai-nilai dasar kepemilikan, nilai-nilai dasar keadilan,nilai dasar kebersamaan dan kekeluargaan.

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik mampu membaca Q.S.at- Tiin dengan tartil, mengetahui makna Q.S.at- Tiin dengan benar, mencontohkan perilaku saling mengingatkan dalam hal kebajikan

43/Dikti/2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu kelompok

Kemerdekaan adalah hasil dari segenap perjuangan rakyat, Negara Republik Indonesia ini bukan milik satu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu

Ilmu Perpustakaan Dan Informasi Islam S1 √ Ditolak , tidak memenuhi syarat minimal pembukaan program studi baru.. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Islam

Sementara penelitian yang dilakukan di luar Lanud RSN lebih difokuskan pada rantai pasok berupa instansi pemerintah, badan usaha dan pihak lain yang merupakan bagian dari

Nakon što smo naučili liniju na kojoj će se izvršavati manipuliranje predmetima rada u pokretu, potrebno je uskladiti kameru se radnim područjem, te naučiti

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui adanya hubungan yang positif antara penggunaan situs Google dan motivasi belajar secara

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik