MK SOSIOLOGI UMUM Tanggal: 4 September 2014 Nama : Fikri Mauli Utomo (H34140076)
Ruang: CCR.1.08 (R05.2)
Praktikum II Analisis Realitas Sosial Resolusi Konflik di Desa
Oleh :
Robert Bala
Nama Asisten:
1. Ade Brian Mustafa (A14120014) 2. Maria Magdalena Bagariang (I34110002)
Ikhtisar:
Tepat pada tanggal 17 Agustus 2014 warga Desa Wulandoni dan Pantai Harapan terlibat konflik “perang”antar kampung yang dipicu oleh masalah sengketa tanah. Hal ini kerap terjadi di Flores, Nusa Tenggara Timur. Bahkan menurut artikel R Yando Zakaria, “Catatan atas Konflik Tanah di Negeri Bersuku-suku” tingkat konflik di salah satu desa di Flores mencapai 60 persen yang disebabkan oleh konflik antar kelompok warga dengan sekelompok warga dari desa lain. Maraknya konflik seperti ini merupakan akumulasi kejadian yang sudah lama terpendam, dikarenakan klaim atas tanah yang bersifat parsial sebagai sebuah kebenaran tunggal. Kisah parsial tersebut dapat menjadi bahaya yang setiap saat dapat meledak sebagai pemicu terjadinya konflik terbuka. Kenyataan ini yang terjadi di NTT khususnya di Desa Wulandoni dan Pantai Harapan.
adat yang selama ini dihidupi. Namun hal ini dapat memicu konflik baru di negeri bersuku-suku, seperti Flores dan Lembata yang dapat mengklaim sebagai yang paling berhak dalam era desa adat. Oleh karena itu, perlu adanya dialog yang meluruskan cerita yang berbeda serta perlu dipupuki kesatuan sosial atau loyalitas ganda untuk menata suatu desa “formal”. Sehingga, interaksi antar masyarakat desa dapat semakin intens dan loyalitas pun akan meluas karena mereka tidak terbatas pada kesatuan desa, tetapi kesatuan antar warga di desa lain. Oleh sebab itu, mereka harus sadar bahwa loyalitas ganda dapat menjadi peredam karena upaya perdamaian akan lebih kuat dari peperangan karena dinetralisasi oleh loyalitas tersebut.
Pada akhirnya, untuk mendeteksi munculnya konflik dan strategi untuk meredamnya, baik desa “formal” maupun desa adat yang merupakan “ujung tombak” otonomi harus dibekali kepiawaian dalam resolusi konflik. Hal inilah yang harus menjadi fokus perhatian . Konflik tanah menyadari bahwa resolusi menjadi urgensi yang harus disikapi. Tidak hanya melerai namun sebagai antisipatif membuka narasi dialog agar memungkinkan muncul sebuah perdamaian dan harmonisasi yang lebih berkualitas.
Sumber : Harian Kompas Hal.7 (Sabtu, 6 September 2014)
MK SOSIOLOGI UMUM Tanggal: 11 September 2014 Nama : Fikri Mauli Utomo (H34140076)
Ruang: CCR.1.08 (R05.2)
Praktikum III Analisis Realitas Sosial “DRUG TRAFFICKER” DARI CIANJUR
Oleh :
Irfan Budiman, Rian Suryalibrata, dan Upik Supriyatun
Nama Asisten:
3. Ade Brian Mustafa (A14120014) 4. Versanudin Hekmatyar (I34110019)
Ikhtisar:
mengedarkan narkoba yang awalnya ia hanya sebagai kurir kemudian berubah menjadi drug trafficker. Hal ini dilakukan Ola dengan terpaksa karena bila ia tidak melakukan pekerjaan ini maka ia akan disiksa terus-menerus oleh Tony.
Seiring berjalannya waktu, dua sepupu Ola, Melisa Aprilia alias Rani dan Deni mengikuti jejak Ola sebagai kurir narkoba internasional dikarenakan mereka telah meminjam sejumlah uang kepada Tony. Pada awalnya pekerjaan mereka berjalan dengan lancar, dan mereka telah berhasil mengedarkan narkoba ke berbagai daerah di Indonesia hingga ke luar negeri. Namun, pada tanggal 12 Januari 2003 perjalanan mereka berakhir di Pacific yang akan terbang ke London. Pada hari yang sama, Tony dan empat temannya tewas akibat baku tembak dengan polisi di Cipete, Jakarta Selatan. Akibat perbuatannya akhrinya Ola dan kedua sepupunya divonis hukuman mati. dengan Mr.x saat menjadi disc jocker
Rosyati merupakan tetangga Ola dan Tony di Bogor
Alex Bambang Riatmodjo merupakan Kepala Kepolisian Kota Besar Bandung
Asep Iwan Iriawan merupakan ketua majelis hakim Pengadilan Negeri Tanggerang
Ola bekerja sebagai disc jocker untuk menghidupi
Rani dan Deni melakukan pekerjaan sebagai kurir narkoba untuk melunasi hutang-hutang mereka (Tindakan Instrumental)
Hakim dan jaksa memvonis Ola dan dua sepupunya dengan hukuman mati (Tindakan Berorientasi Nilai)
Polisi menembak mati Tony dan empat temannya
4. Aras Masalah Sosial, KDRT yang selalu dilakukan Tony kepada Ola untuk mewujudkan keinginannya serta Ola yang hamil diluar nikah sehingga menyebabkan anaknya tidak mempunyai ayah yang sah secara hukum.
5. Aras Institusi, Pengadilan melalui putusan hakim memvonis Ola dan kedua sepupunya dengan hukuman mati, jaringan sindikat pengedar narkoba internasional yang dipimpin oleh Tony asal Nigeria, serta tindakan Kepolisian menembak mati Tony dan empat temannya karena dianggap berbahaya juga menangkap Ola dan dua sepupunya kedalam penjara.
6. Kekuasaan
Deni juga harus tunduk dengan perintah Tony agar dapat membayar hutang-hutang mereka
Ola, Rani, dan Deni harus tunduk dengan putusan pengadilan untuk dihukum mati
7. Kebudayaan
Ola yang hamil diluar nikah dan KDRT yang dilakukan oleh Tony kepada Ola merupakan nilai atau norma yang menyimpang dari adat dan kebiasaan masyarakat Indonesia.
8. Pendekatan Objektif (Durkheim)
Menurut Alex Bambang Riatmojo, ia tak percaya kalau keterlibatan Ola dalam perdagangan narkotika selama ini dengan terpaksa, karena jika terpaksa itu tidak akan keterusan dan ia pantas dihukum mati.
9. Pendekatan Subjektif (Weber)