• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN DAN PENDAHULUAN DAN NEFROLITIASIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN DAN PENDAHULUAN DAN NEFROLITIASIS"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITIASIS

A. KONSEP DASAR 1. Definisi

Dijelaskan pada (http://perawathati.blogspot.com) nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin).

Batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih batu didalam pelvis atau kaliks dari ginjal dan merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih (http://ejournal.unsrat.ac.id).

Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011:65).

Mary Baradero (2009:59) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.

Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011:108).

Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan mengalir bersama urine (Susan Martin, 2007:726).

(2)

2. Anatomi Fisiologi a. Ginjal

Menurut Mary Baradero (2008:2) ginjal terletak dibelakang peritoneum parietal (retro-peri-toneal), pada dinding abdomen posterior. Ginjal juga terdapat pada kedua sisi aorta abdominal dan vena kava inferior. Hepar menekan ginjal ke bawah sehingga ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri. Ukuran setiap ginjal orang dewasa adalah panjang 10 cm, 5,5 cm pada sisi lebar, dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150 g (Arif Muttaqin, 2011:3). Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua (Syaifuddin, 2006:237). Tarwoto (2009:314) menjelaskan ginjal disokong oleh jaringan adipose dan jaringan penyokong yang disebut fasia gerota serta di bungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna untuk mempertahankan ginjal, pembuluh darah, dan kelenjar adrenal terhadap adanya trauma.

(3)

2008:5). Nefron jukstamedular adalah nefron yang terletak di korteks renal sebelah dalam dekat medulla (Arif Muttaqin, 2011:5).

b. Bagian – Bagian dalam Ginjal

Menurut Tarwoto (2009:314) ginjal terdiri dari 3 area yaitu: 1) Korteks

Korteks merupakan bagian paling luar ginjal, dibawah fibrosa sampai dengan lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari 1 juta. Semua glomerulus berada di korteks dan 90% aliran darah menuju korteks.

2) Medula

Medulla terdiri dari saluran-saluran atau duktus collecting yang disebut pyramid ginjal yang tersusun antara 8-18 buah.

3) Pelvis

Pelvis merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang kemudian bergabung menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kaliks minor bergabung menjadi kaliks mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor bergabung menjadi pelvis ginjal yang berhubungan dengan ureter bagian proksimal.

c. Fungsi Ginjal :

Menurut Syaifuddin (2006:237) ginjal memilki beberapa fungsi, yaitu: 1) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh

akan di ekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative normal. 2) Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan

(4)

meningkatkan/mengurangi ekskresi ion-ion yang penting (misalnya Na, K, Cl, dan fosfat).

3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh. Menurut Tarwoto (2009:318) Pengendalian asam basa oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urin yang urin atau basa, melalui pengeluaran ion hydrogen atau bikarbonat dalam urin.

4) Ekskresi sisa metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).

5) Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon renin yang berperan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldosteron), membentuk eritropoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis). Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsiferol(vitamin D aktif) yang diperlukan untuk mengabsorbsi ion kalsium di usus.

d. Aliran darah di Ginjal dan Persarafan Ginjal

Menurut Arif Muttaqin (2011:6) ginjal menerima sekitar 1.200 ml darah per menit atau 21 % dari curah jantung. Aliran darah yang sangat besar ini tidak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal dapat secara terus-menerus menyesuaikan komposisi darah. Dengan menyesuaikan komposisi darah, memastikan keseimbangan natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfat, dan pH serta membuang produk-produk metabolisme urea.

(5)

membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman. Disini terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis mauk ke vena kava inferior.

e. Persyarafan Ginjal

Menurut Syaifuddin (2006:240) ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Diatas ginjal ini terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini merupakan sebuah kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormon kortison.

f. Proses Pembentukan Urin

Menurut Syaifuddin (2006:239) ada 3 tahap dalam pembentukan urine, yaitu :

1) Proses filtrasi

Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan bagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll, yang diteruskan ke tubulus ginjal.

2) Proses reabsorpsi

(6)

diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

3) Proses sekresi

Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.

g) Ureter

Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih (Arif Muttaqin, 2011:17). Panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6mm. berjalan mulai dari pelvis renal setinggi lumbal ke 2 (Tarwoto, 2009:323).

Menurut Syaifuddin (2006:241) lapisan dinding ureter terdiri dari : 1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

2) Lapisan tengah lapisan otot polos 3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi kontraksi otot polos yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong mengeluarkan sumbatan tersebut dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter (Arif Muttaqin, 2011:17).

(7)

kemih. Normalnya ureter berjalan secara obliquesepanjang beberapa sentimeter menembus kandung kemih yang disebut dengan ureter intramural.

h) Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )

Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi/berkemih (Arif Muttaqin, 2011:18).

Menurut Tarwoto (2009:325) kapasitas maksimum kandung kemih pada oran dewasa sekitar 300-450 ml, dan anak-anak antara 50-200 ml. Pada laki-laki kandung kemih berada dibelakang simpisis pubis dan didepan rektum, pada wanita kandung kemih berada dibawah uterus dan didepan vagina. Pada keadaan penuh akan memberikan rangsangan pada saraf aferen ke pusat miksi sehingga terjadi kontraksi otot detrusor yang mendorong terbukanya leher kandung kemih, sehingga terjadi proses miksi. Fungsi utama dari ginjal adalah menampung urin dari ureter dan kemudian dikeluarkan melalui uretra. Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan jaringan, yaitu:

1) Lapisan paling dalam adalah mukosa yang menghasilkan mukus. 2) Lapisan submukosa adalah lapisan otot polos yang satu sama lain

membentuk sudut disebut otot detrusor. 3) Lapisan paling luar adalah serosa. i) Uretra

(8)

uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior (Arif Muttaqin, 2011:20). Adanya sfingter uretra interna yang dikontrol secara involunter memungkinkan pengeluaran urine dapat dikontrol. Pada pria saluran ini juga berfungsi sebagai tempat menyalurkan air mani (Tarwoto,2009:327).

j) Proses Berkemih

Menurut Tarwoto (2009:326) urine diproduksi oleh ginjal sekitar 1 ml/menit, tetapi dapat bervariasi antara 0,5-20 ml/menit. Aktivitas saraf parasimpatis meningkatkan frekwensi peristaltik dan stimulasi simpatis menurunkan frekwensi. Banyaknya aliran urine pada uretra di pengaruhi oleh adanya obstruksi Karena konstriksi ureter dan juga kontriksi arterior afferen yang berakibat pada penurunan produksi urine, demikian juga pada adanya obstruksi ureter karena batu.

Kandung kemih dipersarafi oleh saraf dari pelvis , baik sensorik maupun motorik. Pengaktifan saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi dari otot detrusor. Normalnya spinter interna pada leher kandung kemih berkontraksi. Sedangkan spinter eksterna dikontrol berdasarkan kesadaran (volunter), dipersarafi oleh nervus pudendal yang merupakan serat saraf somatik.

Menurut Syaifuddin (2006:247) kontrol volunter ini hanya mungkin bila saraf-saraf yang menangani kandung kemih uretra, medulla spinalis dan otak, bila tidak maka terjadi inkontinensia urine.

3. Etiologi

Menurut Kartika S. W. (2013:183) ada beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya batu pada ginjal, yaitu :

(9)

b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air (bila jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang bergerak).

Berapa penyebab lain adalah : a. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.

b. Stasis obstruksi urine

Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kencing.

c. Suhu

Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.

(10)

4. Pathway Nefrolitiasis

Infeksi saluran kemih kronik. Gangguan metabolism (paratiroidisme, Hiperuresemia, hiperkalsiuria). Dehidrasi. Benda asing. Jaringan mati.

Inflamasi usus. Masukan vitamin D yang berlebihan.

Inflamasi/Peradangan

Intoleransi Aktivitas Nyeri akut

Presepsi nyeri Rangsangan terhadap mediator reseptor nyeri

Cema Resiko infeksi

Pengendapan garam mineral. Infeksi. Mengubah pH urin dari asam menjadi

alkalis.

Pembentukan batu di ginjal (Nefrolitiasis)

Obstruksi/Penyumbatan di ginjal

Peningkatan distensi abdomen

Anoreksi a

Output berlebihan

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(11)

5. Gambaran klinis

Keluhan pada penderita nefrolitiasis yaitu :

a. Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costovertebral.

b. Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik (http://mantrinews.blogspot.com)

c. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik.

d. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih: demam dan menggigil.

e. Gejala gastrointestinal, meliputi: 1) Mual

2) Muntah

3) Diare (Nursalam, 2011:67)

6. Komplikasi

Menurut (Nursalam, 2011:67) komplikasi yang disebabkan dari batunefrolitiasis adalah:

a. Sumbatan: akibat pecahan batu

b. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi. c. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan

dan pengangkatan batu ginjal

(12)

7. Test Diagnostik

Menurut (http://mantrinews.blogspot.com) ada beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :

a. Urin

1) PH lebih dari 7,6

2) Sediment sel darah merah lebih dari 90% 3) Biakan urin

4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat b. Darah

1) Hb turun 2) Leukositosis 3) Urium kreatinin

4) Kalsium, fosfor, asam urat c. Radiologi

1) Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu 2) USG abdomen

3) PIV (Pielografi Intravena)

4) Sistoskpi (Mary Baradero, 2008:61)

9. Penatalaksanaan

Menurut ((http://mantrinews.blogspot.com) penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu:

a. Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hr.

(13)

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.

c. Tindakan bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:

(14)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut Asmadi (2008:167) pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini.

Menurut (http://www.dostoc.com) pengumpulan data pada klien dengannefrolitiasis :

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi, diagnose medis, dan tanggal medis.

2) Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini. Menurut (Arif Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST.

Tabel 2.1 Pengkajian Nyeri dengan pendekatan PQRST

Pengkajian Teknik Pengkajian, Prediksi Hasil, dan implikasi Klinis

Provoking Incident

(15)

Quality of pain

Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos system kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik tersebut menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensai nyeri. Nyeri non-kolik terjadi akibat peregengan kapsul ginjal karena terjadi terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Bila nyeri

mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri diseluruh area kostovertebral dan keluhan gastrointestinal seperti mual dan muntah. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex retrointestinal dan proksimitas anatomi ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar.

Region, radiation, relief

(16)

Severity (scale) of pain

Pasien bisa ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 dan pasien akan menilai seberapa jauh yang dirasakan.

0= Tidak ada nyeri 1= Nyeri ringan 2= Nyeri sedang 3= Nyeri berat

4= Nyeri berat sekali/tak tertahan

Skala nyeri pada kolik batu ginjal secara lazim berada pada posisi 3 di rentang 0-4 pengkajian skala nyeri.

(17)

3) Riwayat Kesehatan

Menurut (http://perawathati.blogspot.com) riwayat kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu :

a) Riwayat penyakit sekarang.

Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.

b) Riwayat penyakit dahulu.

Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.Menurut Kartika S. W. (2013:137) kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit bedah usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium, bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin D.

c) Riwayat penyakit keluarga.

Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua.

d) Riwayat Psikososial

Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum. Menurut Arif Muttaqin (2011:112) pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan pemerikasaan awal pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian psikososialspiritual yang seksama.

2. Pola-pola Fungsi Kesehatan

(18)

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup

Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada ginjal.

Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, terjadi abdominal, penurunan bising usus (Kartika S. W., 2013:187).

c. Pola aktivitas dan latihan

Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal.

d. Pola eliminasi

Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam saluran kemih, BAK normal.

e. Pola tidur dan istirahat

Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya.

f. Pola persepsi dan konsep diri

Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.

g. Pola sensori dan kognitif

Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.

(19)

Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.

i. Pola hubungan peran

Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan.

j. Pola penaggulangan stress

Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress muncul.

k. Pola nilai dan kepercayaan

Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh.

3. Pemeriksaan Fisik Fokus

Menurut Arif Muttaqin (2011:113) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasisdidapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, dan lemah.

a. Inspeksi

Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah.

b. Palpasi

Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.

c. Perkusi

(20)

4. Diagnosa Keperawatan a. Ansietas

b. Risiko Infeksi c. Nyeri Akut

d. Intoleransi Aktivitas

(21)

5. Rencana Tindakan Kepertawatan

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil Intervensi

Kecemasan berhubungan dengan

Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress,

perubahan status kesehatan, ancaman kematian,

perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

DO/DS:

 Insomnia

 Kontak mata kurang

 Kurang istirahat

 Berfokus pada diri sendiri

 Anoreksia, mulut

kering

 Peningkatan TD,

denyut nadi, RR

 Kesulitan bernafas

 Bingung

 Bloking dalam

pembicaraan

mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

 Mengidentifikasi,

mengungkapkan dan menunjukkan tehnik

untuk mengontol

1. Gunakan pendekatan

yang menenangkan

2. Nyatakan dengan jelas

harapan terhadap pelaku pasien

memberikan keamanan dan mengurangi takut

8. Dengarkan dengan

(22)

Diagnosa

Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi

Faktor-faktor risiko :  Prosedur Infasif

 Tidak adekuat

pertahanan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama……...pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:

 Klien bebas dari

tanda dan gejala infeksi

 Menunjukkan

kemampuan untuk

mencegah timbulnya

infeksi

 Jumlah leukosit dalam

batas normal

 Menunjukkan perilaku

hidup sehat

7. Tingkatkan intake nutrisi

8. Berikan terapi

antibiotik:... ...

9. Monitor tanda dan

gejala infeksi sistemik dan lokal

12. Monitor adanya luka 13. Dorong masukan cairan 14. Dorong istirahat

15. Ajarkan pasien dan

keluarga tanda dan gejala infeksi

16. Kaji suhu badan pada

(23)

Diagnosa

Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akutberhubungan dengan:

Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan

DS:

 Laporan secara

verbal

 Gangguan tidur

(mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

 Terfokus pada

diri sendiri

distraksi, contoh : jalan-jalan,

menemui orang lain dan/atau aktivitas,

Setelah dilakukan

tinfakan keperawatan selama

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

 Melaporkan

bahwa nyeri

berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri

 Mampu mengenali

nyeri (skala,

intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal

dari ketidaknyamanan

3. Bantu pasien dan keluarga

untuk mencari dan menemukan dukungan

4. Kontrol lingkungan yang

dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

5. Kurangi faktor presipitasi

nyeri

6. Kaji tipe dan sumber nyeri

untuk menentukan intervensi

7. Ajarkan tentang teknik non

farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin

8. Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri:

……...

9. Tingkatkan istirahat

10. Berikan informasi tentang

nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

(24)

aktivitas berulang-ulang)

 Respon

autonom (seperti diaphoresis,

perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)

 Perubahan

autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

 Tingkah laku

ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis,

waspada, iritabel, nafas

panjang/berkeluh kesah)

 Perubahan

(25)

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas Gaya hidup yang dipertahankan.

 Adanya dyspneu

atau

ketidaknyamanan saat beraktivitas.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama

…... ....Pasien

bertoleransi terhadap

aktivitas dengan Kriteria Hasil :

 Berpartisipasi dalam

aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

 Mampu melakukan

aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

 Keseimbangan

aktivitas dan istirahat

1. Observasi adanya

pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

2. Kaji adanya faktor yang

menyebabkan kelelahan

3. Monitor nutrisi dan

sumber energi yang adekuat

4. Monitor pasien akan

adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

5. Monitor respon

kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

6. Monitor pola tidur dan

lamanya tidur/istirahat pasien

7. Kolaborasikan dengan

Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

10. Bantu untuk

mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

11. Bantu untuk

(26)

DO :

 Respon abnormal

dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas

 Perubahan ECG :

aritmia, iskemia

aktivitas seperti kursi roda, krek

12. Bantu untuk

mengidentifikasi aktivitas yang disukai

13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

16. Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi diri dan penguatan

17. Monitor respon fisik,

(27)

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi. DS:

 Nyeri abdomen

 Muntah

 Kejang perut

 Rasa penuh

tiba-tiba setelah makan

DO:

 Diare

 Rontok rambut

yang berlebih

 Kurang nafsu

makan

 Bising usus

berlebih

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama…...nutrisi kurang teratasi dengan indikator:

 Albumin serum  Pre albumin serum  Hematokrit

bagaimana membuat

catatan makanan

harian

5. Monitor adanya

penurunan BB dan gula darah

6. Monitor lingkungan selama makan

7. Jadwalkan

pengobatan dan

tindakan tidak selama jam makan

8. Monitor turgor kulit

9. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht

10. Monitor mual dan

muntah

11. Monitor pucat,

kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtiva

12. Monitor intake nuntrisi 13. Informasikan pada

klien dan keluarga

tentang manfaat

nutrisi

(28)

 Konjungtiva pucat

 Denyut nadi

lemah

dokter tentang

kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.

15. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan

16. Kelola pemberan anti emetik:...

17. Anjurkan banyak

minum

18. Pertahankan terapi IV

line

19. Catat adanya edema,

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

PERHATIAN: Pemilihan sarung tangan spesifik untuk aplikasi tertentu dan lama pemakaiannya di tempat kerja harus juga memperhitungkan seluruh faktor di tempat kerja, seperti

Tampilan Menu FrmUtama merupakan awal dimulainya proses informasi atau desain yang akan ditampilkan setelah Form Login, pada tampilan ini terdapat menu file yang terdiri dari

Berdasarkan hasil analisis data di Kantor Pelayanan Pajak Kepanjen terbukti ada pengaruh yang signifikan antara variabel budaya organisasi berorientasi kepada

Penentuan jenis kelamin pada khuntha> merupakan kemaslahatan pada tingkatan qat}‘i>, memastikan dan menentukan jenis kelamin khuntha> sebagai laki-laki

Akan tetapi, informasi pada situs OGSA-DAI sebagai acuan utama penulis tidak diberikan secara detil dalam hal pustaka yang terkait dengan sistem operasi dan paket GT yang

Kami memahami kebimbangan anda dan kami prihatin dan sedia membantu dengan pelan bantuan yang bersesuaian dengan keperluan kewangan anda. Sekiranya kami tidak

Mapping Penempatan Perawat sesuai Area Praktik ASSESMEN KOMPETENSI Proses Kredensial Pemberian Penugasan Klinis Penugasan kerja sesuai area praktiknya Pelaksanaan