• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEREMPUAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEREMPUAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AL"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e

PEREMPUAN DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DI KAWASAN SUAKA MARGA SATWA MAMBERAMO FOJA :

Oleh Aser M Rumboirusi

Abstrak

(Mengenal Kawasan Suaka Marga Satwa Mamberammo Foja)

SM Mamberamo Foja merupakan salah satu kawasan konservasi dari 17 kawasan konservasi di Papua. Luas SM Mamberamo Foja adalah 2. 018,000 ha atau 45, 46 % dari luas total kawasan konservasi di Papua, ini merupakan luas kawasan SM terluas di Indonesia. SM Mamberamo Foja di tetapkan berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor : 782/Kpts/UM/10/1982 tanggal 21 Oktober 1982. Tercatat ada 11 kabupaten yang berada didalam kawasan SM Mamberamo Foja. Sungai Mamberamo ini terdapat disekitar Komplek pegunungan Foja-Gautier yang belum terjamah dan merupakan pegunungan tertinggi di daerah ini (2.193 m dpl) yang membentuk bagian tengah dari Suaka Margasatwa Mamberamo Foja.

(2)

2 | P a g e PENGANTAR

Wilayah yang kaya dengan sumber daya alam baik keberagaman hayati maupun non hayati, ini telah menghidupi penduduk Mamberamo selama berpuluh generasi terutama melalui pemanfaatan dan pengelolahan tanah, hutan dan air. Secara turun temurun perempuan Mamberamo memperoleh manfaat dari sumber daya alam, tanah, hutan dan air untuk keberlangsungan diri, keluarga dan komunitasnya. Kehidupan yang dekat dengan alam membuat mereka memiliki pengetahuan serta kemampuan pengelolaan tanah, hutan dan air yang khas berdasarkan pengalaman dan kesepakatan social dalam masyarakat asal mereka.

Dalam konteks pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA), perempuan Mamberamo tidak hanya memiliki identitas sebagai ibu rumah tangga dan istri tetapi, mereka juga adalah petani, nelayan, ataupun pengusaha pengumpul hasil hutan yang dengan kegiatannya telah menghasilkan pendapatan untuk keberlanjutan kehidupan diri dan keluarganya. Namun sayangnya peran perempuan dalam pengelolaan SDA sering terlupakan dan tidak mendapat perhatian. Hal ini terlihat pada program – program pembangunan dan kebijakan – kebijakan yang belum mengakomodir peran perempuan dalam pengelolaan SDA, misalnya belum dilibatkannya perempuan secara maksimal dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak pada hilangnya ruang sumber mata pencahariaan perempuan dalam pengelolaan SDA.

Sementara itu sebagian besar penduduk ini menghuni wilayah – wilah disepanjang sungai dengan karasteristik mata pencaharian subsistence dalam sector pertanian, perikanan tangkap, berburu, mengumpulkan hasil di alam, dan mengolah sagu. Para perempuan Mamberamo dalam komunitas lokal kerapkali diposisikan sebagai penyedia pangan oleh peran gender tradisional, mereka juga sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak dan mengurus rumah tangga. Laki – laki kerapkali dipandang sebagai pencari nafkah utama (jika ada pekerjaan) dan umumnya mereka memainkan peran utama dalam pengambilan keputusan mengenai sumber daya alam.

Perempuan Mamberamo biasa bercocok tanam, menangkap ikan disungai, menokok sagu, mengumpulkan kerang, kepiting, udang, mereka meramu berbagai bahan makanan di hutan atau kombinasi keduanya. Mereka bahkan terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan kegiatan ekonomi yang lebih luas. Menyediakan makanan bagi keluarga dan menambah uang tambahan dari hasil kebun, perikanan tangkap,hasil kerang dan kepiting maupun hasil meramu dihutan. Peran mereka juga memastikan keberlanjutan kehidupan keluarga.

(3)

3 | P a g e

Perempuan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan tentang control atas tanah dan sumber daya alam dimana didominasi oleh laki – laki yang dilatarbelakangi oleh budaya dan norma – norma yang berlaku di masyarakat.

Hal ini berarti peran perempuan terhadap keberlanjutan kehidupan komunitas diremehkan atau diabaikan. Ketika tanah dan sumberdaya alam milik komunitas diambil alih untuk produksi komersil akibatnya perempuan bisa bernasib lebih buruk dari laki – laki. Peran domestic perempuan dalam keseharian mengharuskan perempuan bersentuhan dengan sumber daya alam dan hutan. Mengingat pentingnya peran yang dimilikinya secara turun temurun dalam pengelolaan sumber daya alam, maka menjadi sangat penting untuk melibatkan perempuan dalam proses perencanaan dan pengelolaan wilayah terutama yang menyangkut pengelolaan SDA.

“ Mamberamo Dalam Prespektif Gender Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam”

A. PERAN PEREMPUAN MAMBERAMO SEBAGAI SUMBER KEHIDUPAN DALAM MENCIPTAKAN KETAHANAN KELUARGA.

Ketahanan keluarga yang dimaksud disini adalah kondisi dinamis suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguan secara fisik material, pisikis, mental spiritual dan hidup mandiri dengan keluarganya serta harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Perempuan dalam keluarga adalah sosok unik yang bukan secara kodrat mampu mengandung dan melahirkan, tetapi juga dengan ikhlas menjaga, memelihara melindungi dan memberi kasih sayang kepada anka – anak, menjadi teman bermain dan bercanda. Dengan penuh rasa cinta, seorang perempuan akan menghibur anaknya jika sedih dan merasa putus asa.

Perempuan menjadi tulang punggung keluarga dengan semua aktifitas mereka dalam kehidupan kesehariannya. Mereka memiliki tanggung jawab yang boleh dikatakan hampir sempurna, mengurus suami dan anak – anak, mengurus pekerjaan dapur, berladang, mengumpulkan kayu bakar, menimba air, meanangkap ikan, menokok sagu, mengumpulkan bahan makanan dari hutan. Mereka juga terlibat dalam perekonomian keluarga dengan membawah hasil yang dapat dijual ke pasar seperti pinang, sayuran serta hasil buruan.

Rendahnya tingkat pendidikan dan buta huruf pada perempuan hampir disemua kampung – kampung disepanjang sungai Mamberamo menjadi factor penting membuat mereka berada dalam siklus hidup seperti itu selain factor social budaya yang menempatkan perempuan pada posisi yang terabaikan, system nilai budaya seperti (perkawinan poligami) dengan system

tukar mengharuskan perempuan wajib memiliki anak atau memberi keturunan kepada laki –

(4)

4 | P a g e

Pertama : dalam keagamaan perempuan menjadi contoh bagi anak – anak, ketekunan ibu dalam beribadah, berperilaku baik, akan membawah pengaruh sangat besar kepada anak – anak mereka.

Kedua : dalam pelaksanaan cinta kasih ibu adalah pelopor utama dalam kehidupan sehari – hari dengan memberi kasih sayang dan perlindungan kepada anak.

Ketiga : Fungsi sosialisasi dan pendidikan secara kearifan lokal menempatkan perempuan sebagai actor utama karena setiap aktivitas yang dilakukan oleh perempuan biasanya dilakukan bersama anak – anak mereka, seperti berladang, menokok sagu, mengumpulkan kayu bakar, menimba air, memasak, menyiapkan pangan keluarga, memelihara dan merawat anak. Kegiatan ini telah menjadi rutinitas perempuan yang secara tidak langsung menjadi pembelajaran bagi anak – anak mereka dikemudian hari.

Keempat : Peran perempuan dalam mengambil keputusan untuk mengurus dan mengatur urusan rumah tangga, belanja kebutuhan dasar, mengganti perabot rumah tangga, pakaian, kebutuhan air bersih makan, minum, menyiapkan pangan untuk keluarga, mengumpulkan kayu bakar, perempuan memilih, mengambil, menyimpan kebutuhan keluarga, dan menjalankannya akan ditiru oleh anak – anak mereka. Seorang ibu yang memiliki kebiasaan baik akan ditirukan oleh anak – anaknya.

B. Ruang Kelola Perempuan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam.

(5)

5 | P a g e

C. Peran Ganda

Peran ganda adalah peran lebih yang dijalankan dalam waktu yang bersamaan sebagai istri, ibu bagi anak – anak. Pemenuhan kebutuhan pangan anak – anak, ekonomi keluarga.

Peran Domestik : 1. Peran Sebagai Ibu

Perempuan secara kodrat memiliki peran reproduksi yaitu : melahirkan, menyusui, mengasuh, memelihara anak serta sebagai istri memiliki tanggung jawab untuk melayani suami tetapi harus memperhatikan anak – anak menyiapkan makan pagi seperti : rebus/bakar pisang, bakar sagu, angkut air dari sungai untuk kebutuhan masak dan minum, menyiapkan makan malam dan melayani suami.

2. Tenaga Kerja Produktif

Perempuan pada peran domestic areanya sperti : menangkap ikan, mengumpulkan kayu bakar, menimbah air disungai, menokok sagu, berladang, mengumpulkan hasil alam, menjual hasil seperti pinang dan sayuran ke pasar di Ibu Kota Kabupaten (Kasonaweja) telah menjadi rutinitas perempuan di Mamberamo. Mereka juga terlibat aktif dalam kegiatan – kegiatan kerja buruh pikul bahan bangunan (material) apabila dibutuhkan dalam proses – proses pembangunan di Kampung.

3. Pilar Ketahanan Pangan

(6)

6 | P a g e

Table 2 Pola Dan Jenis Makanan Dikonsumsi

No Waktu Jenis Makanan Pengelolaan

1 Pagi Pisang + sagu Rebus,

Pola makan : pemilihan, pengelolaan serta pengetahuan gizi dan pola makan menjadi factor kunci dari rendahnya gizi pada Ibu dan anak, namun demikian perlunya penelitian secara spesifik mengenai kandungan gizi dari jenis makanan yang dikonsumsi sehingga dapat diketahui nilai gizi yang terkandung didalamnya. Table ini berfungsi untuk memberi gambaran tetang apa yang dikonsumsi, waktu konsumsi serta cara pengelolaannya.

Pola makan ini terjadi berdasarkan efisiensi ketersediaan kebutuhan dasar rumah tangga, ketersediaan pangan, pengetahuan perempuan dalam mengelolah hasil makanan serta pengetahuan tentang nilai gizi. Dari pola makan diatas terlihat bahwa jenis makanan yang dikonsumsi tiap keluarga lebih bervariasi terjadi pada malam hari yaitu : pisang, papeda, ikan dan sayuran.

Hal ini terjadi karena kebutuhan pangan tambahan seperti sayuran dan ikan terpenuhi dengan aktifitas yang dilakukan di siang hari seperti : meramu sayuran di hutan : (paku – pakuan, jamur, genemo atau mengambil hasil kebun : daun pepaya, petatas, singkong, gedi). Kegiatan menangkap ikan disungai menjadi rutinitas perempuan untuk hidangan pelengkap. Hasil ini diolah untuk dikonsumsi keluarga di malam hari. Sagu dan pisang menjadi sumber karbonhidrat utama selain beras yang diperoleh apabila mereka memiliki cukup uang.

4. Perempuan Dan Pendidikan

(7)

7 | P a g e

Perempuan sebagai seorang ibu memainkan peran penting dalam pendidikan anak – anak mereka dengan memenuhi kebutuhan mereka. orang tua biasanya pergi menetap bersama anaknya di pusat – pusat kabupaten untuk menyekolahkan anak atau mereka akan mengumpulkan hasil makanan seperti sagu, pisang dan ikan untuk di bawah ke Ibu Kota Kabupaten tempat dimana anak – anak mereka tinggal dan bersekolah.

5.

Perempuan Dan Kesehatan

(8)

8 | P a g e

Dari uraian kondisi kesehatan diatas maka, dapat dibuat table analisa sederhana tentang masalah, potensi dan solusi atau kebutuhan sebagai berikut :

Table 3 Identifikasi Dan Analisis Permasalahan Kesehatan

(9)

9 | P a g e

D.

AKSES PEREMPUAN MAMBERAMO TERHADAP SUMBER DAYA ALAM DAN HUTAN ( Sungai, Kebun, Dusun Sagu

Dan Hutan)

Perempuan Dan Wilayah Perairan

: Perempuan di Mamberamo menangkap ikan dengan alat tangkap jaring dan pancing, mereka bahkan terlihat lebih terampilan dibandingkan laki - laki. Di sungai – sungai kecil saat air surut mereka menangkap ikan dengan cara meracuni ikan dengan jenis tanaman tertentu (akar tuba). Saat air surut sungai – sungai kecil akan membentuk kolam – kolam yang merupakan wadah tempat ikan berlindung. Perempuan – perempuan di Kampung Suaseso dan Kapeso yang tinggal disekitar Danau Rombebay, mereka sangat terampil dalam menggunakan jaring untuk menangkap ikan di danau. Pada pagi hari mereka akan keluar dengan mendayung perahu ke danau untuk menebar jaring yang kemudian akan diperiksa saat siang atau sore hari hal ini telah menjadi rutinitas mereka dalam pemenuhan pangan keluarga, mereka terlibat juga dalam penangkapan buaya saat – saat musim tertentu. Pada bagian hilir sungai Mamberamo yang bermuara ke laut terdapat Kampung Warembori dan Kampung Yoke. Mereka ini hidup dari hasil laut dan memanfaatkan hasil kerang, kepiting, udang yang sangat melimpah dari hutan – hutan mangrove yang sangat luas. Perempuan – perempuan di kedua kampung ini sangat terampil dalam mengelolah pangan lokal yang selalu dipasarkan di pasar tradisional yang dijual dipelabuhan saat kunjungan kapal – kapal yang berlayar di Mamberamo.

(10)

10 | P a g e

Perempuan Dan Dusun Sagu : meramu sagu dilakukan secara berkelompok 3 – 5 orang atau dilakukan oleh (Keluarga inti). Proses menokok sagu dimulai

dengan memilih sagu yang telah berisi yaitu : dilihat dari tanda seperti telah berbuah dan mulai gugur. Sagu yang telah ditentukan akan ditebang, dibersihkan, dibuka bagian yang akan dipangkur, membuat atau menyiapkan tempat ramas, menokok sagu, peras sari atau tepung sagu dan angkut hasil. Semua pekerjaan ini rata – rata dikerjakan oleh perempuan. Jarak dan akses sangat mempengahrui waktu dan tenaga kerja, jika lokasi sagu yang diolah berada jauh dari kampung maka, kegiatan menokok sagu dapat dilakukan dengan cara menginap dilokasi dusun sagu dengan membuat mekwar atau pondok. Apabila jarak lokasi sagu itu mudah dijangkau maka, akan dilakukan dengan pola pergi – pulang. Jangka waktu sehari kerja dapat menokok 1 meter batang sagu, hasil yang sudah dipangkur biasanya langsung diperas untuk memperoleh tepung sagu berat isi tepung sagu yang diperoleh dari 1 meter batang sagu yang dipangkur ±20 - 30kg. Hasil tepung sagu ditampung di wadah berupa noken karung atau bai. 20 – 30kg tepung sagu yang dihasilkan dapat dikonsumsi dalam jangka waktu 1 – 2 minggu. Rata – rata 1 pohon sagu berukuran 7 – 8 meter dapat dikerjakan dalam jangka waktu 1 – 2 minggu dengan hasil ±100 kg tepung sagu yang dapat di konsumsi dalam jangka waktu ± sebulan.

(11)

11 | P a g e

(BPHKH/2011) menyatakan bahwa pada dasarnya keberadaan masyarakat disekitar hutan sendiri sangat penting, demikian juga dengan komunitas wilayah hutan yang dikelola secara kolektif berdasarkan aturan adat namun tidak memberikan akses kepemilikan tanah secara perorangan kepada perempuan.

Misalnya Janda yang menjadi kepala rumah tangga. Contoh Kasus di Kampung Murumere yang terjadi pada Ibu Sara Sawoti seorang janda yang menjadi kepala rumah tangga mendapat hak pengelolaan dari ulayat atau dusun suami, mewarisi kebun – kebun milik suami untuk dikelolah dan dimanfaatkan bagi kelangsungan hidup anak – anaknya sedangkan hak milik tetap berada pada kelompok kerabat marga dari suaminya.

Hutan memiliki nilai penting bagi perempuan karena menyimpan banyak potensi seperti meramu jenis sayuran, paku – pakuan, jamur, genemo selain itu pada saat musim tertentu perempuan akan meramu telur ayam hutan.

E. Pola Pengambilan Keputusan antara Laki – Laki Dan Perempuan

Bagaimana peran laki – laki dan perempuan dalam membuat keputusan – keputusan secara strategis dalam berbagai kehidupan. Pola pengambilan keputusan dapat dibuat dalam table sederhana dibawah ini :

Tabel 4 Pola pengambilan Keputusan

No Keputusan Laki - Laki Perempuan L/P

A Bidang Ekonomi Dan Penyediaan Pangan : Menentukan lokasi kebun dikelolah

Mencari bibit untuk pangan (pisang, sayuran dll) Mencari bibit tanaman jangka panjang (pinang, sagu, buah merah dll).

(12)

12 | P a g e Menjual

Menggunakan uang Membeli alat dapur

Membayar biaya sekolah anak Menokok sagu

Menangkap ikan Meramu hasil dihutan

B Pemeliharaan Keluarga (Reproduktif) : Merawat kehamilan dan kelahiran Merawat anak

Membawa anak berobat Menyekolahkan anak Mengumpulkan Kayu Bakar Mengambil air minum

C Bidang Kemasyarakatan :

Menyelenggarakan pesta (acara adat, kegiatan kerohanian)

Kelompok Kerja seperti Kelompok Tani dan sebagainya

Pelatihan – pelatihan

Urus masalah – masalah di masyarakat

Membuat keputusan – keputsan strategis dalam pemanfaatan SDA dan hutan.

Berhubungan dengan pemerintah dan lembaga – lembaga lainnya.

(13)

13 | P a g e

 Merah = Pengikut Kuning = Dominan Hijau = Berimbang

 Laki – laki dan perempuan dalam hal ini tidak hanya suami istri tetapi juga orang tua serta kerabat.

(14)

14 | P a g e

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Dari hasil uraian diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Perempuan memiliki peran secara reproduksi dan produktif

Peran Produktif : Ibu rumah tangga atau perempuan yang berperan penting dalam keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan sebagai istri sekaligus sebagai ibu bagi suami dan anak – anak. Ibu rumah tangga / perempuan memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang ada dalam rumah tangga/area domestic yaitu : merawat anak, memasak, membersihkan rumah, menimbah air, mengumpulkan kayu bakar, menokok sagu, memancing di sungai, berladang serta mengumpulkan hasil di hutan untuk sumber nabati. Perempuan juga berperan aktif dalam ekonomi rumah tangga.

Peran Reproduksi : Perempuan secara kodratnya melahirkan, merawat, memlihara dan memberi perhatian dan kasih sayang kepada anak – anak mereka, bahwa dalam kenyataannya mereka memainkan peran ganda tersebut dalam kehidupan keseharian mereka.

2. Perempuan dibatasi secara struktur dan nilai social budaya sehingga tidak memiliki hak dalam membuat dan mengambil keputusan – keputusan yang berhubungan dengan kontrol terhadap sumber daya alam hutan dan tanah serta keputasan strategis lainnya.

3. Perempuan memiliki akses secara nyata bahkan terlihat lebih dominan dari laki – laki pada pemanfaatan sumberdaya alam untuk kebutuhan pangan dan ekonomi yang bersifat subsistance. 4. Berbagai masalah seperti tingginya buta huruf, rendahnya kesehatan ibu dan anak, beban kerja,

kekerasan dalam rumah tangga menjadi resiko yang harus ditanggung oleh perempuan. Saran

Dari hasil temuan diatas maka dapat disarankan beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu : 1. Pemberantasan buta huruf bagi kelompok perempuan

2. Pelatihan ketrampilan bagi kelompok perempuan 3. Pelayanan gizi Ibu dan anak

4. Pelatihan Kader Kesehatan

(15)

15 | P a g e Catatan :

1.

Tulisan ini merupakan catatan harian penulis selama menjadi tenaga peneliti dan fasilitator di kampung

kampung

dampingan Yali

Papua dalam program pengembangan Masyarakat di Kawasan Suaka Marga Satwa Mamberamo Foja.

2.

Beberapa kutipan merupakan data

data sekunder yang penulis kutip dari tulisan

tuliisan tentang Peran Perempuan dan

SDA

3.

Tulisan Ini merupakan artikel biasa bukan tulisan ilmiah sehingga masih jauh dari sempurna namun demikian dapat

bermanfaat dan menjadi sumber informasi bagi mereka yang tertarik dengan kehidupan perempuan dan perannya dalam

pemanfaatan sumber daya alam di Kawasan Suaka Marga Satwa Mamberamo Foja.

Pengalaman adalah guru terbaik karena,

Gambar

Table 2 Pola Dan Jenis Makanan Dikonsumsi
Table 3 Identifikasi Dan Analisis Permasalahan  Kesehatan
Tabel 4 Pola pengambilan Keputusan

Referensi

Dokumen terkait

Secara teknis, pengunaan faktor produksi benih, pupuk kandang, pupuk NPK dan tenaga kerja sudah efisien, sedangkan penggunaan faktor produksi lahan belum efisien

Jika kita mendengar beberapa keterangan dari masyarakat yang sudah pernah bertemu langsung dengan Harimau saat berada didalam hutan maka dapat kita ketahui bahwa

perancangan dan pembuatan sistem ini akan dapat sangat membantu pegawai yang dalam mengelola data perusahaan.. 1.2

Sedangkan Masyarakat Desa adalah suatu perwujudan atau kesatuan geografi, social, ekonomi, politik, dan cultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan

Yazar girişte insan hakları içinde yer alan, birinci ve ikinci kuşak insan haklarından bahsetmiş, birey merkezli olmadığı için üçüncü kuşak insan haklarının

Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Yang Maha Mengetahui yang telah memberi ilmu dan hikmah, sehingga proses penu- lisan dan penerbitan buku yang

Daftar lampiran ... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Hipotesis Tindakan ... Definisi Istilah ... Penegasan Operasional

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris dan mengetahui secara lebih mendalam mengenai seberapa jauh mekanisme Good Corporate Governance (GCG)