• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gery cnth Penerapan konstruksi hijau mk.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gery cnth Penerapan konstruksi hijau mk."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KONSTRUKSI HIJAU PADA BANGUNAN EDUKASI

Disusun oleh: Novalin Yulita Titiheru

(090 212 087)

Di bimbing oleh:

Dr. Ir. Veronica A. Kumurur, M.Si

ABSTRAK

Fakta bahwa pembangunan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa penurunan kualitas lingkungan yang di sebabkan oleh meningkatnya volume limbah yang dihasilkan oleh aktivitas konstruksi. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan yang tepat untuk mengatasi menurunnya ketersediaan sumberdaya alam yang diakibatkan oleh eksploitasi yang tidak bertanggung jawab. Sebuah gagasan yang dianggap berpotensi dapat mengurangi pembuangan limbah adalah dengan menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep ini mengandung tiga pilar utama yang saling terkait dan saling menunjang yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan pelestarian lingkungan hidup. Salah satu terjemahan konsep pembangunan berkelanjutan di tingkat praktis dikenal dengan green construction dimana implementasinya mulai mendapat perhatian dari berbagai pihak. Selain itu juga dibutuhkan proses konstruksi yang bertanggung jawab agar limbah yang dihasilkan seminimal mungkin. Sedangkan tujuan khusus adalah mengembangkan bangunan Edukasi yang didahului dengan mengidentifikasi faktor green pada proses konstruksi.

(2)

BAB 1

PENDAHULUAN

Fenomena pemanasan global yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca di Bumi diyakini oleh para peneliti disebabkan salah satunya adalah pembangunan. Salah satu indikator bahwa bumi tengah mengalami perubahan adalah tingginya konsentrasi karbondioksida (CO2) di udara yang bersifat menghalangi pelepasan panas dari bumi. Kwanda (2003) mengemukakan, konsumsi energi yang besar dengan pertumbuhan 2% per tahun sampai tahun 2020 akan menghasilkan emisi global CO2 dan gas rumah kaca lainnya naik menjadi dua kali lipat dari tahun 1965-1998 yang berdampak pada perubahan iklim dunia. Hal senada juga diungkapkan oleh Salim (2010) yang menyatakan, bila cara-cara pembangunan tetap dilakukan seperti biasanya tanpa perubahan, maka pada tahun 2050 diperkirakan konsentrasi CO2 akan mencapai 500 part per million (ppm) atau menjadi dua kali lipat konsentrasinya bila dibandingkan sebelum revolusi industri. Secara global, Indonesia berada di urutan ke lima dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca atau sekitar 4,63% (World Resources Institute, 2005).

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi ke-13 tentang Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang diselenggarakan di Bali pada bulan Desember 2007, Indonesia sepakat untuk menurunkan konsentrasi CO2 di udara sebesar 26% sampai dengan 41% di akhir tahun 2020 dan disepakati tentang “peta jalur hijau” dengan pola pembangunan abad ke-21 yang berkadar rendah karbon. Indonesia seharusnya tidak terfokus hanya untuk menurunkan konsentrasi CO2 saja, namun tetap melanjutkan aktivitas industri termasuk industri konstruksinya dengan cara-cara yang memperhatikan lingkungan guna menyediakan ruang untuk hidup layak bagi generasi mendatang. Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang dan sedang membangun, telah memiliki cetak biru bagi sector konstruksi sebagai grand design dan grand strategy yang disebut dengan Konstruksi Indonesia 2030.

Undang-Undang No.32 Tahun 2009, Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai : Upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan telah disepakati untuk melaksanakan suatu pola pembangunan baru yang diterapkan secara global yang dikenal sebagai Enviromentally Sound and Sustainable Development (ESSD), yang di Indonesia dikenal sebagai Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan (PBBL) yang didefinisikan sebagai : Pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

(3)

Gambar 1: Ekologis dalam mendukung konsep Green Building (2013)

Sumber : http://www. konsepgreenbuilding .com

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan kesepakatan Indonesia dalam konferensi yang membahas tentang Perubahan Iklim (2007). Bahwa konstruksi Indonesia mesti beriorientasi untuk tidak menyumbangkan terhadap kerusakan lingkungan namun justru menjadi pelopor perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan. Dalam konstruksi Indonesia melakukan promosi sustainable construction melalui penghematan bahan dan pengurangan limbah (bahan sisa) serta kemudahan pemeliharaan bangunan pasca konstruksi.

TUJUAN PENULISAN

Tujuan dalam penulisan ini adalah mengenalkan serta mendukung penerapan

green construction dalam proses pembangunan pada gedung-gedung di Indonesia. Khususnya bangunan Edukasi.

(4)

PEMBAHASAN Apabila dokumen kontrak tidak memuat hal-hal tersebut maka konstruksi hijau akan terwujud jika kontraktor menginginkan suatu nilai dari kegiatan proses konstruksinya.

Definisi tersebut di atas dapat disempurnakan menjadi :Suatu perencanaan dan pengelolaan proyek konstruksi (sesuai dokumen kontrak) untuk meminimalkan pengaruh proses konstruksi terhadap lingkungan agar terjadi keseimbangan antara kemampuan lingkungan dan kebutuhan hidup manusia untuk generasi sekarang dan mendatang.

Pengertian “….meminimalkan pengaruh proses konstruksi terhadap lingkungan” adalah usaha atau cara yang digunakan dalam proses konstruksi untuk menggunakan sumber daya alam secara efisien dan meminimalkan limbah yang dihasilkan akibat proses konstruksi untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan.

Faktor green construction di Indonesia dapat disintesakan menjadi 16 faktor, menurut Ervianto, (2012). yaitu:

a. Perencanaan dan Penjadwalan Proyek Konstruksi;

Rencana penggunaan jenis bahan bangunan ramah lingkungan yang di tetapkan dalam spesifikasi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap jadwal pengadaan dan kemudian akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian pekerjaan. Salah satu ketentuan pembangunan ramah lingkungan sedapat mungkin menggunakan bahan bangunan yang bersumber dari sekitar lokasi proyek (aspek lokalitas). Pengadaan berbagai jenis bahan bangunan hampir selalu melibatkan supplier local dengan berbagai kendala keterbatasan. Pertimbangan utama pemilihan suplier lokal didasarkan pada jarak pengembalian material ke lokasi pekerjaan menjadi relatif lebih dekat sehingga berpotensi untuk mereduksi emisi yang bersumber dari penggunaan bahan bakar. Jika emisi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar rendah maka akan berdampak pada pengurangan emisi CO2 ekivalen di tingkat global, yang dengan demikian ikut berkontribusi pada usaha penurunan pemanasan global.

b. Sumber dan Siklus Material;

Isu utamanya adalah menjaga keberlanjutan sumberdaya alam yang terbarukan dengan menerapkan tatanan dan pengelolaan yang baik. Salah satu sumberdaya terbarukan adalah hutan. Selain sebagai sumber material, hutan juga berfungsi untuk melindungi bumi dari pemanasan global, menjaga tatanan system air, dan mempertahankan daya dukung ekosistem.

(5)

Konstruksi hijau sudah seharusnya menggunakan material yang tidak beracun dan berbahaya, ramah lingkungan, tersedia secara lokal, bersertifikat, hasil daur ulang, atau material yang terbarukan secara cepat. Salah satu metode konstruksi yang mampu mereduksi limbah, memaksimalkan daur ulang, mereduksi debu, dan mengurangi kebisingan adalah dengan menggunakan metode prafabrikasi.

c. Rencana Perlindungan Lokasi Pekerjaan;

Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan ekologi dan kerusakan lain serta menjalin relasi yang baik dengan berbagai pihak selama proses konstruksi terjadi. Berbagai aspek penting dapat menjadikan proyek konstruksi itu ramah lingkungan.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal proteksi lokasi pekerjaan adalah :

1) Merencanakan cara-cara proteksi untuk seluruh vegetasi dan pohon yang ada di lokasi pekerjaan.

2) Melestarikan vegetasi dan pohon yang terpaksa dipindahkan karena vegetasi dan pohon tersebut berada di lokasi rencana bangunan.

3) Merencanakan akses ke lokasi pekerjaan dengan mempertimbangkan kerusakan lingkungan sekecil mungkin.

4) Penggunaan air secara bertanggung jawab dengan merencanakan pemanfaatan air seefisien mungkin dengan tujuan agar air tetap lestari.

5) Memanfaatkan kembali lapisan top soil yang akan dikupas pada saat pembersihan lahan (land clearing).

6) Merencanakan pengurangan debu, asap, bau tidak sedap dengan berbagai pengaruhnya.

7) Melakukan pengendalian kebisingan dan getaran yang ditimbulkan oleh berbagai peralatan konstruksi selama proses konstruksi berlangsung.

d. Manajemen Limbah Konstruksi;

Manajemen limbah akibat kegiatan konstruksi dan pembongkaran bangunan bertujuan untuk mengurangi penggunaan berbagai sumber material bangunan, memakai kembali, dan mendaur ulang. Mengurangi pemanfaatan sumber material bangunan berkaitan erat dengan pembangunan proyek baru dan proyek yang sedang melakukan renovasi.

Daur ulang material bangunan dapat dilakukan manakala jumlah yang tersedia cukup dan ada permintaan pasar. Dalam beberapa proyek, material yang dapat didaur ulang seperti kayu, beton, bata merah, metal mencapai 75% dari total limbah.

Berbagai jenis limbah dihasilkan dari komponen bangunan, seperti pintu, asesoris lampu, bahan kemasan material, material yang berbahaya dan berbagai macam limbah konstruksi seperti botol, berbagai macam kaleng dan kertas. Berdasarkan hal tersebut sudah seharusnya dalam dokumen kontrak ditambahkan kesepakatan yang berisi bahwa kontraktor atau kepala proyek bertanggung jawab dalam hal pengelolaan limbah yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan yang meliputi :

(6)

2) Proses daur ulang Perencanaan pelestarian ini dilakukan oleh tim yang di dalamnya terdapat pihak perencana bangunan

1) Pengadaan safety net untuk mengurangi debu,

2) Menyiram lapangan untuk mengurangi debu, dan mengadakan washing bay

untuk menjaga kebersihan jalan.

g. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja;

Kesehatan dan keselamatan pekerja selama pelaksanaan proyek konstruksi merupakan bagian penting yang harus mendapatkan perhatian pelaksana konstruksi agar seluruh persyaratan yang telah ditetapkan dapat dipenuhi. Demikian juga kesehatan dan keselamatan pengguna bangunan pasca konstruksi harus tetap mendapatkan perhatian konsultan perencana. konstruksi berlangsung. Jenis-jenis pekerjaan

yang menghasilkan bermacam-macam debu dalam berbagai ukuran, seperti pekerjaan kayu, finishing dinding, pengguna bahan-bahan kimia (lem, sealent, cat, coating). Beberapa contoh pekerjaan yang menghasilkan debu adalah : 1)Pekerjaan tanah. Agar debu tidak beterbangan di lokasi proyek dan

sekitarnya maka tanah perlu disiram air menggunakan truk springkler, mengganti peralatan lama dengan yang baru yang lebih efisien.

(7)

Untuk menghindari terjadinya berbagai gangguan kesehatan bagi pekerja konstruksi diperlukan perencanaan yang baik untuk hal berikut:

a. Memisahkan bangunan untuk tinggal para pekerja konstruksi dengan lokasi proyek yang sedang dibangun.

b. Melindungi saluran udara dari berbagai jenis debu, kelembaban, partikel halus, dan mikroba sebagai akibat dari pelaksanaan dan pembongkaran bangunan.

c. Menyediakan ventilasi (exhaust) di lokasi proyek dalam jumlah yang cukup. d. Merencanakan jadwal pelaksanaan pekerjaan guna meminimalisasi

bahan-bahan yang berdaya serap dalam keadaan terbuka terlalu lama sehingga pelaksana konstruksi wajib memperhatikan kesehatan dan keselamatan pekerja dengan menjamin udara yang dihirup oleh pekerja dalam kondisi layak hirup.

h. Pemilihan dan Operasional Peralatan Konstruksi;

Dalam pelaksanaan pembangunan, kontraktor dapat menerapkan berbagai cara untuk mengurangi pemakaian bahan bakar dan mengurangi terjadinya polusi yang ditimbulkan oleh peralatan yang digunakan. Beberapa hal yang dapat mengakomodasi hal tersebut adalah :

1) Melatih operator peralatan.

2) Menghindari terjadinya waktu idle peralatan.

3) Mengganti penggunaan bahan bakar fosil dengan aki yang dapat di charge di malam hari untuk alat transportasi yang digunakan di dalam proyek.

4) Mengganti bahan bakar tak terbarukan untuk semua/sebagian peralatan dengan bahan bakar alternative yang ramah lingkungan.

5) Menganjurkan pekerja menggunakan transportasi umum saat pergi ke tempat kerja dengan tujuan mengurangi jumlah bahan bakar yang digunakan dan sekaligus juga mengurangi emisi.

i. Dokumentasi;

Untuk mencapai konstruksi hijau, kontraktor wajib menyiapkan dan memberikan usulan kegiatan sebelum pekerjaan dimulai, selama proses konstruksi sampai dengan berakhirnya pekerjaan. Proses yang harus dijalani dari satu proyek ke proyek lain selalu berbeda sehingga diperlukan informasi untuk pelaksanaan, format yang akan digunakan, mengevaluasi dan kemudian menyetujui proses yang akan dilaksanakan.

j. Pelatihan Bagi Subkontraktor;

Dalam pelaksanaan pembangunan berbagai proyek konstruksi, subkontraktor merupakan factor penting dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak. Beberapa hal yang wajib dipahami oleh subkontraktor adalah : 1) Rttencana pengolahan konstruksi.

2) Rencana penyediaan kualitas udara yang baik.

(8)

k. Pengurangan jejak ekologis tahap konstruksi;

Jejak ekologis bertujuan untuk mengukur kebutuhan sumberdaya alam yang digunakan oleh setiap bangsa dan setiap orang. Indikator jejak ekologis diantaranya adalah berapa luas lahan yang dibutuhkan untuk membangun gedung dan jaringan infrastruktur.

l. Kualitas udara tahap konstruksi;

Udara segar tanpa ada kandungan polutan berbahaya sangat dibutuhkan untuk seluruh pekerja konstruksi berlangsung. Pencapaian kualitas udara segar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Kulitas udara dalam ruang kantor proyek 2) Kualitas udara dalam lokasi pekerjaan.

Usaha untuk mencapai kualitas udara yang baik dapat dilakukan dengan memasang tanda dilarang merokok di semua ruangan di kantor proyek dan di lokasi kerjam dan menyediakan area merokok yang berjarak ± 5 meter di luar kantor proyek dan ± 5 meter di luar lokasi kerja.

m. Konservasi air;

Tujuan penting dari konstruksi berkelanjutan adalah mengunakan air secara bertanggung jawab dengan mengurangi penggunaan air dan menjaga kualitas air. Usaha yang dapat dilakukan dilokasi pekerjaan antara lain :

1) Melakukan edukasi terhadap seluruh pekerja proyek.

2) Melakukan pemantauan dan pencatatan pemakaian air (pasang meteran air) 3) Penghematan konsumsi air.

4) Daur ulang pemakaian air bila memungkinkan

n. Tepat guna lahan;

Pemilihan lokasi gedung yang tepat merupakan salah satu kunci dalam pelaksanaan konstruksi hijau. Tujuan proses pembangunan ramah lingkungan adalah meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

o. Efisiensi dan konservasi energi;

Energi yang digunakan dalam proses konstruksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Energi yang digunakan untuk ruang kantor proyek

2) Energi yang digunakan untuk peralatan konstruksi guna mendukung aktivitas pekerjaan dilokasi proyek.

p. Manajemen lingkungan proyek

Berdasarkan penilitian mengenai manajemen industri konstruksi, terdapat lima faktor yang umumnya menjadi dampak dari pelaksanaan proses konstruksi, diantaranya adalah kebisingan, kualitas udara, kuantitas dan kualitas air, getaran, dan fasilitas jalan (Sutrisno dkk, 2009).

2.2 Ekologi

(9)

pembangunan berkelanjutan. Maka, istilah arsitektur ekologis adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang tersebut.

Gambar 2: Konsep Arsitektur ekologis yang holistis (berkeseluruhan)

Sumber : Heinz Frick & Bambang Suskiyatno, 2007

Arsitektur Ekologis tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku, melainkan arsitektur ekologis menghasilkan keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur ekologis juga mengandung dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, social-budaya, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukan bahwa arsitektur ekologis bersifat lebih kompleks, padat, dan vital dibandingkan dengan arsitektur pada umumnya.

Pemanfaatan Material Ekologis

Material ekologis disebut juga material alami, yaitu material yang bersumber dari alam dan tidak mengandung zat-zat yang mengganggu kesehatan, misalnya batu alam, kayu, bambo, tanah liat. Material yang digolongkan dalam jenis ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

(a) Eksploitasi dan produksinya menggunakan energy sesedikit mungkin;

(b) Tidak mengalami transformasi bahan sehingga dapat dikembalikan ke alam; (c) Eksploitasi, produksi, penggunaan, dan pemeliharaannya tidak mencemari

lingkungan;

(d) Bersumber dari sumber alam lokal.

Berdasarkan hal tersebut untuk memperkecil jumlah limbah yang dihasilkan selama proses konstruksi, kontraktor dapat menerapkan strategi sejak tahap pengadaan, di antaranya adalah :

a. Order material hanya yang dibutuhkan saja; b. Efisienkan kemasan dan transportasi material; c. Sedapat mungkin gunakan material ukuran standar; d. Merakit material prafabrikasi di luar lokasi proyek.

Dalam usaha untuk mengurangi jumlah limbah dapat diterapkan konsep 3R, yaitu

(10)

Penggunaan Limbah plastik dan serbuk kayu untuk papan buatan

Membangun secara Ekologis

Konstruksi hijjau adalah proses dalam merealisasikan bangunan fisik konstruksi dengan mengedepankan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Salah satunya adalah aspek berkelanjutan yang ditinjau dari banyak hal. Pembangunan harus didasarkan pada teknologi local dan tuntutan ekologis alam. Pembangunan yang berkelanjutan mempunyai empat asas ekologis berikut :

a. Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat daripada alam mampu membentuk penggantinya.

b. Menciptakan system yang menggunakan sebanyak mungkin energy terbarukan.

c. Menghasilkan sisa material/potongan/sampah yang dapat digunakan sebagai bahan produksi bahan baru.

d. Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis. Penggunaan material dalam proyek hijau.

Pengembangan bahan bangunan dari limbah ini selain dapat menunjang kebutuhan pembangunan juga dapat memecahkan masalah lingkungan yang selanjutnya produk ini dapat dikategorikan sebagai bahan bangunan ekologis.

(11)

Limbah dari berbagai industri tersebut terasa semakin mengganggu terhadap kesehatan dan kualitas lingkungan. Untuk itulah perlu adanya penanganan yang komprehensip, konseptual, terarah dan berkelanjutan.

Beberapa contoh bahan limbah dalam Pembangunan Berkelanjutan :

1. Genteng semen ijuk adalah genteng beton yang dibuat dari campuran pasir, semen dan ijuk sebagai pengisinya. Genteng semen ijuk ini juga dapat digunakan sebagai penutup atap sama seperti genteng lainnya.

2. Panel serat tebu berbentuk papan yang terbuat dari serat tebu. Papan ini dapat digunakan untuk langit-langit dan dinding partisi non-struktural bangunan. Serat tebu juga disebutkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

3. Sawit block dapat menghasilkan bahan bangunan berupa conblock yang dapat digunakan untuk dinding partisi non-struktural bangunan.

4. Panel dari sekam padi, tongkol jagung dan kulit singkong. Ketiganya menghasilkan serat alami yang dapat dijadikan panel konstruksi murah dengan perekat berbasis tannin. Panel tersebut dapat mengurangi biaya konstruksi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bangunan impor.

5. Komponen struktur bangunan dari batang limbah pertanian. Sebuah perusahaan di Oregon telah mengembangkan proses unik untuk menghasilkan struktur bangunan dari batang limbah pertanian dengan menciptakan sebuah mesin yang membuat balok dari batang limbah pertanian untuk konstruksi bangunan.

2.3 Bangunan Edukasi

(12)

internalisasi dari dampak yang eksternal. Artinya apabila timbul dampak positif yang menguntungkan, harus bermakna bagi para pelaksana, sedangkan apabila dampak negatif, upaya pengelolaan dan cara mengatasinya harus menjadi kewajiban dan tanggung jawab internal para pelaksana.

2.4 Penerapan Konstruksi Hijau Pada Bangunan Edukasi

Prinsip dasar dari pembangunan berkelanjutan adalah penggunaan energi yang optimal mulai dari tahap perencanaan, konstruksi, pemanfaatan sampai pada pembongkaran. Setiap gedung atau suatu konstruksi dipastikan memiliki design yang berbeda-beda, tentunya dalam prinsip Green Building design haruslah meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang berkonsepkan ramah lingkungan.Tentunya hal itu menjadi tantangan utama para ahli Green Building untuk membuat design yang cocok pada kondisi eksternal internal lingkungan sekitarnya.

Di Indonesia saat ini , wacana konstruksi hijau mulai tampak pada penerapan beberapa proyek seperti proyek ruas jalan tol bandara yang dikerjakan oleh PT. Pembangunan Perumahan dan proyek Rusunami oleh PT Perumnas. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada payung hukum yang menaungi penerapan konstruksi hijau di Indonesia apa lagi sejumlah insentif yang akan diberikan pada pelaksanaan proyek yang menerapkan konsep konstruksi hijau. Di negara maju seperti Amerika Serikat apresiasi terhadap konstruksi hijau diberikan berupa insentif financial pada proyek yang menerapkan konsep konstruksi hijau berupa pengurangan pajak, kemudahan pinjaman hingga pengurangan retribusi operasional bangunan. Contohnya pada U.S. Environmental Protection Agency Science and Technology Center (Kansas City, KS) oleh Hoefer Wysocki, yang sudah menerapkan konsep konstruksi hijau.

U.S. Environmental Protection Agency Science and Technology Center (Kansas City, KS)

Hoefer Wysocki, 2003

EPA (Environmental Protection Agency) adalah salah satu laboratorium yang di buka pada tanggal 4 Agustus 2003 di Kansas-Amerika Serikat. Bangunan Edukasi ini adalah contoh perlindungan lingkungan yang dirancang untuk melestarikan sumber daya alam, menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan berfungsi sebagai model untuk pengembangan laboratorium masa depan. EPA sudah teruji dan mendapatkan Gold Sertifikasi untuk penggunaan energi yang mencapai 28% dibandingkan lembaga laboratorium rata-rata.

(13)

Sebuah koleksi graywater unik dan sistem reuse, mengumpulkan air hujan dari atap , pengendali udara kondensat , dan air ditolak dari sistem reverse osmosis digunakan untuk menghasilkan air murni untuk percobaan laboratorium . Graywater ini pertama kali menetap di tangki sedimen , dan kemudian disimpan dalam tangki bawah tanah yang besar, sebelum digunakan kembali di gedung untuk menyiram toilet dan sebagai pendingin air makeup tower. Sistem pengumpulan graywater mengurangi limpasan situs sebesar 40 persen, dan memiliki potensi untuk menghasilkan lebih dari 500.000 galon air per tahun untuk mengimbangi kebutuhan pasokan air kota.

Small water-cooled chillers Plate and frame heat exchanger.

- Bahan & Sumber Daya

97 % persen bahan bangunan yang di daur ulang -konten & perabot

Konstruksi daur ulang dialihkan 72 % sampah dari tempat pembuangan sampah

76 % dari konstruksi dan bahan perabotan - Energi & Suasana

Penggunaan Energi rendah pada kaca untuk semua jendela.

Penggunaan lampu halogen untuk penerangan langsung dan pengunaan kaca untuk pencahayaan langsung

5 modular alam boiler berbahan bakar gas 3, pendingin air - cooled , satu variabel kecepatan chiller primer dan satu yang mempekerjakan pemulihan air panas Volume Variabel lemari asam.

(14)

Tinggi kualitas udara dalam ruangan dengan rendah VOC (volatile organic compounds) menggunakan bahan serap selama konstruksi, pendingin (HVAC) ,sistem pemanas, ventilasi dan udara. Pekerjaan saluran disegel untuk mencegah infiltrasi debu atau kontaminan. Tinggi langit-langit, kantor terbuka dengan jendela clerestory besar memungkinkan cahaya alami masuk ke dalam gedung.

Meskipun teknologi baru yang terus dikembangkan untuk melengkapi praktek saat ini dalam menciptakan struktur hijau , tujuan umum adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan dari lingkungan yang dibangun pada kesehatan manusia dan lingkungan alam oleh :

a. Efisien menggunakan energi, air , dan sumber daya lain

b. Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktivitas c. Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan.

BAB 3

PENUTUP

(15)

green pada proses konstruksi. Karena bangunan yang dirancang secara berkelanjutan membutuhkan biaya yang lebih sedikit untuk beroperasi dan memiliki performa energi yang sangat baik.

Daftar Pustaka

Ervianto, W.I., 2012, Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Ervianto, W.I., 2012, Laporan Penelitian “Identifikasi Faktor Green Construction Pada Bangunan Gedung di Indonesia”, ITB-JICA.

Frick, Heinz/Bambang Suskiyanto. Arsitektur Ekologis. Yogyakarta : Kanisius,2006

(16)

Hoefer Wysocki, A Case Study Of the Kansas City Science & Technology Center (pdf)

Nirwono Joga,Bangunan Hijau, Hemat dan Ramah Lingkungan (online) (updated 29 Mey 2008). Tersedia di : http://www.bangunan/hijau/ramahlingkungan/lipusedukasi.html

Admin, Puslitbang, Penggunaan bahan bangunan ekologis dalam mendukung konsep green building (online) (15 Juli 2013) tersedia di : http://www.penggunaan/bahan/bangunan/ ekologis/konsep/green/building.html

Ervianto, W.I., Pengelolaan Proyek dalam Konstruksi Berkelanjutan (online) (24 desember 2010). Tersedia di : http://www.proyek/dalam/konstruksi/berkelanjutan.com

Yohanes,O.E., Konstruksi Hijau (Online) (6 Januari). Tersedia di : http://www.memahami/konsep/green/building/konstruksi/hijau.com

Penerapan Konstruksi Berkelanjutan Pada Konstruksi di Indonesia (online) (31 januari 2011). Tersedia di : http://www.penerapan/konstruksi/hijau/di/Indonesia.com

U.S. Environmental Protection Agency Science and Technology Center (Kansas City, KS) (online) Tersedia di : http://www.epa/kansas/city/science/and/technology/center.com

http://retaildesignblog.net/2011/11/03/affordable-building-materials-from-recycled-agricultural-waste/

Gambar

Gambar 1: Ekologis dalam mendukung konsep Green Building (2013)Sumber :  http://www. konsepgreenbuilding  .com
Gambar 2: Konsep Arsitektur ekologis yang holistis (berkeseluruhan)Sumber : Heinz Frick & Bambang Suskiyatno, 2007

Referensi

Dokumen terkait

dari penelitian ini memberikan gambaran dari psychological well-being lansia , dimana lansia memenuhi aspek dari psychological well-being seperti aspek hubungan

Therefore, the before reading questions which were given to the students working with DRTA might give better effect on setting the students’ reading purposes than the

Concept Mapping. Aktivitas peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Talking Stick disertai strategi pembelajaran Concept Mapping pada pertemuan I

Terkait dengan akibat hukum jika seorang penerima kuasa makelar atau wakîlah tidak diangkat secara resmi dalam KUHD telah dijelaskan dalam pasal 63 yaitu tidak mempunyai akibat

Pada hari ini Senin tanggal Tiga bulan Agustus tahun Dua ribu lima belas, kami selaku Kelompok Kerja Badan Layanan Pengadaan (BLP) Pekerjaan Konstruksi pada Dinas Pengelolaan

a) Comment percenta ge memiliki kriteria buruk pada semua kelas kecuali User dan BaseController. b) Weighted method per cla ss memiliki kriteria buruk pada kelas

Komoditas yang mengalami penurunan harga yang menyebabkan deflasi di Kota Lubuk Linggau pada bulan September 2015 antara lain: cabe merah, daging ayam ras, bahan

[r]