• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Bahan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Isolasi dan Identifikasi Senyawa Bahan (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Isolasi

β

-sitosterol dari Enhalus acoroides (Linn. f.) Royle serta

Uji Aktivitasnya terhadap Streptococcus mutans

Reski Ramdani1,a, Maulidyah2,b, Prima Endang Susilowati3,c, 1,2,3

Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

a

E-mail: reskirmdh@gmail.com, bE-mail: maulid06@yahoo.com,

c

E-mail: primaendangsusilowati@gmail.com,

Abstrak

Telah dilakukan penelitian isolasi dan identifikasi senyawa metabolit sekunder dari lamun Enhalus acoroides (Linn. f.) Royle serta uji aktivitasnya terhadap bakteri Streptococcus mutans. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa metabolit sekunder dari ekstrak metanol Enhalus acoroides (Linn. f.) Royle dari Tanjung Tiram, Sulawesi Tenggara serta aktivitasnya terhadap Streptococcus mutans. Teknik isolasi senyawa metabolit sekunder dilakukan dengan metode ekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut metanol. Pemisahan dan pemurnian senyawa dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG) menggunakan campuran eluen n-heksana : etil asetat secara gradien. Proses identifikasi senyawa isolat dilakukan dengan spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance (NMR) 1-D yang meliputi 1H-NMR dan 13C-NMR teknik DEPT. Telah berhasil diisolasi senyawa berbentuk kristal jarum berwarna putih. Berdasarkan analisis data spektroskopi NMR, menunjukkan senyawa tersebut adalah β -sitosterol. Aktivitas ekstrak metanol dari Enhalus acoroides dengan konsentrasi 1000 g/mL, 500 g/mL, 250

g/mL, dan 100 g/mL menunjukkan adanya aktivitas terhadap Streptococcus mutans dengan besar diameter daerah hambat pada masing-masing konsentrasi berturut-turut adalah 12,66 mm, 9,93 mm, 7,2 mm, dan 4,4 mm. Hasil uji aktivitas senyawa isolat dengan konsentrasi 500 g/mL, 250 g/mL, 100 g/mL, dan 50 g/mL tidak menunjukkan adanya aktivitas terhadap Streptococcus mutans.

Kata kunci: Lamun, Enhalus acoroides (Linn. f.) Royle, β-sitosterol, Streptococcus mutans

Abstract

Isolation and identification of secondary metabolite compound from seagrass Enhalus acoroides (Linn. f.) Royle and its activity assay against Streptococcus mutans has been carried out. This research aimed to isolates a secondary metabolite compound from methanol extract of Enhalus acoroides and its activity against Streptococcus mutans. The isolation of chemical compounds was performed by extraction with maceration technique using methanol. Separation and purification performed by Thin Layer Chromatography (TLC), and Gravity Column Chromatography (GCC) using a gradient eluen mixture of n-hexane : ethyl acetate. Identification of isolated compound was done by using Nuclear Magnetic Resonance (NMR) 1-D spectroscopy (1H-NMR and 13C-NMR with DEPT technique). The form of isolated compound was white needle crystals. Based on NMR spectroscopy analysis with DEPT technique, showed that the compound was β-sitosterol. The activity of methanol extract from Enhalus acoroides against Streptococcus mutans with concentrations 1000 g/mL, 500g/mL, 250g/mL, and 100g/mL showed an activity with diameter of inhibition were 12,66 mm, 9,93 mm, 7,2 mm, and 4,4 mm respectively. The activity of isolated compound with concentrations 500g/mL, 250g/mL, 100g/mL and 50 g/mL showed that the isolated compound did not have any activity against Streptococcus mutans.

(2)

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu

negara dengan iklim tropis yang memiliki

keanekaragaman hayati terbesar kedua di

dunia. Survei dari PT. Eisai menyatakan,

terdapat sekitar 7000 spesies tanaman obat

di Indonesia, atau sekitar 90% dari seluruh

jenis tanaman obat yang ditemukan di

Asia. Jumlah tersebut masih sedikit sekali

yang dimanfaatkan dalam pengobatan.

Oleh karena itu, diperlukan eksplorasi

senyawa

metabolit

sekunder

dari

tumbuhan sehingga kedepannya dapat

dimanfaatkan

dengan

maksimal.

Tumbuhan memiliki banyak manfaat

khususnya dalam bidang farmasi dan

kesehatan

karena

senyawa

metabolit

sekunder yang dikandungnya.

Wilayah perairan yang sangat luas

sekitar 5.176.800 km

2

dengan garis pantai

terpanjang kedua di dunia 81.290 km

(Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009)

menyimpan banyak potensi sumberdaya

alam hayati laut yang dapat dikembangkan

sebagai bahan pangan, kosmetika dan

obat-obatan.

Salah satu tumbuhan yang

kaya akan kandungan senyawa bioaktif

adalah lamun. Telah banyak laporan

mengenai potensi lamun diantaranya

antifungi (Arumugam,

et al.

, 2010),

antiviral

(Rowley

et

al.,

2002),

antiinflamasi

(Hua

et

al.,

2006),

antidiabetes (Gokce & Haznedaroglu,

2008)

dan

aktivitas

antioksidan

(Athiperumalsamy, 2010).

Lamun (

seagrass

) termasuk dalam

sub

kelas

monocotyledonae

dan

merupakan tumbuhan berbunga (kelas

angiospermae

).

Secara

struktur

dan

fungsional, lamun memiliki kesamaan

dengan tumbuhan pada umumnya (Sidik,

2012). Telah diketahui bahwa lamun

memproduksi metabolit sekunder yang

berpotensi mengurangi atau mengontrol

pertumbuhan mikroba (Arlyza, 2008).

Ekstrak lamun jenis

Halophila

ovalis

dan

Halodule pinifolia

telah

terbukti memiliki aktivitas antibakteri

terhadap

Acinetobacter

sp,

Salmonella

typhi, Proteus

mirabilis

dan

Pseudomonas

aeruginosa (

Ummaheshwari

et al.,

2009

).

Cymodocea nodosa

mempunyai aktivitas

terhadap

Bacillus subtilis

NIOF

, S. aureus

NTOF, dan

P. aeruginosa

ATCC 10145

dan lamun

Ruppia cirrhosa

mempunyai

aktivitas terhadap

Bacillus subtilis

NIOF,

S. aurous

NTOF,

E. coli

NIOF dan

P.

aeruginosa

ATCC 10145 (El-hady

et al.

,

2007). Ekstrak methanol

Potamogeton

pectinatus

L.

(sago

pondweed),

Potamogeton perfoliatus L. (redhead

grass)

dan

Ruppia maritima L. (wigeon

grass

)

menghambat

pertumbuhan

Micrococcus,

Staphylococcus,

Streptococcus,

Bacillus,

Aerococcus,

Mycobacterium, Corynebacterium, Vibrio,

Listonella

dan

Pasteurella

(Paul &

Stephen, 2006).

Penyakit

infeksi

merupakan

penyakit yang disebabkan oleh bakteri,

Beberapa

jenis

bakteri

yang

pada

umumnya

menyebabkan

terjadinya

penyakit infeksi adalah

Escherichia coli,

Staphylococcus aureus,

dan

Salmonella

typhii.

Di Indonesia penyakit infeksi masih

menduduki peringkat atas dalam hal

penyebarannya.

Pengobatan

utama

penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri adalah antibakteri. Antibakteri

merupakan suatu senyawa yang dapat

mencegah proses pertumbuhan bakteri.

Karies gigi yang disebabkan oleh

bakteri

Streptococcus mutans

menempati

urutan pertama penyakit infeksi gigi dan

mulut yang paling banyak diderita mulai

dari anak kecil hingga orang dewasa.

Karies gigi berawal dari interaksi antara

bakteri plak, diet, dan gigi. Salah satu cara

pencegahan karies adalah mengusahakan

agar pembentukan plak pada permukaan

gigi dapat dibatasi baik. Pengendalian plak

dapat dilakukan dengan cara pembersihan

plak secara mekanis dan penggunaan

bahan antibakteri terutama untuk menekan

pertumbuhan

S. mutans

.

(3)

penyakit seperti demam, sakit gigi,

penyakit

kulit,

nyeri

otot,

masalah

pencernaan dan juga meredakan sengatan

serangga dan kalajengking (Torre-Castro

et al

., 2004). Lamun juga telah digunakan

sebagai obat pembesaran vena jurcularis

dan sebagai obat kelenjar

tuberculosa

(TBC) (Subagiyo, 2010) serta telah

digunakan

sebagai

obat

untuk

penyembuhan

luka

dan

kudis

(Parthasarathy

et al.,

1991). Pemanfaatan

lamun

E. acoroides

dalam bidang farmasi

dan

kesehatan

sangat

memerlukan

penelitian

tentang

bioaktivitasnya,

khususnya terhadap bakteri patogen yang

sering menginfeksi manusia, salah satunya

adalah bakteri

Streptococcus mutans

.

2. METODE PENELITIAN

a. Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada

penelitian

ini

yaitu

rotary

vacuum

evaporator

(Buchii), oven (

Gallenkamp

Civilab-Australia

), autoklaf (

All American,

model

No.

25X),

spektrofotometer

Nuclear Magnetic Resonance

(NMR)

(

JEOL JNM ECA

500, 500 MHz),

spektrofotometer UV-Vis,

laminar air

flow

, timbangan analitik (

Explorer Ohaus

),

lampu

UV

(

Damstadt

Germany

),

Spektrofotometer UV-Vis, seperangkat

alat kromatografi kolom gravitasi, pipet

tetes. Alat-alat gelas yaitu, erlenmeyer

berbagai

ukuran

(

Pyrex

),

chamber

(

Duran

), gelas ukur (

Pyrex

), gelas kimia

(

Pyrex

), pipet ukur (

Pyrex

), pipet volume

(

Pyrex

), cawan petri. Peralatan pendukung,

yaitu bunsen, batang pengaduk, kawat ose,

statif dan klem, botol ampul, kaca,

cutter

,

penotol/pipa kapiler, mistar, dan pisau.

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu tumbuhan Enhalus acoroides (Linn. f.) Royle, metanol teknis, aseton teknis, etil asetat teknis, n-heksana teknis, CeSO4, aquades, kertas saring

Whatman 42, silika GF254 (E. Merck), silika

gel G.60 (E. Merck), media Luria Bertani, dan Streptococcus mutans.

b. Preparasi Sampel Penelitian

Lamun yang digunakan dalam

penelitian ini berasal dari daerah pesisir

Tanjung

Tiram,

Kendari,

Provinsi

Sulawesi Tenggara. Sampel selanjutnya

dibersihkan dari lumpur, dicuci dengan air

tawar, dan dikeringkan. Kemudian sampel

dihaluskan hingga menjadi serbuk dan

diproses lebih lanjut di laboratorium.

c. Ekstraksi

Serbuk

E. acoroides

sebanyak 450

gram diekstraksi menggunakan metanol

dengan perbandingan 2:1 (pelarut dan

sampel) selama 3x24 jam dan dilakukan

penyaringan dilakukan setiap 1x24 jam.

Residu

sisa

penyaringan

dimaserasi

kembali menggunakan pelarut yang sama.

Filtrat

selanjutnya

dikumpulkan

dan

dipekatkan menggunakan

rotary vacuum

evaporator

hingga

diperoleh

ekstrak

metanol.

d. Pemisahan dan Pemurnian

1.) Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Ekstrak pekat yang diperoleh di uji dengan KLT menggunakan sistem pelarut n -heksana dan etil asetat. Pelarut yang digunakan dimulai dengan pelarut n-heksana yang paling polar kemudian ditingkatkan kepolarannya dengan mencampurkan etil asetat secara gradien. Setiap noda yang muncul diamati pemisahannya dan dihitung nilai Rf-nya.

2.) Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG)

Ekstrak pekat diimpregnasi

menggunakan silica gel G.60 dengan

perbandingan 2:1 (berat silika gel G.60 : berat ekstrak). Ekstrak pekat yang telah diimpregnasi dimasukkan ke dalam kolom

kromatografi yang telah disiapkan

sebelumnya. Perbandingan eluen dibuat berdasarkan referensi dari KLT sebelumnya. Fraksi hasil KKG ditampung dalam vial dan diberi kode sesuai urutan fraksinya. Masing-masing fraksi diuji pola pembentukan nodanya dengan menggunakan metode KLT. Fraksi dengan noda yang sama dapat digabung kembali untuk memperkaya jumlah komponen yang akan diisolasi.

3.) Uji Kemurnian

Fraksi hasil KKG yang telah

(4)

e. Identifikasi

Isolat murni yang telah diperoleh diidentifikasi strukturnya menggunakan spektrofotometer 1H-NMR dan 13C-NMR dengan teknik DEPT menggunakan pelarut CDCl3. Data yang dihasilkan, diinterpretasi

dengan cara membandingkannya dengan literatur.

f. Uji Antibakteri

Tahap uji antibakteri meliputi beberapa tahapan, yaitu tahap sterilisasi alat, pembuatan dan sterilisasi media, kultur mikroorganisme uji, pembuatan larutan fisiologis, pembuatan suspensi bakteri dan pengujian antibakteri.

1.) Pembuatan dan Sterilisasi Media

Untuk uji antibakteri digunakan

media pertumbuhan Luria Bertani

(LB).

Pembuatan

media

dibuat

dengan

melarutkan 0,25 g pepton, 0,25 g

yeast

extract

, 0,75 g NaCl, 0,45 g MgSO

4

.2H

2

O

dan 4 g agar dengan 150 mL akuades.

Media pertumbuhan disterilkan dalam

autoklaf pada tekanan 1 atm dan suhu

121

o

C selama 15 menit.

2.)

Kultur Bakteri Streptococcus mutans

Streptococcus mutans

ditumbuhkan

dengan cara memindahkan biakan yang

ada pada media agar miring sebanyak 1

atau 2 ose ke dalam botol ampul berisi

media Luria Bertani (LB) cair dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu

37±2

o

C.

3.) Pembuatan Larutan Fisiologis NaCl 0,9%

Larutan fisiologis NaCl 0,9% dibuat dengan melarutkan 0,9 g NaCl padat dalam 10 mL aquades dan mengencerkan larutan tersebut dalam labu takar 100 mL. Larutan NaCl 0,9% yang telah dibuat disterilisasi dalam autoclave pada suhu 121oC dan tekanan 1 atm selama 15 menit.

4.) Pembuatan Suspensi Bakteri

Bakteri yang telah diremajakan, disuspensikan ke dalam larutan fisiologis NaCl 0,9%. Kekeruhan media disesuaikan dengan standar Mc. Farland 0,5 menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang (λ) 625 nm.

g. Pengujian Aktivitas Antibakteri

Metode ini dilakukan dengan cara menginokulasikan suspensi bakteri uji ke

dalam 15 mL media agar yang telah dicairkan dalam cawan petri steril dan kemudian dibiarkan menjadi padat. Kertas cakram steril berdiameter 6 mm dicelupkan dalam zat uji (Adyana et al., 2004). Ekstrak metanol dibuat dalam beberapa konsentrasi yakni, 1000, 500, 250, dan 100 g/mL. Senyawa isolat dibuat dengan variasi kosentrasi 50, 100, 250 dan 500

g/mL. Hasil uji daya hambat antibakteri didasarkan pada pengukuran diameter daerah hambat (DDH) pertumbuhan bakteri yang terbentuk di sekeliling kertas cakram (Noor et al., 2006).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder

Ekstrak E. acoroides sebanyak 1,8 g dipisahkan dengan teknik kromatografi kolom gravitasi dengan fasa diam berupa silika gel G.60 dan fasa gerak berupa campuran eluen yang dibuat berdasarkan hasil uji pemisahan noda menggunakan teknik KLT. Campuran eluen yang digunakan dapat diamati pada Tabel 1.

Tabel 1. Campuran pelarut yang digunakan pada proses KKG

Sistem Pelarut Volume (ml)

Fraksi

9:1 (n-heksana:etil asetat)

200 1 & 2

8:2 (n-heksana:etil asetat)

400 3, 4, 5 & 6

7:3 (n-heksana:etil asetat)

400 7, 8, 9

6:4 (n-heksana:etil asetat)

200 10 & 11

Metanol 100% 200 FC (Fraksi Cucian)

Fraksi 1, 2 dan 3 memiliki pola noda yang relatif sama, sehingga dilakukan penggabungan dan diberi nama fraksi A1. Fraksi A1 berwujud kristal jarum berwarna putih. Hasil KLT fraksi gabungan A1 menunjukkan pola noda yang sudah dapat dipisahkan sehingga dilakukan rekristalisasi pada kristal dari fraksi gabungan A1.

(5)

dilakukan uji kemurnian dengan tiga sistem pelarut menggunakan teknik KLT. Hasil KLT senyawa isolat dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kromatogram senyawa isolat dengan 3 sistem eluen dibawah sinar UV 254 nm. (a) eluen kloroform : aseton (8:2); (b) eluen n -heksan : etil asetat (8:2); (c) n-heksan : kloroform : metanol (8:1,5:0,5)

Hasil KLT dengan tiga sistem eluen menunjukkan pola noda tunggal sehingga isolat yang diperoleh dapat dikatakan sudah murni.

b. Identifikasi Struktur Isolat

Senyawa isolat yang telah diperoleh diidentifikasi strukturnya menggunakan spektrofotometer 1H-NMR dan 13C-NMR. Hasil identifikasi dapat diamati pada Tabel 2.

Tabel 2. Data NMR senyawa isolat

No. C

13C-NMR (δC, ppm)

Jenis C (DEPT)

δH, ppm (ΣH, mult,

J dalam Hz)

1 37,45 CH2 2 31,87 CH2

3 72,02 CH-O 3,53 (H, m) 4 42,47 CH2

5 140,9 C=

6 121,9 CH= 5,34 (H, t) 7 32,11 CH2

8 32,08 CH 9 50,34 CH 10 36,71 Cq 11 21,28 CH2 12 39,98 CH2 13 42,51 Cq 14 56,96 CH 15 24,50 CH2 16 28,45 CH2 17 56,26 CH

18 19,59 CH3 0,67 (3H, s) 19 12,06 CH3 1,00 (3H, s) 20 36,34 CH

21 18,97 CH3 0,92 (3H, m) 22 34,15 CH2

23 26,28 CH2 24 46,08 CH 25 29,36 CH

26 19,23 CH3 0,83 (3H, d) 27 20,01 CH3 0,79 (3H, m) 28 23,27 CH2

29 12,17 CH3 0,84 (3H, m) Berdasarkan spektrum 1H-NMR dan

13

C-NMR dengan resolusi 500 MHz pada

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 50 jenis atom H dalam lingkungan yang berbeda serta 29 jenis atom C yang menyatakan keberadaan 29 atom C dalam struktur senyawa isolat.

Satu signal proton multiplet dengan 1H pada δH = 3,53 ppm diduga berasal dari

gugus metin yang berikatan dengan gugus hidroksi (-OH). Hal yang sama juga terjadi pada pergeseran kimia δH = 5,34 ppm yang

menunjukkan adanya 1 proton multiplet dengan intensitas 1H yang berikatan dengan atom Csp2 (-C=CH) mengakibatkan awan-awan elektron pada atom karbon membentuk ikatan phi sehingga elektron disekitar atom H yang terikat kurang terlindungi dan mengalami pergeseran kimia yang tinggi (Supratman, 2010).

Data 13C-NMR menunjukkan adanya pergesaran kimia sebesar 140,9 ppm yang menunjukan adanya karbon kuartener dan karbon metin juga muncul pada pergeseran kimia 121,9 ppm. Kedua atom karbon tersebut memungkinkan untuk membentuk suatu ikatan rangkap. Signal karbon metin pada pergeseran kimia 71,9 ppm mengindikasikan adanya atom oksigen yang terikat sehingga elektron di sekitar atom C tertarik menuju atom O yang lebih elektronegatif dan menurunkan kerapatan elektron pada atom C tersebut sehingga mengalami pergeseran yang cukup tinggi.

Rumus struktur senyawa isolat dapat digunakan untuk menentukan jenis ikatan yang terdapat dalam struktur senyawa isolat yaitu dengan cara menghitung nilai Double Bond Equivalent (DBE). Persamaan DBE adalah sebagai berikut:

DBE = (1+C) – 0,5(H+X) + 0,5 (N+P) (1)

Keterangan; C = Jumlah Atom Karbon H = Jumlah Atom Hidrogen X = Jumlah Atom Halogen N = Jumlah Atom Nitrogen P = Jumlah Atom Fosfor

(6)

HO

Gambar 2. Struktur senyawa isolat

c. Aktivitas Antibakteri

1.) Aktivitas Antibakteri Ekstrak E. calophrys

Uji aktivitas antibakteri ekstrak E. calophrys menggunakan senyawa uji berupa ekstrak E. calophrys yang dilarutkan dalam metanol (792 kg/m3) dengan menggunakan metode difusi kertas cakram (diameter kertas cakram = 6 mm). Kontrol positif yang digunakan adalah larutan ampisilin 250 µg/mL dan kontrol negatif adalah metanol. Hasil uji aktivitas dapat diamati pada Tabel 3.

Tabel 3. Data aktivitas antibakteri ekstrak E. acoroides

Pengulangan

Diameter Zona Bening (mm) Ekstrak Metanol (g/mL) Kontrol Positif Ket: Kontrol negatif = metanol

Kontrol positif = larutan ampisilin 250 µg/mL

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, ekstrak metanol E. acoroides memiliki aktivitas yang cukup baik terhadap bakteri S. mutans jika dilihat dari diameter zona hambat

yang terbentuk pada masing-masing

konsentrasi. Efek penghambatan oleh ekstrak metanol lamun jenis E. acoroides terhadap bakteri S. mutans dapat disebabkan oleh dua faktor. Faktor pertama dapat disebabkan oleh adanya suatu senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak yang berpotensi menghambat

pertumbuhan bakteri uji dan juga

mematikannya (Wattimena, 1991). Faktor

kedua adalah senyawa-senyawa yang

terkandung dalam ekstrak metanol dari E. acoroides tersebut bersimbion satu sama lain sehingga memiliki potensi dalam menghambat bahkan membunuh bakteri uji (Siagian, 2002)

Ekstrak dengan konsentrasi 250

g/mL dapat dikatakan konsentrasi yang paling baik karena diameter zona hambat yang terbentuk pada ekstrak metanol dengan konsentrasi tersebut tidak jauh berbeda dengan senyawa antibiotik pembanding yakni

ampisilin 250 µg/mL. Hasil uji ekstrak metanol terhadap S. mutans pada kosentrasi 250 g/ml memiliki zona bening dengan nilai rata-rata sebesar 7,6 mm.

2.) Aktivitas Antibakteri Senyawa Isolat

Uji aktivitas antibakteri senyawa isolat menggunakan senyawa uji berupa senyawa isolat yang dilarutkan dalam etil asetat (897 kg/m3), kontrol positif yang digunakan adalah larutan ampisilin 250 µg/mL serta kontrol negatif yang digunakan adalah etil asetat. Hasil uji aktivitas antibakteri senyawa isolat dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data aktivitas antibakteri senyawa isolat

Pengulangan

Diameter Zona Bening (mm) Senyawa Isolat

Ket: Kontrol negatif = etil asetat

Kontrol positif = larutan ampisilin 250 µg/mL

Hasil uji aktivitas menunjukkan bahwa senyawa isolat yang berhasil diisolasi dari lamun jenis E. acoroides tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji karena tidak adanya zona bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram. Jika dilihat dari strukturnya, senyawa isolat memiliki gugus hidroksil yang bersifat hidrofilik sehingga sukar menembus dinding sel bakteri yang bersifat hidrofobik yang menyebabkan keaktifannya lemah.

Senyawa isolat yang diperoleh adalah

-sitosterol (Gambar 2). Struktur senyawa tersebut memiliki empat siklik akan tetapi tidak memiliki jembatan oksigen dalam hal ini adalah eter siklik. Menurut Sutrisno, (2001) senyawa yang berbentuk siklik yang memiliki jembatan oksigen (R-O-R) dan memiliki gugus karbonil bersifat aktif, karena dapat bertindak sebagai interkalator DNA yang dapat disisipkan diantara dua unit pasangan basa pada DNA dan dapat berinteraksi dengan DNA melalui ikatan Van der Walls sehingga dapat merusak struktur double heliks dan mencegah proses replikasi DNA.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(7)

(Linn. f.) Royle menggunakan teknik ekstraksi maserasi dilanjutkan dengan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom gravitasi. Setelah dilakukan identifikasi menggunakan spektroskopi

1

H-NMR dan 13C-NMR dengan teknik DEPT homonuklir (1-D) serta melalui penelusuran literatur, senyawa yang diperoleh adalah β-sitosterol.

2. Ekstrak metanol dengan konsentrasi 1000

g/mL, 500 g/mL, 250 g/mL, dan 100g/mL menunjukkan aktivitas yang baik terhadap Streptococcus mutans. Senyawa isolat tidak menunjukkan adanya aktivitas terhadap Streptococcus mutans.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Universitas Halu Oleo (UHO) yang telah memberikan fasilitas dalam mengerjakan penelitian ini, kepada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah membantu mengidentifikasi struktur senyawa isolat.

DAFTAR PUSTAKA

Adyana, I. K., Yulinah, E., Sigit, J. I., Fisheri, N., dan Insanu, M., 2004, Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji Daging Buah Merah sebagai Antidiare, Acta Pharmaceutica Indonesia, XXIX (1)

Arlyza, I. S., 2008, Ekstrak Lamun Sebagai

Sumber Alternatif Antibakteri

Penghambat Bakteri Pembentuk

Biofilm, Oseanologi dan Limnologi Indonesia, 34 (2): 223 - 241

Arumugam, R., Kannan R. R., Arivuselvan R. N. dan Anantharaman P., 2010, Antimicrobial potential of some seagrasses against phytopathogens, Seaweed Research and Utilization, 32:

177–183

Athiperumalsamy, T., Devi R. V., Hastha P. S., Kumar V. dan Louis J. L., 2010, Antioxidant activity of seagrasses and seaweeds, Botanica Marina, 53: 251– 257

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), 2009, Penerapan Strategi Logistik dan Rantai Suplai untuk Mendukung Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan,

Makalah Dinas Kelautan dan

Perikanan.

El-Hady, H. H. A, Daboor S. M., dan Ghoniemy A. E., 2007, Nutritive and Antimicrobial Profiles of Some

Seagrass From Bardawil Lake, Egypt, Egyptian J. Aq. Research, 33: 103-110 Gokce, G., dan Haznedaroglu M. Z., 2008, Evaluation of antidiabetic, antioxidant and vasoprotective effects of Posidonia oceanica extract, Journal of Ethnopharmacology, 115:122–130 Hua, K. F., Hsu H. Y., Su Y. C., Lin I. F.,

Yang S. S. dan Chen, Y. M., 2006, Study on the anti-inflammatory activity of methanol extract from seagrass Zostera japonica, Journal of Agriculture and Food Chemistry, 54 (2): 306–311

Noor, M. S., Poeloengan M., dan Yulianti T.,

2006, Analisis Senyawa Kimia

Sekunder dan Uji Daya Antibakteri

Ekstrak Daun Tanjung

(Mimuusopselengi L) Terhadap

Salmonella typhi dan Shigella boydii,

Seminar Nasional Teknologi

Peternakan dan Veteriner

Paul, J. B., dan Stephen A. M., 2006, Antibacterial compounds in estuarine submersed aquatic plants, J. exp. Mar. Biol Ecol, 331: 41-50

Rowley, D. C., Hansen M. S. T., Rhodes D., Sotriffer C. A., Ni H. dan McCammon J. A., 2002, Thalassiolins A–C: New marine – Derived inhibitors of HIV

cDNA integrase. Bioorganic

Medicinal Chemistry,10: 3619–3625 Siagian, A., 2002, Mikroba Patogen pada

Makanan dan Sumber

Pencemarannya, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Sidik, J. B., 2012, The Marine Angiosperms, Seagrass, Universiti Putra Malaysia Press, Serdang

Sutrisno, Soedigdo, S., Ahmad, S., dan Buchari, 2001, Isolasi Pakirizin Dari Biji Bengkuang (Pchyrryhhizus erosus, urban) dan Uji Aktivitas

Sitotoksitnya, Jurnal Farmasi

Indonesia, 2: 34-35.

Ummaheshwari, R., Thirumaran G., dan Anantharaman P., 2009, Potential Anti bacterial Activities of Seagrasses from Vellar Estuary, Southeast Coast of India, Adv. Biol. Res. 3: 140-143

Wattimena, J. R., 1991, Farmakodinamik dan Terapan Antibiotik, Gadjah Mada

(8)

Gambar

Tabel 1. Campuran pelarut yang digunakan pada proses KKG
Tabel 2. Data NMR senyawa isolat
Tabel 3. Data aktivitas antibakteri ekstrak E.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan aktivitas antioksidan ekstrak etanol rimpang temu kunci dan melakukan isolasi senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak

Hasil isolasi dan identifikasi senyawa kimia yang aktif sebagai anti inflamasi dari fraksi etanol daun sirsak ( Annona muricata Linn.) diduga adalah senyawa Gigantetrocin A dengan

camara Linn sehingga peneliti menganggap perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji kandungan senyawa metabolit sekunder khususnya ekstrak kloroform pada

Isolasi, Identifikasi Dan Uji Bioaktivitas Metabolit Sekunder Ekstrak Kloroform Spons Petrosia Alfiani Dari Kepulauan Barrang Lompo.. Kandungan Organik

Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit Pada Umbi Bawang Putih ( Allium sativum ) Sebagai Penghasil Senyawa Antibakteri Terhadap Bakteri Streptococcus mutans dan

Dari Tabel 4 diketahui bahwa diameter zona hambat terbesar yang dihasilkan oleh ekstrak lamun Enhalus acoroides menggunakan pelarut metanol terhadap bakteri

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam daun pecut kuda dapat diisolasi dengan cara

Skripsi yang berjudul, “ Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ekstrak Etanol Daun kayu Bitti (Vitex cofassus) dan Uji Bioaktivitas Anti Bakteri Terhadap