• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Jaksa Studi di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Jaksa Studi di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

 

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat terhadap peningkatan

kinerja Kejaksaan Republik Indonesia khususnya dalam masalah penegakan

hukum, institusi Kejaksaan RI berusaha tetap konsisten dalam upaya memecahkan

masalah-masalah yang krusial. Salah satu upaya yang ditempuh adalah

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan dan

pelatihan terutama dalam mewujudkan insan Adhyaksa yang menjadi ujung

tombak dalam proses penegakan hukum, dengan demikian diharapkan.

Pengembangan jaksa sangat diperlukan dalam sebuah instansi, karena

dengan adanya program dapat membantu meningkatkan kemampuan dan

keterlampilan jaksa. Pendidikan dan Pelatihan jaksa juga dirancang untuk suatu

instansi dalam prospek masa depan. Pentingnya pendidikan dan pelatihan

bukanlah semata-mata bagi jaksa yang mengikuti pendidikan dan pelatihan, tetapi

juga keuntungan instansi. Karena dapat meningkatkan kinerja jaksa.

Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa bertujuan mendidik dan

menyiapkan insan Adhyaksa untuk menjadi Jaksa yang berkualitas, memiliki

wawasan luas, kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas dengan

dilandasi profesionalisme integritas kepribadian dan disiplin yang tinggi sesuai

(2)

Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa Kelas 1

(satu) Tahun 2008 sesuai dengan Peraturan Jaksa Agung RI Nomor: No.

006/A/JA/2008 tanggal 29 Januari 2008 dan PERJA Nomor: No.

PER-068/A/JA/07/2007 tanggal 12 Juli 2007 tentang Pendidikan dan Pelatihan

Pegawai Kejaksaan RI, mengalami perubahan yang mendasar dalam hal

kurikulum dan mata pelajaran. Hal ini bertujuan agar para peserta diklat dapat

belajar lebih profesional dan diharapkan setelah selesai mengikuti diklat dan

dilantik menjadi Jaksa, dapat melaksanakan tugas-tugas dasar seorang Jaksa

dengan baik dan kompeten.

Berdasarkan Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia No. PER-021

a/A/JA/03/2007, tanggal 14 Maret 2007, tentang Penyelenggaraan Pendidikan

Pembentukan Jaksa Tahun 2008, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan

Republik Indonesia telah melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan

Jaksa dengan biaya sesuai yang tersedia dalam Daftar Isian Proyek Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia tahun 2008.

Pendidikan Pelatihan Pembentukan Jaksa Tahun 2008 Kelas 1 ni diikuti

oleh pegawal Negeh Tata Usaha Kejaksaan Republik Indonesia, yang berijazah

Sarjana Hukum (S-1) dan Sarjana Hukum (S-2) yang berasal dan Kejaksaan

Agung RI, Kejaksaan Tinggi serta Kejaksaan Negeri seluruh Indonesia dan telah

memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk mengikuti Diklat oleh Jaksa Agung

(3)

Berdasarka uraian di atas tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk

melihat seberapa besar pengaruh dalam pelaksanaan program pendidikan dan

pelatihan yang dilaksanakan di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara terhadap kinerja

Jaksanya, sehingga penulis mengadakan penelitian dengan judul :

“Penngaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Jaksa (Pada

Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara)”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka

penulis ingin merumuskan masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut :

“Seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja pada

kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara”

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai

tujuan yang ingin dicapi. Adapun tujuan penelitian ini adalah berikut :

Mengukur seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja

pada Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, selain untuk melatih dan mengembangkan kemampuan

penulisan dalam melakukan dalam melakukan penulisan karya ilmiah juga

(4)

2. Bagi pihak kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara , dapat dijadikan bahan

masukan dalam meningkatkan kinerja di Kejaksaan.

3. Bagi Fakultas ilmu sosial dan politik Universitas Sumatera Utara, sebagai

penambahan kualitas dan kuantitas referensi di bidang ilmu sosial pada

umumnya dan ilmu administrasi negara pada khususnya.

1.5 Kerangka Teori

Sebagai tolak ukur dalam memecahkan masalah , perlu digunakan pedoman

teoritik, adanya landasan teoritik yang digunakan peneniliti dalam menjelaskan

fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Menciptakan presepsi pola pikir

yang komprehensif dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang Kejaksaan

demi terwujud kepastian hukum dan tata pemerintahan yang bersih dan baik.

Sebagaimana memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi kepada

pelayanan pengayoman dan pemberdayaan masyarakat; dan dapat meningkatkan

pengetahuan, keahlian, keterlampilan dan sikap untuk melaksanakan tugas, fungsi

dan wewenang Kejaksaan secara profesioanal dengan dilandasi sikap dan

kepribadian seorang Jaksa yang bersendikan Tri Krama Adhyaksa: Dalam

menanamkan semangat dinamika kelompok bagi peserta Diklat sebagai upaya

(5)

1.5.1 Pendidikan dan Pelatihan

1.5.1.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan.

Untuk meningkatkan kualitas dari pegawai Kejaksaan Tinggi Sumatera

Utara sebagai abdi masyarakat , negara dan bangsa sangat perlu dilakukan

pendidikan dan peltihan terhadap pegawainya yang ingin meningkatkan

jabatannya menjadi jaksa . Pendidikan dan Pelatihan jabatan pegawai Kejaksaan

Tinggi Sumatera Utara yang dapat disebut juga dengan diklat yang dengan proses

belajar dan penambah pengetahuan guna meningkatkan kompetensi Pegawai yang

ingin menjadi jaksa di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara.

Pendidikan menurut wijaya (1995:75 ) dimaksudkan untuk membina

kemampuan atau mengembangkan kemampuan berfikir para pegawai , guna

meningkatkan kemampuan mengeluarkan gagasan-gagasan sehingga mereka

dapat menunaikan tugas dengan kinerja yang baik dengan menjungjung rasa

kewajiban yang sebaik-baiknya.

Pelatihan dapat difenisikan dengan upaya untuk mentransferkan

keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sehingga para

peserta menerima dan pelatihan pada saat melaksanakan pekerjaan ( Revida

2007:94)

Hamalik (2000:10) menjelaskan pelatihan adalah suatu proses yang meliputi

serangkaian tindakan yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian

bantuan kepada tenaga kerja yang diberikan kepada tenaga profesional

kepelatihan dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan

(6)

Sementara itu pengertian pelatihan menurut Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 01/kep/M. Pan/2001 adalah proses

pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek daripada teori yang dilakukan

oleh seseorang atau kelompok orang dengan menggunakan pendekatan pelatihan

untuk bertujuan untuk meningkatkan dalam suatu beberapa jenis keterlampilan

tertentu.

Pengelolaan diklat adalah merupakaan proses kegiatan berupa perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian monitoring dan evaluasi guna

meningkatkan kompentensi atau kemampuan Pegawai Kejaksaan Tinggi Sumatera

Utara dalam suatu jabatan untuk menyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan secara efektif dan efesien.

Salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi dimaksud adalah dengan

mengikutsertakan pegawai tersebut dalam program Pendidikan dan Pelatihan dan

dapat di sah kan menjadi Jaksa.

Sedarmayanti (2004:143), menyatakan , salah satu cara untuk mempertinggi

mutu pegawai pada program pendidikan dan pelatihan (Diklat) . Pendidikan dan

Pelatihan merupakan uapaya untuk menambah pengetahuan dan keterlampilan

bekerja, sehingga dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja.

Dengan itu juga, Notoadmojo (2003:30) menyatakan bahwa Pendidikan dan

Pelatihan bagi karyawannya harus memperoleh perhatian besar.

Kemudian, Wursanto (1998:59), menyatakan bahwa untuk mempertinggi

mutu pegawai, baik pengetahuan, keterlamilan, bakat maupun mentalnya, kepada

(7)

Pandangan dari segi Pendidikan dan Pelatihan adalah merupakan upaya

untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan

kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.(Notoadmojo, 2003:28).

Pandangan lainnya, dikemukaan oleh Nasution (2000:71),dimana ia

membedakan Pendidikan dan Pelatihan sebagai berikut: Pendidikan adalah suatu

proses, teknis dan metode belajar mengajar dengan maksud mentransfer suatu

pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan sebelumnya. Pelatihan adalah suatu proses belajar mengajar dengan

mempergunakan teknik dan metode tertentu, guna meningkatkan keterlampilan

dan kemampuan kerja seseorang (karyawan atau sekelompok orang).

Berdasarkan dari pendapat para ahli tersebut, dapat kita pahami bahwa

pelaksanaan pendidikan dan Pelatihan itu perlu dan merupakan suatu modal bagi

organisasi untuk berkembang lebih baik, dengan diklat, pegawai dapat

ditingkatkan kualitasnya, kompetensi, sehingga akan berpengaruh pada

produktivitas, dan kinerja dalam pelayanan secara umum.

Dalam rangka pengelolahan Pendidikan dan Pelatihan ini terdapat empat hal

yang secara prinsip yang harus diperhatikan, adalah: (a) Analisa Kebutuhan Diklat

(Need Analysis); (b) Prinsip Pembelajaran (Learning Principles); (c)

Teknik-teknik Diklat (Traning Techniques); (d) Evaluasi Program (Program Evaluation).

(Newstrom dalam suherman: 2005).

Berdasarkan dari keseluruhan uraian, dapat dinyatakan bahwa pendidikan

lebih bersifat umum dan untuk kepentingan seseorang, merupakan suatu proses

(8)

diselenggarakan dengan pendekatan formal bertujuan untuk menambah wawasan

dan pengetahuan dengan mentransferkan sejumlah teori bertujuan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan dengan menstransferkan sejumlah teori

yang menjadi landasan dalam bersikap dan bertindak , yang dapat berguna baik

untuk masa sekarang maupun yang akan datang.

Sementara itu, pelatihan lebih bersifat khusus, yang merupakan proses

belajar mengajar yang bertujuan untuk pengembangan keterlampilan atau

kemampuan kerja individu ataupun kelompok, yang sudah bekerja suatu

organisasi tertentu , agar lebih menjadi efisien, efektif. Pelatihan ini juga

dimaksud untuk peningkatan produktifitas kerja pegawai, yang bersifat lebih

terarah dan lebih menekankan pada praktek.

1.5.1.2 Tujuan Pendidikan dan Pelatihan

Menurut Wursanto (1989:60) secara umum tujuan lain dari pendidikan dan

pelatihan, yaitu :

1. Menambah pengetahuan pegawai.

2. Meningkat pengabdian , mutu, keahlian dan keterlampilan pegawai.

3. Mengubah dan membentuk sikap pegawai.

4. Mengembangkan keahlian pegawai sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan

dengan cepat.

5. Mengembangkan semangat , kemauan dan kesenangan kerja pegawai.

6. Mempermudah pengawasan terhadap pegawai.

(9)

Sedangkan menurut Hamalik (2001 : 12) menjelaskan Diklat mempunyai

tujuan tertentu ialah untuk meningkatkan kemampuan kerja perserta yang

menimbulkan perubahan prilaku aspek-aspek kognitif (pengetahuan) ,

keterlampilan dan sikap.

Selanjutnya tujuan dari pendidikan dan pelatihan sesuai dengan ketentuan

Peraturan Pemerintah No 101 Tahun 2000 menjelaskan bahwa diklat bertujuan

untuk :

1. Meningkatkan pengetahuan , keahlian , keterlampilan dan sikap untuk dapat

melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian

dan etika Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan kebutuhan instansi.

2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharuan dan

perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

3. Memantapkan sikap dn semangat pengabdian yang berorientasi pada

pelayanan , pengayoman dan pemberdayaan masyarakat.

4. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan

tugas pemerintah yang baik.

Tujuan dan sasaran Pendidikan dan Pelatihan dapat terlaksana jika ada

dukungan dari para penyelenggara serta unit kerja dan motivasi dari para peserta

Diklat itu sendiri. Pada prinsipnya, para peserta Diklat harus menyadari

pentingnya mengikuti dengan benar karena kegunaan diklat dimaksudkan dalam

upaya peningkatan kompetensi mereka, sehingga yang diharapkan dapat maksimal

(10)

memberikan pelayanan pada publik yang mereka layani sesuai dengan kualitas

yang mereka miliki dan kebutuhan publik.

Tujuan Pelatihan dan Pendidikan bagi Jaksa menurut Peraturan Jaksa Agung

068/A/JA/07/2007- Pasal 2 adalah untuk:

a. Meningkatkan kesetian dan ketataan sebagai pegawai Kejaksaan kepada

Pancasila dan UUD 1945, Negara dan Pemerintah Republik Indonesia;

b. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir serta wawasan yang

komprehensif dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang

Kejaksaan dan tata pemerintahan yang baik(good governance);

c. Memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan,

pengayoman dan pemberdayaan masyarakat;

d. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterlampilan dan sikap untuk dapat

melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang Kejaksaan secara profesional

dengan dilandasi sikap dan kepribadian Seorang Jaksa yang bersendikan

Tri Krama Adhyaksa.

e. Menanamkan semangat dinamika kelompok bagi peserta Pendidikan dan

Pelatihan sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian dalam

(11)

1.5.1.3 Manfaat Pendidikan dan Pelatihan

Adapun 5 manfaat dan dampak yang diharapkan dari penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan menurut Sastrohadiwiryo (2002: 198) antara lain:

1. Peningkatan keahlian kerja, yaitu para tenaga kerja menjadi memiliki

motovasi untuk meningkatkan kualitas dalam bekerja dengan

produktivitasnya.

2. Pengurangan keterlambatan kerja, yaitu pengurangan tenaga kerja seperti

seperti sakit , macet, dan keperluan keluarga yang tidak dapat diganggu

dapat diminimalisasi, karena pemimpin mengutamakan pegawai yang

bersangkutan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

3. Pengurangan timbulnya kecelakaan dalam bekerja, yaitu timbulnya

kelalaian dalam bekerja biasanya disebabkan karena kelalaian pegawai saat

bekerja.

4. Peningkatan produktivitas kerja, yaitu dengan adanya pendidikan dan

pelatihan maka diharapkan pegawai akan lebih semangat sehingga dapat

memahami kondisi pekerjaannya.

5. Peningkatan rasa tanggungjawab, yaitu menuntut tanggungjawab yang besar

sehingga pegawai menghargai setiap tugas diberikan yang juga dipengaruhi

pemberian dan pembekalan melalui pendidikan dan pelatihan.

1.5.1.4 Metode pendidikan dan pelatihan.

Metode yang dapat digunakan dalam pendidikan dan pelatihan yang

(12)

keterlampilan maupun dalam sikapnya. Metode penelitian menurut tujuan dan

program pelatihan adalah :

1. Ceramah, kuliah, tanya jawab

2. Curah pendapat (brain storming)

3. Peran serta (role playing)

4. Studi kasus

5. Presentasi dan Seminar.

6. Simulasi

7. Dinamika kelomok

Teknik-teknik Pendidikan dan pelatihan ini, harus disesuaikan dengan

kebutuhan dan yang terakhir apakah program Pendidikan dan Pelatihan tersebut

berjalan atau terlaksanaan dengan berhasil dan mencapai sasaran maximal.

Sementara itu, pengertian dari studi kasus menurut Mangkunegara

(2003:65) ialah uraian tertulis atau lisan tentang masalah yang ada atau keadaan

selama waktu tertentu yang nyata maupun secara hipotesis. Pada metode ini

peserta diminta untuk mengindentifikasikan masalah-masalah dan

merekomendasikan pemecahan masalahnya. Metode ini mengkehendaki belajar

melalui perbuatan, dengan maksud meningkatkan pemikiran analisis dan

kemampuan memecahkan masalah.

Selanjutnya, metode terakhir adalah seminar dan presentasi. Seminar

bermakna sebagai pertemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah

dibawah pimpinan ahli (guru besar, pakar dan lainnya). Jadi, prinsipnya seminar

(13)

dipegang oleh pimpinan seminar dalam mengarahkan dikusi yang terjadi setelah

suatu masalah dipresentasikan oleh seseorang atau seseorang lain yang mewakili

kelompok, tiap kelompok atau perwakilan kelompok dapat mengajukan

pertanyaan, menyumbangkan ide dan lainnya, yang pada akhirnya seminar akan

dibuat suatu kesimpulan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita analisis Kebutuhan pendidikan dan

Pelatihan merupakan langkah awal yang penting dalam manajemen kediklatan.

Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan merupkan kesenjangan kompetensi yang

dipersyaratan dalam jabatan dengan kompetensi yang secara nyata dimiliki oleh

aparatur dalam jabatan dengan kompetensi yang secara nyata dimiliki oleh

aparatur dalam pelaksanaan tugas (Peraturan Menteri Dalam Negeri RI nomor 31

tahun 2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di

Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah).

Dapat penulis tambahkan, bahwa kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan dapat

terdiri dari tiga kategori (Peraturan Menteri Dalam Negeri RI nomor 31 nomor

2007 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan

Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah), yaitu:

1. Kebutuhan pada tingkat organisasi/lembaga.

2. Kebutuhan pada tingkat jabatan/posisi.

3. Kebutuhan pada tingkat individu/perorangan.

Demikian dari kebutuhan dari pendidikan dan pelatihan ini ada tiga langkah

utama yaitu: 1. Indetifikasi kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan.

(14)

3. Penilaian Kesenjangan pengetahuan, sikap dan keterlampilan.

Dari hasil yang dapat dimaksud, yang akan menjadi sebuah tujuan

Pendidikan dan Pelatihan yaitu dengan adanya kompetensi dasar dan indikator

keberhasilan. Kompetensi dasar merupakan suatu tujuan umum yang dapat

menggambarkan pengetahuan, sikap dan keterlampilan yang harus dicapai oleh

peserta dalam suatu program atau jenis diklat tertentu.

1.5.1.5Jenis dan Jenjang Diklat

Menurut peraturan Jaksa Agung 068/A/JA/07/2007 tentang jenis dan

jenjang diklat , penulis ingin memaparkan Jenis Diklat Fungsional Kejaksaan,

Diklat Fungsional Kejaksaan adalah pendidikan dan pelatihan yang

dipersyaratkan untuk mencapai kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang

Jabatan Fungsional tertentu. Diklat Fungsional Kejaksaan terdiri dari:

1. Bidang tugas Pembinaan meliputi antara lain: Diklat Bendaharawan, Diklat

Kearsipan , Diklat Pranata Komputer, Diklat Kepustakaan, Diklat

Penelitian, Diklat Widyaiswara dan Diklat Perancang Peraturan

Perundang-undangan.

2. Bidang tugas Intelijen meliputi Diklat Sandiman.

3. Bidang tugas Pengawasan meliputi Diklat Auditor.

Jenis-jenis Diklat Teknis dan Fungsional lainnya sesuai dengan

perkembangan dan kebutuhan Kejaksaan akan ditetapkan dengan Keputusan

(15)

1.5.1.6 Kurikulum dan Struktur Program

Menurut Peraturan Jaksa Agung 068/A/JA/07/2007 tentang Kurikulum dan

Struktur Program terdapat pada pasal 17, yaitu:

a. Penyusunan kurikulum Diklat harus mengacu pada standar kompetensi

jabatan.

b. Kurikulum Diklat Prajabatan dan Diklat Kepemimpinan ditetapkan oleh

Instansi Pembinaan.

c. Penyusunan kurikulum Diklat Teknis dan Diklat Fungsional akan

ditetapkan dengan Peraturan Jaksa Agung RI.

d. Kurikulum Diklat Teknis Kejaksaan disusun oleh Tim POKJA, Kepala

Pusat Diklat dengan rekomendasi materi dari masing-masing unit kerja

teknis atau instansi terkait lainnya.

e. Kurikulum Diklat Pembentukan Jaksa disusun oleh Tim POKJA bersama

Kepala Pusat Diklat yang rinciannya diatur tersendiri dengan Peraturan

Jaksa Agung RI

f. Kurikulum Diklat Fungsional Kejaksaan selain Diklat Pembentukan Jaksa,

disusun oleh Tim POKJA Widyaiswara, Kepala Pusat Diklat dan

mengadakan koordinasi dengan instansi terkait serta mengacu pada standar

kompentensi jabatan fungsional dimaksud.

g. Struktur Program Diklat Kejaksaan ditentukan oleh Kepala Pusat Diklat

(16)

1.5.1.7 Tenaga Pendidik / Pengajar, Pelatih dan Fasilitator

Tenaga Pendidik/pengajar, pelatih dan fasilitator terdiri dari (Menurut

Peraturan Jaksa Agung 068/A/JA/07/2007 Pasal 17), yaitu:

1. Tenaga pendidik / pengajar, pelatihan dan fasilitator terdiri dari:

a. Widyaiswara;

b. Penyelenggara program DIKLAT;

c. Pejabat struktural di lingkungan Kejaksaan RI;

d. Jaksa Fungsional di lingkungan Kejaksaan RI;

e. Akademisi dari Universitas;

f. Pakar di bidang masing-masing;

g. Pejabat instansi lain yang terkait;

h. Tenaga pendidik dan pelatih lainnya

2. Penentuan Widyaiswara, Pejabat Struktural dan Jaksa Fungsional di

lingkungan Kejaksaan sebagai tenaga pendidik/pengajar, pelatih dan

fasilitaor diatur tersendiri dengan Keputusan kepala Pusat Diklat Kejaksaan

RI.

1.5.1.8 Jangka Waktu Dan Tempat Penyelenggaraan Diklat

1. Jangka waktu penyelenggaraan Diklat untuk masing-masing jenis Diklat

ditetapkan oleh Kepala Pusat Diklat.

2. Tempat penyelenggaraan Diklat di Pusat Diklat Kejaksaan RI atau di

sentra-sentra Diklat yang ditentukan oleh kepala Pusat Diklat sesuai

(17)

3. Sentra Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Kejaksaan

Tinggi Sumatera Utara, Kejaksaan Tinggi Sumatera Selatan, Kejaksaan

Tinggi Jawa Barat, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur dan Kejaksaan Tinggi

Sulawesi

1.5.1.9 Evaluasi dan Penilaian

a. Pada setiap akhir program Diklat diadakan evaluasi dan penilaian

terhadap unsur-unsur Peserta Diklat, tenaga pendidik/pelatih dan

penyelenggara yang terlibat dalam penyelenggaraan Diklat.

b. Hasil evaluasi dan penilaian tersebut pada ayat (1) dilaporkan kepada

Kepala Pusat Diklat.

c. Penilaian terhadap hasil belajar dan sikap kepribadian peserta Diklat

dilaksanakan secara obyektif dan terbuka.

d. Widyaiswara, Pendidik/Pengajar/Fasilitator wajib mengadakan evaluasi

berupa ujian baik secara tertulis maupun tidak tertulis (lisan) yang harus

diikuti oleh seluruh peserta Diklat.

e. Penilaian dan penentuan hasil akhir yang dicapai oleh peserta Diklat

dari masing-masing jenis dan jenjang Diklat ditetapkan oleh rapat

gabungan.

f. Widyaiswara/Pengajar/Pendidik/Fasilitator dan penyelenggara yang

dipimpin oleh Kepala Pusat Diklat.

g. Komponen penilaian terhadap peserta Diklat meliputi unsur-unsur:

(18)

 Sikap perilaku yang terdiri dari: Disiplin, Kepemimpinan, Kerjasama,

Prakarsa dan kehadiran di kelas minimal 85% (delapan puluh lima

persen).

 Keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan: diskusi, studi

kasus, peran serta, penulisan kertas kerja, penulisan makalah, praktek

kerja lapangan, simulasi peradilan, seminar dan presentasi.

Komponen penilaian terhadap Widyaiswara/Pendidik Pengajar/Fasilitator

meliputi unsur-unsur, pencapaian tujuan pembelajaran, sistematika penyajian,

kemampuan menyajikan/ memfasilitasi sesuai program Diklat, ketepatan waku

kehadiran dalam penyajian, penggunaan metode Diklat, pemberian motivasi

kepada peserta, penguasaan materi, penampilan (performance) dan kerjasama

diantara para Pendidik/Pengajar/Fasilitator.

Klasifikasi penilaian terhadap hasil yang diperoleh masing-masing peserta

Diklat, Pendidik/ Widyaiswara/ Pengajar/ Fasilitator didasarkan pada nilai

rata-rata yang diperoleh dan diberikan predikat:

Sangat Memuaskan : 90.00 – 100

Memuaskan : 85.00 – 89.99

Baik Sekali : 77.50 – 84.99

Baik : 70.00 – 77.4

(19)

Ujian ulangan (ujian perbaikan) bagi peserta untuk semua jenis DIKLAT

Teknis maupun Fungsional yang memperoleh nilai dibawah 70 (tujuh puluh)

hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali oleh setiap Pengajar/ Widyaiswara/

Pendidik/Fasilitator.

Nilai hasil ujian ulangan (ujian perbaikan) tidak boleh melebihi batas

minimal nilai kelulusan untuk setiap mata pelajaran.

1.5.1.10 Susunan Organisasi

Susunan Oraganisasi Kejaksaan Menurut Mahendra (1993:102) terdiri dari:

1. Jaksa Agung;

2. Wakil Jaksa Agung;

3. Jaksa Agung Muda Pembinaan;

4. Jaksa Agung Muda Inteljen;

5. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum;

6. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus;

7. Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara;

8. Jaksa Agung Muda Pegawasan.

9. Pusat;

10.Kejaksaan di daerah:

a. Kejaksaan Tinggi;

b. Kejaksaan Negeri.

(20)

1.5.2 Kinerja Jaksa

1.5.2.1 Definisi kinerja

Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Kane (1993) menjelaskan, kinerja

sebagai rekaman hasil kerja yang diperoleh karyawan tertentu melalui kegiatan

dalam kurun waktu tertentu.

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program kebikjasaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi

organisasi . Kinerja jaksa merupakan hasil jaksa atau kemampuan dalam

melaksanakan tugas atau pekerjaan dapat dilihat dari dua sudut, yaitu kemampuan

individu dan kinerja diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seorang jaksa pada

bidang pekerjaan yang ditekuni selama waktu tertentu.

Kinerja didefinisikan secara formal sebagai jumlah kualitas dari tugas yang

terselesaikan secara individu , kelompok atau organisasi. Kinerja manajerial

adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan manajerial yang

meliputi antaralain perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, penyediaan,

pengevaluasian, pengaturan staf, negosiasi, perwakilan dan pengendalian.

Bila sekelompok sumber daya aparatur pemerintah dan segenap

pimpinannya mempunyai kinerja yang baik, maka kinerja pemerintah akan baik

juga. Hampir seluruh cara pengukuran kinerja mempertimbangkan 3 aspek, yaitu:

1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan.

2. Kualitas, yaitu mutu yang diselesaikan.

(21)

Pengertian kinerja (performance) dapat didefenisikan sebagai tingkat

pencapaian hasil atau the degree of accomplishment, atau dengan kata lain kinerja

merupakan tingkat pencapaian dari tujuan organisasi.

Pengertian kinerja telah dirumuskan oleh beberapa ahli manajemen antara

lain sebagai berikut:

1. Stoner dalam bukunya manajemen mengemukakan kinerja adalah fungsi

dari motivasi, kecakapan, dan presepsi peranan.

2. Handoko mengdefenisikan kinerja sebagai proses dimana organisai

mengevaluasi atau menilai prestasi dari kinerja pegawai.

3. Prawiro Suntoro yang mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang

dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam

rangka mencapai tujuan organisasi dalam periode berkala.

Dari ketiga defenisi kinerja diatas , dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang

terdapat dalam kinerja terdiri dari :

1. Hasil fungsi pekerjaan.

2. Faktor yang berpengaruh terhadap presepsi, peranan dan sebagainya.

3. Pencapaian tujuan organisasi.

4. Periode waktu tertentu.

1.5.2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Gibson (1996) menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang

(22)

a. Variabel individu, yang meliputi kemampuan dan ketrampilan, fisik

maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan jenis

kelamin, asal usul dan sebagainya. Kemampuan dan ketrampilan merupakan

faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu, sedangkan demografi

mempunyai hubungan tidak langsung pada perilaku dan kinerja.

b. Variabel organisasi, yakni sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur

dan desain pekerjaan.

c. Variabel psikologis, yakni persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan

kerja dan motivasi

Faktor yang dapat membangun kinerja jaksa terhadap kondisi tenaga kerja , yaitu:

a. Penilaian Kinerja.

Penilaian pelaksanaan yang diharapkan dapat menunjukkan prestasi jaksa

secara teratur sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan karir jaksa secara

teratur sehingga sanggat bermanfaat bagi pengembangan karir jaksa yang dinilai

organisasi secara keseluruhan.

Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu

organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Penilaian kinerja merupakan

proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personel dan usaha untuk

mempertinggi kerja personel dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah proses

penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa tertentu yang menilai hasil karya

(23)

Hasil kerja pegawai selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan , misalnya targer atau sasaran yang telah di tentukan bersama.

Tentunya dalam penilaian tetap mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi

yang mempengaruhi kinerjanya.

b. Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Soeprihanto (2000:39) adalah sebaga berikut:

1. Mengetahui keadaan keterlampilan dan kemampuan setiap pegawai rutin.

2. Untuk digunakan sebagai dasar perencanaan bidang personalia , khususnya

penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil dari kinerja.

3. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan pegawai

seoptimal mungkin, sehingga antara lain dapatdiarahkan jenjang karirnya

atau perencanaan karirnya, keanaikan pangkat dan kenaikan jabatan.

4. Mendorong terciptnya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan dan

bawahan.

5. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang personalia,

khususnya prestasi pegawai dalam bekerja.

6. Secara pribadi, bagi pegawai dapat memacu perkembangannya, sebaliknya

bagi atasan yang menilai akan lebih memperhatikan dan mengenal bawahan,

sehingga dapat membantu dalam memotivasi dalam bekerja.

7. Hasil penilaian kinerja tersebut akan bermanfaat bagi penelitian dan

(24)

c. Unsur-Unsur yang Dinilai

Unsur-unsur yang dapat dinilai dari kinerja adalah :

1. Kerjasama

Kerjasama adalah suatu kemampuan seseorang untuk bekerja bersama

dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah

ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hasil yang telah di targetkan

bersama.

2. Prakarsa

Prakarsa adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan

dan langkah-langkah atau tata pelaksanaan tugas pokok tanpa menunggu perintah

dan bimbingan dari atasannya.

3. Prestasi Kerja

Suatu kinerja yang dipakai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaan yang diberikan kepadanya.Pada umumnya prestasi kerja seorang

pegwai dipengaruhi dengan kecakapan, keterlampilan, dan kesanggupan pegawai

dan bersangkutan.

4. Tanggung Jawab

Kesanggupan seseorang pegawai dalam menyelesaikan tugas dalam

pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu

serta berani memikul resiko atas keputusan yang diambilnya.

5. Ketaatan

Kesanggupan seseorang dalam mentatati segala ketetapan, peraturan

(25)

berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah

ditetapkan perusahaan maupun pemerintah yang bersifat tertulis maupun tidak

tertulis.

6. Kejujuran

Suatu rasa ketulusan hati seseorang dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaan serta kemampuan untuk menyalahgunakan wewenang yang telah

diberikan.

7. Kesetian

Tekad dan kesanggupan dalam menaati, melaksanakan dan mengamalkan

sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Kesetiaan

pegawai terhadap instansi sengat berhugungan dengan pengabdiannya.

Pengabdiannya yang dimaksud adalah sumbangan pikiran dan tenaga yang iklas

dengan mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana

kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan

sementara relevan , belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban

teoritis terhadap rumusan masalah penelitian , belum jawaban yang empirik.

(sugiyono, 2006:70)

Berdasarkan pengertian tersebut , penulis mengajukan suatu hipotesis dari

(26)

1. Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara

varibel indenpendent (X) dengan variabel (Y), maka adanya pengaruh yang

positif antara Pendidikan antara Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja

Pegawai Negeri Sipil di kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara

2. Hipotesis nol (Ho), yaitu tidak adanya hubungan yang mempengaruhi antara

variabel independent (X) dengan Variabel dependent (Y), adaanya pengaruh

negatif antara Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Pegawai Negeri

Sipil di Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara

1.7 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang

menjadi pusat penelitian ilmu sosial. (Singarimbun, 1995:33)

Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi

dari beberapa konsep yang digunakan yaitu:

a. Pendidikan dan Pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar

yang merupakan usaha sadar dan terencana , yang bertujuan untuk

meningkatkan, pengetahuan, kemampuan, keterampilan serta keahlian baik

yang diselenggarakan di dalam maupun di luar organisasi.

b. Kinerja pegawai yaitu hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan

(27)

Dalam hal ini adalah kinerja para pegawai di kantor Kejaksaan Tinggi

Sumatera Utara kejujuran dan kesetiaan.

1.8 Defenisi Operasional

Defenisi operasional menurut Singarimbun (1995:33) adalah unsur yang

memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan

pengukurannya tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja untuk

mendukung analisa variabel-variabel tersebut.

Berdasarkan defenisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa defenisi

operasional yang dilakukan dalam suatu penelitian ini adalah :

1. Pendidikan dan Pelatihan (variabel bebas X) dengan indiktor sebagai

berikut:

a. Perserta

Perserta Diklat adalah para pegawai yang telah memenuhi syarat untuk

mengikuti pendidikan dan pelatihan yang dilakukan dalam suatu

organisasi.

b. Instruktur

Instruktur adalah seseorang yang diberi wewenang untuk memberikan

fasilitas dalam agenda pembelajaran Diklat PNS,menguasai materi dan

mampu mentransferkan ilmu pengetahuan kepada peserta Diklat.

c. Materi Diklat

Materi yang digunakan tenaga penajar saat kegiatan diklat berlangsung

(28)

d. Metode atau Kurikulum Diklat

Metode pendidikan dan pelatihan merupakan suatu cara sistematis

yang dapat memberikan deskriptif secara luas serta dapat

mengkondisikan penyelengaraan pendidikan dan pelatihan untuk

mengembangkan aspek kognitif, efektif dan psikomotorik tenaga

kerja terhadap tugas dan pekerjaannya.

e. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan adalah kesesuaian pelaksanaan diklat dengan

waktu yang telah ditetapkan.

f. Fasilitas Diklat.

Merupakan sarana dan prasarana diklat yang merupakan alat bantu

dan fasilitas penunjang yang dapat digunakan untuk menjamin

efektifitas agenda pembelajaran.

g. Pengelolahan Diklat

Pengelolahan diklat merupakan orang-orang yang mengoptimalkan

seluruh komponen diklat untuk mencapai sasaran diklat secara efektif

dan efisiensi.

2. Kinerja (variabel terikat Y) penelitian ini adalah kinerja pegawai

indikatornya sebagai berikut:

a. Kerjasama

Mampu untuk melakukan kerjasama dengan orang lain dalam

(29)

b. Keputusan

Mampu mengambil keputusan, langkah-langkah dalam

melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan.

c. Prestasi kerja

Kecakapan dan keterlampilan dalam melaksanakan tugas,

kesungguhan dalam pelaksanaan tugas serta hasil kerja sesuai dengan

rencana yang telah di tetapkan.

d. Tanggungjawab

Kesanggupan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan

sebaik-baiknya dan tepat waktu serta mampu memikul resiko dan

keputusan yang diambil/tindakan yang dilakukan.

e. Ketaatan

Menaati segala ketetapan, peraturan perundang-undangan dan

peraturan kedianasan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang

diberikan pimpinan.

f. Kedisplinan

Kedisplinan jaksa dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan

melaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya cepat menjadi

tolak ukur kinerja.

g. Kreativitas

Kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitas dan

mengeluarkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan

(30)

h. Efektivitas dan Efisiensi

Pekerjaan yang dilakukan pegawai harus berjalan secara efektif dan

efesien agar dapat mencapai hasil kinerja karyawan yang maksimal.

1.9 Sismatika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan

hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis,

defenisi konsep, defenisi operasional dan sistematika penelitian.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor, dan

teknik analisa data.

BAB III :

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum tentang objek atau

karakteristik lokasi penelitian yang relefan dengan topik

penelitian, visi dan misi, kedudukan dan tugas dan fungsi.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang di peroleh selama penelitian

(31)

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah

melaksanakan penelitian. Kemudian diintrepertasikan dengan

menggunakan korelasi hubungan antar variabel.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil dari penelitian

yang telah dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan kebijakan pengendalian penyakit demam berdarah dengue di kota Semarang dilakukan secara menyeluruh di setiap tingatan pemerintah dan lapisan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Internalisasi nilai-nilai agama islam, 2) Pembentukan sikap, 3) Perilaku siswa, dan 4) kegiatan ekstrakurikuler

Himpunan bilangan riil Himpunan bilangan

Hanya peserta yang dinyatakan lulus seleksi administrasi dan membawa Kartu Ujian serta bukti identitas diri asli berupa KTP (sesuai dengan data saat registrasi online) yang

penerapan fungsi pengendalian atau pengawasan dilakukan oleh ketua Badan Amalan Islam (BAI) Masjid Baitul Huda UIN Walisongo Semarang dengan cara selalu melakukan

Melalui model pembelajaran Problem based learning dan mengamati gambarserta diskusi melalui Gmeet, dan Whatsapp group tentang keberadaan orang, peserta didik

MES yang dihasilkan pada proses sulfonasi masih mengandung produk- produk samping yang dapat mengurangi kinerja surfaktan sehingga memerlukan proses pemurnian. Menurut Satsuki,

Gambar 5.3Contoh Masukan dan Keluaran Permasalahan I Love Strings Suffix Array yang dilengkapi dengan informasi Longest Common Prefix dapat digunakan untuk menyelesaikan