BAB II
LATAR BELAKANG BERDIRINYA IPTR DI KOTA MEDAN
2.1Heterogenitas Kota Medan (1930-2000-an)
Kota Medan secara geografis terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' -
98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada
pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Medan dengan Pelabuhan Belawan,
pada awalnya merupakan pusat pemerintahan Keresidenan Sumatera Timur bagi usaha-usaha
dagang perkebunan dan bagi pemerintahan Kolonial Belanda.
Pada kedatangan bangsa Eropa yang pertama, Medanmerupakan sebuah desa kecil di
dalam wilayah Kesultanan Deli yang terletak di persimpangan Sungai Babura dan
Deli.Menurut Tengku Lukman Sinar Kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus, seorang Batak
Karo yang mendirikan Medan pada 1 Juni 1590.18
18
Luckman Sinar, Sejarah Medan Tempoe Doeloe, Medan, tanpa penerbit, 1994.,hlm.11-13.
Dengan pertumbuhan ekonomi perkebunan,
Medan dengan cepat berubah secara menyeluruh menjadi Kota Kolonial. Sejak pergantian
abad, penduduk Medan tumbuh terus menerus dari 14.000 ada tahun 1905 menjadi 75.000 pada
tahun 1930.Ketika Kota Medan semakin berkembang, Kota Medan meluas ke tanah
perkebunan dengan izin Sultan Deli, yang harus menerima bahwa wilayahnya memiliki sistem
hukum ganda dari koloni, Sultan tidak memiliki kekuasaan formal atas Kota Medan.
Konsekuensinya Sultan tidak memiliki kekuasaan resmi atas penduduk yang hidup di dalam
kota, apa pun latar belakang etnisnya. Dengan demikian jelaslah bahwa di Medan ada tekanan
kuat pada kelompok-kelompok etnis pribumi untuk menjadi Melayu selama dua atau tiga
kekuasaan komunitas Melayu berimplikasi bahwa mereka bisa menentukan kondisi-kondisi
interaksi etnis dimasa lalu .19
Pada tahun 1920-an, tatanan etnis di Medan mulai berubah, perkembangan perkebunan
sebagai faktor pendorong utama menarik sejumlah etnis untuk bermigrasi ke Kota Medan.
Statistik komposisi etnis penduduk di Medan pada tahun 1930 menunjukkan bahwa Medan
adalah sebuah mikrokosmo dari masyarakat multikultural dan hal ini merupakan karakteristik
sebuah mikrokosmos dengan fitur-fiturnya sendiri. Medan merupakan kota yang terkotak-kotak
dimana bangsa Eropa, Cina, India, dan pribumi menempati daerah kediaman yang
terpisah.20
Sebelum tahun 1942, pemerintah kolonial mendaftar identitas-identitas etnis
rakyatnya.Contoh yang paling terkenal adalah sensus 1930.Dalam Indonesia yang merdeka,
statistik etnis bagi warga Negara Indonesia belum secara umum belum dihimpun, karena
komposisi etnis pada suatu daerah secara umum merupakan hal yang sensitif. Akan tetapi
setidaknya di Medan, para pejabat ditingkat administratif kelurahan dalam sensus tahun
1980-an masih mendata identitas etnis seseor1980-ang. Pada tahun 1980, 1980-antropolog d1980-an sejaraw1980-an,
Usman Pelly memanfaatkan data ini untuk menyusun statistik etnis pertama tentang Kota
Medan setelah perang.Meskipun survey menunjukkan populasi penduduk berdasarkan etnis,
terjadi suatu perubahan yang signifikan terjadi pada penumpukan etnis dalam populasi yang
terjadi setelah tahun 1930.Etnis Cina merupakan kelompok etnis terbesar dalam tahun 1930. Kondisi demikian berlanjut sampai kejatuhan Hindia Belanda ke tangan Jepang tahun
1942.
19
Usman Pelly.,op.cit., hlm. 77.
20
Tetapi meskipun mereka bertambah secara signifikan dalam jumlah yang absolut, persentase
populasi mereka pada tahun 1980 adalah 14 %, kurang dari separuh angka pada tahun 1930.21
Orang Jawa kelompok terbesar kedua pada tahun 1930.Setelah menjadi satu-satunya
kelompok etnis terbesar. Mereka mewakili sekitar duakali lipat jumlah kelompok lain atau
hampir mencapai 30% dari populasi total. Karena kebanyakan Orang Jawa adalah bekas
pekerja perkebunan, maka mereka secara umum kurang berpendidikan, mereka tidak
mendapatkan pekerjaan yang bermutu.Seperti halnya pada masa kolonial mereka adalah para
pekerja disektor informal.22Terlepas dari kenyataan bahwa Orang Jawa merupakan kelompok
etnis terbesar di Kota Medan setelah tahun 1950, mereka tidak dapat mentransformasi ukuran
jumlah mereka menjadi kekuatan politik dan sosial yang setara.23
TABEL 1
Perbandingan Komposisi Penduduk Kota Medan berdasarkan tahun dalam persen(%).
21
Lihat Tabel 1.
22
Pelly.,op.cit.,hlm. 128-136 dan 162.
23
Johan Helsselgren,op.cit.,hlm. 384.
Suku Bangsa Tahun
Sumber : Johan Hasselgren, Batak Toba Di Medan: Perkembangan Identitas Etno-Religius Batak Toba di Medan (1912-1965). Lihat juga Usman Pelly, Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing.
Berdasarkan tabel 1 kelompok Muslim Sumatra yaitu etnis Mandailing dan etnis
Minangkabau pada tahun 1980 telah meningkat persentase mereka dalam populasi menjadi
sekitar 11,9% untuk etnis Mandailing dan 10,9% untuk etnis Minangkabau. Sementara suku
Melayu hanya meningkat sedikit, dari 7% pada tahun 1930 menjadi 8% pada tahun 1980.
Akan tetapi etnis Aceh menunjukkan peningkatan, pada data statistik resmi tahun 1930
populasi etnis Aceh mencapai 0.5%.
Akan tetapi berdasarkan literatur sejarah, etnis Aceh sudah sejak lama bermukim di
Medan, dimana wilayah kerajaan-kerajaan Sumatera Timur dalam masa awal abad ke 8-18
merupakan wilayah taklukan Kerajaan Aceh. Kemudian dalam fase-fase selanjutnya orang
Aceh bermigrasi ke Medan mengalami peningkatan yakni 1,9% dari populasi tahun 1980.
Pertumbuhan populasi ini didukung oleh berbagai faktor dalam sejarah Aceh selain itu, prestise
Orang Aceh sebagai kelompok kelas pengusaha di Kota Medan juga mendorong pertembahan
penduduk ini. Tetapi padatahun 2000 jumlahnya telah mencapai sekitar 2,78%.
Setelah tahun 1950, terdapat beberapa kelompok etnis utama di Kota Medan yakni
Jawa, yang jumlahnya banyak tetapi relatif tidak berdaya, Batak Toba, China, Mandailing,
Minangkabau,Melayu, Aceh dan suku lainnya. Kelompok Melayu mewakili 8-15% populasi.
Dibanding dengan kelompok-kelompok etnis ini, kelompok lain yang telah bermigrasi dari
bagian pulau Sumatera dan Indonesia masih secara signifikan lebih kecil jumlahnya. Apa yang
sebuah kota yang lebih plural dibandingkan dengan zaman kolonial. Berkenaan dengan struktur
kekuatan etnis, tidak satu kelompokpun bisa berhasil mengklaim hak untuk mendominasi
kelompok lain.
Periode Melayu-Muslim sebagai sebuah budaya lokal dominan sebelum tahun 1920
telah berlalu. Setelah tahun 1950 Kota Medan menurut E.burner adalah sebuah “kota para
minoritas”, sebuah tempat yang sangat kompetitif di mana ketegangan dan konflik etnis sering
muncul, dan indentitas memainkan peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari.24
Berkenaan dengan agama data statistik Kota Medan Tahun 2000 menunjukkan bahwa
67% dari populasi Kota Medan merupakan pemeluk Agama Islam, banyak etnis pemeluk
agama Islam di Kota Medan antara lain adalah etnis Aceh (lihat tabel dibawah). Sejak
kedatangan masyarakat Aceh di Kota Medan mereka telah berusaha untuk beradaptasi dengan
pola kehidupan masyarakat kota yang majemuk. Perbedaaan kebudayaan antara orang Aceh
yang dikenal cukup dekat dengan nilai-nilai agama Islam agak sedikit berbeda dengan pola
kehidupan masyarakat Medan yang lebih terbuka dalam mempraktekkan kehidupan agamanya.
Perbedaan ini terlihat dari sikap masyarakat Aceh yang lebih suka berinteraksi dengan
masyarakat yang beragama Islam, namun bukan berarti etnis Aceh tidak memiliki simpati
terhadap masyarakat lain.25
Sementara etnis lainnya yang berada di Kota Medan tidak lagi menggangap masalah
keagamaan sebagai masalah yang harus memisahkan tali kekerabatan. Hal ini dapat dilihat dari
daerah pemukiman, bahwa etnis Aceh lebih suka tinggal di daerah pemukiman yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, misalnya di daerah pemukiman Minangkabau, Mandailing dan
24
Ibid. hlm.108. JohanHasselgren mengutip dari Bruner.
25
Jawa. Akan tetapi keadaan ini tidak menjadi hambatan bagi orang-orang Aceh untuk
berkembang di daerah perantauannya.Nilai-nilai agama yang dikenal dekat dengan masyarakat
Aceh tidak ditinggalkan mereka walaupun mereka berada di daerah perantauan. Hal ini ditandai
dengan kegiatan-kegiatan masyarakat Aceh di Kota Medan yang tidak terlepas dari budaya asli
mereka. Usaha tersebut adalah dengan mendirikan pusat pendidikan agama seperti Pondok
Pesantren yang ditujukan untuk mengembangkan pendidikan agama Islam di Kota Medan.
Pusat pendidikan yang dibangun tidak hanya diperuntukan bagi etnis Aceh saja, melainkan
dapat digunakan semua etnis.
Di dalam data tersebut juga di jelaskan bahwa pemeluk agama Kristen mencapai 21,02,
dan 10% orang Buddis. Dua kelompok terakhir ini hampir terdiri dari orang China dan Orang
Batak serta suku lain Indonesia yang bermigrasi ke Kota Medan.26
TABEL 2
Persentase Penduduk Kota Medan Menurut Agama Tahun 2000.
Agama Jumlah dalam persent
(%)
Sumber : Usman Pelly, Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing.
Masuknya para migran ke Kota Medan secara umum merupakan orang-orang dari
berbagai kelompok etnis, penting untuk dicatat bahwa mereka tidak tersebar secara homogeni
di seluruh kota. Dibandingkan dengan zaman Kolonial, Kota Medan tidak lagi terbagi secara
formal diantara kelompok etnis yang berlainan. Setiap orang pada prinsipnya boleh bermukim
dimana ia suka.27
Akan tetapi kelompok-kelompok etnis cenderung menyukai wilayah tertentu dan
membentuk kampung-kampung etnis, dimana sebuah proporsi signifikan dari tetangga mereka
merupakan bagian dari kelompok etnis yang sama. Dinamika etnis ini pada umumnya
merupakan fakta yang sudah dikenal di Kota Medan tetapi yang dibuktikan oleh data sensus
penduduk Kota Medan Tahun 2000.
Usman Pelly menunjukkan bahwa penghidupan utama kelompok etnis memainkan
peranan dalam menentukan di mana mereka memilih untuk bermukim. Misalnya, orang Batak
Karo, yang pada tahun 1980 hanya mencapai 5% dari populasi total, tersebar dibagian selatan
distrik Kecamatan Medan Baru, sebelah barat Bandara Polonia. Dalam tiga kelurahan,
Beringin, Titi Rante dan Padang Bulan, populasi pada tahun 1980 mencapai 65% Orang Karo.
Mengikuti tradisi dari masa Kolonial, banyak Orang Karo mengeluti usaha suplai makanan,
utamanya sayuran dan buah-buahan, ke Kota Medan.28 Etnis Cina masih mendominasi bagian
timur kota, para anggota komunitas Cina bergerak menuju wilayah ini. Mereka diikuti oleh
etnis Minangkabau, yang berpencaharian sebagai seniman dan pemilik toko-toko
kecil.29Kecamatan-kecamatan yang ditambah pada tahun 1973 di dominasi oleh etnis Jawa dan
Melayu.30
27
JohanHasselgren., op.cit., hlm. 385.
Salah satu contoh adalah Kecamatan Deli dan Labuhan, sekitar 70% dari
populasinya adalah etnis Jawa dan Melayu.Setelah Tahun 1950, batas-batas administratif secara
prinsip ditarik tanpa memandang batas-batas kampung etnis.Kebijakan ini pada taraf tertentu
28
Usman Pelly, op.cit.,hlm. 42 dan 310.
29Ibid
., hlm.23.
30
diambil dalam upaya menghilangkan arti penting kampung etnis.Oleh karena itu, orang bisa
menjumpai wilayah-wilayah dengan konsentrasi kelompok etnis tertentu yang lebih tinggi,
meskipun hal ini tidak muncul dalam statistik yang ada.
Meskipun keragaman dan komposisi etnis merupakan aspek yang penting dari
perkembangan Kota Medan setelah tahun 1950, akan tetapi terdapat juga beberapa tendensi
sebaliknya yang menjembatani kesenjangan antar kelompok etnis.
Dalam angakatan bersenjata dan birokrasi sipil yang tengah berkembang loyalitas
bersama terhadap negara dipupuk, meskipun faktor-faktor etnis masih memiliki arti penting
dalam perjungan mencapai kedudukan. Bahasa nasional Bahasa Indonesia, yang secara kuat
dianjurkan dalam pendidikan dan media setelah tahun 1950, merupakan faktor yang lain.
Di Kota Medan transisi ini berlangsung secara lebih mudah dan menentukan ketimbang
di bagian Indonesia lainnya. Hal ini dikarenakan oleh Bahasa Melayu yang secara umum
merupakan cikal-bakal Bahasa Indonesia telah merupakan Lilingua francadiantara orang-orang
pribumi selama masa Kolonial di Kota Medan. Tidak adanya kelompok etnis yang
mendominasi setelah tahun 1950-an juga menyiratkan bahwa tidak ada bahasa etnis tertentu
yang bisa mengkalim lebih diatas yang lain. Bahasa Indonesia dipandang modern dan netral
dalam batasan etnis, sedangkan pengunaan bahasa etnis hanya terbatas di rumah atau di
kampung etnis tertentu.31
Adaptasi kebudayaan yang dilakukan masyarakat Aceh di Kota Medan adalah dengan
proses perkawinan. Hal ini ditujukan untuk memperluas tali silaturahmi dan hubungan
kekeluargaan antara masyarakat Aceh dan masyarakat lainnya di Kota Medan. Hal ini
menunjukan bahwa orang-orang Aceh berusaha untuk memperkenalkan budaya mereka
31Ibid.,
terhadap masyarakat luar, tetapi mereka juga tidak menutup diri untuk mempelajari budaya
masyarakat lain yang masih dianggap relevan dengan nilai-nilai agama. Secara aktifitas
masyarakat Aceh di Kota Medan mampu berinteraksi dengan baik dengan keadaan sosial di
Kota Medan.32
Heterogenistas yang tercipta sejak masa Kolonial di Kota Medan menciptakan sebuah
kondisi kota yang plural. Dalam kerangka masyarakat yang prural di Kota Medan didalamnya
terdapat unsur-unsur etnis yang tetap hidup dan mempertahankan identitasnya dalam bentuk
asosiasi-asosiasi etnis yang hidup berdampingan.Salah satu asosiasi etnis yang berkembang di
Kota Medan adalah IPTR sebagai asosiasi etnis Aceh yang bertujuan untuk mempertahankan
identitas kesukuan Aceh di tengah-tengah kemajemukan masyarakat Kota Medan.
2.2Kompetisi Dalam Membentuk Dinasti Etnik
Antara tahun 1950 dan 1960, terjadi persaingan yang terlihat jelas antara pedangang
Minangkabau dan Cina di pusat Pasar Sentral. Pedangang Cina mulai menguasai Pasar Sentral
setelah terjadi kebakaran. Pedagang Cina mampu membeli tempat yang baru dibangun kembali
sedangkan pedagang Minangkabau hanya mampu menguasai 10% - 15% nya saja. Tidak hanya
di Pusat Pasar saja, pada tahun 1950an Pajak Ikan lama di kuasai oleh pedagang-pedagang
Aceh, tetapi berhasil juga di geser oleh dominasi etnis keturunan Cina. Masyarakat etnis
keturunan Cina mulai menguasai perdagangan Kota Medan dan mengeser pedagang-pedagang
pribumi seperti Pedagang Minangkabau dan Aceh. Pedagang Aceh khususnya mulai
32
mengalami kemunduran yang cukup besar, bahkan sangat banyak perusahaan milik Aceh
terpaksa gulung tikar.33
2.3Pekerjaan Masyarakat Aceh di Kota Medan
Terdapat beberapa kelompok etnis di Kota Medan antara lain Mandailing,
Minangkabau, Aceh, Jawa, Karo, Cina, Sunda, Nias dan lain sebagainya. Tetapi terdapat 2
kelompok etnis terbesar yaitu Mandailing dan Batak Toba. Kelompok etnis Mandailing dan
Batak Toba bersaing dalam mendominasi lapangan kerja kepegawaian.Walaupun orang
Mandailing telah menegakkan suatu dinasti dalam bidang itu selama periode Kolonial.
Sejumlah besar orang Toba yang dididik sekolah-sekolah gereja berpindah ke kota dan
merupakan tantangan bagi posisi Mandailing. Orang Batak Toba yang berpendidikan itu
memperoleh pekerjaan-pekerjaan di Kota sebagai pegawai negeri, dan pekerja setengah
terampil untuk bisnis dan perkebunan.
Demikian juga diberbagai kantor pemerintah, terutama Kantor Gubernur, Agraria,
ABRI, Industri, Keuangan, Pekerjaan Umum, Kesehatan, Pendidikan dan kantor-kantor
pemerintahan lainnya.diberbagai kantor-kantor pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta,
suku Mandailing (termasuk Sipirok, Angkola dan Padang Lawas) jumlah melebihi
kelompok-kelompok etnis lain dan mereka berusaha bersatu menghadapi masuknya orang Batak Toba
keposisi-posisi yang mereka kuasai. Mereka juga berusaha membentuk persekutuan yang
33
didasarkan solidaritas Islam dengan kelompok-kelompok etnis lain seperti Melayu dan
Minangkabau.34
Dari kelompok etnis Muslim yang bermigrasi ke kota setelah kemerdekaan
(Mandailing, Minangkabau, Aceh, Sunda, dan Jawa), suku Mandailing berada pada posisi
paling menguntungkan untuk memperoleh pekerjaan-pekerjaan bagus dalam dinas
kepegawaian negeri tanpa memperoleh hambatan-hambatan sosial atau politis.
Berbeda dengan orang Melayu, akibat dari sebagian besar elit mereka yang terlibat
dalam membentuk dan memimpin Negara Sumatera Timur yang dianggap anti republik,
mereka sangat sulit memperoleh jabatan-jabatan ditingkat tinggi. Orang Minangkabau dan
Jawa tidak dianggap di Sumatera Utara sebagai penduduk asli, dan sukar untuk memperoleh
jabatan-jabatan politis tertinggi. Kebijakan ‘Putera Daerah” ini di dasarkan pada perasaan anti
Jawa (pusat) yang berkembang permulaan 1957 (sebelum peristiwa PRRI). Ketika itu
daerah-daerah luar Jawa meminta bagian yang lebih banyak dalam Anggaran Nasional untuk
pembangunan dan kesempatan bagi bukan suku Jawa untuk memegang jabatan kepemimpinan
nasioanal. Pergolakan ini dikenal sebagai “ Pergolakan Daerah” memiliki suatu efek psikologis
yang positif bagi orang Mandailing (Angkola/Sipirok) di Sumatera Utara. Sebab berbeda
dengan orang Minangkabau, orang Mandailing merupakan penduduk asli Sumatera Utara.
Karena itu, situasi politis dan sosial tersebut memberi mereka alasan untuk mempertahankan
kedudukan sentral mereka atas posisi-posisi tinggi dalam pemerintahan daerah.Walau terdapat
banyak orang Minangkabau yang berpendidikan, hanya lulusan universitas yang memiliki
kecenderungan kuat untuk menjadi pegawai negeri.
34
Kebanyakan orang Minangkabau lulusan SMA (sederajat) mencari pekerjaan dalam
bidang perdagangan, dan menghindari pekerjaan seperti pesuruh, juru ketik di kantor-kantor
pemerintah. Sebab orang Minangkabau tidak menganggap pekerjaan-pekerjaan terakhir ini
cukup bergengsi bagi mereka.
Hanya sedikit sekali dari kelompok etnis Aceh yang memegang jabatan-jabatan tinggi
di Kota Medan, karena kebanyakan dari orang mereka telah pulang ke Aceh setelah
pemberontakan Darul Islam (DI) dalam tahun 1958. Tahun 1958 terdapat pesetujuan
“Pemulihan Keamanan” antara gerakan DI pimpinan Daud Beureueh dengan pemerintah pusat
di Jakarta.
Para pemberontak Darul Islam kembali kepangkuan republik dan memperoleh amnesti
umum, dan diizinkan kembali memasuki dinas militer dan pemerintahan. Lebih jauh, Aceh
menjadi sebuah Provinsi terpisah dari Sumatera Utara dalam otonomi khusus dalam bidang
pendidikan dan agama. Status ini disebut sebagai Daerah Istimewa. Sejak saat itu, banyak
orang Aceh yang berpendidikan dari Medan dan kota-kota lain kembali ke Aceh. Sebagai
putera-putera daerah, mereka bisa memperoleh posisi-posisi yang lebih baik di Aceh, terutama
mereka yang berpendidikan universitas.35
Kelompok Etnis Aceh, tersebar di berbagai tempat di Kecamatan Kota Medan.
Kebanyakan pedagang, pegawai, dan pekerja harian. Orang Aceh pada tahun 1950-1960an
banyak yang menguasai perdagangan besar, terutama perdagangan hasil bumi, ekspor dan
impor, serta perbankan.
Tahun 1981, terdapat empat macam bank di Medan, yaitu Bank Negara, Bank Swasta
Nasional, Bank Swasta Cina, dan Bank Asing. Sebelum 1972, dua dari enam bank swasta
35
adalah milik pengusaha pribumi Indonesia dan selebihnya milik pedagang keturunan Cina.
Bank Sumatera (Bank of Sumatera) yang dimiliki pedagang-pedagang Aceh mengalami
kerugian besar ketika beberapa peminjam (kreditornya) yaitu pengusaha-pengusaha Cina kabur
keluar negeri dengan membawa sejumlah uang bank tersebut, akhirnya bank tersebut ditutup.36
Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) pemiliknya yang pertama adalah orang Mandailing,
hampir bangkrut karena mismanajemen, penguasaan atas bank beralih kepada pengusaha
keturunan Cina yang berhasil mengambil alih dan menyelamatkan bank.37
2.4 Berdirinya Ikatan Pemuda Pelajar Tanah Rencong (IPTR)
Sejarah migrasi orang-orang Aceh ke Kota Medan yang dilakukan setelah tahun
1950-an tidak lagi di dominasi oleh faktor ekonomi d1950-an keam1950-an1950-an tapi juga di dorong oleh faktor
pendidikan. Fasilitas pendidikan yang lebih mendukung di Medan mendorong orang-orang
Aceh untuk menyekolahkan anaknya ke Kota Medan.38
Orang Aceh menganggap bahwa pendidikan Kota Medan lebih berkualitas
dibandingkan sekolah-sekolah yang ada di Aceh. Kualitas pendidikan di Sumatera Utara pada
umumnya lebih baik daripada di Aceh. Pada tahun 1950-an, Sekolah Menengah Pertama di
Aceh sangat terbatas dan hanya terdapat di kota-kota besar saja.39
Di Kota Medan para pemuda perantau Aceh menjalin komunikasi dengan
pemuda-pemuda Aceh yang belajar di Kota Medan. Para pemuda-pemuda Aceh biasanya bertemu di
tempat-36
Wawancara, dengan Usman Pelly, Medan, 19 September 2013.
37
Usman Pelly.,op.cit.,hlm 144.
38
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah,
Sejarah Pendidikan Daerah Istimewa Aceh,Jakarta : Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984, hlm 4.
39
tempat umum seperti kedai kopi untuk bertukar kabar. Dalam tradisi masyarakat Aceh di
kampung asalnya orang-orang Aceh sangat gemar mengunjungi kedai kopi untuk menikmati
kopi dan berdiskusi. Tradisi ini kemudian terus berlanjut ketika mereka bermigrasi ke Kota
Medan. Setelah sering bertemu dan bertukar pikiran dan semakin banyaknya para pemuda dan
pelajar yang ada di Medan membuat mereka berinisiatif untuk membuat suatu asosiasi yang
dapat mengakomodasi kepentingan pemuda-pemuda dan para pelajar (termasuk Mahasiswa)
Aceh di Kota Medan. Asosiasi dapat membantu mereka mempertahankan identitas etnis dan
memberikan suatu forum untuk mengekspresikan kepentingan-kepentingan etnis.40
IPTR didirikan di Medan Oleh Zainuddin Jusuf (seorang pegawai perusahaan), Bukhari
Kasim (pelajar), M. Noernikmat (pengusaha), Mustapa Sulaiman, Said Ibrahim, Cut Zahara dan
beberapa pemuda Aceh lainnya pada tanggal 12 Juli 1953 dan disahkan oleh rapat anggota pada
tanggal 2 Agustus 1953. Rapat tersebut dihadiri ratusan pelajar (SMP, SMEP, SMA, SMEA)
dan para pemuda serta dua orang mahasiswa yang berasal dari Aceh, bertempat di Balai
Prajurit Jalan Bukit Barisan Medan (sekarang gedung BCA).
akhirnya
para pemuda dan pelajar Aceh sepakat membentuk IPTR.
Terbentuknya IPTR memiliki nilai yang sangat positif bagi masyarakat Aceh di Kota
Medan baik yang baru datang ke Medan maupun yang sudah sejak lama bermukim di Kota
Medan. IPTR menjadi tempat pemuda-pemuda Aceh untuk berdiskusi dan membahas
permasalahan yang dihadapi para pelajar di Kota Medan.
Mengenai nama IPTR, pada rapat anggota tanggal 12 Juli 1953 tersebut, ada yang
mengusulkan organisasi ini bernama Ikatan Pemuda Pelajar Aceh, Ikatan Pemuda Seulawah
40
dan sebagainya.41 Namun nama Ikatan Pemuda Pelajar Tanah Rencong akhirnya secara
aklamasi dan disahkan menjadi nama organisasi pemuda dan pelajar masyarakat Aceh di
Medan. Nama IPTR sendiri dicetuskan oleh salah seorang anggota IPTR yang bernama Idris.42
Penggunaan kata Tanah Rencong pada Ikatan Pemuda mahasiswa Tanah Rencong mewakili
seluruh masyarakat Aceh karena Rencong merupakan senjata khas rakyat Aceh dan juga dapat
diterima seluruh peserta rapat.43
Pemuda pelajar yang dimaksud adalah mereka yang berusia remaja baik pelajar,
mahasiswa, maupun pemuda yang telah bekerja, tetapi tidak termasuk pelajar SR (Sekolah
Rakyat) atau SD (Sekolah Dasar) sekarang. Pada saat awal berdirinya IPTR memiliki struktur
organisasi yang sangat sederhana yaitu Zainuddin Yusuf sebagai Ketua, M. Jusuf Hanafiah
sebagai wakil ketua dan Bahdi sebagai sekretaris. Seiring dengan perjalanannya, struktur IPTR
mulai mengalami perubahan besar. Pada saat ini struktur IPTR terdiri dari Penasehat, Dewan
Pertimbangan, setelah itu pengurus utama dipimpin oleh Ketua Umum, Ketua I-V, Sekretaris
Umum, Bendahara Umum, Biro Mahasiswa, Biro Pemuda, Biro Pelajar, dan dibantu dengan
Seksi seperti seksi Keuangan, Seksi Kesenian dan seksi-seksi lainnya. Pada saat berdirinya
IPTR yang menjadi unsur pengurus pertama tahun 1953-1954 adalah Zainuddin Yusuf sebagai
Ketua, M. Jusuf Hanafiah sebagai wakil ketua dan Bahdi sebagai sekretaris. Kepengurusan
selanjutnya yaitu pada tahun 1954-1956 IPTR di pimpin oleh M. Noernikmat sebagai ketua dan
M. Jusuf Hanafiah sebagai wakil ketua. Pada tahun 1956-1957 IPTR dipimpin oleh Zainuddin
Yusuf dan T. Cut Ahmad sebagai wakil ketua. Kepemimpinan IPTR yang paling lama
41
Aceh Sepakat, op.cit., hlm. 35.
42
Idris merupakan anggota kepolisian Sumatera Utara dan juga seorang Back PSMS Medan yang sangat terkenal pada masa itu, dia juga merupakan pemuda Aceh yg tinggal di Kota Medan.
43
dipegang oleh Bustami Usman sebagai ketua dan Zurbandi Daud sebagai wakil ketua yaitu dari
tahun 1984-2000. 44
Pada saat awal berdiri Seketariat IPTR berada di rumah salah seorang anggota
pengurus. Tahun 1954-1955 ketika ketua umum IPTR dipegang oleh M. Noernikmat IPTR
membeli sebuah rumah sederhana milik tuan Rudin yang terletak di Jalan Amaliun nomor 25
Kelurahan Kota Maksum Kecamatan Medan Area, Kota Medan.45
2.5 Struktur Organisasi IPTR
Struktur organisasi adalah bagan atau kerangka antar hubungan dari satuan-satuan
organisasi atau bidang-bidang kerja yang didalamnya terdapat pimpinan, tugas dan wewenang
serta perang masing-masing personalia dalam totalitas organisasi. IPTR Medan dalam struktur
organisasinya memiliki landasan kerja dengan membentuk empat bidang yang membawahi
departement-departemen di kordinir oleh para ketua I-V dan Sekretaris I-V. Seluruh
departemen berada dibawah pimpinan Umum yang terdiri dari ketua umum, sekretaris umum
dan bendahara umum. (Untuk Lebih Jelas Lihat Lampiran 3)
Pembagian tugas adalah pengelompokan tugas yang sejenis dan menjadi tanggung
jawab yang harus dilaksanakan oleh seorang personalia pengurus. Perincian tugas dari setiap
personalia pengurus secara garis besar adalah sebagai berikut:
Ketua Umum
44Ibid
, hlm 21.
45
Ketua umum adalah penanggungjawab serta koordinator umum organisasi dalam
melakukan tugas-tugas intern maupun ekstern. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari
dibantu oleh sekretaris umum dan bendahara umum serta pengurus harian lainnya.
Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan
Ketua bidang penelitian dan pengembangan adalah penanggungjawab dan koordinator
kegiatan penelitian dan pengembangan. Dalam aktivitas sehari-hari bidang ini dibantu oleh
sekretaris bidang penelitian dan pengembangan, departemen data dan informasi.
Ketua Bidang Pembinaan Anggota
Ketua bidang pembinaan anggota adalah penanggungjawab dan koordinator dibidang
pembinaan anggota yang meliputi pembinaan terhadap anggota di komisariat dan rayon. Dalam
aktivitas sehari-hari dibantu oleh sekretaris bidang pembinaan anggota, departemen
pengkaderan dan departemen dakwah.
Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi
Ketua bidang pembinaan aparat organisasi adalah penanggungjawab dan koordinator
kegiatan pembinaan aparat organisasi. Dalam aktivitas sehari-hari dibantu oleh sekretaris
bidang pembinaan aparat organisasi, departemen pengembangan aparat dan departemen
pengembangan organisasi.
Ketua Bidang Minat dan Bakat
Ketua bidang minat dan bakat adalah penanggungjawab dan koordinator kegiatan
dibidang Minat dan bakatyang meliputi persoalan penyaluran hobi dan kesenian anggota.
Dalam aktivitas sehari-hari dibantu oleh sekretaris bidang minat dan bakat, departemen
olahraga dan departemen seni dan budaya.
Ketua bidang hubungan masyarakat adalah penanggungjawab dan koordinator segala
aktivitas yang berkaitan dengan kerjasama dengan orang-orang, lembaga-lembaga, instansi dan
badan-badan lain dalam rangka meningkat ukhuwah dan keperluan informasi. Dalam aktivitas
sehari-hari bidang ini dibantu oleh sekretaris bidang hubungan masyarakat, departemen
komunikasi dan transformasi serta depatemen hubungan antar lembaga.
Sekretaris Umum
Sekretaris umum adalah penanggungjawab dan koordinator kegiatan dibidang
kesekretariatan, kegiatan luar bersama-sama dengan ketua umum menanggani masalah-masalah
eksternal yang bersifat umum. Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh para sekretaris
bidang dan departemen kesekretariatan.
Sekretaris Bidang Penelitian dan Pengembangan
Sekretaris bidang penelitian dan pengembangan bersama-sama dengan ketua bidang
penelitian dan pengembangan mengelola kegiatan dibidang penelitian dan pengembangan yang
meliputi departemen data dan Informasi. Bertindak atas nama sekretaris umum melaksanakan
kegiatan sekretaris di bidang penelitian dan pengembangan.
Bidang Pembinaan Anggota
Sekretaris bidang pembinaan anggota bersama-sama dengan ketua bidang pembinaan
anggota mengelola kegiatan di bidang pembinaan anggota yang meliputi kegiatan departemen
pengkaderan dan departemen dakwah. Bertindak atas nama sekretaris umum untuk
melaksanakana kegiatan di bidang pembinaan anggota.
Sekretaris Bidang Pembinaan Aparat Organisasi
Sekretaris bidang pembinaan aparat organisasi bersama-sama dengan ketua bidang
meliputi departemen pembinaan aparat dan departemen pengembangan organisasi. Bertindak
atas nama sekretaris umum untuk melaksanakan kegiatan sekretaris dibidang pembinaan aparat
organisasi.
Sekretaris Bidang Minat dan Bakat
Sekretaris bidang minat dan bakat bersama-sama dengan ketua bidang minat dan bakat
menggelola kegiatan dibidang minat dan bakat yang meliputi departemen olahraga dan
departemen seni dan budaya. Bertindak atas nama sekretaris umum untuk melaksanakan
kegiatan sekretaris dibidang minat dan bakat.
Sekretris Bidang Hubungan Masyarakat
Sekretaris bidang hubungan masyarakat bersama-sama dengan ketua bidang hubungan
masyarakat mengelola kegiatan dibidang hubungan masyarakat yang meliputi departemen
komunikasi dan trasnformasi dan departemen hubungan antar lembaga. Bertindak atas nama
sekretaris umum untuk melaksanakan kegiatan sekretaris dibidang hubungan masyarakat.
Bendahara Umum
Bendahara umum adalah penganggungjawab dan koordinator dibidang keuangan dan
logistik. Kegiatan keluar bersama dengan ketua umum menangani masalah-masalah eksternal
yang bersifat umum. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari dibantu oleh wakil bendahara.
Departemen Data dan Informasi
Departemen data dan Informasi bertugas untuk melakukan pendataan terhadap anggota,
data tentang bakat dan minat anggota, potensi daerah dan informasi-informasi untuk
kepentingan organisasi.
Departemen pengkaderan bertugas untuk melakukan pengkaderan terhadap anggota
baik secara formal maupun informal, melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.
Departemen Dakwah
Departemen dakwah bertugas untuk meningkatkan nilai keislaman anggota melalui
kegiatan-kegiatan keislaman seperti pengajian, kajian keislaman, PHBI (Peringatan Hari Besar
Islam), dan lain-lain.
Departemen Pembinaan Aparat
Departemen pembinaan aparat bertugas ubtuk melakukan pembinaan terhadapt aparat
organisasi baik di tingkat cabang maupun penertiban terhadap rayon dan komisariat.
Departemen Pengembangan Organisasi
Departemen pengembangan organisasi bertugas untuk melakukan pengembangan terhadap
adanya kemungkinan pembentukan rayon dan komisariat baru.
Departemen Olahraga
Departemen olahraga bertugas untuk mengelola kegiatan-kegiatan olahraga,
pembentukan klub-klub olahraga serta mengkoordinir manajemen keolahragaan ditingkat
mahasiswa dan pemuda.
Departemen Seni dan Budaya
Departemen seni dan budaya bertugas untuk melakukan pengembangan bakat dan minat
anggota melalui lembaga-lembaga dan sanggar yang dibentuk oleh bidang minat dan bakat.
Departemen Komunikasi dan Transformasi
Departemen komunikasi dan transformasi bertugas untuk melakukan hubungan dengan
maupun materil serta melakukan pengarahan terhadap anggota dalam bentuk penggerahan
masa.
Departemen Hubungan Antar Lembaga
Departemen hubungan antar lembaga bertugas untuk melakukan hubungan dengan
lembaga-lembaga atau institusi-institusi serta instansi pemerintah dalam rangka membangun
hubungan pertemanan dan persaudaraan dalam rangka menjalin kerjasama dan kebutuhan
informasi.
Departemen Keseketariatan
Departemen keseketariatan bertugas untuk melakukan pengeloloan terhadap
administrasi keseketariatan berupa sirkulasi surat-surat, pengaarsipan, dan lain-lain yang
berhubungan dengan tugas-tugas administrasi perbidang serta bidang umu secara keseluruhan.
Departemen Keuangan dan Logistik
Departemen keuangan dan logistik bertugas untuk mengelola pemasukan dan
pengeluaran dana organisasi serta mencari sumber-sumber pemasukan baru yang berguna bagi
kemandirian organisasi dan melakukan usaha-usaha perawatan terhadap logistik serta
penambahan logistik bagi kebutuhan organisasi.46
2.6 Sumber Dana IPTR
Menurut Anggaran Dasar Pasal VII serta Anggaran Rumah Tangga Pasal V menjelaskan
bahwa sumber dana IPTR berasal dari Uang Pangkal, Uang Iuran, Sumbangan-sumbangan
46
sukarela dan usaha-usaha lain yang sah. Pada saat awal berdiri sumber dana utama IPTR adalah
dari sumbangan.
Usaha pengumpulan dana melalui iuran anggota tidak pernah berhasil disebabkan faktor
kesulitan ekonomi para anggota terutama kalangan mahasiswa.47 Sumbangan sukarela yang
diterima dari para donatur biasanya sangat besar peranannya dalam bergerakannya setiap
kegiatan yang akan dilakukan IPTR. Sumbangan-sumbanganitu berasal baik dari pemerintah,
perorangan, maupun perusahaan. Pada saat awal berdirinya IPTR ketika terjadi peristiwa
DI/TII IPTR juga mendapat bantuan pinjaman dana dari Pemerintah Sumatera Utara melalui
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan guna membantu para pelajar Aceh yang sedang mengalami
kesulitan biaya hidup untuk melanjutkan pendidikannya di Medan.48
Beberapa donatur perorangan berskala nasional yang pernah memberikan sumbangan
berupa dana kepada IPTR pada saat melaksanakan suatu kegiatan yang tercatat antara lain :
• Presiden Soekarno sebesar Rp. 25.000
• Bung Hatta sebesar Rp. 20.000
• Abdul Haris Nasution Rp. 25.000
• Idham Khalid Rp. 20.000
• Ali Sastroamijoyo Rp. 20.000
• Kolonel Simbolon Rp. 30.000
Tidak hanya sumbangan dari perorangan saja, donatur IPTR juga banyak dari
perusahaan-perusahaan khususnya perusahaan yang berasal dari Aceh ataupun perusahaan yang
47
Laporan Pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Tanah Rencong (IPTR) Medan Periode 1984-1987, disampaikan pada : Konferensi luar biasa IPTR Cabang Medan, 15-16 September 2000.
48
dimiliki oleh orang Aceh.49
• PT. KARTANI adalah perusahaan yang bergerak dibidang Perkebunan
Beberapa perusahaan yang tercatat pernah membantu IPTR antara
lain adalah :
• Firma Ghazali & Co adalah perusahaan yang bergerak di Bidang Ekspor Impor
• PT. KIMIKAJU adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan minyak kelapa, penggergajian kayu, penggilingan padai, produsen kopra, ekspor impor dan perdagangan berbagai rempah-rempah
• PT. Gotong Rojong Djaja adalah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan, pertanian, perindustrian serta ekspor impor
• Firma Toko Puspa adalah perusahaan yang bergerak dibidang ekspor impor dan industri
• PT. ASDA adalah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan serta perindustrian
• PT KUPENA adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri karet
• PT. PERSIG adalah perusahaan yang bergerak dibidang ekspor impor
• PRIMKOPAK adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengangkutan barang antar provinsi
• Fa. PMTOH adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengangkutan umum antar provinsi
• ELOK adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengangkutan Medan-Aceh
• CV. Nasional adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengangkutan barang antar provinsi
• Firma MURNI TEGUH adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor impor barang
• KOBPAT (Koperasi Bus Pengangkutan Atjeh Timur) adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengangkutan
• CV. TAMAN adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengangkutan, perdagangan serta ekspor impor
• CV. AZIMAT adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengangkutan Medan-Aceh
• CV. AULA COMPANY adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor impor
• CV. SABAR TRADING COMPANY adalah perusahaan yang bergerak dibidang ekspor impor
• PT.HARMONI adalah perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan
• PT. MURIDA adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri perkebunan dan perdagangan
• Apotik WAHID adalah perusahaan yang bergerak dibidang obat-obatan
• Firma DAOOD DJAFAR Coy adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor dan impor
• PT. MALIGAS DWI USAHA adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan, perindustrian, pertanian, serta perdagangan
49
• CV. ADAT adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perindustrian, ekspor dan impor.
• NV. PERMAI adalah perusahaan yang beregrak dalam bidang impor dan ekspor
• NV. Bank Of Sumatera adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan
• PT. MASKAPAI ASURANSI “INVESTA” adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi
• PT. BAHRUNY adalah perusahaan yang beregrak dalam bidang perkebunan
• PT. EMHA adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan
• Firma Aceh Kongsi adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan
• PT. Bank INDAKO adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan keuagan.50
50