• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Penggunaan Bahan Tambahan (Accelerator Admixture) , Kapur Dan Pengaruh Curing Pada Pembuatan Bata Beton Ringan Sebagai Alternatif Pengganti Bata Merah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Penggunaan Bahan Tambahan (Accelerator Admixture) , Kapur Dan Pengaruh Curing Pada Pembuatan Bata Beton Ringan Sebagai Alternatif Pengganti Bata Merah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Batu Bata merupakan salah satu material sebagai bahan pembuat dinding. Kira-kira dimulai pada 8000 SM di Mesopotamia, manusia pertama kali menemukan bahwa t a n a h l i a t d a p a t d i b e n t u k d a n d i j e m u r u n t u k m e n g h a s i l k a n b a h a n b a n g u n a n . B a t u b a t a j e n i s i n i b a n y a k d i g u n a k a n d i d a e r a h T i m u r T e n g a h , A f r i k a U t a r a , A m e r i k a T e n g a h d a n A m e r i k a U t a r a .

(2)

panjangnya,di mana bata-bata tersebut diletakkan di atas lapisan mortar yang tebal.

Setelah kejatuhan/runtuhnya Roma pada 410 M, maka seni membuat bata tersebut hilang diseluruh Eropa hingga awal dari abad ke 14. Industri bata kembali marak setelah Flemish masuk ke Inggris pada abad tersebut dan kemudian, keahlian ini masuk ke Australia bersama Pembuangan Pertama (The First Fleet).

Bangunan-bangunan bata yang pertama di benua Amerika Utara di bangun pada tahun 1633 di Pulau Manhattan dengan menggunakan bata-bata yang diimpor dari Belanda dan Inggris (sumber : www.wikipedia.com).

Namun seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan batu bata ini mulai digantikan oleh bata beton ringan. Hal ini dikarenakan proses pembuatan batu bata merah sangat merusak lingkungan. Adapun syarat kuat tekan batu bata merah untuk kelas 25 menurut SNI 15-2094-2000 adalah sebesar 25 kg/cm2 atau 2.5 N/mm2.

Perkembangan dunia konstruksi Indonesia tidak pernah terlepas dari penggunaan beton sebagai material perkuatan struktur. Menurut (Abdullah Yudith, 2008) berdasarkan beratnya, beton diklarifikasikan menjadi 3 jenis yaitu :

a. Normal-weight concrete yaitu beton dengan massa jenis sekitar 2400 kg/m3.

(3)

c. Heavy-weight concrete yaitu beton dengan massa jenis lebih dari 3200 kg/m3.

Aplikasi penggunaan normal-weight concrete biasanya sebagai bahan bangunan rumah atau gedung. light-weight concrete umumnya dipergunakan sebagai dinding ataupun atap bangunan gedung. heavy-weight concrete biasanya dipergunakan untuk pembangunan struktur bangunan tinggi, jembatan atau flyover.

Pembuatan beton ringan dengan agregat dimulai sejak munculnya agregat ringan yang dibuat dari proses pembakaran clays pada tahun 1917 oleh S.J Hayde. Pemakaian beton ringan pertama kali diperkenalkan oleh Amerika pada perang dunia I (1917) oleh Perusahaan Emergency Fleet Building untuk konstruksi kapal dan perahu dengan beton ringan bertulang berkekuatan 34,47 MPa dengan massa jenis berkisar 1760 kg/m3.

(4)

itu material ini juga memiliki karakter sebagai isolator kebisingan maupun panas yang baik sehingga tidak mudah terbakar sampai lebih dari 3 jam (sumber : www.wikipedia.com).

Menurut (Tiurma Simbolon , 2009) ada beberapa cara untuk memproduksi beton ringan tetapi semuanya hanya bergantung pada rongga udara dalam agregat atau pembuatan rongga udara dalam beton. Berikut adalah beberapa cara pembuatan beton ringan.

1. Beton ringan dengan batuan berongga atau agregat ringan yang digunakan sebagai pengganti agregat kasar. Berdasarkan tingkat kepadatan dan kekuatan beton yang dihasilkan dan berdasarkan jenis agregat ringan yang dipakai, beton ringan dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

a. Beton insulasi (insulating concrete)

Beton ringan dengan massa jenis berkisar 300 – 800 kg/m3 berkekuatan tekan berkisar 0,6 – 6,89 Mpa. Beton ini banyak digunakan untuk keperluan instalasi karena mempunyai konduktivitas panas yang rendah serta kemampuan untuk meredam suara.

b. Beton ringan dengan kekuatan sedang (Moderate Strength Concrete)

(5)

agregat ringan seperti : terak, abu terbang, batu serpih dan agregat ringan alami lainnya

c. Beton Struktural (Struktural Concrete)

Beton ringan dengan massa jenis berkisar 1440 – 1850 kg/m3 dengan kuat tekan berkisar 17,24 Mpa pada saat umur beton mencapai 28 hari. Untuk mencapai kekuatan sebesar itu,beton ini menggunakan agregat kasar seperti expanded shale, clays, slate dan slag.

2. Beton ringan tanpa pasir (No fines concrete)

Beton ini tidak menggunakan pasir sehingga mempunyai jumlah pori-pori yang banyak. Beton ini mempunyai massa jenis berkisar 880 – 1200 kg/m3 dengan kuat tekan berkisar 7 – 14 Mpa yang dipengaruhi oleh berat isi dan kadar semen. Pemakaian beton ini sangat baik untuk instalasi struktur.

3. Beton ringan yang diperoleh dengan memasukkan udara ke dalam beton atau mortar (beton aerasi) atau Aerated Lightweight Concrete

(ALC)

Beton ini mempunyai massa jenis berkisar 200 – 1440 kg/m3 dan biasanya digunakan untuk keperluan insulasi. Dengan menambahkan

foaming agent maka volume adukan beton akan mengembang secara otomatis sehingga lebih ekonomis.

(6)

yang terbuat dari campuran semen, pasir kuarsa , foaming agent sebagai bahan pengembang secara kimiawi, kapur, air, dan dapat dikategorikan sebagai beton aerasi.

a. Semen Portland

Menurut (Paul Nugraha dan Antoni , 2007) semen Portland adalah material yang mengandung paling tidak 75 % kalsium silikat, dan sisanya tidak kurang dari 5 % Aluminium silikat, Aluminium feri silikat dan Magnesium Oksida. Pada tabel 1.1 ditunjukkan komposisi kimia komponen yang ada di dalam semen portland.

Tabel 1.1 Komposisi Utama Semen Portland (Paul Nugraha, Antoni ,2007)

Nama Kimia Rumus Kimia Singkatan %

berat

Tricalcium silikate 3CaO.SiO2 C3S 50

Dicalcium silikate 2CaO.SiO2 C2S 25

Tricalcium Aluminate 3CaO.Al2O3 C3A 12

Tetracalcium Alumminoferrite 4CaO.Al2O3.Fe2O3 C4AF 8

Gysum CaSO4.H2O CSH2 3

(7)

Ada banyak semen jenis portland dan masing-masing mempunyai sifat yang berbeda,yaitu di antaranya :

• Tipe 1, semen Portland jenis umum, yaitu jenis semen Portland untuk

penggunaan dalam konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.

• Tipe 2, semen jenis umum dengan perubahan-perubahan, yaitu jenis

semen yang tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

• Tipe 3, semen Portland dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini untuk

membangun struktur bangunan yang menuntut kekuatan tinggi atau cepat mengeras.

• Tipe 4, semen Portland dengan panas hidrasi yang rendah. Jenis ini

khusus untuk penggunaan panas hidrasi serendah-rendahnya.

• Tipe 5, semen Portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan jenis khusus

untuk digunakan pada bangunan yang terkena sulfat seperti di tanah, atau di air yang tinggi kadar alkalinya.

b. Pasir

(8)

c. Air

Air juga berperan penting dalam pembuatan bata ringan karena melunakkan campuran agar bersifat plastis. Air yang digunakan juga harus bebas dari asam dan limbah.

d. Foaming Agent

Foaming Agent pada saaat dicampur dengan kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir dan air akan beraksi sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton tadi. Gelembung-gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan, hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Rongga-rongga tersebutlah yang membuat bata beton menjadi ringan. Menurut ASTM C 796 – 87a,Table 1, Foaming Agents for Usse in Producing Cellular Concrete Using Preformed Foam , banyaknya foaming agent yang digunakan dalam suatu percobaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉= 156.62

(62.4− 𝑊𝑊𝑊𝑊𝑉𝑉) 𝑥𝑥

71.0

(1000− 𝑊𝑊𝑊𝑊𝑉𝑉)

Di mana: Wuf adalah massa jenis foaming agent (kg/ m3). Wuf biasanya berkisar antara

32 sampai 64 kg/m3.

(9)

Menurut (Limanto Sentosa , 2009) proses pembuatan beton ringan (AAC) adalah sebagai berikut komposisi AAC yang telah ditentukan dicampur dan selanjutnya dituang ke dalam cetakan. Reaksi yang terjadi antara foaming agent dan material lainnya seperti semen dan kapur akan menghasilkan buih-buih mikroskopik hidrogen (H2) dan volume beton pun akan mengembang. Selanjutnya beton ringan tersebut dapat dimasukkan ke dalam mesin

autoclave di mana beton ringan tersebut dicuring dengan mengontrol temperatur sebesar 374o F dan tekanan sebesar 1,82 Mpa untuk menuntaskan semua reaksi kimia yang terjadi dalam adonan beton ringan tersebut. Akan tetapi mengingat mahalnya harga mesin autoclave , tidak semua beton ringan dicuring dengan mesin tersebut. Menurut ASTM C 567 , Unit Weight of Structural Lightweight Concrete Beton ringan juga dapat dicuring layaknya beton biasa.

Adapun beberapa keuntungan penggunaan bata beton ringan di antaranya sebagai berikut :

a. Kedap air sehingga sangat kecil terjadinya rembesan air. b. Pemasangan lebih cepat.

c. Ringan, tahan api, dan mempunyai kekedapan suara yang baik.

Adapun beberapa kekurangan penggunaan bata beton ringan adalah sebagai berikut :

a. Perekat yang digunakan biasanya adalah semen instan.

(10)

1.2Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui teknik pembuatan bata beton ringan.

2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan admixture (bahan tambahan) yaitu accelerator admixture pada pembuatan bata beton ringan.

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan kapur pada pembuatan bata beton ringan.

4. Untuk mengetahui pengaruh curing pada pembuatan bata beton ringan. 1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : a. Properties pembuatan bata beton ringan.

b. Pengaruh penambahan accelerator admixture terhadap karakteristik c. Pengaruh kadar zat kapur terhadap karakteristik bata beton ringan. d. Pengaruh curing terhadap karakteristik bata beton ringan.

1.4 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini ada beberapa lingkup masalah yang dibatasi , yaitu karakteristik bahan yang digunakan sebagai benda uji adalah sebagai berikut :

a. F’c bata beton ringan = 2,5 Mpa b. Material yang digunakan :

1. Semen Tipe I ( Semen Biasa) 2. Pasir

3. Kapur / Limestone

(11)

5. SikaSet Accelator dari Sika c. W/C ratio = 0,55

d. Kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm e. Variasi Benda Uji

1. Variasi Menggunakan Kapur dengan Perawatan

Perbandingan Jenis

Foaming agent yang digunakan 8.5 cc per kg semen.

2. Variasi Tanpa Kapur dengan Perawatan

Perbandingan Semen : Pasir = 1 : 2 , dengan W/C ratio sebesar 0.55

Lama Curing (Hari) Jenis Benda Uji Banyak Sampel

3 Kubus 5

7 Kubus 5

14 Kubus 5

21 Kubus 5

28 Kubus 5

(12)

3. Pengaruh Penggunaan Accelerator Admixture yaitu SikaSet Accelerator pada beton ringan, tanpa kapur, tanpa perawatan.

Perbandingan Jumlah aditif

per 1 kg semen

(L)

Jenis Benda Uji

Banyak Sampel

Semen Pasir

1 2 - Kubus 5

1 2 0.11 Kubus 5

1 2 0.15 Kubus 5

Foaming agent yang digunakan 8.5 cc per kg semen

Total benda uji : Kubus sebanyak 70 (tujuh puluh) buah. 1.5Mekanisme Pengujian Benda Uji

1. Pengujian mekanika properties material di Laboratorium Rekayasa Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara

2. Pembuatan bata beton ringan di pabrikan bata beton ringan.

3. Pengujian bata beton ringan di Laboratorium Rekayasa Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara untuk pengujian :

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu di masa kepemimpinan Presiden SBY (2004-2009), dalam kondisi tekanan internasional tidak begitu kuat, maka peluang SBY-JK untuk melakukan inisiatif yang

penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyalurkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata (Aditama, 2006). Tanggung jawab apoteker rumah sakit adalah: 1)

Dari data kelembaban udara yang didapatkan saat penelitian, dapat dilihat pada tabel 1 , terdapat 3 data kelembaban udara yang melebihi kelembaban udara ideal, hal ini

Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti dalam menerapkan strategi City Branding di Kota Surakarta terdapat beberapa subdranding yang diusung. Sub-brand

Sama seperti strategi untuk unit bisnis I yaitu melakukan diferensiasi untuk meningkat- kan kualitas produk serta menyeleksi dan memilih pemasok susu yang berkualitas

Bagaimana merancang Pusat Informasi Pariwisata Nusa Tenggara Timur di Kupang, yang dapat memberi informasi dan gambaran tentang objek wisata alam dan budaya Nusa Tenggara Timur

Demikian pula untuk siswa dengan kemampuan matematika rendah, siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Knisley-Mulyana telah menunjukkan kemampuan representasi

Maka dengan adanya kasus tersebut penulis tertarik untuk meneliti tradisi penarikan kembali harta seserahan pasca perceraian yang terjadi di Kelurahan Titian Antui Kecamatan