• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Komunitas Nekton Di Perairan Danau Siombak Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Struktur Komunitas Nekton Di Perairan Danau Siombak Kecamatan Medan Marelan Kota Medan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Danau

Perairan disebut danau apabila perairan itu dalam, dengan tepi yang umumnya curam.Air danau biasanya bersifat jernih dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah pinggir saja. Berdasarkan pada proses terjadinya danau dikenal danau tektonik yang terjadi akibat gempa dan danau vulkanik yang terjadi akibat aktivitas gunung berapi (Barus, 2004).

Menurut Odum (1994) pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: danau alami dan danau buatan. Danau alami merupakan danau yang terbentuk sebagai akibat dari kegiatan alamiah, misalnya bencana alam, kegiatan vulkanik dan kegiatan tektonik. Danau buatan adalah danau yang dibentuk dengan sengaja oleh kegiatan manusia dengan tujuan-tujuan tertentu dengan jalan membuat bendungan pada daerah dataran rendah.

(2)

Ekosistem Danau

Ekosistem air yang terdapat di daratan secara umum dibagi atas 2 yaitu perairan lentik dan lotik. Perairan lentik disebut sebagai perairan tenang, misalnya danau, rawa, waduk, situ, telaga. Perairan lotik disebut juga sebagai perairan berarus deras, misalnya sungai, kali, kanal, parit. Perbedaan utama antara perairan lotik dan lentik adalah dalam kecepatan arus air. Perairan lentik mempunyai kecepatan arus yang lambat serta terjadi akumulasi massa air dalam periode waktu yang lama. Sementara perairan lotik umumnya mempunyai kecepatan arus yang tinggi, disertai perpindahan massa air yang berlangsung dengan cepat (Barus, 2004).

Kutarga, et al. (2008) measumsikan bahwa keberadaan danau sangat penting dalam turut menciptakan keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, danau merupakan ekosistem yang terdiri dari unsur air, kehidupan akuatik, dan daratan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya muka air, sehingga adanya danau akan mempengaruhi tinggi dan rendahnya muka air. Selain itu, adanya danau juga akan mempengaruhi iklim mikro dan keseimbangan ekosistem di sekitarnya. Odum (1994), menyatakan lingkungan air tawar sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup ikan. Habitat air tawar menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi dibandingkan habitat laut dan darat.

Odum (1994) menyatakan ekosistem danau mempunyai tiga zona yaitu: 1. Litoral

(3)

permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.

2. Limnetik

Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan bakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.

3. Profundal

(4)

Ekosistem Danau Siombak

Danau Siombak terletak di Kelurahan Rengas Pulau, Medan Marelan, berjarak 18 km sebelah utara dari pusat Kota Medan. Danau ini tidak secara alami terbentuk, melainkan sebuah danau buatan yang pada mulanya merupakan daerah rawa-rawa. Danau buatan ini mempunyai sejarah tersendiri, yakni sekitar tahun 1980 tanah di rawa-rawa itu dikeruk untuk menimbun pembuatan jalan tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera) sepanjang 34 km. Luas daerah yang dikeruk dari tanah milik masyarakat. Danau yang berada diketinggian dua meter di atas permukaan laut itu, sangat potensial sebagai sebuah tempat tujuan wisata karena memiliki keindahan alam. Danau itu terletak di antara dua sungai, yaitu Sungai Deli yang bermuara di Bagan Deli, Belawan, dan Sungai Terjun yang bermuara di Kuala Deli, Belawan (Agustini, 2013).

Karakteristik Fisika dan Kimia di Danau

Suhu

(5)

faktor-faktor oseanografi dan geografi, dan dapat spesifik ekosistem. Suhu mempengaruhi aktivitas ikan, seperti pernafasan, pertumbuhan dan reproduksi (Huet, 1970).

pH

Sawyer dan McCarty (1978) menyatakan bahwa derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Tingkat keasaman merupakan faktor yang penting dalam proses pengolahan air untuk perbaikan kualitas air. Kondisi perairan bersifat netral apabila nilai pH sama dengan 7, kondisi perairan bersifat asam bila pH kurang dari 7. Sedangkan pH lebih dari 7 kondisi perairan bersifat basa.

(6)

sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah (Susana, 2009).

BOD(Biochemical Oxygen Demand)

Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya

oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik,

pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik

ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh

dari proses oksidasi. Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk

menentukan tingkat pencemaran

air buangan. Sesungguhnya penentuan BOD merupakan suatu prosedur bioassay

yang menyangkut pengukuran banyaknya oksigen yang digunakan oleh organisme

selama organisme tersebut menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu

perairan, pada kondisi yang harnpir sama dengan kondisi yang ada di alam.

Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar

untuk mencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas. Konsentrasi

air buangan/sampel tersebut juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran

tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama

pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan oksigen dalam air

terbatas dan hanya berkisar ± 9 ppm pada suhu 20°C (Salmin, 2005).

Biochemical Oxygen Demand (BOD5) menunjukkan banyaknya oksigen

yang dikonsumsi oleh mikroba aerob dalam proses respirasi untuk menguraikan bahan organik yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20oC selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya. Secara tidak langsung BOD5

(7)

merupakan indikator dari jumlah oksigen terlarut yang digunakan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan pencemar organik. BOD hanya menggambarkan bahan organik yang dapat didekomposisi secara biologis (biodegradable). Pada perairan alami, yang berperan sebagai sumber bahan organik adalah tanaman dan hewan yang telah mati. Perairan alami memiliki nilai BOD antara 0,5-7,0 mg/l (Effendi, 2003).

DO(Dissolved oxygen)

Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan.

Oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan

anorganik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi

bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang dapat

memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang

dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana

dalam bentuk nutrien dan gas. Adanya proses oksidasi dan reduksi inilah maka

peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban

pencemaran pada perairan. Oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme

untuk pernapasan (Salmin, 2005). Huet (1970) menyatakan DO merupakan

perubahan mutu air paling penting bagi organisme air, pada konsentrasi lebih rendah dari 50% konsentrasi jenuh, tekanan parsial oksigen dalam air kurang kuat untuk mempenetrasi lamella, akibatnya ikan akan mati lemas. Kandungan DO di kolam tergantung pada suhu, banyaknya bahan organik, dan bamyaknya vegetasi akuatik

(8)

digunakan sebagai petunjuk kualitas air. Pada umumnya oksigen terlarut berasal dari difusi oksigen dari udara ke dalam air dan proses fotosintesis dari tumbuhan hijau. Pengurangan oksigen terlarut disebabkan oleh proses respirasi dan penguraian bahan-bahan organik. Berkurangnya oksigen terlarut berkaitan dengan banyaknya bahan organik dari limbah industri yang mengandung bahan-bahan yang tereduksi dan lainnya (Effendi, 2003). Huet (1970), menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 mg/L dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun. Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 mg/L selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70%.

Sawyer dan McCarty (1978) menjelaskan bahwa oksigen terlarut dalam perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, arus atau aliran air melalui air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Adanya pergolakan massa air akibat adanya angin atau gelombang membantu meningkatkan kandungan oksigen terlarut karena meningkatnya proses difusi oksigen dari atmosfer ke badan air.

Kedalaman

(9)

sangat dipengaruhi oleh kekeruhan dan keberadaan awan sehingga berfluktuasi secara harian dan musiman (Effendi, 2003).

Dengan bertambahnya kedalaman, proses fotosintesis akan semakin kurang efektif, maka akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut sampai pada suatu kedalaman yang disebut Compensation Depth, yaitu kedalaman tempat oksigen yang dihasilkan melalui proses fotosintesis sebanding dengan oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi. Kadar oksigen terlarut yang turun drastis dalam suatu perairan menunjukkan terjadinya penguraian zat-zat organik dan menghasilkan gas berbau busuk dan membahayakan organisme (Wijana, 2010).

Kecerahan

Cahaya matahari dibutuhkan tumbuhan air (fitoplankton) untuk proses assimilasi. Besar nilai penetrasi cahaya ini dapat diidentikkkan dengan kedalaman air yang memungkinkan masih berlangsungnya proses fotosintesis (Nybakken, 1988). Effendi (2003) menyatakan kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparasi yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk, dimana nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.

(10)

(Nybakken, 1988). Menurut Jubaedah (2006) cahaya dibutuhkan oleh ikan untuk memangsa, menghindar diri dari predator, atau untuk beruaya. Pada daerah gelap yang penetrasi cahayanya kurang, hanya akan dihuni oleh ikan buas atau predator yang lebih menyukai tempat gelap. Effendi (2003) menyatakan nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter, nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukran, kekuruhan dan tersuspensi serta ketelitian seseorang yang melakukan pengukuran kecerahan sebaiknya diakukan pada saat cuaca cerah.

Kekeruhan

Kekeruhan digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan mempengaruhi penetrasi cahaya matahari yang masuk ke badan perairan, sehingga dapat menghalangi proses fotosintesis dan produksi primer perairan. Kekeruhan biasanya terdiri dari partikel anorganik yang berasal dari erosi dari DAS dan resuspensi sedimen di dasar danau. Kekeruhan perairan umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel tersuspensi seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme lainnya. Kekeruhan yang tinggi menyebabkan penurunan penetrasi cahaya secara mencolok, sehingga aktivitas fotosintesis fitoplankton dan alga menurun, yang berakibat produktivitas perairan menjadi turun (Wetzel, 2001).

(11)

tingginya nilai kekeruhan juga dapat menyulitkan usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.

Salinitas

Kandungan kadar garam dalam suatu media berhubungan erat dengan system (mekanisme) osmoregulasi pada organisme air tawar. Affandi (2001) menyatakan bahwa organisme akuatik mempunyai tekanan osmotik yang berbeda-beda dengan lingkungannya. Oleh karena itu, ikan harus mencegah kelebihan air atau kekurangan air agar proses-proses fisiologis di dalam tubuhnya berlangsung normal.

Setiap organisme mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk menghadapi masalah osmoregulasi sebagai respon atau tanggapan terhadap perubahan osmotik lingkungan eksternalnya. Perubahan konsentrasi ini cenderung mengganggu kondisi internal yang mantap. Untuk menghadapi masalah ini hewan melakukan pengaturan tekanan osmotik dengan mengurangi gradient osmotik antara cairan tubuh dengan lingkungannya, melakukan pengambilan garam secara selektif. Pada organisme akuatik seperti ikan, terdapat beberapa organ yang berperan dalam pengaturan tekanan osmotik atau osmoregulasi agar proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat berjalan dengan normal. Osmoregulasi ikan dilakukan oleh organ-organ ginjal, insang, kulit dan saluran pencernaan (Affandi, 2001).

Nekton

(12)

ini (Odum, 1994). Banyaknya speises nekton di suatu perairan dapat memberikan gambaran tentang komunitas nekton yang kompleks di perairan tersebut. Sinaga (1995) menjelaskan bahwa keragaman spesies nekton di perairan, termasuk sungai dapat mendeskripsikan tingkat kompleksitas suatu komunitas nekton di perairan tersebut. Nekton adalah organism perairan yang dapat bergerak atau berenang sendiri dalam air sehingga tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. Contoh nekton adalah aneka ikan-ikan, reptil, mamalia, udang dan lain-lain. Nekton merupakan organisme laut yang bermanfaat bagi manusia terutama untuk perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi.

Ekosistem perairan tawar diakui Bank Dunia kaya akan biodiversitas tetapi selama ini kurang mendapat perhatian dalam proses pembangunan. Akibatnya berbagai aktivitas pembangunan mengancam kelestarian kekayaan biota perairan tawar. Salah satunya ikan air tawar yang mudah terkena dampak berbagai kegiatan manusia di daratan sekitarnya, seperti konversi hutan menjadi pemukiman transmigran dan limbah industri. Penurunan kekayaan jenis ikan air tawar dipercepat pula oleh kerusakan atau lenyapnya habitat (Wargasasmita, 2002).

Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Nekton

(13)

(produksi) ikan terkait dengan kelestarian sumberdaya perikanan, maka semua kebijakan yang diterapkan mempertimbangkan keberadaan sumberdaya dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketentuan Umum Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang perikanan, bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan adalah Pengelolaan perikanan dalam wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia dilakukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya kelestarian sumber daya ikan. Pengelolaan perikanan untuk kepentingan penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan harus mempertimbangkan hukum adat dan kearifan lokal serta memperhatikan peran serta masyarakat.

Keanekaragaman hayati adalah suatu ukuran untuk mengetahui keanekaragaman kehidupan yang berhubungan erat dengan jumlah suatu komunitas. Keanekaragaman jenis (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C) merupakan indeks yang sering digunakan untuk mengevaluasi keadaan suatu lingkungan perairan berdasarkan kondisi biologi. Suatu lingkungan yang stabil dicirikan oleh kondisi yang seimbang dan mengandung kehidupan yang beraneka ragam tanpa ada suatu spesies yang dominan (Odum, 1994).

(14)

Karakteristik dan Struktur Komunitas Nekton di Danau

Pengkajian komunitas biota merupakan dasar dari pengkajian ekosistem secara keseluruhan maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui struktur komunitas ikan berdasarkan keanekaragaman, kelimpahan relatif, dominansi, keseragaman dan indeks similaritas (Odum, 1994). Menurut Kordi (2007) bahwa secara alami, kandungan mineral tawar sangat beragam, tergantung pada sumber dan lokasinya. Dalam ekosistem air tawar, kadar garam yang terlarut dalam air tawar <0.05 %, di mana natrium mempunyai konsentrasi tinggi dibandingkan dengan kalium dan magnesium.

Menurut Odum (1994) komunitas adalah kumpulan dari populasi-populasi yang terdiri dari spesies yang berbeda yang menempati daerah tertentu. Komunitas dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau sifat struktur utama seperti spesies dominan, bentuk-bentuk hidup atau indikator-indikator, habitat fisik dari komunitas, dan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional. Komunitas dapat dikaji berdasarkan klasifikasi sifat-sifat struktural (struktur komunitas). Struktur komunitas dapat dapat dipelajari melalui komposisi ukuran dan keanekaragaman spesies. Struktur komunitas juga terkait juga dengan kondisi habitat. Perubahan pada habitat akan berpengaruh pada tingkat spesies sebagai komponen terkecil penyusun populasi yang akan membentuk komunitas.

(15)

banyak menurut ukurannya pada nilai indeks keanekaragaman (D’), indeks keseragaman (Es) dan indeks dominansi (D). Indeks keanekaragaman adalah ukuran kekayaan spesies dilihat dari jumlah spesies dalam suatu komunitas dan kelimpahan relatif (jumlah individu tiap spesies). Indeks keseragaman/kemerataan adalah ukuran jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas. Semakin merata penyebaran individu/proporsi antara spesies, maka keseimbangan komunitas akan makin meningkat.

Welcome (1985), menyatakan bahwa ikan air tawar dapat dibagi kedalam tiga golongan: jenis black fish, ikan ini memiliki kemampuan adaptasi tinggi diseluruh habitat air tawar, black fish tahan terhadap perubahan lingkungan dan umumnya memiliki alat pernafasan tambahan. Ikan tersebut termasuk jenis ikan residen pada daerah tertentu. Jenis white fish (ikan putihan), termasuk jenis ikan yang aktif bermigrasi selama hidupnya dan sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Ikan tersebut tidak mampu berdaptasi dengan lingkungan yang terus menerus berubah dan ikan ini hidup dibagian permukaan air dan ikan jenis moderat, ikan black fish memiliki kemampuan beradaptasi lebih dari ikan jenis white fish dan dapat ditemukan diberbagai tipe habitat. Jenis ikan black fish

kebanyakan hidup di aliran sungai.

Teknik Penangkapan dan Identifikasi Ikan

(16)

digunakan di parit–parit atau sungai-sungai kecil untuk mengumpulkan nekton kecil dengan memegangnya secara tegak lurus kearah jenis nekton yang akan ditangkap. Jaring ini juga banyak digunakan untuk mengumpulkan jenis nekton yang hidup diantara vegetasi yang lebat, diantara akar-akar tumbuhan yang mengapung dan diantara vegetasi pesisir.

Jala termasuk alat penangkap yang umum dikenal karena hampir setiap nelayan dapat membuatnya sendiri. Alat tangkap ini di samping dapat digunakan sebagai usaha sampingan dapat juga merupakan usaha kecil-kecilan. Pada prinsipnya penangkapan dengan jala ialah mengurung ikan, udang dengan jalan menebarkan alat tersebut demikian rupa sehingga menelungkup atau penutup sasaran yang dikehendaki (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2010).

Gambar

Gambar 2 : Zonasi Danau (Odum, 1994)

Referensi

Dokumen terkait

Kecernaan lemak kasar paling tinggi terdapat pada sapi yang diberi perlakuan rumput lapang dan pakan konsentrat berupa tepung daun murbei dan konsentrat dedak

Jika CoO tidak teroksidasi, seharusnya jika ZnO dan CoO tidak membentuk larutan padat minimal puncak tambahan yang berasal dari CoO muncul pada sudut 28 sekitar

Apabila ditinjau dari defenisi operasional secara menyeluruh, maka berarti hasil kajian secara yuridis normatif berdasarkan aturan hukum acara yang berlaku khusus yang berada di

Hal ini dapat pula dilihat dari signifikansi hubungan peran dan fungsi karu dengan faktor keberhasilan upaya pengendalian IN, di mana peran informasional dan

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan bidan dalam menggunakan APD saat menolong persalinan yang terbanyak adalah dalam kategori tidak patuh yaitu

Ibu hamil dengan status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) cenderung melahirkan bayi BBLR dan dihadapkan pada risiko kematian yang lebih besar

Pada umumnya, biaya atau harga dari suatu produk akan dapat.. menentukan kualitas dari

Ayam yang mendapat perlakuan tanpa dikemas, perlakuan dengan plastik tertutup, dan plastik berlubang pada suhu dingin dilakukan pengamatan sampai hari ke-4 warna ayam yang