• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Pengaruh Kadar Kalsium Saliva Terhadap Pembentukan Kalkulus Pada Pasien Di Instalasi Periodonsia Rsgm Usu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Pengaruh Kadar Kalsium Saliva Terhadap Pembentukan Kalkulus Pada Pasien Di Instalasi Periodonsia Rsgm Usu"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat penelitian ini dilakukan di : -Instalasi Periodonsia RSGM USU

-Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Usu. 3.2.2Waktu Penelitian :

-Bulan November 2014 sampai Januari 2015

3.3Populasi dan sampel 3.3.1Populasi

Populasi penelitian ini adalah pasien yang datang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU.

3.3.2Sampel

(2)

3.3.3Besar Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus, yaitu27 :

𝑛𝑛 =�

1,64�0,5 (1−0.5) + 0,842 �0,70 (1−0,70)�2

(0,2)2

n= 36,345

Keterangan :

n= Jumlah sampel minimal

α= level of significant, penelitian ini menggunakan α= 10%, sehingga Zα = 1,64

β= power of test, penelitian ini menggunakan β= 20%, sehingga Zβ =0,842

Po= proporsi awal penelitian, pada penelitian ini diggunakan Po =50%

Pα= proporsi yang diinginkan dari penelitian, pada penelitian ini digunakan

Pα= 70%

Pα- Po =20%

Dari hasil perhitungan berdasarkan rumus sampel, maka besar sampel pada penelitian ini adalah sebesar 40 orang pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU.

𝑛𝑛 = �𝑍𝑍𝑍𝑍�𝑃𝑃𝑃𝑃(1− 𝑃𝑃𝑃𝑃) +𝑍𝑍𝑍𝑍�𝑃𝑃𝑃𝑃(1− 𝑃𝑃𝑃𝑃)� 2

(3)

3.4Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1Kriteria Inklusi :

-Subjek yang berusia 18-55 tahun -Subjek yang sehat secara sistemik

-Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian -Jenis kelamin

3.4.2Kriteria Eksklusi -Perokok berat

-Penyakit sistemik

-Pasien yang sedang menjalan terapi hormon

-Pasien yang sedang menjalani perawatan khemoterapi

-Mengkonsumsi obat yang dapat meningkatkan kadar ion kalsium saliva

3.5Variabel Penelitian Variabel Bebas

-Pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU

Variabel Tergantung

-Kadar ion kalsium pada saliva -Indek kalkulus Volpe-Manhold Index

Variabel Terkendali

-Alat ukur kadar ion kalsium saliva: Spektrofotometer Serapan Atom

(4)

3.5.1Definisi Operasional

1. Kadar ion kalsium pada saliva adalah jumlah kadar ion kalsium yang terdapat pada saliva. Kadar ion kalsium dari sampel dianalisa dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Pasien dikategorikan kepada saliva normal (1-1,4 Mmol/l), hiperkalsemia ringan (1,43-2 Mmol/l), hiperkalsemia sedang ( 2-3,5 Mmol/l), hiperkalsemia tinggi ( >3,5 Mmol/l) berdasarkan kadar ion kalsium didalam saliva.23

2. Whole Saliva adalah campuran atau sekresi yang tidak hanya terdiri dari sekresi saliva, tetapi juga cairan, debris dan sel-sel yang tidak berasal dari kelenjar-kelenjar saliva.

3. Metode Spitting adalah metode pengambilan saliva dengan cara meludah kedalam tabung uji.

4. Periodontitis adalah suatu penyakit inflamasi pada gingiva yang menyebabkan terjadinya perubahan pada gingiva. Ciri-ciri klinis dari periodontitis ditandai dengan adanya perdarahan yang mudah terjadi, perubahan juga terjadi pada warna, konsistensi dan tekstur permukaan gingiva.

5. Kalkulus adalah massa yang padat yang melekat pada permukaan gigi yang diukur menggunakan prob periodontal dan menggunakan metode The Volpe-Manhold calculus scoring.

6. Pasien di Instalasi Periodonsia adalah pasien yang datang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU untuk mendapatkan perawatan.

3.6Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1Alat-alat :

1. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) 2. Pot saliva

3. Pipet saliva

4. Probe periodontal UNC 15 (Kohler, Germany) 5. Kaca mulut

(5)

3.6.2Bahan Penelitian:

1. Sampel saliva penderita periodontitis 2. Permen karet wax

3.7Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data 3.7.1Pengisian Kuesioner

Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan wawancara langsung mengenai identitas subjek dan riwayat gingivitis dengan bantuan kuesioner terhadap para pengunjung di RSGM FKG USU Medan. Subjek yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka subjek diminta menandatangani lembar informed consent.

Gambar 4.Peneliti sedang melakukan penjelasan kepada subjek penelitian.

3.7.2Pemeriksaan Jaringan Periodontal

(6)

insisif pertama kiri atas, premolar pertama kiri atas, molar pertama kiri bawah, insisif pertama kanan bawah, dan premolar pertama kanan bawah.

Gambar 5. Peneliti melakukan pemeriksaan rongga mulut pada subjek penelitian.

3.7.3Pemeriksaan kalkulus

Kalkulus diperiksa menggunakan indek Volpe-Manhold dimana kalkulus diperiksa pada tiga dataran yaitu permukaan mesial,tengah dan distal dengan

menggunakan prob periodontal (dalam satuan milimeter) pada permukaan lingual dari keenam gigi anterior mandibula. Untuk pengukuran pada dataran mesial dan distal, kalkulus diukur secara diagonal dengan probe sedangkan untuk pengukuran dataran tengah kalkulus diukur secara tegak lurus dengan prob.

3.7.4Proses pengumpulan saliva yang stimulasi

(7)

Gambar 6. Subjek penelitian membuang saliva ke dalam pot saliva.

3.7.5Pengukuran Kadar Ion Kalsium Saliva dengan alat Spektrofotometer Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam, pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas.

Gambar 7. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)28

(8)

Sebuah sampel cairan biasanya berubah menjadi gas atom melalui tiga langkah yaitu

(1) Desolvation (pengeringan): larutan pelarut menguap dan sampel kering. (2) Penguapan: sampel padat berubah menjadi gas.

(3) Atomisasi: senyawa berbentuk gas berubah menjadi atom bebas.

Cara kerja SSA didasarkan pada penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya.

(9)

3.7.6Skema Alur Penelitian

3.8Pengolahan dan Analisa Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan memakai uji statistik sebagai berikut yaitu

uji Pearson untuk melihat pengaruh kadar kalsium saliva terhadap pembentukan kalkulus pada penderita gingivitis.

Pengumpulan Saliva

Pemeriksaan Kalkulus

Pengukuran Kadar Kalsium Saliva

(10)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari 2015 di Instalasi Periodonsia RSGM USU Medan. Pengumpulan data diperoleh dari kuesioner dan pemeriksaan klinis terhadap sampel pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU.

Total subjek yang diperiksa berjumlah 40 orang dan seluruhnya merupakan pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU.

4.1Data Demografi Subjek Penelitian

Data demografi subjek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin dan kelompok usia dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distibusi data demografi pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU

No Variabel Jumlah Persentase

(11)

Pada tabel 1 terlihat bahwa sebagian besar subjek berjenis kelamin perempuan yaitu 33 orang (82,5%). Subjek dengan kelompok usia 18-28 tahun merupakan jumlah subjek terbanyak yaitu berjumlah 28 orang (70%) dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

4.2Data Kebiasaan Oral Higiene

Data kebiasaan oral higiene terdiri dari frekuensi sikat gigi, frekuensi penggantian sikat gigi, kunjungan ke dokter gigi, dan alasan tidak ke dokter gigi yang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi data kebiasaan oral higiene pasien di Instalasi Periodonsia RSGM

USU

No Variabel Jumlah Persentase

1 Frekuensi sikat gigi

(12)

No. Variabel Jumlah Persentase

Total 40 100

3 Kunjungan ke dokter gigi a. Ya

4 Alasan tidak ke dokter gigi a. Biaya mahal

b. Perawatan butuh waktu lama c. Penyakit gigi tidak berbahaya d. Takut dengan peralatan dokter e. Belum mengetahui pentingnya

perawatan gigi

(13)

4.3Data Riwayat Dental

Data riwayat dental terdiri dari sakit gigi, gusi berdarah dan bau mulut yang dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi data riwayat dental pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU

No Variabel Jumlah Persentase

1 Sakit gigi

Pada tabel 3 terlihat bahwa jumlah subjek yang pernah sakit gigi berjumlah 28 orang (70%). Sebagian besar subjek mengalami gusi berdarah yaitu sebanyak 27

(14)

4.4Keparahan Periodonsium Berdasarkan Periodontal Disease Index (PDI)

Tabel berikut ini merupakan data dari Periodontal Disease Index (PDI) keseluruhan subjek penelitian. Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar subjek yaitu 32 subjek (80%) merupakan penderita gingivitis.

Tabel 4. Nilai Periodontal Disease Index (PDI) keseluruhan subjek

No Variabel Jumlah Persentase

1 Periodontal Disease Index a. Normal

4.5Pembentukan Kalkulus Berdasarkan Volpe Manhold Index (VMI)

Tabel menunjukkan data Volpe Manhold Index (VMI) dari keseluruhan subjek penelitian. Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar subjek yaitu 32 subjek (80%) merupakan subjek dengan pembentukan kalkulus ringan.

Tabel 5. Nilai Volpe Manhold Index (VMI) keseluruhan subjek

No Variabel Jumlah Persentase

1 Volpe Manhold Index

a. Tidak ada pembentukan kalkulus

b. Pembentukan kalkulus ringan c. Pembentukan kalkulus berat

(15)

Total 40 100

4.6Kadar Kalsium Saliva Distimulasi

Data ini terdiri dari kadar kalsium saliva distimulasi keseluruhan subjek yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Nilai kadar kalsium saliva distimulasi keseluruhan subjek

No. Nilai Jumlah Persentase

1

Saliva Normal 7 17,5

2

Hiperkalsemia Ringan 11 27,5

3

Hiperkalsemia Sedang 16 27,5

4

Hiperkalsemia Tinggi 6 15

Total 40 100

Pada tabel 6 terlihat bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki hiperkalsemia sedang yaitu 16 subjek (40%) dan sebagian kecil memiliki kadar kalsium saliva yang normal yaitu 7 orang (17,5%).

4.7Pengaruh Kadar Kalsium Saliva Distimulasi Dengan Volpe Manhold Index (VMI)

(16)

saliva dengan Volpe Manhold Index (VMI). Data penelitian dapat dilihat pada tabel 7 berikut :

Tabel 7. Nilai kadar kalsium saliva distimulasi keseluruhan subjek dengan Volpe Manhold Index

Saliva Korelasi Hasil uji statistik

Kadar kalsium saliva 0,658 0,000*

Keterangan: * Uji Korelasi Pearson signifikan pada nilai p < 0,05

4.8Pengaruh Kadar Kalsium Saliva Distimulasi Dengan Periodontal Disease Index (PDI)

Hasil penelitian mengenai kadar kalsium saliva distimulasi dengan

Periodontal Disease Index (PDI) secara umum menunjukkan adanya pengaruh

dengan korelasi moderat yang signifikan antara kadar kalsium saliva terhadap Periodontal Disease Index (PDI) dimana peningkatan dari kadar kalsium saliva diikuti dengan peningkatan skor Periodontal Disease Index (PDI). Data penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Nilai kadar kalsium saliva distimulasi keseluruhan subjek dengan Periodontal Disease Index

Saliva Korelasi Hasil uji statistik

Kadar kalsium saliva 0,421 0,007*

(17)

BAB 5 PEMBAHASAN

Subjek yang menjadi sampel penelitian ini adalah pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU yang berusia antara 18 tahun hingga 55 tahun. Alat yang digunakan untuk mengukur kadar ion kalsium adalah Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan kadar ion kalsium saliva pada pasien yang mengalami penyakit periodontal yang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara usia, oral hygiene dan pembentukan kalkulus pada pasien yang memiliki penyakit periodontal terhadap kadar ion kalsium saliva.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar ion kalsium saliva pada pembentukan kalkulus pada pasien yang memiliki penyakit

periodontal. Menurut Malikha NZ dkk, kadar ion kalsium normal pada saliva adalah 1-2 mmol/L.29 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakuan oleh

Sevon L dkk, dimana terjadi peningkatan kadar ion kalsium pada pembentukan kalkulus pasien periodontitis.13

Pada tabel 1 terlihat sebagian besar subjek adalah perempuan yaitu 33 orang (82,5%). Subjek dengan kelompok usia 18-28 tahun merupakan jumlah subjek terbanyak dibanding dengan kelompok lainnya, yaitu 28 orang (70%).

(18)

tidak ke dokter gigi. Menurut data frekuensi menyikat gigi, didapat bahwa frekeunsi terbanyak subjek menyikat gigi adalah sebanyak 2 kali sehari yaitu 28 orang (70%). Frekuensi penyikatan gigi sangat berpengaruh terhadap oral higiene. Berdasarkan survey olehAdult Dental Health Survey (ADHS) tahun 1998 di Inggris, pada frekuensi menyikat gigi minimal dua kali sehari menunjukkan plak gigi yang lebih sedikit dibandingkan dengan frekuensi penyikatan gigi sehari sekali.30Namun hal initidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suma G, dkk. Menurut penelitian Suma G, dkk. sebanyak 63 subjek (82,89%) menyikat gigi hanya satu kali setiap harinya dan 17,11% yang menyikat gigi dual kali sehari.31 Hal ini menunjukkan subjek mengetahui prosedur pemeliharan kebersihan rongga mulut dengan baik. Pengetahun tersebut mungkin diperoleh subjek dari guru atau orangtua.

Frekuensi penggantian sikat gigi juga memengaruhi kondisi oral higiene. Hal ini karena sikat gigi yang lama tidak diganti dapat menyimpan mikoorganisme dan memiliki bulu sikat yang keras dan kasar sehingga dapat merusak lapisan gigi dan gusi. Pada penelitian ini, didapat bahwa frekuensi terbanyak penggantian sikat gigi adalahlebih dari 3 kali setahun yaitu 22 orang (55%). Hal ini sejalan dengan

American Dental Association (ADA) yang menganjurkan untuk melakukan

penggantian sikat gigi setiap 3-4 bulan sekali atau bisa lebih cepat jika bulu sikat telah rusak.32 Sehingga dari penelitian ini, diketahui subjek mempunyai kesadaran

yang tinggi bahwa kepentingan kesehatan rongga mulut. Data riwayat dental subjek meliputi sakit gigi, gusi berdarah dan bau mulut. Data riwayat dental subjek

menunjukkan bahwa sebagian besar subjek (32,5%) mengatakan biaya mahal yang menjadi alasannya tidak melakukan kunjungan ke dokter gigi apabila sakit gigi.

Pada penelitian ini, kadar ion kalsium dapat dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).33Hal ini bertujuan untuk mengetahui kadar ion kalsium dan hubungannya terhadap Volpe-Manhold Index (VMI) dan Periodontal Disease Index (PDI) pada pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p<0,05) antara

(19)

penelitian, 32 orang (80%) adalah subjek dengan pembentukan kalkulus yang ringan sedangkan 4 orang (10%) merupakan subjek dengan pembentukan kalkulus yang berat. Dalam penelitian, terlihat bahwa subjek yang memiliki saliva normal yaitu 7 orang (17,5%), subjek yang hiperkalsemia ringan yaitu 11 orang (27,5%), subjek yang hiperkalsemia sedang yaitu 16 orang (40%) dan subjek yang hiperkalsemia tinggi yaitu 6 orang (15%). Dalam hasil penelitian, terlihat bahwa 16 orang (40%) subjek menderita hiperkalsemia sedang dari 40 orang subjekDari hasil penelitian terlihat bahwa subjek yang memiliki kadar kalsium yang tinggi ( > 1,14 Mmol/l) tidak sememestinya cenderung menjadi subjek yang dengan pembentukan kalkulus yang berat. Hal ini karena subjek yang memiliki kadar ion kalsium yang tinggi mungkin melakukan penyikatan gigi sebanyak 2 kali sehari dan menjaga oral higiene yang baik sehingga dengan kadar ion kalsium yang tinggi dalam rongga mulut tidak menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pembentukan plak yang banyak.Hasil penelitian ini menjelaskan hubungan bahwa subjek yang mempunyai hiperkalsemia saliva mempunyai skor VMI yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Acharya dkk cit Avn WA yang menyatakan bahwa subjek yang mempunyai kadar ion kalsium yang tinggi cenderung mempunyai risiko pembentukan kalkulus yang tinggi karena kadar kalsium saliva merupakaan salah satu faktor yang penting dalam pembentukan kalkulus dalam rongga mulut.34 Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Dumitrescu AL, yang menyatakan bahwa peningkatan kelompok periodontitis memiliki hubungan yang signifikan dengan tingginya kalsium pada saliva.35

(20)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan kadar ion kalsium saliva yang lebih tinggi cenderung untuk mempunyai penumpukan kalkulus yang lebih banyak. Hal ini diperkirakan karena kadar kalsium saliva yang tinggi dapat mendukung pembentukan kalkulus dengan cara meningkatkan kejenuhan dari komponen kalkulus pada plak gigi. Penelitian Sewon L dkk, juga menunjukkan bahwa kadar ion kalsium saliva sangat penting untuk deposisi dari kalsium fosfat yang dapat mendukung mineralisasi plak sehingga terbentuk kalkulus.13 Kandungan mineral dari kalkulus antara lain terdiri dari kalsium fosfat dalam empat bentuk yang berbeda seperti hidroksiapatit, trikalsium fosfat, oktakalsium fosfat dan dikalsium fosfat, dari keempat bentuk tersebut, hidroksiapatit adalah bentuk yang paling utama.. Ketika keadaan kadar kalsium saliva berada diatas nilai kritis, kadar ion kalsium akan mengalami kejenuhan karena hidroksiapatit sehingga meningkatkan kecenderungan deposit dari kalkulus dan remineralisasi dari lesi white spot enamel. Oleh sebab itu, pembentukan kalkulus lebih dapat terjadi ketika kadar ion kalsium melebihi kadar ion kalsium yang normal yaitu 1,14 Mmol/l dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya, pasien dengan kadar kaslium saliva yang rendah (< 1,14 Mmol/l) mempunyai penumpukan kalkulus yang lebih sedikit. Menurut Ginayah M dkk, kadar ion kalsium normal pada saliva adalah 1-1,4 mmol/L.37Hal ini disebabkan karena pada kadar kalsium saliva yang normal (1,14Mmol/l), kristal kalsium fosfat cenderung larut dan sebaliknya, pada kadar ion kalsium yang tinggi, periodontitis cenderung banyak terjadi.Hal ini sesuai dengan penelitian Khan Gj dkk menunjukkan adanya hubungan

yang signifikan terhadap tingginya konsentrasi kalsium pada kelompak penderita periodontitis.38

(21)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengukuran kadar ion kalsium saliva pada pasien periodontitis disimpulkan bahwa:

1. Peningkatan kadar ion kalsium saliva pada pasien penderita penyakit periodontal yang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU.

2. Ada pengaruh yang signifikan (p< 0,05 ) antara Periodontal Disease Indexdengan kadar ion kalsium saliva pada pasien periodontitis, yaitu terjadi peningkatan kasar ion kalsium saliva seiring dengan tambahnya pembentukan kalkulus.

3. Ada pengaruh yang signifikan (p <0,05 ) antara Volpe-Manhold Indexdengan kadar ion kalsium saliva pada pasien periodontits, dimana pada pasien periodontitis dengan pembentukan kalkulus yang tinggi memiliki kadar ion kalsium saliva lebih tinggi dibandingkan dengan pasien periodontitis yang memiliki pembentukan kalkulus yang rendah.

6.2Saran

1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan tempat pengambilan sampel saliva sama dengan tempat laboratorium menguji kadar ion kalsium saliva agar sampel

saliva dapat diuji selepas pengambilannya untuk mencegah perubahan suhu atau fiziknya sampel.

2. Saliva diharapkan kedepannya dapat dijadikan sebagai alat diagnostik untuk penyakit periodontal dalam bidang kedokteraan gigi.

Gambar

Gambar 4.Peneliti sedang melakukan penjelasan kepada subjek penelitian.
Gambar 5. Peneliti melakukan pemeriksaan rongga mulut pada subjek penelitian.
Gambar 6. Subjek penelitian membuang saliva ke dalam pot saliva.
Tabel 1. Distibusi data demografi pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU
+5

Referensi

Dokumen terkait

a. Lembar observasi,yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati anak didik selama proses kegiatan belajar mengajar secara bersamaan, dimana anak didik diminta

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan partisipasi masyarakat masih tergolong rendah dalam pembangunan kawasan ekowisata mangrove tersebut, namun secara

Proporsi dispepsia fungsional ini juga ditemukan lebih tinggi dibandingkan dispepsia organik dimana berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 1001 subjek di Swedia,

Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor 06/Dep/Dep.6/10/2016 Tentang pedoman penilaian kesehatan

Pada penelitian yang dilakukan di sebuah SMU di Semarang didapatkan sejumlah kecil dari remaja yang diteliti, persentase lemak tubuh merupakan faktor risiko ringan bagi

Jurnal penerimaan kas kurang efisien karena dalam satu transaksi harus melakukan pencatatan dua kali.. Perhitungan bunga simpanan, pinjaman dan tabungan belum dimasukkan

Gambaran pemeriksaan laringoskopi terbanyak yang ditemukan pada pasien disfonia dengan etiologi tuberkulosis laring adalah edema dan hiperemis pada epiglotis

Rekapitulasi Jurnal Transaksi Jurnal Penyesuaian Buku Pembantu Buku Besar Mutasi Saldo Posting Posting Buku besar Posting Penyesuaian Kertas Kerja