Efek Moratorium Izin Kapal Perikanan Terhadap Stok Sumberdaya Ikan Di Laut Arafura dengan Pemodelan Sistem Dinamik
Zulfikar Afandy C25014011
ABSTRAK
Salah satu implementasi kebijakan poros maritim pemerintahan jokowi adalah menjaga kelestarian sumberdaya perikanan, mengingat semakin banyaknya perairan yang telah mengalami overfishing dan jumlah kapal perikanan asing yang berada di perairan Indonesia semakin banyak. Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah melakukan moratorium pengeluaran ijin kapal yang diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 56 Tahun 2014 tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia . Terkait dengan kebijakan tersebut kami ingin menganalisis efek dari moratorium perijinan terhadap stok sumberdaya ikan di Laut Arafura dengan menggunakan model sistem dinamik. Analisa model menggunakan perangkat lunak Stella 9,2. Semua data yang digunakan merupakan data sekuder dari berbagai laporan. Hasil simulasi model menunjukkan pemberlakuan kebijakan moratorium ini, memberikan efek yang cukup signifikan terhadap pemulihan sumberdaya ikan dan udang yang di Laut Arafura.
PENDAHULUAN
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Laut Arafura merupakan perairan paparan benua (continental shelf) yang luas dan subur dan merupakan sebagian dari perairan Paparan Sahul. WPP RI 718 yang meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian timur merupakan salah satu tujuan utama daerah
penangkapan udang dan ikan di Indonesia. Estimasi potensi sumberdaya ikan di WPPNRI 718 mencapai 13% dari potensi sumberdaya ikan laut nasional. Udang dan ikan demersal memiliki kontribusi terhadap produksi perikanan laut nasional masing-masing sekitar 45% dan 20%. Udang dan ikan demersal telah lama menjadi sasaran utama kegiatan penangkapan ikan di WPPNRI 718 oleh armada perikanan yang beroperasi. Diperkirakan, kegiatan yang termasuk dalam kategori Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing di WPPNRI 718 telah berlangsung lama dengan intensitas
yang cukup tinggi, yang mengakibatkan kerugian cukup besar bagi Indonesia baik dari aspek sosial, ekonomi dan ekosistem termasuk aspek pengelolaan sumberdaya ikan secara berkelanjutan (RPP WPP 718).
Beberapa point penting dalam Peraturan Menteri Nomor 56 Tahun 2014 tentang Penghentian Sementara (Moratorium) Perizinan Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia adalah:
1) Menghentikan sementara penerbitan dan perpanjangan ijin usaha perikanan tangkap di WPP RI;
2) Penghentian sementara dilakukan terhadap kapal dengan ukuran > GT dan pembangunannya dilakukan di luar negeri;
Analisis sistem dan pemodelan dapat menjadi alat yang sangat efektif didalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan (Susilo, 1999). Sistem model dinamik merupakan salah satu pendekatan kesisteman yang memiliki beberapa keunggulan antara lain :
1) Dapat menyederhanakan model masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana, dan;
2) adanya umpan balik (feed back) dalam model (Kholil 2005).
Dalam pengembangan model dinamik, penggunaan perangkat lunak (software tool)
computer sangat diperlukan. Melalui perangkat lunak kita dapat melakukan simulasi terhadap model yang telah dikembangkan untuk melihat trend (pola) sistem pada masa yang akan datang seiring perubahan waktu. Sehingga perubahan (perbaikan) yang diperlukan untuk mendapatkan sistem model yang diinginkan dapat dilakukan. Ada dua jenis perbaikan yang dapat dilakukan : a) perbaikan struktural, yakni dengan melakukan
penyempurnaan model
(menambah/mengurangi), dan b) perbaikan fungsional, yakni dengan melakukan penyempurnaan unsur-unsur sistem.
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui kondisi stok sumberdaya ikan di Laut Arafura dalam kaitannya dengan moratorium perizinan usaha perikanan tangkap selama 6 bulan.
METODOLOGI Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan yaitu sistem dinamik, dengan mempergunakan
software Stella 9.2. Data yang digunakan adalah data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari laporan laporan dan dokumen-dokumen serta hasil publikasi data perizinan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jenis dan sumber data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Kegiatan utama dalam pengelolaan perikanan adalah pengaturan pemanfaatan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan memperhatikan kelestarian stock, pada paper ini dikembangkan model yang mensimulasi kondisi stok terkait moratorium ijin penangkapan ikan.
Data Nilai Sumbe r
Jumlah Pukat Udang 19760 GT DJPT 2007
Jumlah Pukat Ikan 115932 GT DJPT 2007
Jumlah Gill Net Oceanik 23360 GT DJPT 2007
Produktivitas Pukat Udang terhadap Udang
0,50 Ton/GT/Tahun Kepmen KP No 61 Tahun 2014
Produktivitas Pukat Udang terhadap Ikan
0,50 Ton/GT/Tahun Kepmen KP No 61 Tahun 2014
Produktivitas Pukat Ikan Laut Arafura terhadap Udang
0,50 Ton/GT/Tahun Kepmen KP No 61 Tahun 2014
Produktivitas Pukat Ikan Laut Arafura terhadap Ikan
3,40 Ton/GT/Tahun Kepmen KP No 61 Tahun 2014
Produktivitas Gill Net Oceanik 0,85 Ton/GT/Tahun Kepmen KP No 61 Tahun 2014
Potensi Lestari WPP 718 855.500 Ton/Tahun Kepmen KP No 45 Tahun 2011
Laju Rekruitmen 1,64
Prinsip pengelolaan sumberdaya mengacu pada model matematik Russel (1932) dalam Dahuri (1999) :
St = So + (G+R) – (M+) (1) Dimana :
St = Stok sumberdaya pada tahun ke t So = Stok sumberdaya pada tahun ke 0 G = Pertumbuhan individu ikan R = Rekruitmen dari sumberdaya ikan M = Tingkat kematian ikan karena faktor alami
F = Tingkat kematian ikan karena faktor penangkapan
Pertumbuhan, rekruitmen dan kematian alami sangat sulit untuk dihitung karena berhubungan dengan kondisi alami yang terjadi pada saat tertentu, akan tetapi model ini diasumsikan nilai matematisnya sesuai dengan data-data dari penelitian yang ada sebelumnya. Pada kondisi lestari (sutainable) jumlah besar rekruitmen ditambah jumlah pertumbuhan harus sama dengan jumlah besar tingkat kematian alami ditambah tingkat kematian karena penangkapan
Untuk menduga stok, Beverton dan Holt (1975) menyatakan ada dua komponen mortalitas yang mempengaruhi rekruitmen yaitu density independent dan density dependent sehingga:
�= �/ ( + )/� (2) Dimana
R: Rekruitmen P: Stock Ikan
α+β: konstanta dua bentuk mortalitas.
Untuk menyesuaikan tingkat komsumsi (St) yang sesuai dengan ambang batas komsumsi (So), banyak variabel yang tidak diatur secara teoritis. Variabel G, R, M secara empirik susah untuk diatur, karena sisi alamiahnya sangat besar daripada sisi manusianya.
Batasan model
Dalam paper ini, rekruitmen didapatkan dengan mengalikan jumlah stok dengan laju rekruitmen, sementara untuk mortalitas, yang dihitung cuma mortalitas karena penangkapan, sedangkan mortalitas alami diabaikan.
Mortalitas penangkapan dihitung dengan menggunakan nilai produktivitas masing-masing alat tangkap yang dikalikan dengan jumlah alat tangkap yang beroperasi sebelum dan sesudah pemberlakuan moratorium.
Alat tangkap yang dikaji yaitu Jaring Insang, Pukat Udang dan Pukat Ikan, yang merupakan 3 alat tangkap yang dominan digunakan di Laut Arafura (tabel 2)
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Kondisi Awal
Pada kondisi ini nilai variabel didasarkan pada data sebelum pemberlakukan moratorium, dimana:
- Jumlah pukat udang : 19.760 GT - Jumlah pukat ikan : 115.932GT - Jumlah jaring insang oseanik 23.360
GT
Kondisi ini berlangsung sebelum moratorium, tepatnya mulai pada bulan 10 (2014) sampai dengan bulan 11.
Proses dilakukan selama 9 bulan mulai dari bulan Oktober 2014 sampai dengan Juni 2015.
b. Pemberlakuan Moratorium
Pemberlakuan moratorium dimulai pada bulan ke 12 (2014) sampai dengan bulan ke 16 (April 2015), dimana pada fase ini tidak ada perpanjangan dan penerbitan izin baru
Pada bulan 12 terdapat beberapa kapal yang expired ijnnya, diantaranya 41 kapal pukat ikan dengan total 9782 GT, 9 kapal pukat udang dengan total 1560 GT dan 1 kapal gillnet oceanik dengan total 199 GT.
Pada bulan Januari (13) kapal yang expired ijnnya, sebanyak 62 kapal pukat ikan dengan total 17345 GT, 3 kapal pukat udang dengan total 518 GT dan 11 kapal gillnet oceanik dengan total 2485 GT.
Pada bulan Februari (14) kapal yang expired ijnnya, sebanyak 25 kapal pukat ikan dengan total 6966 GT, dan 12 kapal gillnet oceanik dengan total 2732 GT.
Pada bulan Maret (15) kapal yang expired ijnnya, sebanyak 62 kapal pukat ikan dengan total 17345 GT, 3 kapal pukat udang dengan total 518 GT dan 11 kapal gillnet oceanik dengan total 1050 GT.
Pada bulan April (16), kapal yang expired ijnnya, sebanyak 20 kapal pukat ikan dengan total 5504 GT, 2 kapal pukat udang dengan total 334 GT dan 3 kapal gillnet oceanik dengan total 1214 GT. Pada bulan ini merupakan akhir dari pemberlakuan moratorium.
Pada bulan Mei (17) tidak adak kapal yang habis masa ijinya, dan pada bulan ini penerbitan ijin baru akan dilanjutkan kembali.
Perubahan jumlah alat tangkap yang beroperasi dapat dilihat pada gambar 2.
19:03 07 Jan 2015 Page 2
10.00 11.75 13.50 15.25 17.00
Months
1: Pukat Ikan 2: Pukat Udang 3: Gill Net
1
10.00 11.75 13.50 15.25 17.00
Months
Pemberlakuan kebijakan moratorium ini, memberikan efek yang cukup signifikan terhadap pemulihan sumberdaya ikan dan udang yang di Laut Arafura, hal ini dapat dilihat pada hasil pemodelan sistem dinamik pada gambar 3.
Pada gambar 3, dapat dilihat peningkatan jumlah stok bertambah seiring
dengan penurunan jumlah alat tangkap yang beroperasi. Peningkatan ini dimulai pada bulan 12 (2014) dan mecapai titik tertinggi pada akhir simulasi pada bulan 17 (Mei 2015).
Stok pada akhir simulasi sebanyak 282.786.834.54 ton
Gambar 2. Jumlah alat tangkap setelah pemberlakukan moratorium
KESIMPULAN
Secara resmi, status pemanfaatan sumberdaya ikan di WPP NRI, termasuk di WPP 718 masih mengacu pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.45/MEN/2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia terlihat bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di WPPNRI 718 sebagian besar berada pada status
over-exploited, kecuali udang (fully – exploited) dan ikan pelagis kecil (moderate
– exploited).Untuk ikan demersal sebagai target pengelolaan yang sudah dalam kondisi over-exploited memerlukan adanya pengurangan kegiatan penangkapan dalam rangka mengembalikan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Sehingga pemberlakuan Pemberlakuan kebijakan moratorium perlu diperpanjang memberikan efek yang cukup signifikan terhadap pemulihan sumberdaya ikan dan udang yang di Laut Arafura.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R. 1999. Pengelolaan Perikanan Secara Berkelanjutan. Makalah disajikan pada Seminar Kelautan. Jakarta
Republik Indonesia. 2014. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 54 Tahun 2014 tentang Rencana Pengelolaan Perikanan WPP 718. Sekretariat Jenderal KKP RI. Jakarta.
Republik Indonesia. 2014. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 56 Tahun 2014 tentang Moratorium Perizinan Usaha Perikanan Tangkap Wilayah Republik Indonesia. Sekretariat Jenderal KKP RI. Jakarta.
Lampiran 1. Formulasi model matematis yang digunakan
Stok(t) = Stok(t - dt) + (Rekruitmen - Catch) * dtINIT Stok = 855500 INFLOWS:
Rekruitmen = Stok*Laju_Rekruitmen OUTFLOWS:
Catch = Ikan+Udang Laju_Rekruitmen = 1.64 Produktivitas_GN = 0.85*0.5 Produktivitas_PI_I = 3.40*0.5 Produktivitas_PI_U = 0.50*0.5 Produktivitas_PU_I = 0.50*0.5 Produktivitas_PU_U = 0.50*0.5
Udang = Produktivitas_PI_U*Pukat_Ikan+Produktivitas_PU_U*Pukat_Udang Gill_Net = GRAPH(TIME)
(10.0, 23360), (11.0, 23360), (12.0, 23161), (13.0, 20676), (14.0, 17944), (15.0, 16894), (16.0, 15680), (17.0, 15680), (18.0, 14525)
Ikan =
GRAPH(Gill_Net*Produktivitas_GN+Produktivitas_PI_I*Pukat_Ikan+Produktivitas_PU_I* Pukat_Udang)
(0.00, 0.00), (10.0, 0.00), (20.0, 0.00), (30.0, 0.00), (40.0, 0.00), (50.0, 0.00), (60.0, 0.00), (70.0, 0.00), (80.0, 0.00), (90.0, 0.00), (100, 0.00)
Pukat_Ikan = GRAPH(TIME)
(10.0, 115932), (11.0, 115932), (12.0, 106150), (13.0, 88805), (14.0, 81839), (15.0, 70116), (16.0, 64612), (17.0, 64612), (18.0, 52910)
Pukat_Udang = GRAPH(TIME)