• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metodologi Dakwah Terhadap Tuj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Metodologi Dakwah Terhadap Tuj"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 Mk. Metodologi Dakwah

Penerapan Metodologi Dakwah Terhadap

Tujuan Dakwah Islam

Rahmayani Rahmayanti Nur Inayah Yushar

Muchlis Putri Ayu Asmara

Ilmu Komunikasi

Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

(2)

2 Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Adapun pembahasan yang dibahas dalam makalah ini adalah “Penerapan Metodologi Dakwah Terhadap Tujuan Dakwah Islam”. Penulisan ini bertujuan agar pembaca mengetahui bagaimana penerapan metode-metode dakwah yang telah paparkan oleh pemakalah sebelumnya, serta metode-metode apa saja yang diterapkan oleh subjek dakwah terhadap tujuan dakwah islam.

Penulisan makalah ini telah diselesaikan dengan semaksimal mungkin. Namun, sekiranya masih terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Samata, 13 Mei 2014

(3)

3

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... 1

Kata Pengantar ... 2

Daftar Isi... 3

Bab I Pendahuluan ... 4

A. Latar Belakang ... 4

B. Rumusan Masalah ... 5

Bab II Pembahasan ... 6

A. Pengertian Metodologi ... 6

B. Pengertian Dakwah ... 6

C. Tujuan Dakwah ... 7

D. Penerapan Metodologi Dakwah Terhadap Tujuan Dakwah Islam ... 10

Bab III Penutup ... 17

A. Kesimpulan ... 17

B. Saran ... 17

(4)

4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam, merupakan satu-satunya ajaran agama yang hakekatnya adalah untuk keselamatan umat manusia. Hal ini dibuktikan dalam konteks ajarannya yang mengandung nilai-nilai rahmatan lil alamin, artinya ajarannya bersifat universal, tidak hanya dikhususkan kepada umat Islam, sebaliknya dapat meletakkan dasar-dasar dan pola hidup yang tepat untuk dilaksanakan oleh segenap umat manusia.

Dalam rangka pengaktualisasian konsep-konsep ajarannya itulah Islam mengembangkan strategi dakwah, hal ini secara historis telah diteladankan oleh Rasulullah ketika ajaran Islam pertama kali disyiarkan kepada kaum quraiys saat itu. Dakwah pertama kali dilakukan oleh Rasulullah dalam lingkungan keluarga secara bertahap telah membentuk pola pikir, pola hidup dan keyakinan mereka tentang keesaan Allah swt., yang kemudian berlanjut pada lingkungan sahabat dan masyarakat umum. Demikianlah tahapan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah dalam membesarkan ajaran Islam di tengah-tengah kaum yang bobrok akhlaknya serta dangkal aqidahnya. Namun dilandasi oleh semangat juang untuk menegakkan kebenaran dan keesaan sang pencipta, seluruhnya itu dapat berubah hanya dalam jangka waktu kurang lebih 23 tahun.

(5)

5 ditengah-tengah masyarakat pembangun itu menggunakan strategi dakwah baik yang dilakukan secara lisan, maupun fiil, dan dapat dilakukan oleh setiap muslim. Dengan demikian, maka tujuan dakwah secara umum dapat dikatakan membangun masyarakat yang maslahat dunia dan akhirat melalui pengetahuan mendalam terhadap pokok-pokok syariyahnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan metodologi? 2. Apa yang dimaksud dengan dakwah? 3. Apa yang dimaksud dengan tujuan dakwah?

(6)

6

“hodos” (jalan, cara). Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman “methodica” artinya ajaran tentang metode. Adapun adalam bahasa

yunani berasal dari kata methodos yang berarti jalan yang dalam bahasa arab disbut thoriq. Didalam bahasa arab kata metode disebut thoriqot dan manhaj yang juga mengandung arti tata cara, sementara itu dalam kamus besar bahasa

Indonesia kata metode mengandung arti “cara yang teratur dan berpikir baik-baik

untuk maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya)”.

2. Pengertian secara terminologi

Adapun metode secara istilah adalah suatu jalan yang ditempuh atau suatu cara yang dilaluli untuk mencapai tujuan tertentu. Metodologi Dakwah adalah cara yang dilalui seorang da’i dalam menyampaikan pesan dakwah keislamannya,

atau cara seorang da’i dalam penerapan pendekatan dakwah.

B. Pengertian Dakwah

Dakwah secara etimologi atau bahasa diambil dari bahasa’arab da’a yad’u

da’watan yang berarti mengajak atau menyeru1. Sedangkan dakwah secara

terminologi atau istilah dipaparkan menurut para ahli sebagai berikut2:

1. Menurut syeikh Ali Mahfudz dakwah adalah mengajak manusia untuk mengajarkan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan yang jelek agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

1

M. Munir, S.Ag, metode dakwah,( Jakarta: Kencana Prenada Media grup, 2009) hlm 7

2

(7)

7 2. Menurut Prof. Toha Yahya Omar, M.A, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. 3. Menurut Dr. M. Quraish Shihab dakwah adalah seruan atau ajakan kepada

keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek. 4. Menurut ibnu Taimiyah dakwah merupakan suatu proses usaha untuk

mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah diberitakan oleh Rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah seakan-akan melihatnya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dakwah adalah proses mengubah seseorang untuk senantiasa berbuat baik dan meninggalkan yang buruk denga tujuan agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat dengan menggunakan metode dan media tertentu sebagai fasilitas penyampaian pesan. Dengan begitu metode dakwah dapat diartikan cara atau jalan tertentu yang harus ditempuh seseorang untuk mengubah seseorang kepada kebajikan dan meninggalkan keburukan sehingga tercapai tujuan yaitu kebahagiaan didunia dan di akhirat.

C. Tujuan Dakwah

(8)

8 Dalam hal tujuan dakwah Asmuni Syukii membagi tujuan dakwah ke dalam dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum (mayor objektif)

Tujuan umum dakwah adalah mengajak ummat manusia meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar dan diredhai Allah Swt. agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, maupun sosial kemasyarakatan agar mendapat kehidupan di dunia dan di akherat.

2. Tujuan Khusus (minor objektif)

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam pelaksanaan aktifitas dakwah dapat di ketahui arahnya secara jelas, maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miss komunikasi antara pelaksana dakwah dengan audience (penerima dakwah) yang hanya di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.

Olehnya itu tujuan umum masih perlu diterjemahkan atau di klasifikasi lagi menjadi tujuan khusus, sehingga lebih memperjelas maksud kandungan tujuan khusus tersebut adalah :

a)

Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu

meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt. Artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah Swt, dan selalu mencegah atau meninggalkan perkara yang dilarangnya seperti yang terkandung dalam

(9)

9 Terjemahnya :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya dan binatang-binatang qalaa-id dan jangan (pula) mengganggu orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka lekaslah berburu. Janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

b)

Membina mental agama Islam bagi mereka yang masih mengkwatirkan tentang keislaman dan keimanannya (orang mukallaf), seperi yang terdapat dalam Q.S. (2) : ayat 286 ;

Allah tidak membebani seorang melainkan sesuai dengan

(10)

10 kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.

c)

Mengajar dan mendidik anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya. Tujuan ini didasarkan pada al-Qur’an surat ar-Ruum (30) ayat 30

. . 2ْ.( 2م0َأ.ف

. 0ِ . ۚ 0 ذَ ٱ 0 2ل.Đ0 . ي0đ2ب.ó .َ ۚ ا. 2ْ.ل.ع .ساذن ٱ .ē.ط.ف 0ِذ ٱ 0 ذَ ٱ .ت.ē 2ط0ف ۚ اا ي0ن.ح 0 ي01ل0

.&و/ .ل2ع.ي .َ 0ساذن ٱ . .َ2 َٱ ذ 0 . .( / 01ّ. 2 ٱ / ي01ل ٱ

Terjemahnya :

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.

D. Penerapan Metodologi Dakwah Terhadap Tujuan Dakwah Islam

Kegiatan manusia yang berhasil adalah kegiatan yang mempunyai planning (perencanan) yang matang dan kegiatan yang mempunyai tujuan, dengan cara dan metode tersendiri dalam pencapaiannya. Dakwah adalah merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia, harus direncanakan sebelumya serta menentukan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, sehingga kegiatan yang dilakukan dapat terorganisir dengan baik dan mencapai sasaran. Seluruh rangkaian dan acuan yang telah diorganisir secara baik dalam pelaksanaan dakwah tersebut haruslah dipenuhi demi mendapatkan hasil yang maksimum dan memuaskan. Di antara unsur yang terpenting dalam dakwah adalah menentukan tujuan sasaran dakwah.

(11)

11 situasi dan kondisi masyarakat objek dakwah. Kalau tidak, maka dakwah tidak dapat berhasil dan tidak tepat guna. Disini diperlukan metode yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam tugas dakwah.

1. Metode Dakwah Qur’ani

Dalam kegiatan dakwah, seorang subjek dakwah harus mampu mencari metode yang sesuai untuk digunakan, sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Metode

umum dari dakwah qur’ani adalah memahami dan menguasai tafsir secara

etimologi, sehingga dengan metode kajian pelaku dakwah dapat mengetahui keistimewaan dari ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi pedoman dakwah,3seperti yang digambarkan dalam Q.S.Al-Nahl (16) : 125:

. س.ح2 ٱ 0ñ .ظ0ع2و. 2 ٱ.( 0ñ. 2ْ0ح2 أ0ب . 01ب. 0 ي0ب .س ٰ.َِا /ع2

ٱ

/.َ2عَٱ .و/ه . ذب. ذ&ِا ۚ / .س2حَٱ . 0ِ 0ِذ

أ0ب م/ه2 0đ .ج.( ± 0ñ.ن

. ي0đ.ت2ه/ 2 أ0ب /.َ2عَٱ .و/ه.( ± Á0 0ِي0ب .س .ع ذ .ض . 0ب

Artinya:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Pada ayat di atas, terdapat tiga thariq (metode) dakwah yang secara tegas yang diberikan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. dan pelaku dakwah lainnya, yaitu: bi al-hikmah, maw‘izah al hasanah dan mujādalah4.

a) Bi al-hikmah

Dakwah bi al-hikmah adalah pendapat atau uraian yang benar dan memuat alasan-alasan atau dalil-dalil yang dapat menampakan kebenaran dan menghilangkan keraguan. Konseptualisasi hikmah merupakan perpaduan

3

Muhammad Husain Fatahullah, Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: Lentera, 1997), h. 39.

4

(12)

12 antara ilmu dan amal yang melahirkan pola kebijakan dalam menyikapi orang lain dengan menghilangkan segala bentuk yang mengganggu.

Dakwah dengan hikmah pada intinya merupakan penyeruan atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, adil, penuh kesabaran dan ketabahan. Hal ini dimaksudkan agar pelaku dakwah memperhatikan situasi dengan menggunakan pola relevan dan realistis sesuai tantangan dan kebutuhan.

b) Maw’izah al-hasanah

Dakwah maw’izah al-hasanah adalah metode dialog-dialog/pidato yang digunakan oleh komunikator, dimana objek dakwah dapat memahami dan menganggap bahwa pesan yang disampaikan adalah sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupannya. Konsep maw’izat sering diartikan sebagai tutur-kata yang baik dan nasihat yang baik, sehingga dakwah yang ditempuh dengan menggunakan metode maw’izat al-hasanah orientasinya lebih pada menjawab kebutuhan objek dakwah yang mendesak. Dengan demikian dakwah al-maw’izat al-hasanah jauh dari sikap egois, agitasi emosional dan atau apologi. Cara dakwah ini lebih spesifik ditujukan kepada kelompok

mad’u yang kurang mampu menganalisa maksud materi.

c) Mujādalah billati hiya ahsan

(13)

13 2. Metode Dakwah Rasulullah

Ada beberapa fase yang dilalui oleh Rasulullah dalam menjalankan risalahnya. Dilihat dari langkah-langkah dan sudut pandang pengembangan dan pembangunan masyarakat, terdapat tiga posisi penting fungsi/peran Rasulullah SAW.: Pertama beliau sebagai peneliti masyarakat. Posisi dan peran tersebut dilakukan ketika menjadi seorang pedagang sehingga beliau dapat mengetahui karakter masyarakat dari berbagai bangsa-bangsa. Kedua, Rasul sebagai pendidik umat (social educator). Adapun sistem pembinaan dan pendidikan rasul adalah sistem kaderisasi, dimana pendidikan yang dilakukan adalah pembinaan mental sahabat dan keluarganya dengan penanaman aqidah yang benar. Ketiga, Rasulullah sebagai negarawan dan pembangun masyarakat, hal ini tercermin dengan keberhasilan Rasul membangun Madinah. Pada masa awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai masyarakat alternatif, karakter paling terpenting yang ditampilkan oleh umat Islam saat itu adalah kedamaian dan kasih sayang.

(14)

14 masyarakatnya (‘ala qadri uqulihim) dan kesebelas adalah kolaborasi petunjuk Surat Al-Nahl ayat 125 seperti yang dijelaskan di atas.

3. Metode dakwah menurut para ahli

Apabila ditinjau dari sudut pandang yang lain, metode dakwah dapat dilakukan pada berbagai metode yang lazim dilakukan dalam pelaksanaan dakwah. metode-metode tersebut adalah sebagi berikut:5

a. Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan.

Metode ceramah merupakan suatu teknik dakwah yang banyak diwarnai oleh cirri-ciri karakteristik bicara oleh seorang da’I pada suatu aktivitas dakwah. Metode ini harus diimbangi dengan kepandaian khusus tentang retorika, diskusi, dan factor-faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik dengan ceramahnya. Metode ceramah ini, sebagai metode dakwah bil lisan, dapat berkembang menjad metode Tanya jawab dan diskusi.

b. Metode Tanya jawab

Metode Tanya jawaba adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan Tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah, disamping itu, juga untuk merangsang perhatian penerima dakwah.

Metode Tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan dakwah harus digunakan bersama-sama dengan metode lainnya, seperti metode ceramah. Metode Tanya jawab ini sifatnya membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah.

(15)

15 c. Metode diskusi6

Dakwah dengan menggunakan metode diskusi dapat memberikan peluang peserta diskusi untuk ikut member sumbangan pemikiran terhadap

suatu masalah dalam materi dakwah. Melalui metode diskusi da’I dapat

mengembangkan kualitas mental dan pengetahuan agama para peserta dan dapat memperluas pandangan tentang materi dakwah yang didiskusikan. Dakwah dengan menggunakan metode diskusi ini dapat menjadikan peserta terlatih menggunakan pendapat secara tepat dan benar tentang materi dakwah yang didiskusikan, dan mereka akan terlatih berpikir secara kreatif dan logis (analisis) dan objektif.

d. Metode keteladanan

Dakwah dengan menggunakan metode keteladanan atau demonstrasi berarti suatu cara penyajian dakwah dengan memerikan

keteladanan langsung sehingga mad’u akan tertarik untuk mengikuti

kepada apa yang dicontohkannya. Metode dengan cara ini dapat dipergunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan akhlak, cara bergaul, cara beribadah, berumah tangga, dan segala aspek kehidupan manusia. Nabi sendiri dalam perikehidupannya merupakan teladan bagi setiap manusia.7

e. Metode silaturrahim (home visit)

Dakwah dengan menggunakan metode home visit atau silaturrahim, yaitu dakwah yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan

6[7] Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran (gagasan, pendapat, dan sebagainya) antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu yang dilaksanakan dengan teratur dan bertujuan untuk memperoleh kebenaran.

(16)

16 kepada suatu objek tertentu dalam rangka menyampaikan isi dakwah kepada penerima dakwah. Dakwah dengan menggunakan metode silaturrahim dapat dilakukan melalui silaturrahim, menengok orang sakit,

ta’ziyah dan lain-lain. Dengan cara seperti ini, manfaatnya cukup besar

dalam rangka mencapai tujuan dakwah

Metode home visit dimaksudkan agar da’i dapat memahami dan membantu meringankan beban moral yang menekan jiwa mad’u dengan

metode ini, da’iakan mengetahui secara dekat kondisi mad’unya dan dapat

pula membantu mengatasi kesulitankesulitan yang dihadapi mad’u.

(17)

17

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan dakwah ditentukan karena metode yang dipakai cukup menarik dan memikat hati

para mad’u. diantara metode tersebut adalah bilhikmah, mauidzoh hasanah dan

mujadalah. Ada juga metode dakwah menurut para ahli yaitu metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, keteladanan, dan silaturrahim. Metode yang paling efektif digunakan yaitu uswatun hasanah (teladan yang baik). Karena dengan

menggunakan teladan yang baik para mad’u dapat langsung melihat dengan jelas

contoh-contoh yang diterapkan oleh para da’I agar ditiru para mad’unya. Bukan hanya sekedar nasihat saja yang dibutuhkan oleh masarakat tetapi harus ada contoh konkret yang menjadi bukti kesungguh-sungguhan dalam menyebarkan agama islam.

2. Saran

Dalam penyampaian makalah ini tentunya masih banyak kesalahan dan kekuangan karena terbatasnya pengetahuan penulis, dan minimnya referensi yang digunakan penulis untuk menyusun makalah ini. Maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini dan menjadi pelajaran yang sangat berarti untuk penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

(18)

18 Daftar Isi

Arifin, Psikologi. Dakwah: Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

Achmad, Amrullah. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Prima Duta, 1983.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara dan Penafsir al-Qur’an. 1990.

Habib, M. Syafaat. BukuPedomanDakwah. Jakarta: Wijaya. 1982

Luth, Thahir, Muhammad Natsir. Dakwah dan Pemikirannya, Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1999

Shaleh, Abd. Rosyad. Manajemen Dakwah Islam. Cet. III; Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1993

Umar, Toha Yahya. IlmuDakwah, Jakarta, t. Th

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini memberikan arahan bahwa hipotesis pertama (H1) dapat diterima; 4) Seluruh variabel bebas penelitian yang terdiri dari; komitmen organisasi (X1),

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi serta kebijakan yang telah dijelaskan sebelumnya, disusun program-program pembangunan sesuai bidang urusan pemerintahan selama

implikasinya dari pengertian kebijakan pemerintah tersebut adalah : (1) bahwa kebijakan pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang

Data pada diagram di atas juga sudah sangat jelas menggambarkan bahwa walaupun kontribusi penerapan gaya kepemimpinan kepala sekolah berbasis ajaran Catur Naya Sandhi

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu jumlah penduduk Kota Sorong sampai dengan tahun 2026, besar kebutuhan air

Penelitian yang berjudul “ Sejarah Tambang Minyak Petrochina di Geragai 20012- 2015” ini menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan perusahaan tambang minyak Petrochina

Jadi, komunikasi dakwah ini merupakan suatu bentuk komunikasi yang khusus dimana seorang da‟i atau komunikator menyampaikan pesan dakwah melalui bentuk-bentuk

Dakwah dengan uswatun hasanah adalah dakwah dengan memberikan contoh yang baik melalui perbuatan nyata yag sesuai dengan kode etik dakwah. Bahkan uswatun hasanah