• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN DESKRIPTIF MENGGUNAKAN METODE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENELITIAN DESKRIPTIF MENGGUNAKAN METODE (1)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENELITIAN DESKRIPTIF MENGGUNAKAN METODE OBSERVASI,

KORELASIONAL DAN EKS-POS-FAKTO DALAM PENDIDIKAN BIOLOGI

Guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Dosen Pengampu Prof. Dr. Bambang Subali, M.S.

Disusun oleh:

Zuchdiawati Luthfi Utami, S.Pd (16725251002) Ajeng Purnama Heny, S.Pd (16725251005)

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang tidak disertai manipulasi oleh peneliti secara sengaja terhadap variabel bebas. Penelitian deskriptif juga dapat berupa penelitian yang tidak memiliki variabel bebas. Selain itu, pengendalian terhadap variabel penekan/pengganggu/eksternal tidak dikendalikan secara penuh, namun dilakukan dengan memilah kondisi yang berbeda untuk memilih kondisi yang sama/homogen setiap variabel penekan yang bersangkutan. Menurut Prastowo (2011), ciri khas penelitian deskriptif terdiri dari dua macam sebagai berikut: 1) Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. 2) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisis.

Penelitian deskriptif dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya observasi, eks-pos-fakto dan korelasional. Metode observasi dilakukan untuk memeroleh informasi tentang gambaran yang lebih jelas yang dilakukan secara sistematis, dalam observasi ini diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur atau memanipulasikannya. Metode eksposfakto dilakukan untuk melihat akibat dari sautu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data setelah semua kejaidan yang dikumpulkan telah selesai berlangsung dan metode korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua ata beberapa variabel. Ciri dari penelitian korelsiaonal adalah bahwa penelitian tersebut tidak menuntut subyek penelitian yang terlalu banyak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif dengan metode observasi, korelasional dan eksposfakto ?

2. Bagaimana spesifikasi perancangan penelitian deskriptif dengan metode observasi, korelasional dan eksposfakto ?

(3)

3 C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif dengan metode observasi, korelasional dan eksposfakto ?

2. Untuk mengetahui spesifikasi perancangan penelitian deskriptif dengan metode observasi, korelasional dan eksposfakto ?

(4)

4 BAB II

PEMBAHASAN

A. METODE OBSERVASI

1. Definisi Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk mengamati atau mencatat suatu peritiwa dengan langsung, biasanya peneliti mengamati perilaku, kejadian atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti, kemudian mencatat hasil pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

(Mortis dalam Denzin, 2009) mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat segala sesuatu gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya dengan tujuan-tujuan ilmiah atau tujuan lain. Observasi tidak hanya mengumpulkan data visual saja namun seluruh indera dapat sepenuhnya dikaji, observasi terdiri atas kumpulan kesan tentang lingkungan sekitar berdasarkan kemampuan daya serap pancaindera manusia. Pada setiap metode observasi ada tiga hal yang menjadi penentu kualitas hasil penelitian yaitu : kekuatan indera, ketepatan waktu dan bahasa penyajian.

Metode observasi umumnya ditujukan untuk jenis penelitian yang berusaha memberikan gambaran mengenai peristiwa apa yang terjadi dilapangan. Peneliti sejauh mungkin menghindari intervensi subyektif dalam bentuk pendapat emosional maupun campur tangan praktis atas kejadian yang terjadi pada obyek penelitian. Peneliti dalam kasus ini hanya sebagai representator fakta dalam bentuk data dan informasi yang dapat dipercaya.

Dengan demikian observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dengan menggunakan indera yang terjadi di lapangan atau lokasi penelitian sehingga dihasilkan kesan tentang lingkungan sekitar.

2. Jenis-jenis Metode Observasi

(5)

5 central phenomenon peneliti terhadap apa yang akan diteliti yang menetukan peran observer mana yang akan dipilih. Ketiga peran observer tersebut antara lain:

a . P a rtisipa nt observer

Observasi partisipan, peran dalam observasi yang dipilih oleh observer untuk mengambil bagian dan terlihat secara langsung dengan aktivitas yang dilakukan observer/subjek peneliti.

Keuntungan peran ini, yaitu: (1) peneliti dapat mengamati secara langsung sesuai dengan sudut pandang observer/subjek penelitian (2) peneliti dapat berperan ganda dalam satu waktu yaitu berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan bersama dengan subjek penelitian, sekaligus melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian.

Kelemahan peran ini, (1) sulitnya melakukan dua hal bersamaan dalam satu waktu yaitu melakukan pencatatan hasi observasi ketika sedang beraktivitas bersama dengan subjek penelitian. Hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasinya adalah harus adanya izin dari subjek penelitian untuk ikut dalam aktivitas yang dilakukan oleh subjek. (2) harus ada izin dari subjek penelitian untuk ikut serta dalam aktivitas yang dilakukan oleh subjek penelitian. b. Non-Partisipant Observer

Observasi non-partisipan peran dalam observasi yang dipilih di mana dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak harus mengambil peran dan terlibat dengan aktivitas observer/subjek penelitian dan hanya sebagai pengamat independen. Dalam situasi-situasi tertentu, anda sebagai observer mungkin tidak terlalu familiar dengan subjek penelitian. Jika dipaksakan melakukan peran observer partisipan, justru akan menghilangkan kealamiahan setting dan perilaku subjek yang diobservasi. Peneliti melakukan perannya di luar aktivitas atau disuatu tempat tidak mengganggu aktivitas subjek penelitian.

Keuntungan peran ini adalah peneliti tidak perlu melakukan pendekatan atau membina raport terhadap subjek yang diteliti. Selain itu, proses pencatatan hasil observasi dapat dengan mudah dilakukan. Kelemahan peran ini adalah peneliti tidak mendapatkan sudut pandang subjek dengan baik dan tidak akan mendapat data yang mendalam.

c. Changing-role Observer

(6)

6 maupun faktor situasional. Perubahan ini biasanya terjadi karena missal pada awal penelitian, peneliti telah menerapkan peran observer non-partisipan namun kemudain ada kepentingan peneliti untuk mendapat sudut pandang subjek penelitian secara lebih detail, maka peneliti mengubah peran menjadi peran observer partisipan.

3. Peran Peneliti dalam Metode Observasi

Denzin (2009: 526) menjelaskan ada 4 tipe pengamat (observer) dalam metode observasi. 1) menjadi partisipan penuh, 2) partisipan sebagai pengamat, 3) pengamat sebagai partisipan, dan 4) menjadi pengamat penuh. Fungsi peran-peran ini adalah untuk menyeimbangkan tingkat keterlibatan dengan sikap menjaga jarak, keakraban dengan sikap asing, kedekatan dengan menjaga jarak, berdasarkan konsep penelitian.

a. Menjadi partisipan penuh

Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari suatu kelompok yang diamati, artinya peneliti bergabung secara penuh atau menjadi anggota secara penuh dalam kelompok yang diamati sendiri oleh peneliti. Dengan demikian peneliti dapat memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkannya, termasuk yang rahasia.

b. Partisipan sebagai pengamat

Peneliti tidak sepenuhnya menjadi anggota kelompok yang diamati (misalnya anggota kehormatan), tetapi masih dapat melakukan fungsi pengamatan. Hal-hal rahasia masih dapat diketahui.

c. Pengamat sebagai partisipan

Peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh umum, karena segala macam informasi termasuk yang rahasia dapat dengan mudah diperoleh.

d. Menjadi pengamat penuh

(7)

7 4. Acuan Perencanaan Observasi

Faktor utama yang harus diperhatikan dalam menentukan observasi adalah fokus dan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Terdapat beberapa acuan yang dapat/biasa diobservasi dalam penelitian kualitatif sebagaimana disarikan oleh Sharan B. Merriam (1988) dari berbagai pendapat pakar penelitian kualitatif, yaitu:

a. The setting. Lingkungan fisik dan konteksnya, serta jenis perilaku yang mungkin terjadi dalam lingkungan tersebut.

b. The participant. Siapa yang terlibat, berapa banyak orang dan peranannya, apa yang menyebabkan mereka bersama-sama.

c. Activities and interactions. Kegiatan apa yang terjadi, bagaimana urutan kegiatannya, bagaimana interaksi terjadi, bagaimana pandangan partisipan atas reaksi tersebut.

d. Frequency and duration. Kapan situasi itu terjadi, berapa lama terjadinya, apakah berulang atau unik.

e. Subtle factors. Faktor-faktor detail yang mungkin tidak begitu jelas tapi penting seperti kegiatan informal yang tidak terencanakan. Atau apa yang tidak terjadi yang mestinya harus terjadi.

Unsur-unsur tersebut merupakan gambaran umum yang mungkin diobservasi sesuai relevensinya dengan fokus dan masalah penelitian, untuk itu diperlukan kecermatan dalam menentukannya agar observasi jelas akan menentukan tingkat penggalian data dan informasi yang diperlukan.

Secara teknis, didalam metode observasi ada beberapa hal yang tidak boleh terlewat pada setiap proses penginderaan, perekaman, perhitungan, pengukuran dan pencatatan gejala atau peristiwa yang muncul dilapangan, yaitu:

Objek Keterangan

Waktu observasi

Meliputi jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun terjadinya peristiwa pengamatan.

Sumber informasi

Sumber informasi bisa siapa saja. Mulai dari pelaku, objek sasaran penelitian, nara sumber lain yang terlibat dengan peristiwa yang diamati, atau pihak ketiga yang mengerti dan paham dengan benar segala sesuatu yang berhubungan dengan objek sasaran penelitian. Isi

pengamatan

Meliputi objek-objek seperti; identitas pelaku, apa yang dilakukan, kapan, dimana, kepada siapa, apa pengaruhnya, reaksi apa yang di munculkan dan seterusnya.

Pendapat subjektif

(8)

8 dibuatakan kolom tersendiri. Tujuannya merekam pengaruh subjektif yang muncul pada diri peneliti pada saat peristiwa atau kejadian utama berlangsung.

(Sumber: Muliawan, 2014: 64-65)

5. Tahapan-Tahapan Metode Observasi

Proses penelitian observasional bergerak melalui rangkaian aktivitas yang beragam, dari awal sampai akhir. Seperti yang di ditegaskan Spradley bahwa tahapan-tahapan observasi membentuk pipa cerobong yang dapat mengarahkan dan memfokuskan perhatian peneliti pada unsur-unsur dalam setting yang secara teoritis sekaligus empiris bersifat sangat esensial.

Mengenai tahap-tahap observasi, penulis seperti Adler dan Adler (1998), Denzin (1989 b), dan Spradley (1980) (dalam Flick, 2002: 136) menyatakan bahwa observasi memiliki 7 (tujuh) tahap, yaitu:

a. Seleksi suatu latar (setting) yaitu dimana dan kapan proses-proses dan individu-individu yang menarik itu dapat diobservasi.

b. Berikan definisi tentang apa yang dapat didokumentasikan dalam observasi itu dan dalam setiap kasus.

c. Latihan untuk pengamat supaya ada standarisasi misalnya apa yang dijadikan fokus-fokus penelitian.

d. Observasi deskriptif yang memberikan suatu pemaparan umum mengenai lapangan.

e. Observasi terfokus yang semakin terkonsentrasi pada aspek-aspek yang relevan dengan pertanyaan penelitian.

f. Observasi selektif yang dimaksudkan untuk secara sengaja menangkap hanya aspek-aspek pokok.

g. Akhir dari observasi apabila kepenuhan teori telah tercapai, yaitu apabila observasi lebih lanjut tidak memberikan pengetahuan lanjutan.

6. Metode Pencatatan Observasi

(9)

9 a. Anecdotal record (Daftar riwayat kelakuan)

Merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti untuk melakukan hal-hal yang luar biasa, peneliti mempunyai kebebasan untuk membuat catatan yang dianggap penting, bahkan catatan terbut tidak harus dibuat peneliti namun juga bisa dilakukan oleh orang lain, catatan harus dibuat secepatnya setelah kejadian istimewa yang dicatat berupa kejadiannya bukan berdasar pendapatnya hal ini tentunya memakan waktu yang relatif panjang.

b. Catatan berkala

Peneliti tidak mencatat macam kejadian khusus seperti yang dicatat dalam anecdotal record melainkan mencatat semua pristiwa pada waktu tertentu semua kejadian yang sedang berlangsung.

c. Checklist

Suatu daftar yang berisi nama subyek dan faktor yang hendak diteliti, dengan daftar tersebut dimaksudkan untuk mensistematisisr catatan observasi, lebih dapat dijamin ketelitian dengan pencatatan, harus dipersiapkan dengan sempurna dan mudah cara pengoprasiannya.

No. Nama Siswa

Aspek yang Diamati

indikator…. indikator…. Indikator….

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

(10)

10 Contoh Indikator yang diamati:

1. Menghubungkan suatu kejadian 2. Mengungkapkan suatu fakta

3. Menanggapi perintah atau penjelasan guru 4. Menanyakan hal yang belum jelas

d. Rating scale

Hampir mirip dengan check list namun dibedakan pada penggunaan kolom checklist yang bertingkat, observer cukup memberi catatan tanda tertentu dan diskripsi panjang lebar tidak diperlukan. Dalam penyusunan lembar observasi pengukuran sikap, dapat menggunakan Skala Likert. Skala Likert merupakan suatu skala penilaian untuk mengukur sikap dengan skala ordinal. Rentang yang dipilih dari yang sangat positif sampai sangat negative, misalnya dengan alternative pilihan mulai dari sangat baik (SB), baik (B), cukup baik (CB),kurang baik (KB), dan tidak baik (TB). Dalam penyusunan Skala Likert sangat bergantung dengan kemampuan peneliti untuk merumuskan indicator dari variabel-variabel yang akan diukur (Subali, 2010: 7). Penggunaan rating scale, peneliti diminta untuk membuat beberapa pendapat/pertimbangan tentang kejadian atau peristiwa yang diamati.

Seorang pengamat menghendaki rating berdasarkan skala dengan 5 point untuk mengobservasi tingkah laku, sebagai contoh: 1 = tidak sama sekali, 2 = sangat sedikit, 3 = sedikit, 4 = banyak, 5 = sangat banyak

Indikator Siswa ke-

1 2 3 4 …..

Anak meminta perhatian guru Guru memberikan pujian

Guru meminta anak untuk menghentikan tingkah laku yang kurang baik

7. Pelaporan Metode Observasi

(11)

11 penelitian kuantitaif dengan metode observasi analisis oleh peneliti telah dibatasi oleh instrumen atau skala pengukuran yang telah ditetapkan.

Apabila data telah disusun dalam bentuk ordinal dengan skala tertentu, maka beberapa uji statistic sangat dimungkinkan penggunaannya dalam pengolahan data. Berikut beberapa uji statistik yang dapat digunakan:

a. Uji validitas dan realibilitas data

Uji validitas yang dapat dilakukan adalah dengan bertanya kepada seorang/beberapa validator yang ahli dibidangnya. Selanjutnya dapat pula dilakukan dengan uji validitas product moment pearson correlation menggunakan prinsip mengkorelasi atau menghubungkan antara masing-masing skor item dengan skor total dalam penelitian.

Setiap data hasil validasi memiliki standar yang harus dipenuhi sebagai dasar pengambilan keputusan maka untuk uji validitas product moment pearson correlation yaitu jika r hitung > r table maka dinyatakan valid tetapi jika r hitung < r table maka instrument dinyatakan tidak valid.

b. Mengolah data dengan menetukan mean dari masing-masing skor

Apabila skala yang dipakai adalah ordinal dengan diberi point tertentu maka proses analisis untuk data keterampilan proses sains siswa adalah:

1) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap pengamatan.

2) Presentasi penilaian dihitung dengan rumus :

% KP siswa.. = � �ℎ �

� � � � %

Menurut Marnasusanti (2007) mengkategorian keterampilan proses sains adalah:

81 – 100 Sangat baik 61 – 80 Baik

(12)

12 8. Kelebihan dan Kekurangan Observasi

a. Kelebihan metode observasi

Kelebihan utama dalam metode observasi adalah terletak pada kemudahan bagi peneliti untuk mengakses setting, karena metode ini bersifat tersamar dan tidak menuntut interaksi langsung dengan partisipai. Metode observasi juga dapat meminimalisasi potensi-potensi terkait dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh pengamat sendiri, dengan menggunakan peran alamiah peneliti dengan tidak menggurui atau mengatur, hal ini adalah unsur yang paling kuat dibandingkan dengan semua teknik penelitian yang lain. Metode observasi lebih memiliki fleksibilitas dalam membingkai gagasan dalam realitas baru sekaligus menawarkan cara baru untuk mengkaji realitas lama. Metode observasi jika digabung dengan metode lain akan menghasilkan temuan-temuan mendalam dan memiliki cakupan yang luas sehingga dapat mengukuhkan konsistensi dan validitas temuan. (Denzin, 2009 : 529-530)

b. Kekurangan observasi

Metode observasi secara teknik mengandalkan indera pengelihatan dan pendengaran semata, sementara objek sasaran pada penelitian pendidikan pada banyak kasus melibatkan unsur psiko-emosional pelaku yang dapat diindetifikasi secara lahiriah tetapi tidak bisa mewakili gambaran kondisi emosional objek sasaran penelitian yang sesungguhnya. (Muliawan, 2014: 63)

9. Contoh Metode Observasi dalam Penelitian

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Nomor 2, Tahun XII, 2008

EVALUASI PEMANFAATAN LABORATORIUM DALAM PEMBELAJARAN

BIOLOGI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SEKABUPATEN SLEMAN

Retna Sundari

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pemanfaatan laboratorium pembelajaran biologi di

Madrasah Aliyah Negeri se-Kabupaten Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi

model CIPP (Contex, Input, Process, Product). Subjek penelitian meliputi 5 Kepala Madrasah,

12 guru biologi dan 400 siswa kelas X di Madrasah Aliyah Negeri se-Kabupaten Sleman. Data

(13)

13 (1) dukungan kepala madrasah terhadap program kegiatan laboratorium cukup tinggi, (2)

ketersediaan sarana prasarana dalam kategori cukup, (3) pengelolaan laboratorium dalam

kategori cukup, (4) pemanfaatan laboratorium dalam kategori cukup, (5) kendalakendala yang

dihadapi guru cukup tinggi, (6) minat siswa terhadap kegiatan laboratorium dan manfaat kegiatan

laboratorium bagi siswa pada kategori tinggi.

Kata kunci: evaluasi, pemanfaatan laboratorium, pembelajaran biologi

(Link: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/1427/1215 )

B. METODE EKSPOSFAKTO

1. Pengertian Eksposfakto

Penelitian ex-postfacto (dalam bahasa latin) disebut demikian karena sesuai dengan artinya, yaitu “setelah fakta”, maka penelitian ini disebut sebagai penelitian sesudah kejadian. Penelitian ini juga sering disebut after the fact atau sesudah fakta dan ada pula peneliti yang menyebutnya sebagai retrospective studies atau studi penelusuran kembali.

Menurut Kerlinger (1973) penelitian eksposfakto adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena variabel tersebut dibuat berdasarkan perbedaan yang mengiringi variabel bebas dan variabel terikat, tanpa intervensi langsung (Kerlinger, 1973: 379).

Variabel bebas dalam penelitian eksposfakto adalah variabel yang tidak dapat dimanipulasi, tidak boleh dimanipulasi, atau secara sederhana tidak dimanipulasi, tetapi dapat (seperti metode pengajaran). Pandangan etika sering mencegah manipulasi suatu variabel yang dapat dimanipulasi, tetapi tidak boleh, seperti jumlah rokok yang dihisap setiap hari. Jika hakikat variabel bebas dapat menyebabkan bahaya fisik atau mental pada subjek, maka variabel tersebut tidak boleh dimanipulasi (Emzir, 2015: 122).

Dengan kata lain, penelitian eksposfakto memiliki fokus penelitian terhadap pengaruh dan faktor yang mempengaruhi subjek yang telah terjadi dan diteliti oleh peneliti dalam tinjauan ke belakang (restrospect) tanpa memanipulasi variabel. Dalam faktanya, penelitian eksposfakto dilakukan karena beberapa faktor, yaitu:

a. Data mungkin sudah ada atau sudah terjadi.

b. Variabel terikat ditentukan terlebih dahulu, kemudian merunut ke belakang untuk menemukan sebab, hubungan, dan maknanya.

(14)

14 1) Jika tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor-faktor

yang diperlukan untuk meneliti hubungan sebab akibat secara langsung. 2) Jika kontrol semua variabel kecuali independent, tidak realistik, dan

artificial, mencegah interaksi yang normal dengan variabel lain yang mempengaruhi.

3) Jika kontrol secara laboratori untuk beberapa tujuan tidak praktis, dari segi biaya dan etik dipertanyakan (Emzir, 2015: 127).

2. Jenis Penelitian Eksposfakto

Menurut Kirk (1995) ada beberapa desain penelitian eksposfakto, yaitu: a. Retrospective studies

Studi eksposfakto yang fokusnya untuk meneliti sesuatu yang menjadi penyebab sehingga fakta yang ditemukan sekarang. Dan berdasarkan cara menelitinya terdapat dua cara yang dapat dilakukan, yaitu: (1) Retrospective cohort studies atau historical cohort studies melakukan tinjauan ke belakang dan menguji penyebarluasan untuk menduga resiko atau faktor yang melindungi dalam hubungannya dengan hasil yang menentukan awal dari penelitian. Dan hanya ada satu variabel bebas dan banyak variabel tergayut yang diteliti.

Sedangkan untuk case-control studies atau case-reference studies yaitu membandingkan antara kelompok tereksibisi dengan kelompok yang tidak tereksibisi. Dan untuk variabelnya berkebalikan yaitu umumnya ada banyak variabel bebas dengan hanya satu variabel tergayut.

b. Prospective studies

Merupakan studi eksposfakto yang bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi kedepan setelah sekelompok subjek tereksibit/terpapar oleh suatu keadaan tertentu yang lain dengan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak lanjut dari suatu kelompok yang terekspos dan tidak terekspos, serta mengambil karakteristik subjek pada penelitian cohort.

Retrospective

studies

Retrospective cohort studies

(historical cohort studies)

Case-control studies

(15)

15 c. Longitudinal studies

Studi penelitian ini merupakan peneltian yang dapat dilakukan antar waktu, setidaknya dapat dilakukan dua kali penelitian dengan topik atau gejala yang sama tapi dilakukan dengan waktu yang berbeda. Penelitian ini dapat dibagi dalam 3 bentuk:

1) Penelitian kecendrungan, yaitu penelitian yang menggunakan gejala dan waktu yang sama tetapi responden atau informannya berbeda. Contohnya adalah penelitian yang membandingkan kurikulum CBSA dengan kurikulum 2013 yang keduanya sama-sama menekankan pada keterampilan proses sains, untuk mengetahui ketercapaian masing-masing kurikulum, makan dilakukan pembandingan hasil belajar siswa pada saat kurikulum CBSA diterapkan dengan hasil belajar siswa pada saat kurikulum 2013 diterapkan.

2) Penelitian panel, yaitu penelitian dengan gejala yang sama responden atau informan yang sama tetapi waktu berbeda. Dengan penelitian ini seseorang dapat diteliti sebanyak dua kali. Contohnya adalah penelitian yang dilakukan pada seorang guru mata pelajaran biologi IPA SMP sebelum diterapkan kurikulum 2013 dan saat diterapkan kurikulum 2013.

3) Penelitian cohort, yaitu penelitian terhadap gejala yang sama tetepi waktu pelaksanaannya berbeda dengan responden atau informan yang memiliki karakteristik sama. Karakteristik ini dapat berbentuk apapun, misalnya kesamaan pengalaman, tempat tinggal, latar belakang pekerjaan, dsb. Contohnya adalah penelitian tentang keterampilan mengajar guru biologi lulusan UNY pada tahun 1990 dan lulusan UNY pada tahun 2000.

d. Cross-sectional studies

(16)

16 3. Langkah-Langkah Penelitian Eksposfakto

Penelitian eksposfakto, sebagaimana penelitian lainnya dilakukan dalam lima tahap: (1) penentuan masalah penelitian; (2) penentuan kelompok yang memiliki karakteristik; (3) pemilihan kelompok pembanding; (4) pengumpulan data; dan (5) analisis data (Emzir, 2015: 125).

Dalam perumusan masalah penelitian atau pertanyaan penelitian, peneliti berspekulasi tentang penyebab fenomena berdasarkan penelitian sebelumnya, teori, atau pengamatan. Masalah penelitian ini dapat berbentuk pernyataan hipotesis atau tujuan. Rumusan hipotesis digunakan jika sifat dasar perbedaan dapat diprediksi oleh peneliti sebelum data dikumpulkan. Namun apabila peneliti tidak dapat memprediksi perbedaan antar kelompok subjek yang dibandingkan dalam variable tertentu maka rumusan pernyataan tujuan dapat digunakan.

Penentuan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin diteliti. Pertama-tama kelompok yang dipilih harus memiliki karakteristik yang menjadi konsen penelitian. Selanjutnnya peneliti memilih kelompok yang tidak memiliki karakteristik tersebut atau berbeda tingkatannya. Pemilihan kelompok pembanding, dengan mempertimbangkan karakteristik atau pengalaman yang membedakan kelompok harus jelas dan didefinisikan secara operasional (masing-masing kelompok mewakili populasi yang berbeda). Mengontrol variabel ekstra untuk membantu menjamin kesamaan kedua kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan:

a. pemadanan pasangan yang adil pada anggota dari kedua kelompok;

b. membandingkan sub-subkelompok yang sama (misalnya tinggi, menengah, dan rendah), analisis faktor memungkinkan perbandingan statistik dari variabel bebas dan variabel terikat secara bersama-sama dalam kombinasi;

c. menyamakan kedua kelompok secara statistik dengan co-varing variabel penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas, seperti tes, angket, interview, dan lainnya. Karena penelitian ini menyelidiki fenomena yang sudah terjadi, sering kali data yang diperlukan sudah tersedia sehingga peneliti tinggal memilih sumber yang sesuai.

(17)

17 dapat dimulai dengan analisis statistik deskriptif menghitung rata-rata dan simpangan baku. Selanjutnya dilakukan analisis yang lebih mendalam dengan statistik inferensial.

a. Menggunakan t-test untuk melihat perbedaan rata-rata pada kedua kelompok. b. Menggunakan ANAVA untuk melihat perbedaan rata-rata untuk ketiga

kelompok atau lebih.

c. Menggunakan square test atau chi-kuadrat (X²) untuk membandingkan frekuensi kelompok (jika peristiwa muncul lebih sering) ataupun untuk menguji dependensi antara variabel bebas dan terikatnya (Emzir, 2015: 125-126).

Namun demikian, peneliti harus menggunakan asumsi-asumsi bahwa dua atau lebih kelompok yang akan diperbandingkan haruslah memiliki kondisi yang sama, dan hanya berbeda berdasarkan kondisi yang telah memaparnya. Bila persyaratan keparametrikan terpenuhi maka tujuan mencari perbedaan nilai rata-rata dapat dilakukan dengan uji parametrik atu non-parametrik tergantung penemuan persyaratannya.

Pada retrospective studies hanya ada satu variabel bebas dan banyak variabel tergayut yang diteliti. Dengan demikian dilakukan analisis secara simultan untuk melihat perbedaan yang terjadi akibat pengaruh variabel bebas dapat dianalisis menggunakan analisis multivariat. Sebaliknya, pada case-control studies, umumnya ada banyak variabel bebas dengan hanya stau variabel tergayut yang diteliti, bila variabel bebasnya juuga didata dan berupa data pengukuran, maka dpat dianalisis menggunakan analisis regresi multipel atau regresi ganda. Kedua analisis ini dapat digunakan apabila persyaratan keparametrikannya terpenuhi.

Pemaknaan hasil dalam bentuk pernyataan sebab akibat perlu dilakukan secara hati-hati. Kualitas hubungan antar variabel bebas dan terikat sangat tergantung pada kemampuan peneliti untuk memilih kelompok perbandingan yang homogen dan keyakinan bahwa munculnya hipotesis tandingan dapat dicegah.

4. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Eksposfakto

Ritz dalam Emzir (2015: 123) mengidentifikasi beberapa kelebihan dan kekurangan penelitian eksposfakto. Kelebihan penelitian eksposfakto sebagai berikut:

(18)

18 b. Informasi tentang sifat fenomena apa yang terjadi, dengan apa kejadiannya, di bawah kondisi apa fenomena terjadi, dan dalam sekuensi dan pola seperti apa fenomena terjadi.

c. Kemajuan dalam teknik statistik membuat desain eksposfakto lebih bertahan. Disamping kelebihan diatas, penelitian eksposfakto juga memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:

a. Kurang kontrol terhadap variabel bebas.

b. Sulit memastikan apakah faktor-faktor penyebab telah dimasukkan dan diidentifikasi.

c. Tidak ada faktor tunggal yang menjadi sebab suatu akibat, tetapi beberapa kombinasi dan interaksi faktor-faktor berjalan bersama di bawah kondisi tertentu menghasilkan akibat tertentu.

d. Suatu fenomena mungkin bukan saja hasil dari sebab yang banyak, tetapi juga dari satu sebab dalam satu hal dan dari sebab yang lain.

e. Jika hubungan antara dua variabel ditemukan, sulit menemukan mana yang sebab dan mana yang akibat.

f. Kenyataan yang menunjukkan bahwa dua atau lebih faktor berhubungan tidak mesti menyatakan hubungan sebab akibat. Semua faktor bisa jadi berhubungan dengan suatu faktor tambahan yang tidak dikenal atau tidak diamati.

g. Mengklasifikasikan subyek ke dalam kelompok dikotomi (misalnya yang berprestasi dan yang tidak berprestasi) untuk tujuan komparasi penuh dengan masalah, karena kategori seperti ini adalah samar-samar, dapat bervariasi, dan sementara.

(19)

19 5. Contoh Penelitian Eksposfakto

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP

NILAI UJIAN SEMESTER MATA PELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 REMBANG TAHUN AJARAN 2012/ 2013

Puji Rahayu, A420090012, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, 114 halaman.

Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap nilai ujian

semester mata pelajaran biologi 2) untuk mengetahui pengaruh locus of control terhadap nilai

ujian semester mata pelajaran biologi 3) untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar dan locus

of control secara bersama-sama terhadap nilai ujian semester mata pelajaran biologi. Jenis

Penelitian ini adalah penelitian ex post facto. Penelitian ini merupakan penelitian populasi

sehingga tidak ada sampel dan sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan

metode angket dan dokumentasi. Metode angket sebelumnya telah diuji cobakan dengan uji

validitas dan uji reliabilitas. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi ganda, uji t, uji F, R2

, dan perhitungan sumbangan relatif dan efektif. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh

persamaan regresi linier berganda sebagai berikut Y = 14,587 + 0,343X1 + 0,424X2, artinya nilai

ujian semester mata pelajaran biologi siswa dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi belajar

dan locus of control. Hasil perhitungan diketahui bahwa variabel motivasi belajar memberikan

sumbangan relatif sebesar 49,6% dan dan sumbangan efektif sebesar 18,9%. Variabel Locus of

Control memberikan sumbangan relatif sebesar 50,3% dan sumbangan efektif sebesar 19,16%.

Analisis data diperoleh nilai koefisien determinasi untuk menjelaskan pengaruh variabel motivasi

belajar dan locus of control terhadap nilai ujian semester sebesar 38,1. Berdasarkan analisis dan

pembahasan dapat disimpulkan bahwa 1) Motivasi belajar berpengaruh positif terhadap nilai

ujian semester mata pelajaran biologi. Hal ini terbukti berdasarkan hasil perhitungan thitung

untuk variabel motivasi belajar sebesar 2,849, sehingga thitung > ttabel atau 2,849 > 1,993 (α =

0,05); 2) Locus of control berpengaruh positif terhadap nilai ujian semester mata pelajaran

biologi. Hal ini terbukti berdasarkan hasil perhitungan thitung untuk variabel Locus of control

sebesar 2,879, sehingga thitung > ttabel atau 2,879 > 1,993 (α = 0,05); 3) Motivasi belajar dan

locus of control secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap nilai ujian semester mata

pelajaran biologi. Hal ini terbukti berdasarkan hasil perhitungan Fhitung > Ftabel atau 22,812 > 3,120 (α = 0,05).

Kata Kunci: Motivasi belajar, locus of control, nilai ujian

(20)

20

C. PENELITIAN KORELASI

1. Definisi Penelitian Korelasi

Penelitian korelasi merupakan suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian korelasi seperti yang dikatakan Gay dalam Sukardi (2008:166) merupakan salah satu bagian penelitian eksposfakto karena biasanya penenliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.

Penelitian korelasi mempunyai karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannnya, karakteristik tersebut adalah: 1) penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel sepert dalam penelitan eksperimen, 2) memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata dan, 3) memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.

Penelitian korelasi lebih tepat, jika dalam penelitian peneliti memfokuskan usahanya dalam mencapai informasi yang dapat menerangkan adanya fenomena yang kompleks melalui hubungan antar variabel. Sehingga peneliti juga dapat dapat melakukan eksplorasi studi melalui teknik korelasi parsial, di mana peneliti mengeliminasi salah satu pengaruh variabel agar dapat dilihat hubungan dua variabel yang dianggap penting.

2. Jenis Rancangan Penelitian Korelasi

Shaughnessy dan Zechmeiser (dalam Emzir, 2015: 48) menyatakan penelitian korelasional mempunyai bermacam jenis rancangan yaitu 1) korelasi bivariat, 2) regresi dan prediksi 3) regresi jamak, 4) analisis faktor dan 5) rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kausal.

a. Korelasi bivariate

(21)

21 korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem. Arah hubungan diindikasikan oleh simbol “ -“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.

b. Regresi dan prediksi

Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.

c. Regresi jamak

Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).

d. Analisis faktor

Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.

e. Rancangan korelasi yang digunakan untuk membuat kausal.

(22)

22 3. Langkah-langkah Penelitian Korelasi

Pada dasarnya, penelitian korelasi baik relasional, prediktif, maupun multivariat, melibatkan perhitungan korelasi antara variabel yang kompleks (variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Untuk menguji hubungan tersebut, langkah-langkah yang ditempuh sama meski detail masing-masing langkah untuk keduanya berbeda, terutama dalam pengumpulan dan analisis data.

a. Penentuan masalah

Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalahmenentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu atau terdahulu.

b. Penentuan subyek

Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur.

Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu, kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.

c. Pengumpulan data

(23)

23 d. Analisis data

Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian relasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara vaiabel yang satu dengan yang lain.

Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.

4. Kelebihan dan kelemahan Penelitian Korelasi

Sukardi (2013: 170) menjelaskan dalam penelitian korelasi mempunyai kelebihan 1) Berguna dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan karena dengan adanya penelitian ini peneliti dimungkinan untuk mengukur dan hubungannya secara simultan, 2) memungkinkan beberapa variabel yang mempunyai konstribusi pada suatu variabel tertentu dapat diselidiki secara intensif, 3) dapat dilakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.

(24)

24 5. Contoh Penelitian Korelasi

HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN RETENSI SISWA KEAS X DENGAN PENERAPAN

STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

DI SMA NEGERI 6 MALANG

Dyah Ratna Fauziyah, Aloysius Duran Corebima dan Siti Zubaidah Universitas Negeri Malang

E-mail: dyah_ratna@yahoo.com

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar Biologi dan retensi siswa dengan penerapan strategi pembelajaran Think Pair Share (TPS). Populasi pada penelitian ini adalah kelas X SMA di Malang tahun ajaran 2012/2013 semester ganjil. Sampel penelitian ini adalah kelas X-1 SMA Negeri 6 Malang. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS for MS WINDOWS, dengan analisis korelasi regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan hasil belajar kognitif. Sumbangan yang diberikan oleh keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif sebesar 32,5%, dengan koefisien korelasi sebesar 0,570. Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan persamaan garis regresi Y = 0,816X + 11,802. Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan retensi siswa. Sumbangan yang diberikan oleh retensi keterampilan metakognitif terkoreksi terhadap hasil retensi belajar kognitif terkoreksi sebesar 46,1% dengan koefisien korelasi sebesar 0,679. Berdasarkan hasil uji regresi didapatkan persamaan garis regresi Y = 0,834X + 11,078.

(25)

25 BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penyusunan makalah ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dengan menggunakan indera yang terjadi di lapangan atau lokasi penelitian sehingga dihasilkan kesan tentang lingkungan sekitar. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian observasi yaitu: a. Melakukan seleksi terhadap setting penelitian, b. Mendefinisikan yang dapat didokumentasikan dalam observasi disetiap kasus, c. Melakukan latihan bagi peneliti tentang aturan-aturan yang harus ditaati dalam melakukan pengamatan sesuai fokus-fokus penelitian yang direncanakan, Mendeskripsikan dilakukan di lapangan, d. Memfokuskan observasi pada aspek-aspek yang relavan dengan pertanyaan penelitian, e. Menyeleksi apa yang diobservasi dengan mengutamakan aspek-aspek pokok, f. Mengakhiri observasi apabila tujuan observasi telah tercapai. Berdasarkan peran observer, jenis observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi non-partisipan, dan changing-role observer.

2. Eksposfakto merupakan penelitian terhadap pengaruh dan faktor yang mempengaruhi subjek yang telah terjadi dan diteliti oleh peneliti dalam tinjauan ke belakang (restrospect) tanpa memanipulasi variabel. Dalam faktanya, penelitian eksposfakto dilakukan karena beberapa faktor: Data mungkin sudah ada/terjadi; peneliti telah menentukan variabel terikat, kemudian merunut ke belakang untuk menemukan sebab, hubungan, dan maknanya; dan dapat dilakukan jika dalam beberapa hal penelitian eksperimen tidak dapat dilaksanakan. Adapun Jenis Penelitian Eksposfakto yaitu: Retrospective studies, Prospective studies, Longitudinal studies, dan Cross-sectional studies.

(26)

26 DAFTAR PUSTAKA

Denzin, N.K. & Lincoln, Y.S. (Ed). (2009). Handbook of qualitative research, 2-nded. Thaosand Oaks: Sage Publications, Inc. Terjemahan Dariyatno, Badrus Samsul Fata, Abi, & John Rinaldi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Emzir. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Perss.

Herdiansyah, Haris. 2015. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Kirk, R.E. 1995. Experimental Design: Procedure for the behavioral sciences. Pasific Grove: Brooks/Cole Publishing Company.

Marnasusanti, Ardian. 2007. “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 5 Tegal Kelas XI IPA dalam Sub Pokok Materi Pergeseran Kesetimbangan Kimia Melalui

Metode Praktikum. Skripsi. Semarang: FMIPA Unnes.

Merriam, Sharan B. 1988. Case Study Research in Practice. San Francisco: Josey-Bass. Muliawan, Jasa Ungguh. 2014. Metodologi Penelitian pendidikan. Yogyakarta: Gava Media. Subali, Bambang. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi. Yogyakarta: FMIPA

UNY.

Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis unuk Peneliti P emula. Yogyakarta: UGM Press.

Referensi

Dokumen terkait

BPPI sangat berharap agar RUU yang akan digarap, mampu mengatasi berbagai kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian pusaka Indonesia, yang dirasakan selama

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Perangkat Daerah Kota Mojokerto, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Mojokerto merupakan Dinas

Gaji pokok didapatkan dari UMR kabupaten Sleman, sedangkan besar insentif didapatkan dari kondisi operator selama bekerja berdasarkan faktor-faktor yang

Agar penelitian fokus dalam pembahasannya maka ditentuntukan pembatasan masalah pada variabel, objek dan waktu penelitian. a) Variabel penelitian ini dibatasi pada

Tuntunan Islam dalam urusan politik dan kenegaraan dalam garis besarnya sudah ada dalam Alquran dan Hadis Nabi. Namun dalam penerapan dan pelaksanaannya secara

Dilihat dari hasil akurasi tersebut, pengklasifikasian parameter eye blink untuk indikator gerak maju, kanan, mundur dan kiri dapat dilakukan dengan menggunakan fitur jumlah eye

disimpulkan bahwa semua variabel yaitu kepercayaan, tingkat pengembalian hasil, kesesuaian hukum syariah dan promosi dapat membedakan (discriminator) secara signifikan

Untuk genset G3508, aturlah 2301A LSSC untuk bisa bekerja secara isochronous dengan memutar potensio Droop, Load Gain, dan menutup terminal Open For Droop pada frekwensi kerja