• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengalaman Manajer Dalam Mengelola Perusahaan (Studi Life History Terhadap Manajer di PT. SOCI MAS, Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengalaman Manajer Dalam Mengelola Perusahaan (Studi Life History Terhadap Manajer di PT. SOCI MAS, Medan)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebuah perusahaan akan mengalami kondisi pasang surut dalam menjalankan

kegiatan ekonominya. Dalam hal perkembangan perusahaan, mulai dari berdiri

hingga mampu bertahan, kondisi pasang surut tersebut bisa jadi merupakan suatu

proses menuju keberhasilan yang hendak dicapai oleh perusahaan. Merupakan hal

yang wajar bila kondisi tersebut terjadi karena kegiatan ekonomi bukanlah sesuatu

yang berjalan konstan dari waktu ke waktu dan juga dipengaruhi oleh banyak

faktor seperti daya beli masyarakat hingga budaya masyarakat yang

mempengaruhi keinginan pasar.

Dengan situasi dan kondisi tersebut, manajemen perusahaan memiliki peranan

penting dalam menjalankan roda kegiatan perusahaan. Bisa dikatakan bahwa

keberhasilan perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen dalam

mengelola perusahaan mulai dari karyawan hingga kegiatan-kegiatannya.

Manajemen perusahaan yang baik juga pasti akan dipengaruhi oleh sosok manajer

yang handal di dalamnya yang menjadi pusat segala arahan, koordinasi hingga

instruksi kepada seluruh karyawan guna tercapainya tujuan perusahaan.

Di awal tahun 1993, perusahaan komputer raksasa dari Amerika IBM

melakukan pergantian di tingkat atas kepemimpinan perusahaan (Slater, 2001:12).

Lou Gerstner ditunjuk menjadi pimpinan dan CEO IBM yang baru menggantikan

John Akers. Pergantian ini bukan tanpa alasan, sebab tahun-tahun sebelumnya

IBM telah merugi dari sisi pendapatan dan pangsa pasar yang semakin berkurang.

Setelah mengambil alih perusahaan tersebut, dalam kepemimpinan Gerstner, IBM

pada tahun 1998 mencatat pendapatan sebesar US$ 81,7 milyar, naik 4% dari

tahun sebelumnya (US$ 78,5 milyar, menjadikan IBM sebagai perusahaan dengan

peringkat pendapatan tertinggi keenam di Amerika). Melihat kembali saat IBM

kehilangan uangnya selama tiga tahun berturut-turut, 1991, 1992, 1993, Gerstner

telah mengubah kondisi perusahaan sehingga pada tahun 1998 IBM meraih laba

sebesar US$ 6,3 milyar naik sebesar US$ 200 juta dari tahun sebelumnya. Ketika

(2)

yang tinggi, jangan menyerah pada harapan”. Gerstner tidak dapat memahami dan

tidak akan mentolerir kinerja yang rendah. Dia membuat jelas bahwa ia tidak akan

menerima nomor dua dan penghargaan menanti sang juara.

Kasus di atas dapat pula dijumpai di Indonesia dan Telkom bisa dijadikan

contoh bagaimana manisnya peran top manajer handal terhadap kinerja

perusahaan. Di bawah pimpinan Ir. Cacuk Sudarijanto, Telkom mengalami

perkembangan yang pesat (Halawa, 1992:10). Telkom yang sebelumnya bernama

Perumtel tampil sebagai BUMN yang efisien, ramping dan tidak merugi. Berkat

keberhasilan tersebut, Perumtel pun akhirnya berubah nama menjadi PT

Telekomunikasi Indonesia dan berpindah kantor pusat dari Bandung ke Jakarta.

Pada tahun 1989, Telkom berhasil meraup laba sebelum pajak sebesar Rp 150

milyar dan tercatat sebagai perusahaan penyumbang pajak terbesar kedua di

Indonesia selama dua tahun berturut-turut. Dalam pandangan Cacuk sebagai

pemimpin, semua badan usaha baik swasta, BUMN ataupun koperasi memiliki

kaidah yang sama. Harus dikelola secara efisien, produktif dan menguntungkan,

sehingga orang-orang yang tidak mengerti bagaimana bekerja efisien harap

minggir saja. Dari beberapa contoh kasus di atas tema mengenai pengelaman

seorang manajer dalam mengelola perusahaan menjadi menarik untuk diteliti.

Posisi seorang manajer erat kaitannya dengan peran kepemimpinan. Peran

kepemimpinan merupakan tanggung jawab seorang manajer dalam mengarahkan

dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan bawahannya dalam rangka mencapai

tujuan organisasi. Agar organisasi atau perusahaan bisa berjalan dan mencapai

tujuannya maka perusahaan tersebut harus dikelola dengan baik. Peran

kepemimpinan manajer sangat dibutuhkan dalam hal pengelolaan perusahaan

guna menghasilkan kinerja yang baik. Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil

kerja dari para karyawan yang secara bersama-sama melakukan tugas-tugas

perusahaan. Apabila kinerja perusahaan yang dihasilkan tinggi maka itu berarti

para karyawan memiliki kinerja yang bagus pula. Dengan kinerja yang bagus

perusahaan akan dengan mudah mencapai tujuan-tujuannya. Namun sebaliknya,

apabila kinerja yang dihasilkan rendah maka tujuan-tujuan perusahaan juga akan

(3)

Setiap karyawan di dalam sebuah perusahaan pasti memiliki latar belakang

etnis, agama, keluarga maupun pendidikan yang berbeda. Dari latar belakang yang

berbeda, setiap karyawan akan membawa nilai masing-masing ke dalam

perusahaan yang memungkinkan tejadinya suatu persinggungan nilai diantara

mereka. Untuk menghindari hal tersebut, seorang manajer harus mampu

menciptakan nilai-nilai sendiri bagi perusahaan dan membagikannya kepada

seluruh karyawan untuk diresapi dan dipatuhi bersama. Modal nilai perusahaan

tersebut akan membawa para karyawan memiliki kekompakan antara satu sama

lain sebagai satu kesatuan di dalam perusahaan. Oleh karena itu, seorang manajer

dalam memainkan perannya sebagai seorang pemimpin harus bisa menciptakan

visi ke depan agar setiap karyawan bisa mengidentifikasi dirinya dengan

organisasi.

Organisasi perusahaan dapat diartikan sebagai suatu sistem sosial yang

bersifat langgeng, memiliki identitas kolektif yang tegas, memiliki daftar anggota

yang terperinci, memiliki program kegiatan yang terus menerus diarahkan ke

pencapaian tujuan yang jelas serta memiliki prosedur untuk menerima anggota

baru dan mengeluarkan anggota lama (Lawang: 1984, 14). Perusahaan sebagai

suatu organisasi dapat dikatakan memiliki karakteristik sebuah masyarakat yakni

sekumpulan orang yang berinteraksi satu sama lain dan memiliki pengetahuan

yang sama tentang organisasi. Organisasi atau perusahaan pada dasarnya bisa

disebut sebagai masyarakat meski dalam ruang lingkup yang kecil. Namun bukan

berarti semua perusahaan berskala kecil, sebab pada masa kini banyak perusahaan

yang berkembang melebihi batas-batas negara seperti IBM, Microsoft, Toyota dan

sebagainya. Oleh karenanya perusahaan dapat disamakan dengan masyarakat juga

memiliki budaya. Selain itu, karena perusahaan adalah hasil kreasi manusia maka

bisa dikatakan juga bahwa perusahaan bukan sekedar memiliki budaya tetapi juga

merupakan hasil kebudayaan.

Perusahaan juga memiliki nilai, norma, maupun aturan yang berkenaan

dengan jalannya kegiatan perusahaan. Nilai-nilai perusahaan dapat dicontohkan

seperti kedisiplinan, kolektifitas, maupun orientasi terhadap pelanggan. Nilai

kedisiplinan akan mewujud ke dalam norma-norma yang mengatur jam kerja

(4)

kolektifitas akan mewujud dalam norma yang mengatur karyawan untuk dapat

bekerjasama satu sama lain dalam sebuah tim. Nilai orientasi terhadap pelanggan

akan diikuti juga dengan norma yang mengatur sikap karyawan terhadap

pelanggan seperti senyum, salam, sapa yang tujuannya untuk memberikan

kepuasan dan pelayanan yang baik kepada pelanggan.

Selain nilai, norma dan aturan, di dalam perusahaan juga terdapat ritual

ataupun aktifitas yang dilakukan seluruh anggota perusahaan. Ritual suatu

perusahaan dapat dilihat misalkan setiap pagi karyawan melakukan apel yang

bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai, norma-norma maupun aturan perusahaan

kepada karyawan. Dalam menerima karyawan baru perusahaan juga biasanya

melakukan ritual terhadap karyawan baru tersebut untuk mensosialisasikan

nilai-nilai dan norma-norma perusahaan. Ritual ini berguna untuk memelihara dan

menguatkan budaya suatu perusahaan serta untuk menumbuhkan rasa

kebersamaan diantara para karyawan.

Manajer dalam suatu perusahaan selain harus menanamkan nilai-nilai

perusahaan kepada karyawan juga akan menghadapi berbagai hambatan maupun

tantangan baik dari inernal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan. Dari

internal perusahaan manajer akan mengahadapi para karyawan yang berasal dari

berbagai latar belakang baik etnis, agama, keluarga maupun pendidikan sehingga

bukan tidak mungkin akan timbul suatu konflik diantara para karyawan itu yang

tentu harus diselesaikan manajer. Masalah pengupahan terhadap karyawan juga

dapat terjadi pada suatu perusahaan. Karyawan yang merasa haknya tidak

diberikan secara layak oleh perusahaan akan menuntut perusahaan untuk berlaku

adil seperti yang sedang marak terjadi akhir-akhir ini di Indonesia yang

diberitakan diberbagai media elektronik maupun media cetak dimana buruh

melakukan aksi unjuk rasa untuk menuntut haknya tersebut. Masalah ini juga

berpengaruh terhadap lingkungan eksternal perusahaan dimana perusahaan harus

mengadapi pemerintah yang kemudian merancang suatu regulasi baru terkait

pengupahan untuk buruh dan harus diikuti oleh setiap perusahaan. Selain itu juga,

aksi unjuk rasa buruh yang terkadang diwarnai dengan tindakan anarkis seperti

pengrusakan aset-aset perusahaan dapat berdampak pada iklim investasi yang

(5)

untuk menarik kembali modal tersebut bahkan investor yang baru tertarik akan

mengurungkan niatnya untuk memberikan modal. Hambatan maupun tantangan

seperti ini menuntut seorang manajer untuk memiliki kemampuan yang baik

dalam mengelola dan menyelesaikan setiap masalah dalam perusahaan.

Dalam menjalankan setiap nilai dan aktifitas serta dalam menghadapi

hambatan internal maupun hambatan eksternal perusahaan, seorang manajer tentu

harus pandai dan mampu menciptakan strategi untuk menggerakkan perusahaan

sesuai dengan peran yang dimainkannya. Strategi tersebut merupakan cara

maupun tindakan yang digunakan manajer untuk menyelesaikan setiap masalah di

dalam perusahaan. Selain itu, strategi-strategi yang diterapkan manajer bertujuan

untuk mencapai keuntungan dan keberhasilan perusahaan atau dengan kata lain

untuk mengembangkan kinerja perusahaan.

Perusahaan yang berhasil tentu memiliki manajer handal yang mampu

menjalankan perannya dengan baik. Manajer dapat dikatakan handal apabila ia

mampu menyatukan para karyawan sebagai sebuah tim yang bersinergi dalam

meningkatkan kinerja perusahaan. Selain itu, manajer juga dapat dikatakan handal

apabila ia mampu membuat kebijakan dan menyeimbangkannya dengan strategi

dalam menghadapi tantangan dan hambatan dalam mengelola perusahaan.

Salah satu perusahaan yang dapat dikatakan berhasil di Medan adalah PT.

SOCIMAS yang bergerak di bidang agribisnis dan pengolahan minyak kelapa

sawit. Berkat kemampuannya untuk secara konsisten menyediakan produk yang

memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan yang berlaku, serta kemampuan

dalam meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penerapan sistem yang efektif,

PT. SOCIMAS berhasil mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000. PT. SOCIMAS

juga mendapat sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) berkat

produknya yang sesuai dengan syariat islam. Keberhasilan PT. SOCIMAS

tersebut tentu tidak terlepas dari hal-hal yang dilakukan manajer di dalam

perusahaan tersebut. Oleh karena itu, menarik kiranya untuk mengkaji masalah

mengenai pengalaman manajer dalam mengelola perusahaan. Kajian tersebut akan

dapat mengungkap hambatan-hambatan apa saja yang menjadi tantangan bagi

manajer, serta mengungkap strategi-strategi apa saja yang digunakan manajer

(6)

1.2.Tinjauan Pustaka

Penelitian kualitatif dengan model life history telah banyak dilakukan oleh

beberapa ahli. Salah satunya adalah Oscar Lewis (1988) yang menulis buku kisah

5 keluarga miskin di Meksiko. Di dalam penelitiannya, Lewis mengangkat tema

mengenai kehidupan sosial dan kebudayaan kemiskinan termasuk di dalamnya

yang berkaitan dengan usia, pekerjaan, agama, komposisi rumah tangga, ekonomi

rumah tangga, tingkat kemakmuran, migrasi, pergaulan dengan tetangga,

pandangan politik, pola rekreasi dan sebagainya melalui keluarga yang tinggal di

daerah tersebut.

Berbeda halnya dengan Malau (2011) yang pernah melakukan penelitian yang

hampir serupa untuk meneliti jaringan bisnis multi level marketing. Dalam

penelitiannya, malau menggunakan pengalaman orang-orang yang menekuni

bisinis multi level marketing guna untuk menjelaskan pola jaringan bisnis multi

level marketing tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini tentunya berbeda dengan penelitian

yang pernah dilakukan Lewis dan Malau. Berbeda dengan Lewis, penelitian ini

mengangkat tema pengalaman manajer dalam mengelola perusahaan demi

keberlangsungan perusahaan tersebut. Sedangkan dengan Malau, perbedaannya

terletak pada ketidaktegasan menggunakan model life history dalam

penelitiannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengalaman adalah sesuatu yang

pernah dialami, dirasakan, dijalani, ditanggung oleh seseorang dalam menjalani

hidupnya. Pengalaman ini tercipta karena manusia selalu melakukan berbagai

kegiatan dalam menjalani hidup termasuk seorang manajer di dalam perusahaan.

Pengalaman yang dialami manusia dapat berbekas dalam ingatan manusia yang

secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pengetahuan

manusia itu sendiri. Semakin banyak pengalaman yang dialami oleh seseorang,

maka kemungkinan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh orang

tersebut.

Pengalaman manajer adalah sesuatu yang dialami, dirasakan dan dijalani oleh

manajer berkaitan dengan kegiatannya di dalam perusahaan Kegiatan seorang

(7)

kewajiban serta kewenangannya sebagai manajer yang harus dilaksanakan setiap

hari. Ketentuan-ketentuan kerja yang harus dilaksanakan seorang manajer tersebut

akan menimbulkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan hal tersebut.

Peristiwa-peristiwa tersebut akan tersimpan dalam memori seorang manajer yang

kemudian akan menjadi pengetahuan baginya.

Dalam menjalankan ketentuan-ketentuan kerja yang telah digariskan tersebut,

seorang manajer juga akan mendapatkan reaksi baik dari para karyawan maupun

dewan direksi. Kinerja manajer akan ditanggapi oleh para karyawan melalui

prilaku dan emosi atau perasaaan mereka terhadap manajer meskipun di dalam

perusahaan karyawan tidak berhak untuk menilai atasan mereka. Dewan direksi

juga akan menanggapi apa yang telah dikerjakan oleh manajer tersebut. Mereka

akan merasa senang apabila manajer berhasil melakukan pekerjaannya dengan

baik, biasanya hal itu diungkapkan melalui penghargaan atau reward yang diberikan terhadap manajer. Namun sebaliknya, apabila seorang manajer gagal

dalam melaksanakan tugasnya maka dewan direksi juga akan merasa tidak senang

dan hal tersebut biasanya ditandai dengan punishment atau hukuman.

Dalam menyikapi semua yang dihadapi oleh manajer di atas, tentunya

seorang manajer juga akan memiliki emosi atau perasaan sebagai responnya

terhadap tanggapan atau reaksi orang lain. Perasaan senang ataupun kecewa akan

dialami seorang manajer dalam melaksanakan tugasnya. Pengalaman-pengalaman

tersebut yang kemudian akan menjadi modal pengetahuan baginya dalam

membuat suatu cara atau langkah dalam menjalankan tugasnya sebagai manajer.

Proses belajar yang dilakukan seorang manusia secara terus menerus akan

menjadi pengalaman baginya yang kemudian pengalaman tersebut akan menjadi

pengetahuannya. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin

organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen

organisasi. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang

benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua

suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman,

intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang

(8)

maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang

Definisi pengalaman yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa setiap

proses belajar yang dilalui dan setiap kejadian yang dialami seorang manajer

dalam melaksanakan tugasnya di dalam perusahaan akan menjadi sebuah

pengalaman bagi manajer. Pengalaman tersebut akan menjadi modal pengetahuan

bagi manajer dalam menjalankan tugasnya untuk perusahaan. Pengalaman itu juga

akan menjadi pengetahuan bagi manajer dalam berprilaku sesuai dengan cara

yang diterima oleh perusahaan.

Manajer menurut Sule dan Saefullah (2005:18) adalah individu yang

bertanggung jawab secara langsung untuk memastikan kegiatan dalam sebuah

organisasi dijalankan bersama para anggota dari organisasi. Manajer tentu

memiliki karyawan bawahan di dalam organisasi. Manajer mempunyai tugas

pokok pengelolaan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

perintah, pengawasan dan pengevaluasian. Manajer harus mampu mengelola

pekerjaan dan organisasi, mengelola orang serta mengelola semua unsur

organisasi bisnis seperti produksi, tenaga kerja, pemasaran, keuangan, riset, dan

pengembangan semua sarana dan prasarana yang dimiliki organisasi (Iman dan

Siswandi, 2007:7).

Setiap manajer harus mempunyai wewenang dan tanggung jawab sehingga

manajer dapat dikelompokkan menjadi:

1. Menurut Tingkatannya

a. Manajer Lini Bawah

Manajer lini bawah ini secara langsung mengawasi tenaga kerja yang

melakukan pekerjaan awal atau disebut operator. Contoh mandor atau

supervisor bagian produksi, supervisor atau kepala urusan

administrasi kantor.

b. Manajer Menengah

Manajer yang mengarahkan, membimbing dan mengawasi manajer

lini bawah. Tanggung jawab manajer menengah ini mengarahkan dan

(9)

membantu memecahkan masalah antara keinginan supervisor dengan

kapasitas dan kemampuan bawahan atau operator.

c. Manajer Puncak

Merupakan kumpulan manajer yang bertanggung jawab terhadap

jalannya dan keberhasilan organisasi secara keseluruhan. Manajer

puncak ini merumuskan dan menetapkan kebijakan organisasi dan

membimbing serta mengarahkan interaksi organisasi dengan

lingkungan.

2. Menurut Fungsinya

Merupakan manajer yang bertanggung jawab hanya kepada aktivitas yang

terkait dengan fungsinya, seperti berikut;

a. Manajer Produksi

b. Manajer Sumber Daya Manusia

c. Manajer Pemasaran

d. Manajer Keuangan

e. Manajer Riset dan Pengembangan, dan lain-lain.

Manajer sebagai orang yang menjalankan kegiatan manajemen juga harus

memahami fungsi-fungsi yang ada didalam manajemen. Fungsi-fungsi

manajemen tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam

manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu

tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya (Ernie dan Kurniawan: 2005,8). Nickels,

McHugh and McHugh (dalam Erni dan Kurniawan: 2005,8) kemudian

menjelaskan ada empat fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh manajer,

yaitu:

1. Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang

dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujdkan target dan

tujuan organisasi. Di antara kecenderungan dunia bisnis sekarang

misalnya, bagaimana merencanakan bisnis yang ramah lingkungan,

bagaimana merancang perusahaan yang mampu bersaing dalam persaingan

(10)

2. Pengorganisasian atau Organizing yaitu proses yang menyangkut

bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan

didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem

dan lingkungan organisasi yang kondusif dan bisa memastikan bahwa

semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna

pencapaian tujuan organisasi

3. Pengimplementasian atau Directing yaitu proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses

memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung

jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.

4. Pengendalian dan Pengawasan atau Controlling yaitu proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah

direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan

sesuai dengan target yang diharapkan meski menghadapi berbagai

perubahan yang terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.

Manajer tentu memerlukan beberapa keahlian manajemen untuk dapat

mengimplementasikan kegiatan manajemen tersebut sesuai dengan fungsinya

masing-masing. Menurut Iman dan Siswandi (2007:4) untuk mengelola organisasi

maka manajer mutlak memerlukan keahlian yang berkaitan dengan manajemen.

Keahlian manajer akan dapat meningkatkan kualitas kinerja manajemen.

Macam-macam keahlian manajer meliputi:

a. Keahlian Teknis (Technical Skll)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan berbagai peralatan, prosedur

atau teknik di bidang tertentu.

b. Keahlian Masalah Kemanusiaan (Human Skill)

Merupakan kemampuan untuk dapat mengerti dan memahami tentang

karakteristik orang lain. Berpartisipasi secara aktif dengan orang lain,

mengetahui potensi dan kelemahan manusia, harapan masa depan dan

reaksi ancaman terhadap diri manusia itu.

c. Keahlian Konseptual (Conceptual Skill)

Merupakan kemampuan untuk dapat melihat secara sistematis dan

(11)

ini meliputi pemahaman untuk memfungsikan semua komponen

organisasi, baik secara keseluruhan maupun secara parsial.

d. Keahlian Strategi (Strategic Skill)

Merupakan keahlian yang diperlukan bagi manajer untuk dapat melihat

organisasi sebagai suatu sistem dimana gangguan atau keberhasilan dari

unit organisasi akan mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan

organisasi. Dalam keahlian ini manajer dituntut untuk dapat

mengantisipasi sedini mungkin semua fenomena internal dan eksternal

organisasi.

Selain fungsi yang harus dilakukannya serta keahlian yang harus dimilikinya,

manajer juga memiliki kewenangan sebagai pendukung untuk menjalankan tugas

dan fungsinya. Kewenangan atau authority merupakan salah satu bentuk

kekuasaan yang banyak dipergunakan di dalam sebuah organisasi termasuk

perusahaan. Kewenangan juga merupakan kekuasaan formal dan terlegitimasi.

Dalam sebuah organisasi, seseorang yang ditunjuk untuk memimpin organisasi,

bagian atau departemen memiliki kewenangan atau kekuasaan yang terlegitimasi.

Seseorang yang ditunjuk menjadi manajer administrasi dengan sendirinya

terlegitimasi untuk memilki kewenangan dalam mengatur berbagai hal yang

terkait dengan administrasi perusahaan. Kewenangan-kewenangan tersebut

biasanya didokumentasikan kedalam standar operasional prosedur (SOP)

perusahaan. Kewenangan ini juga merupakan unsur yang muncul dari pemberian

tugas-tugas kepada manajer.

Ernie dan Kurniawan (2005:176) mengemukakan bahwa kewenangan dalam

sebuah organisasi atau perusahaan dapat dibedakan menjadi kewenangan lini (liny

authority), kewenangan staf (staff authority), dan kewenangan fungsional (functional authority). Perbedaan ketiganya terletak pada jenis keleluasaan dan kekuasaan yang dimilikinya berdasarkan posisinya masing-masing dalam

organisasi atau perusahaan.

1. Kewenangan Lini

Kewenangan lini atau line authority adalah mereka yang dalam organisasi bertanggung jawab terhadap berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian

(12)

command (rantai komando) dari mulai hierarki yang tertinggi (direktur misalnya) hingga hierarki yang terendah seperti buruh atau pekerja

langsung yang melakukan kegiatan teknis operasional di lapangan.

2. Kewenangan Staf

Kewenangan staf atau staff authority adalah mereka yan ditunjuk organisasi untuk membantu bagian-bagian dalam sebuah organisasi yang

memiliki kewenangan lini. Oleh karena itu, mereka yang memiliki

kewenangan staf adalah mereka yang membantu organisasi dalam

pencapaian tujuannya, hanya saja dengan cara tidak langsung. Bentuknya

dapat melalui pemberian jasa advokasi bagi direktur (misalnya konsultan

manajemen), maupun bagian keuangan (misalnya konsultan pajak) dan

lain sebagainya. Dalam organisasi pemerintahan juga ada yang dinamakan

sebagai staf ahli. Staf ahli ini berfungsi untuk membantu organisasi

pemerintahan dalam pencapaian tujuannya, hanya saja dalam praktiknya

staf ahli ini tidak turun langsung dalam mengerjakan berbagai pekerjaan

organisasi.

3. Kewenangan Fungsional

Kewenangan fungsional atau functional authority mereka yang berada pada bagian tertentu di organisasi, memiliki kewenangan lini maupun staf,

namun juga dikarenakan tugasnya maka diberi kewenangan untuk

melakukan kontrol atau koordinasi dengan bagian lainnya. Sebagai contoh,

bagian keuangan sekalipun hanya bertanggung jawab di bagian pencatatan

setiap transaksi, namun juga memiliki kewenangan untuk melakukan

pengawasan dan pengontrolan terhadap bagian lainnya yang terkait dengan

tugasnya di bagian keuangan. Bagian pemasaran yang akan menambah

biaya promosi akan berhubungan dengan bagian keuangan. Bagian

personalia yang menghadapi tuntutan adanya kenaikan gaji dari para

karyawan juga perlu berhubungan dengan bagian keuangan.

Manajer perlu meningkatkan kualitas kinerja dirinya dari sumber keahliannya

sehingga keahlian tersebut dapat terasah dengan baik. Sumber keahlian manajer

yang paling dominan adalah pendidikan dan pengalaman. Dengan proses

(13)

peningkatan kognisi di bidang manajemen oleh manajer arau calon manajer,

sedangkan pengalaman adalah guru yang paling baik dan berharga. Dari

pengalaman, manajer dapat memetik pengetahuan dan ilmu manajemen yang

sangat berharga bagi dirinya. Dengan pengalaman yang berbeda-beda, manajer

dalam mengambil keputusan manajemen di kasus yang sama dapat berbeda

keputusannya.

Manajer sendiri merupakan sebuh jabatan yang diemban oleh seseorang

dimana jabatan tersebut di dalamnya terdapat status dan peran. Menurut Hofstede

(dalam Nugroho dan Cahayani, 2003:92) peran pendiri atau pemimpin adalah

menciptakan simbol serta kegiatan ritual yang harus diikuti setiap hari oleh para

anggota organisasi, sedangkan karyawan melakukan adaptasi seperlunya agar

sesuai dengan nilai pribadi yang dianutnya. Status adalah kedudukan seseorang

dalam suatu pola atau kelompok sosial. Di dalam pengertian yang lain status dapat

dilihat dari dua arti (Lawang, 1984:28). Pertama, status adalah suatu tatanan hak

dan kewajiban secara hirarki dalam struktur formal suatu organisasi dan bersifat

obyektif. Misalnya, posisi direktur dalam sebuah perusahaan yang dijabat

seseorang memiliki hak dan kewajiban tertentu. Namun, hak dan kewajiban

tersebut tidak melekat pada diri seseorang melainkan terpisah. Artinya bila suatu

saat terjadi pergantian direktur maka hak dan kewajiban tersebut berpindah pada

orang baru yang menduduki posisi tersebut. Kedua, status adalah hasil dari

penilaian orang lain terhadap seseorang dengan siapa ia berhubungan dan status

ini bersifat subyektif. Artinya tinggi rendahnya kedudukan seseorang bergantung

pada penilaian orang lain. Menurut Talcott Parsons (dalam Lawang, 1984:29), ada

lima kriteria untuk menentukan tinggi rendahnya status sesorang secara subyektif

tiga diantaranya berkaitan dengan status manajer yaitu:

1. Mutu pribadi

Seseorang bisa mendapatkan status karena memiliki kebijaksanaan,

kepintaran, kuat, pandai atau juga karena kelakuan yang baik.

2. Prestasi

Seseorang bisa mendapatkan status bila seseorang berhasil dalam

usahanya dan mendapatkan pengakuan dari orang lain secara subyektif

(14)

manajer yang handal maka status orang tersebut secara subyektif akan

naik.

3. Otoritas

Otoritas adalah kekuasaan yang sah atau diabsahkan dan karena sahnya,

maka orang lain harus mengikutinya tanpa perlawanan. Misalnya, seorang

manajer sangat dihormati dan status subyektifnya sangat tinggi karena

posisi manajer itu menjadi sumber keabsahan (legitimasi) baginya. Namun

bila orang tersebut tidak lagi menjadi manajer maka segala keabsahan

yang dimilikinya juga ikut hilang dan statusnya menjadi turun.

Selain kriteria di atas, menurut Narwoko dan Bagong (2010:157) dalam

masyarakat sering kali kedudukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Ascribed-status. Status ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam

masyarakat tanpa memerhatikan perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut

diperoleh karena kelahiran. Misalnya, kedudukan anak seorang bangsawan

adalah bangsawan pula, seorang anak dari kasta Brahmana juga akan

memperoleh kedudukan yang demikian. Kebanyakan ascribed-status

dijumpai pada masyarakat dengan sistem pelapisan sosial yang tertutup,

seperti sistem pelapisan berdasarkan perbedaan ras. Meskipun demikian,

bukan berarti dalam masyarakat dengan sistem pelapisan sosial terbuka

tidak ditemui adanya ascribed status. Kita lihat misalnya kedudukan laki-laki dalam suatu keluarga akan berbeda dengan kedudukan istri dan

anak-anaknya, karena pada umumnya laki-laki (ayah) akan menjadi kepala

keluarga.

2. Achieved-status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan melakukan berbagai usaha, bukan diperoleh karena kelahiran. Kedudukan

ini bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan dari

masing-masing orang dalam mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya.

Misalnya, setiap orang bisa menjadi dokter, hakim, guru , dan sebagainya,

asalkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan atau tidak.

Dalam setiap status selalu ada peran, dalam setiap peran kita dapat melihat

status. Peran dan status tidak dapat dipisahkan karena keduanya ibarat dua sisi

(15)

memiliki status atau posisi tertentu dalam organisasi seperti perusahaan, keluarga,

komunitas, sekolah dan lain-lain (Lawang : 1984, 30). Peran lebih banyak

menunjuk pada fungsi, artinya seseorang menduduki suatu posisi tertentu dalam

masyarakat dan menjalankan suatu peran (Narwoko dan Bagong, 2010:159).

Suatu peran paling sedikit mencakup 3 hal, yaitu:

1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat.

2. Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat.

3. Peran dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi struktur sosial

masyarakat.

Dari definisi di atas jelas bahwa orang yang memiliki status tertentu sudah

diharapkan orang untuk memiliki prilaku tertentu pula. Harapan seperti ini

seringkali disebut dengan istilah harapan peran (role expectation). Seorang

manajer diharapkan memiliki prilaku yang sesuai dengan statusnya sebagai

manajer yakni mengarahkan karyawan, memberikan contoh, mengevaluasi

karyawan. Selain itu, seringkali peran dalam hubungan ini tidak dilihat sebagai

satu harapan, tetapi lebih dari itu, yakni keharusan. Harapan peran dalam hal ini

bersifat deterministik (harus). Misalnya supaya organisasi perusahaan berjalan

baik, maka setiap karyawannya harus datang waktu pagi dan bekerja selama

delapan jam sehari.

Karena peran merupakan pola perilaku dari individu yang diharapkan dalam

suatu organisasi maka Mintzberg (dalam Iman dan Siswandi, 2007:5) membagi

peran manajer ke dalam 3 (tiga) peran, yakni;

1. Peran antar pribadi, meliputi peran figur (simbolis), peran kepemimpinan

dan peran perantara (liaison)

Peran ini akan membawa manajer untuk mengelola organisasi dengan

cara yang agak halus dan sebagai alat mengharmonisasi berbagai

perbedaan dan konflik kelompok yang ada di dalam organisasi di setiap

(16)

2. Peran informasional, meliputi peran pemantau (monitor), peran

penyebarluasan informasi (disseminator) dan peran bicara

(speakerperson)

Peran ini oleh Mintzberg dianjurkan sebagai peran yang penting atau

utama dari tugas setiap manajer.

3. Peran pengambil keputusan, meliputi peran keputusan, peran

kewirausahaan (entrepreneur), peran menangani gangguan (disturbance

handler), peran alokasi sumber daya (resource allocator), dan peran juru runding (negosiator).

Kepemimpinan juga merupakan bagian dari status dan peran seorang manajer

dalam suatu perusahaan. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang (yaitu

pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau

pengikut-pengikutnya) sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana

dikehendaki oleh pemimpin tersebut (Soekanto, 1990:288). Kemudian menurut

koentjaraningrat (dalam Soekanto, 1990:288) kadangkala kepemimpinan

dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai

suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu

kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki seseorang

atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala

tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak

dari warga masyarakat seperti halnya di dalam lingkungan organisasi atau

perusahaan.

Organisasi atau perusahaan sering didefinisikan sebagai sekumpulan orang

yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Dari

definisi di atas dapat dilihat bahwa ada dua esensi dasar dari suatu organisasi

yakni sekumpulan orang dan tujuan bersama yang hendak dicapai. Robbins

(dalam Sobirin, 2007:5) kemudian mengembangkan definisi tersebut yakni

organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang

relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama dan

terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, dan didirikan untuk

(17)

Sejalan dengan definisi yang dikembangkan oleh Robbins tersebut, David

Cherrington (dalam Sobirin, 2007:5) juga mengatakan bahwa organisasi adalah

sistem sosial yang mempunyai pola kerja yang teratur yang didirikan oleh

manusia dan beranggotakan sekelompok manusia dalam rangka untuk mencapai

satu set tujuan tertentu. Dari definisinya itu Cherrington telah menyatakan bahwa

organisasi adalah sistem sosial sehingga organisasi juga dapat diartikan sebagai

suatu sistem sosial yang bersifat langgeng, memiliki identitas kolektif yang tegas,

memiliki daftar anggota yang terperinci, memiliki program kegiatan yang terus

menerus diarahkan ke pencapaian tujuan yang jelas serta memiliki prosedur untuk

menerima anggota baru dan mengeluarkan anggota lama (Lawang, 1984:14).

Dalam pandangan yang lain, organisasi juga dianggap sebagai suatu sistem

budaya. Smircich dan Stubart (dalam Sobirin, 2007:29) misalnya mengatakan

bahwa organisasi adalah sekumpulan orang yang memiliki kesamaan keyakinan,

tata nilai dan asumsi di mana keyakinan, tata nilai dan asumsi tersebut akan

menjadi landasan bagi semua orang di dalam organisasi untuk

menginterpretasikan setiap tindakan baik yang mereka lakukan maupun tindakan

yang dilakukan orang lain. Dari definisi ini organisasi dipandang bukan sebagai

struktur yang objektif yang didesain untuk mencapai tujuan yang terukur

melainkan sebagai sekumpulan orang yang membangun konstruksi realita dengan

saling berbagi makna dan asumsi. Dengan demikian sebelum sekumpulan orang

melakukan tindakan mereka terlebih dahulu harus memiliki definisi atau

konstruksi realita yang jelas yang didasarkan pada keyakinan, tata nilai dan

asumsi bersama. Demikian juga agar sebuah organisasi bisa berfungsi dan

beroperasi dengan baik para anggota organisasi harus bisa mendefinisikan

persoalan organisasi dengan jelas dan mereka juga harus sepakat dalam upayanya

untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut (Sobirin, 2007:29).

Organisasi sebagai sistem budaya tentu memiliki konsep nilai, norma-norma

maupun aturan-aturan yang menjadi pembentuk organisasi itu sendiri. Konsep

nilai adalah merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam

pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka

anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi

(18)

warga masyarakat tadi (Koentjaraningrat, 1990:190). Dalam kaitannya dengan

organisasi perusahaan, biasanya yang memainkan peran sebagai penggagas nilai

tersebut adalah pendiri maupun pemimpin perusahaan.

Ketika nilai yang telah dijelaskan di atas menjadi pedoman yang memberi

arah dan orientasi terhadap hidup maka akan terbentuk pula norma-norma yang

menjadi sistem aturan dalam bertindak bagi setiap warga masyarakat. Norma

menurut Koentjaraningrat (1990:164) adalah merupakan suatu sistem aturan yang

menata suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu keperluan

khusus dari manusia dalam kehidupan masyarakat. Untuk melihat hubungan

antara nilai dan dan norma dapat dicontohkan seperti suatu perusahaan memiliki

konsep nilai bahwa pelanggan adalah raja, maka norma perilaku yang terbentuk

bagi setiap karyawan yaitu dengan memberikan kepuasan maupun pelayanan yang

baik bagi setiap pelanggan termasuk didalamnya cara menyapa, cara

menyampaikan salam dan sebagainya.

Di dalam organisasi terdapat kelompok yang memiliki kepentingan dan juga

memberi perhatian terhadap keberadaan organisasi. Kelompok ini sering disebut

sebagai stakeholders (pemangku kepentingan). Stakeholders mempunyai motivasi untuk ikut berpartisipasi dalam organisasi baik secara langsung maupun tidak

karena stakeholders tersebut berharap akan memperoleh imbalan yang lebih besar dibandingkan dengan kontribusi yang diberikannya. Imbalan yang diharapkan

misalnya uang, kekuasaan atau status dalam organisasi sedangkan kontribusi yang

diberikannya dapat berupa modal, keterampilan, pengetahuan dan keahlian

(Sobirin, 2007:20). Secara umum stakeholders dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok yang berada di dalam organisasi seperti pemilik

modal, manajer, karyawan. Kelompok kedua adalah kelompok yang berada di luar

organisasi seperti pelanggan, pemasok, pemerintah, komunitas, serikat buruh dan

masyarakat umum.

Disebutkan di atas bahwa stakeholders yang berada di dalam organisasi terdiri dari tiga kelompok yakni pemilik modal, manajer, dan karyawan. Dari

komposisi dan kedudukan masing-masing komponen tersebut akan membentuk

(19)

Pemilik modal

Manajer

Karyawan

Posisi paling atas menunjukkan bahwa pemilik modal memiliki otoritas paling

tinggi diantara ketiga komponen tersebut. Meski sebagai otoritas tertinggi di

dalam organisasi, pemilik modal biasanya tidak terlibat langsung dalam setiap

kegiatan organisasi melainkan memberikan mandat kepada sekumpulan orang

yang disebut dewan komisaris. Dewan komisaris kemudian mengangkat manajer

puncak dan secara berturut-turut melalui mekanisme yang ada manajer puncak

mengangkat manajer lainnya dan karyawan organisasi. Dari penjelasan ini

sebenarnya manajer dan karyawan adalah buruh yang bekerja untuk organisasi

namun yang membedakannya ialah manajer diberikan mandat secara langsung

oleh pemilik modal untuk menjaga, mengelola dan mengembangkan harta milik

pemilik modal. Oleh karena itu manajer memiliki keleluasaan dalam mengambil

keputusan yang menyangkut keberadaan organisasi sedangkan karyawan biasa

umumnya tidak memiliki akses untuk mengambil keputusan.

Karena otoritas dan statusnya tersebut, manajer memiliki peranan yang sangat

penting di dalam organisasi. Keberhasilan organisasi dalam menjalankan setiap

kegiatannya bergantung pada kemampuan yang dimiliki manajer dalam

memimpin dan mengelola organisasi. Untuk itu seorang manajer harus memiliki

satu set prilaku sehingga organisasi dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang

diharapkan.

1.3.Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok

permasalahan adalah bagaimana pengalaman manajer dalam mengelola

perusahaan pada PT. Socimas?. Pokok permasalahan tersebut kemudian

(20)

1. Berapa orang staf yang berada pada posisi Manager?

2. Sejak kapan manajer tersebut bekerja di PT. Socimas?

3. Apa saja yang dilakukan manajer dalam menjalankan tugasnya?

4. Ritual-ritual apa saja yang dilakukan oleh perusahaan?

5. Hambatan dan tantangan apa yang dihadapi dalam berlangsungnya

kegiatan perusahaan?

6. Apa yang dilakukan manajer dalam menghadapi hambatan dan tantangan

tersebut?

7. Apa yang dirasakan manajer dalam menghadapi tantangan dan hambatan

yang ada?

1.4.Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan pengalaman seorang manajer

dalam mengelola perusahaan. Secara lebih detail, penelitian ini akan menjelaskan

hambatan maupun tantangan baik dari dalam perusahaan maupun dari lingkungan

luar perusahaan yang dihadapi manajer dalam mengelola perusahaan, strategi

serta langkah-langkah yang digunakan manajer dalam mengatasi setiap hambatan

dan tantangan tersebut dan keberhasilan yang dicapai melalui penerapan strategi

tersebut. Dalam hal ini, penelitian akan dilakukan terhadap manajer perusahaan

dan para karyawannya serta aktifitas-aktifitas yang dilakukan.

Tujuan penelitian ini diharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat baik secara

akademis maupun praktis. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan keilmuan, khususnya dalam kajian antropologi bisnis

maupun kajian-kajian keilmuan lainnya mengenai perusahaan. Penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan

dalam membuat berbagai kebijakan yang terkait dengan perusahaan.

1.5. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dalam lima bab. Bab pertama adalah pembahasan

mengenai latar belakang masalah dari penelitian ini. Kemudian tinjauan pustaka

yang berisi teori dan konsep yang mendukung penelitian ini. Selanjutnya

(21)

penelitian ini. Dua bagian terakhir adalah pembahasan mengenai sistematika

penulisan dan metode penelitian yang berisi tentang pengalaman penelitian.

Pada bab kedua berisi hal-hal yang menyangkut industri kelapa sawit mulai

dari sejarah tanaman kelapa sawit di Indonesia sampai dengan perkembangan

industri hilir kelapa sawit. Pada bab kedua ini juga akan dibahas mengenai sejarah

dan perkembangan perusahaan hingga kini, visi dan misi perusahaan serta

pembahasan struktur organisasi dan pembagian tugas secara sederhana. Kemudian

juga pembahasan mengenai jumlah tenaga kerja, sistem pengupahan dan fasilitas

yang ada di perusahaan. Bagian terakhir pada bab ini akan membahas

produk-produk yang dihasilkan PT. SOCI Mas serta pemasarannya.

Pada bab ketiga berisi tentang pembahasan mengenai profil dari

masing-masing manajer yang menjadi iniforman kunci. Bab ini akan menceritakan kisah

atau life history dari masing-masing manajer mulai dari awal berkarir hingga

menangani PT. SOCI Mas. Seperti apa latar belakang masing-msing manajer juga

akan dibahas di dalam bab ini

Pada bab keempat akan dibahas hal-hal mengenai pengalaman manajer

selama menjalankan tugasnya sebagai manajer di PT. SOCI Mas yang merupakan

intisari dari bab seberlumnya. Pengalaman manajer tersebut akan menggambarkan

hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh manajer tersebut dalam menjalankaan

tugasnya. Selain itu bab ini juga berisi tentang sikap yang diambil serta perasaan

yang dirasakan oleh manajer dalam setiap peristiwa yang dialaminya termasuk

ketika menghadapi hambatan dan tantangan di dalam perusahaan. Secara lebih

jelas, bab ini akan menjelaskan kompleksitas pekerjaan manajar dalam

perusahaan.

Bab terakhir atau bab kelima berisi tentang kesimpulan yang bisa diambil dari

bab-bab sebelumnya mengenai pengalaman manajer dalam bekerja. Bab ini juga

berisi saran-saran yang diperlukan dan diharapkan bisa menjadi masukan bagi

para pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan perusahaan dan industri

yang terkait dengan penelitian ini.

(22)

Ketika diawal mencari tema penelitian, sebenarnya saya ingin mengangkat

tema budaya korporasi karena saya tertarik dengan tema tersebut sejak saya

mengambil mata kuliah budaya korporasi. Ketika tema tersebut saya

konsultasikan dan saya ajukan kepada bapak ketua jurusan pak fikarwin, beliau

mengarahkan saya agar saya mengambil tema yang lebih spesifik lagi dari hanya

sekedar budaya korporasi sebuah perusahaan. Dari arahan tersebut, saya kemudian

mencari-cari artikel mengenai budaya korporasi beserta manfaatnya baik yang

berbahasa indonesia maupun yang berbahasa inggris. Akhirnya saya menemukan

salah satu artikel bahasa inggris yang menjelaskan prospek kajian antropologi

dalam dunia bisnis di era globalisasi termasuk di dalamnya budaya korporasi. Di

dalam artikel tersebut disebutkan berbagai macam hal yang bisa dikaji dengan

antropologi salah satunya masalah mengenai pemanfaatan lahan dan ruang

industri yang kemudian saya pilih sebagai judul dari skripsi saya. Saya pun

kemudian kembali menghadap bapak ketua jurusan untuk membicarakan hal

tersebut. Dalam diskusi yang saya lakukan itu, beliau mengingatkan kembali mata

kuliah yang dipelajari di jurusan antropologi karena itu menyangkut judul yang

pilih. Beliau mengatakan bahwa memang mungkin hal tersebut bisa kita kaji

melalui antropologi namun ada baiknya judul yang kita teliti itu berkaitan dengan

mata kuliah yang telah saya pelajari. Akhirnya saya kembali mmemikirkan hal

apa yang tepat untuk saya angkat menjadi judul dan setelah itu saya memutuskan

untuk memilih tema mengenai peran kepemimpinan manajer dalam perusahaan

yang dimana memang kepemimpinan menjadi salah satu unsur dari budaya

korporasi dan akhirnya bapak ketua jurusan pun menyetujui judul skripsi saya

tersebut.

Selanjutnya ketika judul skripsi itu telah disetujui, saya kemudian menjumpai

dosen pembimbing yang juga telah saya ajukan yakni pak ermansyah untuk

memulai bimbingan skripsi saya. Dalam perjalanan untuk menyiapkan proposal

bagi skripsi saya, pak ermansyah kemudian mengarahkan untuk mengganti judul

yang telah saya pilih. Alasannya, judul tersebut sedikit mengarah kepada judul

yang biasanya dibahas pada jurusan lain karena membicarakan peran

kepemimpinan manajer terhadap kinerja perusahaan. Saat itu memang saya

(23)

setelah saya pertimbangkan lagi, akhirnya saya mengikuti saran pak ermansyah

untuk mengganti judul skripsi saya menjadi pengalaman manajer dalam

mengelola perusahaan.

Model penelitian yang saya gunakan untuk mengungkap pengalaman manajer

tersebut adalah model penelitian life history. Model studi life history ini biasa

digunakan untuk mengungkap kisah hidup maupun pengalaman yang pernah

terjadi pada seeseorang. Biasanya metode yang digunakan dalam model ini adalah

peneliti mengamati secara langsung setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang

yang menjadi objek penelitian. Namun, karena adanya keterbatasan dalam

penelitian ini maka saya lebih banyak melakukan wawancara kepada informan

saya mengenai pengalaman yang telah dijalaninya.

Dalam menjalin hubungan dengan perusahaan, sebelumnya saya sudah

memiliki modal dengan mengenal salah satu staf manajemen atau tepatnya asisten

manajer administrasi di PT. SOCI Mas yakni om kumar. Om kumar adalah ayah

dari teman dekat saya dan saya sudah mengenalnya selama beberapa tahun

belakangan yakni kira-kira empat tahun. Beliau merupakan salah satu staf senior

karena telah bekerja di PT. SOCI Mas sejak perusahaan itu beroperasi. Dengan

berkonsultasi terlebih dahulu dan atas restu dari beliau, saya akhirnya berani

untuk melakukan riset di PT. SOCI Mas.

Dalam kajian ilmu antropologi, memang seorang peneliti diarahkan untuk

memiliki rapport yang baik dengan para informan dalam melakukan penelitian. Untuk itulah saya menggunakan modal saya tadi untuk membangun hubungan

yang baik dengan para informan saya yakni para manajer. Namun meskipun

demikian saya tetap menghadapi tantangan yaitu sedikitnya waktu untuk bertemu

dengan para manajer. Om kumar bisa dibilang juga sebagai pembimbing saya di

lapangan sebab ketika berurusan dengan perusahaan dan para manajer saya pasti

melalui beliau.

Ketika saya akan menggali informasi di perusahaan, saya terlebih dahulu

menelepon om kumar untuk memastikan apakah beliau bisa membantu saya pada

hari itu untuk mendapatkan informasi yang saya butuhkan. Biasanya kalau beliau

bisa, beliau akan menetapkan jam berapa saya bisa ke kantor. Sesampainya di

(24)

melewati pos satpam di gerbang masuk pabrik. Para satpam akan menanyakan

keperluan saya dan ingin bertemu dengan siapa. “Ada perlu apa?”, kata salah

seorang satpam. “mau ketemu sama pak kumar untuk penelitian disini”, jawab

saya. “Sudah ada janji belum sebelumnya?” sambung satpam itu. “Ya, sudah”,

jawab saya singkat. Mungkin karena om kumar dikenal baik oleh para satpam

saya tidak pernah dipersulit oleh satpam untuk masuk ke dalam kantor. Setelah

saya menukarkan KTP saya dan sebagai gantinya kartu pengenal sementara, saya

pun diantar msduk ke dalam kantor oleh satpam. Setelah masuk saya dipersilakan

menunggu om kumar di lobby. Beberapa menit kemudian om kumar sudah

bersama dengan saya. Beliau langsung bertanya akan keperluan informasi untuk

skripsi saya. “Gimana jrin data apa yang mau diambil?”, tanya om kumar. Saya

langsung menjawab “begini om, skripsi fajrin ini kan membahas tentang

pengalaman manajer di Soci, bisa gak fajrin wawancara dengan manajer sekarang

om?”. Beliau kemudian berfikir sejenak, “gini jrin mungkin kalau sekarang gak

bisa karena manajer lagi gak di kantor, nanti lah kita sesuaikan lagi jamnya”.

Karena tidak bisa menemui manajer saat itu saya pun kemudian memilih untuk

bertanya seputar keadaan perusahaan mulai dari awal pendiriannya sampai dengan

perusahaan hingga kini. Om kumar pun dengan lancar memberikan keterangan

dan informasi yang saya tanyakan sebab beliau memang sudah bekerja di PT.

SOCI Mas dari 1993 atau bisa dibilang sejak awal perusahaan berproduksi. Hari

pertama saya ke turun lapangan saya pun sudah mengantongi informasi-informasi

mengenai seluk beluk PT. SOCI Mas.

Sebenarnya tantangan terberat yang saya rasakan adalah menyesuaikan waktu

untuk bertemu dengan manajer. Saya tidak bisa sembarangan mengganggu jam

kerja manajer sebab manajer memiliki tugas yang banyak. Memang dari awal saya

sudah memikirkan hal ini namun dengan niat dan tekad, saya berani untuk

meneruskan penelitian ini. Kesempatan saya untuk bertemu dengan manajer

akhirnya terlaksana dengan sebelumnya berkoordinasi dengan om kumar. Manajer

pertama yang saya wawancarai adalah Bapak Johan Prayogi. Beliau adalah

manajer administrasi PT. SOCI Mas. Wawancara saya dengan Bapak Prayogi

berlangsung di salah satu bilik tamu yang masih berada di ruang lobby kantor.

(25)

saya dengan hangat. “Selamat siang pak”, sapa saya terlebih dahulu sambil

menjabat tangan Pak Johan. “Ya siang, silahkan duduk”, jawab Pak Johan dengan

hangat. Saya kemudian memperkenalkan diri dan memberitahu maksud

kedatangan saya. Wawancara saya dengan Pak Johan berlangsung dengan lancar

karena beliau mau menjawab setiap pertanyaan yang saya ajukan seputar

pengalaman beliau dalam bertugas sebagai manajer di PT. SOCI Mas. Setelah

kurang lebih satu jam saya bersama Pak Johan, akhirnya saya harus mengakhiri

wawancara saya sebab Pak Johan memiliki tugas lain dan harus meninggalkan

saya. Sebelum pergi saya mengucapkan terima kasih kepada beliau atas waktu

yang sudah diberikan kepada saya.

Wawancara saya dengan manajer produksi yakni Bapak George Biju P.

mungkin menjadi yang paling menarik sebab beliau merupakan ekspatriat yang

bekerja di PT. SOCI Mas dan selalu menggunakan bahasa inggris. Saat itu meski

sedikit-sedikit saya bisa berbahasa inggris namun untungnya saya juga dibantu

oleh om kumar dalam menerjemahkan setiap kalimat beliau. Begitu juga ketika

pertanyaan yang saya ajukan terlalu sulit untuk dibuat ke dalam bahasa inggris

maka om kumar akan membantu saya. Meski demikian, Pak George tetap terlihat

senang menerima kedatangan saya dan mau memberikan keterangan-keterangan

yang saya minta.

Yang terakhir, saya melakukan wawancara kepada Bapak Ridwan Efendi yang

bertugas sebagai manajer logistik. Pada saat pertama berjumpa dan mendapat

penjelasan tentang keperluan saya, beliau terlihat sedikit ragu. Saya pun kemudian

meyakinkan beliau bahwa saya hanya ingin tahu pengalaman seorang manajer

dalam urusannya mengelola perusahaan. Maklum mungkin hal ini disebabkan

karena beliau adalah keturunan tionghoa sehingga beliau menjaga jarak. Tapi itu

hanya pendapat pribadi saya yang tidak mendapat pembuktian apapun. Pada

dasarnya beliau adalah orang yang senang berbagi, sebab dengan pendekatan yang

saya lakukan beliau akhirnya mau menceritakan pengalamannya sebagai manajer.

Dalam melakukan pendekatan dengan Pak Efendi, saya juga terbantu dengan

komunikasi yang dilakukan oleh Om Kumar dengan beliau. Hal ini dikarenakan

(26)

dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, Pak Efendi pun akhirnya tidak

menolak untuk membantu saya.

Selama melakukan wawancara kepada setiap manajer memang saya tidak

pernah bisa menghabiskan waktu lebih dari dua jam. Hal ini membuat saya harus

jeli dan cerdas dalam mengarahkan wawancara. Saya juga tetap bersyukur karena

masih diberikan kesempatan untuk mewawancarai manajer apalagi saya bukan

seseorang yang penting dan bukan dari lembaga yang penting pula melainkan

hanya seorang mahasiswa yang melakukan penelitian untuk menyusun skripsi.

Dalam melakukan wawancara saya selalu menggunakan handphone sebagai

media untuk merekam setiap pembicaraan dengan manajer. Namun untuk

menggunakan itu saya juga terlebih dahulu meminta izin kepada manajer yang

saya wawancarai. Penggunaan handphone sebagai alat perekam sangat membantu

saya dalam mencatat setiap informasi yang didapat apalagi dengan waktu yang

terbatas hal itu sangat membantu saya.

Setelah melakukan penelitian di lapangan, sesampainya di rumah saya

kemudian membuka kembali setiap catatan lapangan termasuk juga hasil rekaman

pembicaraan saya. Setiap catatan lapangan dan rekaman pembicaraan saya tuang

kembali dalam bentuk tulisan di dalam skripsi saya. Catatan yang telah berbentuk

tulisan di dalam skripsi ini kemudian saya konsultasikan kepada pembimbing saya

yaitu Pak Ermansyah untuk mengetahui kekurangan yang masih ada.

Saya juga merasakan kejenuhan yang mungkin juga dirasakan setiap

mahasiswa saat melakukan penelitian dan proses penulisan skripsi. Tuntutan yang

datang dari orang tua untuk segera menyelesaikan kuliah saya juga terkadang

membuat saya tertekan. Apalagi melihat teman-teman seangkatan saya yang

sudah lebih dari separuh yang telah menjadi sarjana juga turut menjadi tekanan

bagi saya. Namun dukungan yang juga diberikan orang tua dan orang-orang

terdekat termasuk dosen pembimbing saya membuat saya tetap optimis untuk bisa

menyelesaikan penulisan skripsi saya.

Selain wawancara saya juga melakukan observasi terhadap aktifitas-aktifitas

yang berlangsung di PT. SOCI Mas seperti melihat aktifitas karyawan di ruang

kantor dan di pabrik. Saya juga melihat aktifitas bongkar muat dan proses keluar

(27)

sebab beliau memang sangat mengetahui keadaan kantor dan pabrik PT. SOCI

Mas. Namun. Saya tidak bisa sembarangan menggunakan kamera handphone

untuk merekam gambar situasi di pabrik karena akan bertentangan dengan

peraturan pabrik. Selain itu, ada beberapa aktifitas yang saya tidak diperbolehkan

untuk ambil bagian seperti rapat manajemen maupun aktifitas-aktifitas manajer

yang lain. Tapi dalam keterbatasan tersebut, saya tetap memanfaatkan setiap

kesempatan dan informasi yang saya dapat di antara kesulitan-kesulitan yang saya

temui di lapangan.

Dalam penelitian ini, saya mendapati perbedaan yang khas antara melakukan

penelitian di dalam masyarakat umum dengan masyarakat kecil kalau bisa disebut

demikian seperti perusahaan. Di dalam masyarakat umum saya telah mengetahui

adat dan sopan santun dalam berkomunikasi namun di dalam perusahaan saya

menjumpai suatu masyarakat dengan sistem tertentu yang sudah solid yang

memang berbeda dengan masyarakat umum. Kalau misalnya di dalam masyarakat

umum kita masih bisa mengikuti ritual-ritual sakral seperti ritual kematian suku

batak, namun di dalam perusahaan kita tidak bisa mengambil bagian dalam rapat

internal perusahaan yang merupakan salah satu ritual penting di dalam perusahan.

Hal ini yang kemudian menjadi kesulitan saya dalam mengikuti aktifitas yang

dilakukan manajer di dalam perusahaan.

Referensi

Dokumen terkait

Kepekaan kulit Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi tidak terpenuhi. Kepekaan pernafasan Berdasarkan data yang tersedia, kriteria klasifikasi

Imbalan pascakerja yang di berikan oleh hotel sahid kawanua dalam pencatatan akuntansinya di nilai telah sesuai dengan persyaratan yang di syaratkan oleh PSAK 24,

Variabel bebas sering disebut variabel perlakuan, variabel penyebab, variabel kuasa atau variabel tak tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : 1)

Lebih lanjut Trianto menjelaskan keuntungan model pembelajaran terpadu, antara lain: (1) penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar, (2)

 Udara didinginkan melalui kontak secara tertutup dengan air dingin, dan air didinginkan melalui kontak dengan es yang mencair  Dapat digunakan untuk semua produk

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa izin tertulis dari Fakultas Ilmu Keolahragaan.. Universitas

yaitu hanya menggunakan variabel rasio early warning system mencakup rasio tingkat kecukupan dana, underwriting ratio, rasio beban klaim, rasio likuiditas,