• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi Dengan Mod-71 Terhadap Performans Domba Sei Putih Jantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi Dengan Mod-71 Terhadap Performans Domba Sei Putih Jantan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Domba

Semua domba memiliki beberapa karakteristik yang sama kedudukanya dalam sistematika hewan yaitu: Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata

(bertulang belakang), Marga: Gnatostomata (mempunyai rahang), Kelas:

Mammalia (menyusui), Bangsa: Placentalia (mempunyai plasenta), Suku:

Ungulata (berkuku), Ordo: Artiodactyla (berkuku genap), Sub Ordo: Seledontia

(ruminansia), Famili: Bovidae, Sub Famili: Caprinus, Genus: Ovis, Spesies: Ovis aries (Kartadisastra, 1997).

Ternak domba mempunyai beberapa keuntungan dalam pemeliharaan yaitu : cepat berkembang biak, dapat beranak lebih dari satu ekor dan dapat beranak dua kali dalam satu tahun, berjalan dengan jarak lebih dekat saat digembalakan sehingga lebih mudah dalam hal pemeliharaan, pemakan rumput sehinga mudah dalam pemberian pakan, sumber pupuk kandang dan keuangan bagi peternak (Tomaszewska et al., 1993).

Domba Sei Putih

Domba Sei Putih adalah bangsa domba yang diperoleh dari persilangan yang

dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Ternak (SBPT) Sungei Putih Galang, Sumatera

Utara bekerjasama dengan Small Ruminant-Collaborative Research Support Program

(SR-CRSP) sejak tahun 1986. Komposisi darahnya adalah 50% domba lokal

Sumatera, 25% domba St. Croix (Virgin Island) dan 25% domba Barbados Blackbelly

(Gatenby et al., 1995). Beberapa keuntungan atau kelebihan yang diperoleh dari

(2)

lokal Sumatera (± 40% lebih tinggi). Hal ini ditandai dengan laju pertumbuhan yang

tinggi, tetapi jumlah anak per kelahiran, interval beranak dan mortalitas anak yang

relatif rendah, 2) Adaptasi yang baik terhadap lingkungan termasuk resisten terhadap

parasit internal, 3) Karkasnya lebih besar, dengan kualitas pakan yang baik, rata-rata

bobot hidup domba jantan muda adalah 20 kg pada umur 7 bulan dan 30 kg pada

umur 11 bulan, 4) Wolnya lebih sedikit dari pada domba Lokal Sumatera, domba

Lokal ekor tipis dan domba Priangan. Berdasarkan alasan tersebut domba Sungei

Putih disebut Hair Sheep (Gatenby and Batubara, 1994).

Ternak domba atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat popular dikalangan petani di Indonesia. Jenis ternak ini lebih mudah dipelihara, dapat memanfaatkan limbah dan hasil setiap tersedia setiap saat serta modal yang diperlukan relatif kecil dibandingkan ternak besar (Setiadi and Inounu, 1991).

Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Ternak

Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung dan semua jaringan tubuh (kecuali jaringan lemak), serta alat-alat tubuh lainnya. Lebih lanjut dikatakan pertumbuhan murni adalah penambahan dalam jumlah protein dan zat-zar mineral, sedangkan pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1984).

(3)

Komposisi kimia komponen-komponen tubuh termasuk tulang, otot dan lemak. Tulang, otot dan lemak merupakan komponen utama penyusun tubuh

(Soeparno, 1994).

Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan memiliki respon yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering rumput yang disebabkan oleh beda kualitas , daya cerna dan spesies tanaman (Devendra and Burns,1970). Sedangkan pengurangan makanan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan makanan sangat parah akan menyebabkan hewan kehilangan berat badannya (Tillman et al.,1984).

Ternak yang masih muda membutuhkan lebih sedikit makanan dibandingkan ternak yang lebih tua untuk setiap unit pertambahan bobot badan. Sebab pertambahan bobot badan hewan muda sebagian disebabkan karena pertumbuhan otot, tulang dan organ-organ vital, sedangkan untuk ternak yang lebih tua pertambahan bobot badan tersebut disebabkan karena perletakan lemak (Parakkasi, 1995).

Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen atau pengelolaan yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim. Menurut Tomaszewska et al.(1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa.

Sistem Pencernaan Domba

(4)

Pakan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain. Pada hewan ruminansia modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab) dan abomasum. Dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, abomasum 7-8% (Prawirokusumo, 1994).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hijauan yang dicincang sekitar 5-10 cm akan lebih efisien dikonsumsi oleh domba, karena bentuknya yang kecil. Dengan pencincangan, domba akan mengambil cincangan hijauan tersebut sesuai dengan kapasitas mulutnya. Berbeda halnya dengan hijauan yang masih utuh, domba mengambilnya dalam jumlah yang lebih banyak, dan sesekali berebut dengan domba lainnya. Ada kalanya hijauan tersebut terlepas dan jatuh ke lantai kandang yang kotor. Akhirnya hijauan tidak terkonsumsi. Pencincangan hijauan membutuhkan beberapa tindakan lain agar tujuan efisiensi pemberian pakan tercapai (Sodiq and Abidin, 2002).

Kapasitas alat pencernaan pada manusia dan beberapa hewan dapat dilihat pada Tabel 1.

(5)

Peran Mikroba Rumen

Adanya mikroba dan aktivitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia

dengan ternak lain. Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang dimana aktifitas

mikroba tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energi (Offer and Robert, 1996). Kelompok utama mikroba yang berperan dalam

pencernaan tersebut terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak

(Preston and Leng, 1987).

Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang mengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids =

VFA’s) yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s diserap melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak. Sedangkan produk metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada umumnya berupa gas akan dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi (Barry et al., 1977). Namun yang lebih penting ialah mikroba rumen itu sendiri, karena biomas mikroba yang meninggalkan rumen merupakan pasokan protein bagi ternak ruminansia. Sauvant et al. (1995) menyebutkan bahwa 2/3 – 3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh ternak ruminansia berasal dari protein mikroba.

(6)

oleh protein mikroba rumen. Hampir sekitar 70 % kebutuhan protein dapat dicukupi oleh mikroba rumen (Sutardi, 1980).

Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri dan digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasokan utama protein bagi ternak ruminansia. Menurut Arora (1995) sekitar 47% sampai 71% dari nitrogen yang ada di dalam rumen berada dalam bentuk protein mikroba.

Fermentasi Bahan Pakan dengan MOD-71

MOD-71 merupakan bioaktivator berbentuk cairan yang mengandung isolat asli alam Indonesia, seperti Azotobacter, Bacillus, Nitromonas, Nitrobacter, Pseudomonas, Chytophaga, Sporocytophaga, Micrococcus, Actinomycetes,

Streptomyces, sedangkan dari jenis fungi adalah Trichoderma, Aspergillus Gliocladium dan Penicilium (Utomo, 2009).

MOD (Microorganism Decomposer) 71, yang merupakan suatu kultur campuran dari berbagai mikroorganisme yang bermanfaat. Sehingga membentuk suatu formula yang sangat berguna untuk melakukan

dekomposisi terhadap jerami padi. Fermentasi jerami padi menggunakn MOD-71 dapat dilakukan secara aerob (memerlukan oksigen)

(http://organicindonesian vanilla.blogspot.com/2008/01, 2008).

(7)

dalam penggunaan gula, sebagian melakukan fermentasi dan sebagian tidak (Barrow, 1993).

Sejumlah kajian mengindikasikan bahwa Azotobacter merupakan rizobakteri yang selalu terdapat di tanaman serealia seperti jagung dan gandum (Hindersah and Simarmata, 2004) serta sayuran. Azotobacter merupakan bakteri penambat nitrogen aerobik non-simbiotik yang mampu menambat nitrogen dalam jumlah yang cukup tinggi, bervariasi + 2-15 mg nitrogen/gram sumber karbon

yang digunakan, meskipun hasil yang lebih tinggi seringkali dilaporkan (Subba Rao, 1982).

Ciri-ciri Azotobacter lainnya adalah termasuk ke dalam bakteri Gram negatif dan bergerak dengan flagel peritrik. Kisaran pH untuk pertumbuhan dengan adanya nitrogen tambahan adalah 4,5-8,5 sedangkan pH optimal untuk pertumbuhan dan pengikatan nitrogen adalah 7-7,5. Walaupun bakteri ini bersifat aerobik, namun dapat tumbuh dengan kadar oksigen yang rendah. Setiap spesies menghasilkan pigmen yang dapat larut dalam air sehingga menimbulkan warna yang khas pada lingkungan habitatnya (Holt et al., 1994).

(8)

yang lain jarang dihasilkan. Azotobacter merupakan bakteri Gram negatif. Jenis azotobacter diantaranya Azotobacterchlorococcum dan Azotobacter vinelandi.

Actinomycetes adalah kelom

yang tinggi. Bakteri ini pernah diklasifikasi sebagaiMycota) karena ada anggotanya yang membentuk berkas-berkas m

Keadaan lingkungan yang aerobik akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi amoniak menjadi nitrit (NO2-) dan selanjutnya dioksidasi menjadi nitrat (NO3-). Organisme yang melaksanakan nitrifikasi diantaranya Nitrosomonas sp yang mengubah amoniak menjadi nitrit. Organisme yang mengubah nitrit menjadi nitrat adalah Nitrobacter (Wikipedia, 2005). Menurut Schlegel dan Schmidt (1994) Nitrifikan (penitrifikasi) adalah bakteri gram-negatif yang disatukan dalam keluarga Nitrobacteraceae. Bakteri Nitrosomonas sp merupakan bakteri kemolitrotropik yang menggunakan CO2 sebagai sumber karbon di dalam sintesa biomassanya.

Nitrosomonas dan nitrobacter adalah terminologi bakteri Lithotrophic. Mereka membutuhkan oksigen dan makanan untuk hidup dan membangun koloni dimedia dengan permukaan yang keras dan bersih.

Trichoderma sp. dapat berfungsi sebagai biofungisida yaitu menghambat

pertumbuhan beberapa jamur antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum,

Rizoctonia solani.

(9)

selulosa dengan berbagai dekomposer atau bioaktivator. Penggunaan mikroba dekomposer dapat dilihat dari efektivitas dan efisiensi, biaya dan kemudahan aplikasinya.

Fermentasi adalah proses metabolisme dimana enzim dari mikroorganisme

melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan reaksi kimia lainnya sehingga

terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik produk tertentu (Saono, 1974 disitasi Sinaga, 2002).

Menurut jenis mediumnya proses fermentasi dibagi menjadi dua yaitu fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat merupakan fermentasi yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroorganisme, sedangkan fermentasi medium cair adalah

proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi didalam fase cair (Hardjo et al., 1989).

Pada proses fermentasi dibutuhkan dosis jamur tertentu dan waktu fermentasi tertentu pula, makin banyak dosis jamur yang digunakan makin cepat proses fermentasi berlangsung dan makin lama waktu yang digunakan makin banyak bahan yang dirombak (Sulaiman, 1998), sedangkan menurut Winarno dan Fardiaz (1979), menyatakan bahwa fermentasi kapang pada umumnya membutuhkan waktu antara 2 sampai 5 hari.

(10)

Konsentrat

Ternak ruminansia membutuhkan konsentrat untuk mengisi kekurangan makanan yang diperolehnya dari hijauan. Pemberian konsentrat pada sapi tidak sama dengan hewan lainnya (Novirma, 1991).

Teknik pemberian pakan juga perlu diperhatikan dengan kaitannya dengan suplementasi konsentrat, untuk meningkatkan kecernaan bahan organik sapi, pemberian konsentrat sebaiknya dilakukan dua jam sebelum pemberian hijauan, tetapi menurut (Owen, 1979) konsentrat dapat diberikan secara bersama-sama dengan hijauan sebagai pakan lengkap. Hal ini sejalan dengan pendapat (Ibrahim, 1988) pada pemberian hijauan dan konsentrat secara bersama-sama dalam bentuk campuran yang seragam, akan meningkatkan nilai guna hijauan yang diberikan, terutama bila hijauan yang diberikan berkualitas rendah.

(11)

Konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan yang kaya akan kaarbohidrat dan protein. Konsentrat untuk domba memiliki kandungan

serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna. Pemberian konsentrat terlalu banyak akan meningkatkan konsentrasi energi pakan yang dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi energi sendiri dapat berkurang (Parakkasi, 1995).

Pakan Berbasis Limbah Pertanian dan Perkebunan

Jerami padi

Ternak ruminansia membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan berlangsung secara optimal. Sumber utama serat kasar adalah hijauan, oleh karena itu ada batasan minimal pemberian hijauan dalam komponen ransum ternak ruminansia. Untuk penggemukan ternak ruminansia misalnya, kebutuhan minimal hijauan berkisar antara 0.5–0.8% bahan kering dari bobot badan ternak yang digemukkan. Apabila usaha penggemukan dilakukan dalam waktu singkat maka diperlukan konsentrat yang banyak dalam komponen ransumnya (Siregar, 1994).

(12)

ternak ruminansia agar dapat meningkatkan produktivitasnya (Purnama dan Taufikurrahman, 2000).

Jerami padi merupakan salah satu pakan alternatif yang paling banyak dipakai untuk memenuhi kekurangan hijauan pakan ternak. Namun bahan pakan tersebut berkualitas rendah karena rendahnya kandungan nutrien dan kurang dapat dicerna. Dinding sel jerami padi banyak mengandung lignin dan silika, sehingga menyebabkan selulosa dan hemiselulosa yang merupakan sumber energi bagi ternak tidak dapat dicerna oleh mikroba di dalam rumen. Oleh karena itu agar jerami padi dapat memenuhi syarat sebagai bahan pakan yang baik, maka kualitasnya harus ditingkatkan (Akmal, 1994).

Tabel 2. Kandungan nutrisi jerami padi

Uraian Kandungan (%)

Sumber: Anggorodi ( 1995).

Komponen kandungan pada jerami dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komponen Jerami Padi

Komponen Kandungan (%)

(13)

diseluruh wilayah Indonesia. Hasil survey menunjukkan bahwa produksi limbah pertanian di Pulau Jawa dan Bali kurang lebih 28.7 juta ton setiap tahun atau berkisar antara 22.9-24.4 juta ton per tahun.

Jerami padi sebagai pakan ruminansia yang potensial untuk mengatasi keterbatasan hijauan. Akan tetapi jerami padi rendah nutrisinya dan kecernaan serta kandungan silika dan lignin yang tinggi membutuhkan suplementasi protein dan energi dalam pengunaannya sebagai pakan (Chuzaemi et al., 1989).

Adapun kandungan nutrisi pakan dari beberapa limbah pertanian terdapat pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Kandungan nutrisi pakan asal limbah pertanian

No Nama Bahan BK BK (%) PK (%) LK(%) SK (%) TDN(%) Sumber : Hardianto, R (2003).

Onggok

Onggok merupakan hasil samping dari pembuatan tapioka ubi kayu. Kandungan protein ubi kayu yang rendah kurang dari 5% membuat hasil samping dari ubi kayu belum dimanfaatkan orang. Namun dengan teknik fermentasi kandungan proteinnya dapat ditingkatkan, sehingga onggok yang terfermentasi dapat digunakan sebagai bahan baku pakan unggas (Tarmudji, 2004).

(14)

ayam belum banyak dimanfaatkan. Pada ayam broiler dapat digunakan sebesar 5-10% dalam ransum.

Tabel 5. Kandungan zat nutrisi onggok

Zat Nutrisi Kandungan Nutrisi (%)

Protein Kasar 1,6

Lemak Kasar 0,4

Serat Kasar 10,4

Calsium 0,8

Phospor 0,6

Energi Metabolis (kkal/Kg) 267

TDN 76

Sumber: Rasyid et al (1996).

Kelebihan onggok sebagai hasil samping pembuatan tepung tapioca selain harganya murah, tersedia cukup, mudah didapat dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Onggok merupakan bahan sumber energy yang mempunyai kadar protein kasar rendah tapi kaya akan karbohidrat yang mudah dicerna (BETN) bagi ternak serta penggunaannya dalam ransum mampu menurunkan biaya ransum (Rasyid et al., 1996).

Dedak Padi

Dedak padi merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tebal, tetapi bercampur dengan bagian penutup beras. Hal ini yang mempengaruhi tinggi rendahnya serat kasar dedak. Bila dilihat dari penggolongan gabah menjadi beras dapat dipastikan serat kasarnya tinggi (Rasyaf, 1992).

(15)

campuran formula ransum atau sebagai makanan tambahan (Rasyaf, 1990). Adapun kandungan nutrisi dari dedak padi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kandungan nilai gizi dedak padi

Uraian Kandungan (%)

Bahan kering 89,6

Protein kasar 13,8

Lemak kasar 7,2

Serat kasar 8,0

TDN 67,0

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005).

Kulit Buah Kakao

Tanaman kakao di Sumatera Utara memiliki peran penting sebagai komoditas sosial karena 50% dari luas arealnya merupakan perkebunan rakyat, di samping komoditi ekspor. Sampai tahun 2005 kakao telah ditanam di wilayah Indonesia seluas 668.919 ha dan 57.930,82 ha (7,25%) berada di Sumatera Utara dengan produksi buah segar sebesar 160.015,29 ton/tahun. Dari buah segar akan dihasilkan limbah kulit buah kakao sebesar 75% (Siregar, 2009).

Hasil ikutan pertanian dan perkebunan pada umumnya mempunyai kualitas yang rendah karena berserat kasar tinggi dan dapat mengandung antinutrisi. Kulit buah kakao mengandung lignin dan teobromin tinggi (Aregheore, 2000). Selain mengandung serat kasar yang tinggi (40,03%) dan

protein yang rendah (9,71%) (Laconi, 1998), kulit buah kakao mengandung selulosa 36,23%, hemiselulosa 1,14% dan lignin 20%-27,95%

(16)

upaya strategis dalam meningkatkan ketersediaan ransum. Kandungan nilai gizi kulit buah kakao dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan nilai gizi kulit buah kakao

Kandungan Zat Kadar Zat (%) Sumber : *Laboratorium Ilmu Makanan Ternak FP-USU (2010).

**Siregar (2009)

Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan proses ekstraksi inti sawit. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau secara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya baik namun kandungan serat kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang sesuai untuk ternak unggas sehingga lebih sering diberikan kepada ternak ruminansia, seperti sapi (Hutagalung, 1978).

Menurut Davendra (1997) bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik, tapi karena serat kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebakan kurang cocok bagi ternak monogastrik, melainkan lebih cocok bagi ternak ruminansia.

(17)

Tabel 8. Kandungan nilai gizi bungkil sawit

Uraian Kandungan (%)

Protein kasar 15,4a

TDN 81b

Serat kasar 16,9a

Lemak kasar 2,4a

Bahan kering 92,6a

Ca 0,10c

P 0,22c

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak FP USU (2005). b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000). c. Siregar (2003).

Air

(18)

Bahan Pakan Pelengkap

Molases

Molases atau tetes merupakan hasil samping pabrik gula tebu yang

berbentuk cairan kental agak kekuning-kuningan. Molases dapat diganti sebagai bahan pakan ternak yang berenergi tinggi. Disamping rasanya manis yang

bisa memperbaiki aroma dan rasa pakan, keuntungan penggunaan molases sebagai bahan pakan ternak adalah kadar karbohidratnya yang tinggi, mineral, vitamin yang cukup sehingga dapat digunakan walau hanya sebagai pendukung (Rangkuti et al., 1985).

Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan molases untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (46-60% sebagai gula), kadar mineral cukup disukai ternak. Molasses atau tetes tebu juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak. Molasses dapat diganti sebagai bahan pakan ternak yang berenergi tinggi. Disamping rasanya manis juga dapat memperbaiki rasa pakan dan aroma. Sedangkan kelemahannya adalah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare bila dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1995).

Kandungan nutrisi yang terdapat pada molases dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kandungan nutrisi pada molasses

Zat Nutrisi Kandungan (%)

Bahan kering 92,6

Protein kasar 4,00

Lemak kasar 0,08

Serat Kasar 0,38

TDN 81,00

(19)

Mineral

Mineral merupakan salah satu zat yang mempunyai peranan pokok dalam hal pertumbuhan dan reproduksi ternak domba, seperti metabolisme protein, energi serta biosintesa zat – zat pakan esensial (Davendra dan Burns, 1994).

Adapun mineral yang esensial bagi domba terdiri dari 15 mineral yang dibagi menjadi 7 makro mineral ( Ca, P, K, Na, Cl, Mg dan S ) dan 8 mikro mineral ( Fe, I, Zn, Cu, Mn, Co, Mo, dan Se ). Cr, Va, Ni, Sn, Si dan As adalah mineral yang mungkin tinggal menunggu waktu persetujuan pada ahli untuk meresmikan menjadi elemen esensial yang baru (Parakkasi, 1995). Mineral – mineral ini terdiri dari kation dan anion yang antara lainnya adalah Zn dan Co (Anggorodi, 1994).

Menurut Murtidjo (1993) juga berpendapat bahwa di Indonesia yang beriklim tropis defisiensi mineral tertentu merupakan kasus lapangan yang sering terjadi, dimana hal ini dapat mengakibatkan ternak domba yang dipelihara mengalami penurunan nafsu makan, efisiensi pakan tidak dicapai, terjadi penurunan bobot tubuh dan gangguan kesuburan ternak bibit.

Tabel 10. Kandungan mineral.

(20)

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan pada peternakan domba diseluruh dunia menunjukkan bahwa kekurangan atau keracunan mineral makro dan mikro menurunkan produksi wol, pertambahan bobot badan sudah

sampai pada tingkat yang serius dapat menyebabkan kematian pada domba (Shunxiang, 1995).

Urea

Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna (Kartadisastra, 1997).

Urea dengan rumus molekul Co (NH2)2 banyak digunakan dalam ransum ternak ruminansia karena mudah di peroleh, harganya murah dan sedikit resiko keracunan yang diakibatkannya dibanding burret. Secara fisik urea berbentuk kristal berwarna putih dan higroskopis (Sodiq dan Abidin, 2002).

Urea sebagai bahan pakan ternak berfungsi sebagi sumber NPN (Non Protein Nitrogen) dan mengandung lebih kurang 45% unsur Nitrogen sehingga pemakaian urea mampu memperbaiki kualitas rumput yang diberikan kepada domba, namun perlu diingat bahwa penggunaan urea terlalu tinggi konsentratnya dalam rumen dapat menimbulkan keracunan (Hartadi, et al., 1990).

Urea diberikan pada ruminansia, akan melengkapi sebagian dari kebutuhan protein ternak, karena urea tersebut disintesis menjadi protein oleh mikroorganisme dalam rumen, namun untuk hal itu dibutuhkan sumber energi (Anggorodi, 1994).

(21)

dibawa aliran darah kehati dibentuk kembali ammonium yang kemudian disekresikan melalui urin (Parakkasi, 1995).

Garam

Garam merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Devisiensi garam lebih sering terlihat pada hewan herbivora, hal ini disebabkan karena hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala devisiensi garam yaitu nafsu makan menghilang, bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi mundur dan berat badan turun (Anggorodi, 1994). Menurut Parakkasi ( 1995) kebutuhan domba akan garam sebanyak 9 % dalam makanan.

Parameter Penelitian

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan melalui penimbangan berulang-ulang, yaitu setiap hari, setiap minggu atau setiap waktu lainnya. Penimbangan ternak pada setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap minggu atau setiap bulan akan dapat mengetahui besarnya pertambahan bobot badan ternak (Tillman et al., 1998)

Pertambahan bobot badan pada umumnya mengalami tiga tingkat kecepatan yang berbeda-beda, yang pertama pertumbuhan tulang, diikuti dengan pertumbuhan otot dan yang terakhir adalah pertumbuhan jaringan lemak (Anggorodi, 1994)

(22)

setiap waktu lainnya (Tillman et al., 1991). Penimbangan ternak pada setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap minggu atau setiap bulan akan dapat mengetahui besarnya pertambahan bobot badan ternak. Pertambahan bobot badan ternak tersebut dapat digunakan untuk mengontrol kecepatan pertumbuhan (Kamal, 1994).

Pertumbuhan dinyatakan pada umumnya dengan pengukuran kenaikan berat badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang – ulang dan di ketengahkan dengan penambahan berat badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya (Tillman, et al., 1991).

Parakkasi (1995) menyatakan bahwa proses pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan bobot badan sejak adanya konsepsi sampai dewasa. Apabila demikian maka pertumbuhan tersebut dapat dinyatakan dalam pertambahan bobot badan absolut dan relatif. Pertambahan bobot badan absolut (rata-rata) adalah selisih bobot badan akhir dan awal dibagi dengan lama waktu pengamatan, pertambahan bobot badan relatif, selisih antara bobot badan akhir dan bobot badan awal dibagi bobot badan awal.

Menurut Rasyaf (1994) faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan adalah managemen pemeliharaan. Ternak tidak akan memberikan jasa yang tinggi kepada pemeliharanya, bila ia sendiri tidak dirawat dengan baik. Dan sebaliknya bila ternak dipelihara dengan baik maka akan lain hasilnya.

Konsumsi Ransum Domba

(23)

merupakan faktor penentu paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat oleh ternak dan berpengaruh terhadap tingkat produksi (Parakkasi, 1999).

Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan meningkatnya konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging lambat membesar sehingga daya tahannya pun menurun (Tillman et al., 1993).

Pengukuran konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak, palatabilitas pakan dan seleksi terhadap hijauan pakan. Konsumsi pakan juga mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan konsumsi pakan ternak menjadi berbeda (Williamson dan Payne, 1993).

Konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat penimbunan lemak dan daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi

yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging (Anggorodi, 1994).

(24)

Konversi Ransum Domba

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti semakin baik konversi pakan tersebut (Anggorodi, 1990).

Efisiensi penggunaan pakan dapat diketahui dari konversi pakan yakni jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mencapai pertambahan bobot badan per satu kilogram bobot badan. Konsumsi pakan atau ransum yang diukur adalah bahan kering sehingga efisiensi penggunaan pakan atau ransum dapat ditentukan berdasarkan konsumsi bahan kering untuk mencapai satu kilogram pertambahan bobot badan (Siregar, 1994).

Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi minimal namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (Martawidjaja, 1998).

Gambar

Tabel 1. Kapasitas alat pencernaan pada manusia dan beberapa hewan
Tabel 3. Komponen Jerami Padi
Tabel 4. Kandungan nutrisi pakan asal limbah pertanian
Tabel 5. Kandungan zat nutrisi onggok
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengamatan yang dilakukan, hasil menemukan berbagai macam gaya konsumsi mahasiswa IAIN Ponorogo khususnya pada mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah yang pada

Ulama Indonesi (MUI). Sekolah Al-Azhar sampai akhir 1980 menjadi model bagi sekolah-sekolah serupa yang berdiri pada tahun 1980-an. Kini sekolah islam Al-Azhar memiliki cabang

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA MINAT MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK. TANDA PERSETUJUAN

Sasaran adalah penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan oleh instansi pemerintah dalam jangka waktu tertetu yang dapat diukur secara

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 38

"omisi &asional ak $sasi !anusia 6"omnas $!7, mencermati perkembangan berkaitan dengan rencana #emerintah untuk  memberikan pemberatan hukuman bagi pelaku

Kemerdekaan Indonesia melalui Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia untuk menuntut kemerdekaan lepas dari belenggu penjajahan asing, sehingga

Adapun teknik non-tes, terdiri dari angket, lembar observasi, dan dokumentasi.Angket digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan self efficacy siswa.Lembar