• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Objek Penelitian Batasan Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Objek Penelitian Batasan Penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian dilaksanakan di Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Penelitian dilaksanakan mulai Juli sampai dengan September 2006.

Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah lahan kebun campuran dan daerah aliran sungai sekitar kebun campuran. Penelitian dilakukan terhadap petani kebun campuran (pemilik kebun campuran) dan non petani kebun campuran (bukan pemilik kebun campuran) selaku responden.

Batasan Penelitian

1. Sistem agroforestry kebun campuran adalah sistem yang memadukan berbagai tanaman kayu, tanaman buah dan tanaman pertanian. Penilaian ekonomi yang dilakukan meliputi nilai guna langsung (NGL) berupa nilai produksi tanaman kayu, tanaman buah dan tanaman pertanian, nilai guna tidak langsung (NGTL) berupa nilai hidrologi yang terdiri atas nilai pencegahan erosi dan nilai kualitas air, dan nilai pilihan (Npil). Nilai ekonomi sistem agroforestry kebun campuran secara keseluruhan diformulasikan sebagai berikut:

NE = NGL + NGTL + Npil

NE = Nproduksi + Nhidrologi + Npil

NE = [NTK + NTB + NTP ]+ [Nka+Npe] + Npil Dalam hal ini:

NGL = Nilai Guna Langsung berupa nilai produksi terdiri atas: NTK = Nilai produksi tanaman kayu

NTB = Nilai produksi tanaman buah NTP = Nilai produksi tanaman pertanian

NGTL = Nilai Guna Tidak Langsung berupa nilai hidrologi terdiri atas: Nka = Nilai kualitas air

Npe = Nilai pencegahan erosi Npil = Nilai pilihan.

(2)

2. Nilai guna langsung kebun campuran berupa nilai produksi adalah seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari jenis-jenis tanaman yang terdapat pada lahan agroforestry kebun campuran berupa barang yang dapat dinilai dengan harga pasar atau juga nilai penggunaan bagi seseorang atau kelompok tertentu. Harga yang digunakan adalah harga pada saat dilakukan penelitian.

3. Nilai guna tidak langsung kebun campuran berupa nilai hidrologi

1) Nilai pencegahan erosi merupakan nilai kemampuan lahan agroforestry kebun campuran dalam menahan laju erosi. Nilai pencegahan erosi diidentifikasi melalui pendekatan produktifitas dengan mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang akibat erosi melalui penggunaan pupuk sehingga dapat mempertahankan produktifitas.

2) Nilai kualitas air diperoleh dari kesediaan membayar masyarakat untuk kualitas air yang dihasilkan dari keberadaan lahan agroforestry kebun campuran sebagai pendukung tata air. Nilai kualitas air diidentifikasi melalui pendekatan kandungan sedimen terlarut dalam air karena erosi berpengaruh terhadap sedimen dalam badan air (konsentrasi sedimen). 4. Nilai pilihan lahan agroforestry kebun campuran merupakan kesediaan

membayar masyarakat sebagai nilai jaminan terhadap kelestarian manggis yang terdapat dalam kebun campuran sehingga manfaatnya masih dapat dirasakan di masa yang akan datang.

Pengumpulan Data Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari petani pengelola lahan kebun campuran sebagai responden. Data primer terdiri dari: 1. Data sosial ekonomi masyarakat, meliputi:

a. Umur

b. Jumlah anggota keluarga. c. Mata pencaharian. d. Tingkat pendapatan. e. Tingkat pendidikan.

(3)

f. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang keberadaan, fungsi, manfaat dan dampak ekologis kebun campuran. Pengetahuan diukur melalui pengisian sejumlah pertanyaan dengan cara memberi skor kepada setiap jawaban responden. Penentuan skor untuk setiap jawaban dilakukan dengan menggunakan skala Likert (1 = tidak setuju, 2 = setuju dan 3 = sangat setuju) dan menjumlahkannya untuk setiap responden untuk mendapatkan tingkat pengetahuan.

2. Data nilai ekonomi kebun campuran, meliputi: 1) Nilai guna langsung (nilai produksi)

a. Data potensi lahan petani: luas pemilikan/ pengelolaan lahan kebun campuran, status lahan, jenis tanaman, dan produktifitas tiap jenis tanaman.

b. Data jenis-jenis manfaat langsung dari lahan agroforestry dan kegunaannya, jumlah/periode dan frekuensi yang dihasilkan dalam satu tahun (kalender panen)

d. Data harga pasar untuk tiap jenis manfaat ekonomi langsung yang dihasilkan dari lahan agroforestry kebun campuran dan harga barang substitusinya. Harga yang digunakan adalah harga pada saat dilakukan penelitian

e. Biaya pengelolaan dan pemeliharaan mencakup jenis kegiatan, frekuensi kegiatan, tenaga kerja, Hari Orang Kerja (HOK) dan biaya/HOK.

2) Nilai guna tidak langsung (nilai hidrologi)

a. Nilai pencegahan erosi: pendugaan laju erosi lahan agroforestry (kebun campuran) dan lahan non agroforestry (tanah kosong, tegal/ladang), kandungan unsur hara tanah daerah penelitian pada penutupan lahan kebun campuran dan harga pupuk.

b. Nilai kualitas air: pendugaan laju erosi lahan agroforestry kebun campuran, debit aliran sungai, konsentrasi sedimen, kebutuhan air per rumah tangga dan kesediaan membayar masyarakat untuk setiap kualitas air yang disimulasikan melalui 3 buah sampel dengan kualitas (konsentrasi sedimen) berbeda.

(4)

3) Nilai pilihan

a. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan lahan agroforestry kebun campuran (kepedulian, latar belakang, keinginan dan harapan untuk melestarikan).

b. Kesediaan membayar untuk pelestarian kebun campuran sebagai perwujudan keinginan melestarikan sistem agroforestry kebun campuran untuk kepentingan di masa yang akan datang.

Data sekunder adalah data yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik, sosial ekonomi masyarakat dan data lain yang berhubungan dengan objek penelitian, baik yang tersedia di tingkat desa, kecamatan maupun instansi-instansi terkait lainnya. Data sekunder meliputi:

1. Keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi letak dan keadaan fisik lingkungan dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

2. Keadaan: tanah, jenis tanah, curah hujan, penutupan tanah, topografi, kelerengan lahan serta jumlah penduduk secara keseluruhan.

3. Keadaan penduduk: komposisi umur petani, jenis kelamin, pendidikan serta jumlah penduduk dan jenis pekerjaannya.

4. Data potensi dan luasan lahan pertanian dan agroforestry: rata-rata pemilikan lahan, status lahan, jenis tanaman dan produksi.

Metode Pengumpulan Data

1. Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keadaan umum lokasi penelitian, iklim, keadaan tanah, curah hujan, jenis penutupan tanah, topografi, kelerengan lahan serta jumlah penduduk secara keseluruhan, tipe dan luasan agroforestry yang dikembangkan serta hasil produksinya dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dilakukan dengan mempelajari arsip-arsip yang ada di instansi terkait.

2. Teknik observasi, dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti pada rumah tangga petani maupun lapangan.

3. Teknik wawancara,

1) Data sosial ekonomi, wawancara dilakukan secara terstruktur dan bebas. Secara terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan\kuisioner yang telah disiapkan sedangkan wawancara bebas

(5)

dilakukan tanpa menggunakan daftar pertanyaan\kuisioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan dengan penelitian.

2) Data nilai ekonomi mencakup nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan, wawancara yang dilakukan menggunakan kuisioner dan bersifat semi terbuka untuk menggali keterangan dari responden.

4. Pengukuran langsung, baik di lapangan atau labotarorium untuk memperoleh data pendukung nilai guna tidak langsung, yaitu debit aliran sungai dan konsentrasi sedimen dalam sampel air yang disimulasikan.

Metode Pengukuran

Pengukuran dilakukan untuk memperoleh data pendukung nilai guna tidak langsung, yaitu debit aliran sungai dan konsentrasi sedimen dalam sampel air. 1. Debit aliran sungai, pengukuran yang dilakukan bersifat sesaat yaitu pada saat

penelitian (pengukuran) dilakukan.

1) Pengukuran luas penampang basah sungai dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan dengan cara membagi lebar sungai menjadi beberapa segmen yang sama yang kemudian diukur kedalaman untuk tiap segmen.

Gambar 2 Ilustrasi penampang basah aliran sungai A = (h1+h2+h3+...+hn) x Ls

Keterangan:

A = Luas penampang basah aliran sungai (m²) Ls = Lebar sungai (m)

hn = Kedalaman sungai segmen n (m) d = Jarak antar segmen (m)

2) Pengukuran kecepatan limpasan air sungai dilakukan melalui pengukuran kecepatan gerak daun pada aliran sungai per satuan detik pada jarak 1 meter. d h L s h h h h h h

(6)

3) Kompilasi data luas penampang basah aliran sungai dan kecepatan limpasan air sungai untuk pengukuran debit air sungai.

Secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan: Q = V x A

Keterangan :

Q = debit aliran sungai (m³/detik) V = kecepatan aliran sungai (m/detik)

A = Luas penampang basah aliran sungai (m²)

2. Konsentrasi sedimen melayang (concentration of suspended sediment)

Pengukuran konsentrasi sedimen melayang ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sedimen yang terdapat dalam 3 sampel air yang akan disimulasikan pada masyarakat untuk mengetahui kesediaan membayar tiap kualitas air.

1) Pengambilan sampel air dilakukan pada lokasi pengukuran debit, untuk mengetahui tingkat kekeruhan sampel dilakukan simulasi awal.

2) Analisis laboratorium sedimen melayang dilakukan dengan cara menyaring sampel-sampel sedimen melayang dengan kertas filter, kemudian dioven dengan suhu 105ْ C selam 24 jam dan ditimbang untuk mengetahui berat kering yang digunakan dalam penentuan konsentrasi sedimen melayang.

3) Perhitungan konsentrasi sedimen melayang/concentration of suspended

sediment Cs (mg/l) untuk sampel air simulasi. Pengukuran dilakukan di

laboratorium. Formula yang digunakan:

V G G Cs= 2− 1 Keterangan: Cs = konsentrasi sediment (mg/ltr)

G2 = berat sedimen dan kertas filter dalam kondisi kering (mg) G1 = berat kertas filter (mg)

V = Volume contoh sedimen (liter)

3. Kandungan unsur hara tanah dilakukan dengan pengambilan sampel tanah pada penutupan lahan kebun campuran dengan tahapan:

(7)

1). Menyiapkan tanah di loka kajian pada penutupan lahan kebun campuran (membersihkan permukaannnya dari batu serpihan, dedaunan dan kotoran lain)

2). Membuat plot ukuran 1 x 1 m dan menentukan 5 titik pengamatan dalam plot.

1m

Gambar 3 Bentuk plot pengambilan sampel tanah

3). Mengambil contoh tanah dari 5 titik pengamatan untuk mewakili top soil dengan jeluk 0-30 cm dan sub soil dengan jeluk > 30 cm.

4). Pengambilan sampel tanah untuk setiap jeluk sekitar 0,5 kg. 5). Analisis laboratorium.

Metode Penentuan Responden

Pemilihan lahan agroforestry kebun campuran yang akan digunakan untuk objek penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang disesuaikan dengan kondisi yang diperlukan untuk penelitian. Desa yang diambil adalah Desa Babakan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta.

Pengambilan sampel responden untuk nilai ekonomi dihitung sebagai berikut:

1. Untuk penentuan nilai guna langsung berupa nilai produksi, populasi yang digunakan adalah para petani agroforestry yang diambil sebanyak 30 orang responden berdasarkan cara random sampling sesuai dengan keperluan penelitian dengan tetap memperhatikan modus jenis tanaman pada setiap lahan respoden agar data tersebut dapat representatif yang klasifikasinya ditentukan secara subjektif dengan indikator keragaman luasan lahan tiap respoden. 2. Untuk penentuan nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan, populasi yang

digunakan adalah masyarakat desa yang tinggal di sekitar lahan agrofrestry yang diambil sebanyak 60 orang responden berdasarkan cara random

sampling yang terdiri dari 30 responden petani agroforestry (pada nilai guna

langsung) dan 30 responden yang bukan petani agroforestry sesuai dengan keperluan penelitian.

(8)

Metode Penilaian

Metode-metode penilaian ekonomi yang digunakan untuk mengetahui nilai pemanfaatan sistem agroforestry kebun campuran:

1. Metode penilaian berdasarkan harga pasar

Metode ini digunakan untuk menilai manfaat ekonomi langsung yang dihasilkan yang dijual di pasar dengan pendekatan harga yang berlaku di pasar 2. Metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti

Metode ini digunakan dengan didasarkan atas harga barang pengganti (barang substitusi) atau nilai banding antara barang yang bersangkutan dengan barang lain yang memiliki nilai pasar.

3. Metode kontingensi (CVM)

Nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan dihitung menggunakan metode

Contingent Valuation Method (CVM) dengan menggunakan pendekatan willingness to pay (WTP). Metode ini dilakukan dengan cara menanyakan

langsung kepada responden (menggunakan kuisioner/daftar pertanyaan) tentang kesediaan membayar (willingness to pay) atau kesediaan dibayar (willingness to accept).

Tabel 3 Komponen nilai dan metode penelitian yang digunakan

No. Komponen nilai Metode penilaian

1. Nilai guna langsung (nilai produksi) • Nilai produksi tanaman kayu • Nilai produksi tanaman buah • Nilai produksi tanaman pertanian

Harga pasar

Harga barang pengganti

2. Nilai guna tidak langsung (nilai hidrologi) • Nilai kualitas air

• Nilai pencegahan erosi

Metode kontingensi (CVM)

Harga barang pengganti

3. Nilai pilihan

• Kelestarian komoditas manggis kebun campuran di masa yang akan datang

Metode kontingensi (CVM)

(9)

Metode Pengolahan dan Analisis data

Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan melakukan perhitungan dan diaplikasikan dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran tentang nilai ekonomi dari pemanfaatan lahan agroforestry baik nilai guna langsung (NGL) berupa nilai produksi, nilai guna tidak langsung (NGTL) berupa nilai hidrologi (nilai pencegahan erosi dan nilai kualitas air) dan nilai pilihan (Npil).

Nilai Produksi

1. Nilai rata-rata hasil agroforestry kebun campuran dari setiap jenis diperoleh melalui tahap perhitungan sebagai berikut:

1) Mencari nilai manfaat ekonomi langsung dari lahan agroforestry kebun campuran tiap responden dengan cara pendekatan harga pasar atau harga substitusi atau pendekatan harga barang pengganti tergantung dari jenis manfaat tersebut dan adanya data mengenai nilai manfaat tersebut di pasar. 2) Menentukan nilai pemanfaatan per jenis produk (Rp/panen) per responden, yaitu dengan mengalikan nilai rata-rata per unit tiap jenis (Rp/unit) dengan kuantitas pengambilan (unit/panen).

3) Menentukan nilai total pemanfaatan per jenis produk kebun campuran (Rp/thn), yaitu dengan menjumlahkan nilai pemanfaatan per jenis produk seluruh responden dikalikan dengan frekuensi panen per tahun.

4) Untuk mendapatkan harga rata-rata per jenis produk yang keluar dari kebun campuran (Rp/ha/thn) maka nilai total pemanfaatan per jenis produk (Rp/thn) dibagi dengan luasan agroforestry seluruh responden (ha).

2. Nilai ekonomi produksi kebun campuran (kotor)

Npk = Nilai Produksi kotor kebun campuran (Rp/ha/thn)

Hr =Harga Rata-rata perjenis produk kebun campuran (Rp/ha/thn) 3. Nilai Produksi bersih kebun campuran

Npb = Npk – Bp

Npb = Nilai Produksi bersih kebun campuran (Rp/ha/thn)

i Hr Npk n i ) ( 1

= =

(10)

Npk = Nilai Produksi kotor kebun campuran (Rp/ha/thn) Bp = Biaya Pengelolaan kebun campuran (Rp/ha/thn) 4. Nilai produksi total kebun campuran

Nptot = Npb X L Nptot = Nilai Produksi Total Npb = Nilai Produksi Bersih

L = Luas wilayah kebun campuran desa Babakan

Nilai Hidrologi

1. Pendugaan laju erosi dihitung dengan menggunakan persamaan Universal

Soil Loss Equation (USLE) sebagai berikut:

A = R x K x L x S x C x P Keterangan:

A = Banyaknya tanah tererosi (ton/ha/tahun)

R = Faktor curah hujan dan aliran permukaan yaitu jumlah satuan indeks erosi hujan yang merupakan perkalian antara energi hujan total dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30), tahunan nilai R dapat ditentukan dengan menggunakan peta Isoerden Jawa dan Madura skala 1: 1.000.000 tahun 1987 dari Bols.

36 , 1 30 12 1 30 21 , 2 ) ( P EI i EI R i = =

= Keterangan:

R = Erosivitas hujan rata-rata tahunan EI30 = Indeks erosivitas bulanan Bols

P = Rataan curah hujan (cm) pada suatu bulan

K = Faktor erodibilitas tanah, adalah tanah yang hilang persatuan indeks erosi hujan dari suatu tanah tertentu yang diukur dalam satu satuan petak buku yang panjang lerengnya 22 m dengan kemiringan lereng seragam 9%, dibersihkan secara terus menerus dan tidak ditanami vegetasi. (Diperoleh dari studi literatur)

(11)

L = Faktor panjang lereng, adalah rasio tanah yang hilang dari suatu lahan dengan panjang lereng tertentu dengan tanah yang hilang dari lahan berkondisi tetapi panjang lerengnya 22 m. (Diperoleh dari studi literatur dan pengukuran lapangan)

S = Faktor kemiringan lereng adalah rasio tanah yang hilang dari suatu lahan yang berlereng tertentu dengan tanah yang hilang dari lahan yang identik tetapi kemiringan lerengnya 9%. (Diperoleh dari studi literatur)

C = Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa tanaman. (Diperoleh dari studi literatur)

P = Faktor teknik konservasi, adalah rasio tanah yang hilang dari lahan dengan teknik konservasi tertentu seperti pembuatan kontur penanaman dalam strip, pembuatan teras dengan tanah yang hilang dari lahan yang identik tetapi diolah dan ditanami tanaman dengan garis mengikuti lereng. (Diperoleh dari studi literatur)

2. Nilai Pencegahan Erosi

Nilai pencegahan erosi diidentifikasi melalui pendekatan produktifitas dengan mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang terkikis akibat erosi melalui penggunaan pupuk sehingga dapat mempertahankan produktifitas, dengan menggunakan metode penilaian pendekatan harga

barang pengganti. Tahapan perhitungan:

1) ∆erosi = kemampuan lahan agroforestry menahan laju erosi (ton/ha/thn) = laju erosi lahan non agroforestry – laju erosi lahan agroforestry 2) Kandungan unsur hara yang hilang = ∆erosi x kandungan unsur hara awal

Kandungan unsur hara yang hilang menunjukkan jumlah unsur hara yang seharusnya hilang terkikis akibat erosi, namun dapat dipertahankan dengan keberadaan agroforestry kebun campuran.

3) Menghitung jumlah pupuk yang ekivalen dengan kandungan unsur hara yang hilang.

(12)

4) Nilai pencegahan erosi didapatkan dengan metode pendekatan harga barang pengganti melalui harga pupuk yang dibutuhkan untuk mengembalikan kandungan unsur hara yang hilang tersebut.

5) Nilai pencegahan erosi Total (NpeT) = Npe x luas lahan agroforestry 3. Nilai Kualitas Air

1) Perhitungan debit sedimen (ton/thn) dalam aliran sungai Qs = SDR x A

Keterangan:

Qs = debit sedimen (ton/thn)

SDR = Soil Delivery Ratio ( diperoleh dari studi literatur)

A = Laju erosi tanah berdasarkan USLE (ton/ha/thn)

2) Perhitungan konsentrasi sedimen (mg/l) dalam aliran sungai

) (Qxk

Qs Cs=

Keterangan:

Cs = Konsentrasi sedimen dalam sungai (mg/l) Qs = debit sedimen (ton/hr)

Q = debit aliran sungai (m³/detik) k = 0,0864 (konstanta)

3) Persamaan pendugaan WTP kualitas air untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi kesediaan membayar. Dari data yang diperoleh dan setelah ditabulasikan dapat diduga suatu persamaan yang menjelaskan hubungan antara WTP (Y) responden untuk setiap kualitas air dengan peubah lainnya atau variabel sosial ekonomi (X) yang berkaitan.

Y= a0+a1X1+a 2X 2+a 3X 3 +a 4X 4 +a 5X 5 +a 6X 6

dalam hal ini:

Y = Kesediaan membayar (WTP) untuk tiap kualitas air X1 = Umur (tahun)

X2 = Tingkat pendidikan (tahun) X3 = Tingkat pendapatan (Rp/bln)

(13)

X4 = Tingkat pengetahuan (skore) X5 = Jumlah anggota keluarga (orang) X6 = Kebutuhan air (l/RT/thn)

4) Persamaan pendugaan WTP kualitas air untuk menduga besar kesediaan membayar masyarakat berdasarkan konsentrasi sedimen dan musim. Dari data yang diperoleh dan setelah ditabulasikan dapat diduga suatu persamaan yang menjelaskan hubungan antara WTP (Y) responden untuk setiap kualitas air dengan konsentrasi sedimen (X) dan musim (D).

Y= a0+a1X+a 2D

dalam hal ini:

Y = Kesediaan membayar (WTP) untuk tiap kualitas air X = Konsentrasi sedimen (mg/ltr)

D = Musim (dummy variabel) = 0, bila musim hujan = 1, bila musim kemarau

Penentuan kedua persamaan pendugaan WTP kualitas air dilakukan dengan meregresikan kesediaan membayar (Y) dengan variabel-variabel yang diduga berpengaruh (X). Semua data yang diperoleh baik dari wawancara dan pengukuran langsung dicoba dalam empat persamaan, yaitu:

a. Model linier Y = a0+a1X1+a 2X 2+a 3X 3 +a 4X 4

b. Model semilog ln Y = a0+a1X1+a 2X 2+a 3X 3 +a 4X 4

Y = a0+a1 ln X1+a 2 ln X 2+a 3 ln X 3 +a 4 ln X 4

c. Model double log ln Y = a0+a1 ln X1+a 2 ln X 2+a 3 ln X 3 +a 4 ln X 4

Dari persamaan yang diperoleh tersebut, kemudian dilakukan beberapa pengujian untuk memperoleh persamaan terbaik yang memenuhi kriteria uji statistik:

a. Koefisien determinasi (R2), menunjukkan nilai koefisien determinasi yakni suatu nilai yang menerangkan besarnya keragaman dalam peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah bebasnya (X), yang umunya

(14)

b. P value, menunjukkan nilai peluang bagi penerimaan H0 dalam pengujian koefisien regresi apabila nilai P tersebut lebih besar dari taraf nyata yang ditetapkan dalam pengujian maka dikatakan model regresi tersebut tidak nyata, artinya semua koefisien regresi sama dengan nol. Apabila nilai P tersebut lebih kecil dari taraf nyata yang ditetapkan maka dikatakan model regresi tersebut nyata.

c. Uji normal (NormalityTest), untuk mengetahui distibusi penyebaran data yang normal yang dapat dideteksi dengan metode grafik dengan plot yang cenderung membentuk garis lurus.

d. Uji multikolinearitas, menunjukkan adanya hubungan yang sempurna antara semua atau beberapa peubah dalam model regresi yang dikemukakan. Akibat yang ditimbulkan apabila suatu persamaan tidak memenuhi uji ini atau

dengan kata lain dalam persamaan terjadi hubungan yang sempurna antara dua peubah yang ada, maka kita tidak mungkin mengetahui pengaruh masing- masing peubah yang berkaitan tersebut terhadap peubah yang akan diduganya Hal ini dilihat dengan adanya Variation Inflation Factor (VIF) > 10.

5) Penentuan nilai kualitas air yang digambarkan melalui kesediaan membayar (WTP) diperoleh melalui kesediaan membayar masyarakat terhadap suatu kualitas air (Rp/ltr/RT) dikalikan dengan kebutuhan air rumah tangga (ltr/thn) dan jumlah populasi RT (Rumah Tangga) di Desa Babakan.

Nilai Pilihan

Penetuan nilai potensial dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut: Npil = WTP x Q x Lkc

dalam hal ini:

Npil = Nilai pilihan komoditas kebun campuran (Rp/thn)

WTP = Rata-rata kesediaan membayar masyarakat terhadap komoditas kebun campuran (Rp/kg)

Q = Produktifitas komoditas kebun campuran (Rp/kg/ha) Lkc = Luas kebun campuran di wilayah penelitian (ha)

Gambar

Tabel 3  Komponen nilai dan metode penelitian yang digunakan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

interface adalah untuk mengkomunikasikan fitur- fitur sistem yang tersedia agar petugas mengerti dan dapat menggunakan sistem tersebut serta agar terbentuk rancangan

Adalah sebuah fakta bahwa jumlah perempuan di dunia ini lebih banyak dari

(BOS) based on instruction and technical in aspects of application, distribution, and stakeholders engagement in planning, forming, and reporting of BOS in SMA Negeri 37

Kelompok Kerja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau mengumumkan pemenang seleksi sederhana untuk Pekerjaan Pengawasan Rehabilitasi /

Saudara dianjurkan untuk membawa Berkas Dokumen Asli yang berkenaan dengan data isian sebagaimana yang telah saudara sampaikan pada Dokumen Penawaran Admnistrasi,

Menurut Syed Ahmad Hussein (1996) terdapat beberapa rumusan dan hipotisis utama yang timbul dari kajian-kajian ini yang dijadikan panduan am kepada mereka yang berminat untuk

Setiap blok penyimpanan di gudang ini hanya menampung satu jenis produk dan satu tanggal kadaluarsa, sehingga penempatan barang harus di blok yang kosong dan tidak