1 Pengaruh Layanan Penguasaan Konten (Pembelajaran) Dalam Mengatasi
Siswa Yang Kurang Minat Belajar Kelas VIII SMPN 1 P.S Tuan Tahun Ajaran 2014/2015
Happy Purba
Program Studi Bimbingan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan ABSTRAK
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh layanan penguasaan konten (pembelajaran) dalam mengatasi siswa yang kurang minat belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh layanan penguasaan konten (pembelajaran) dalam mengatasi siswa yang kurang minat belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan.
Populasi dalam penelitian ini siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2014/2015, sedangkan subjek dalam penelitian ini siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan terdiri dari 4 kelas. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah terdiri dari 1 kelas yaitu kelas VIII SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan dengan jumlah 38 siswa. Penelitian ini termasuk penelitian quasi eksperimen, dengan memberikan perlakuan kepada sekelompok orang yang dijadikan sampel penelitian. Instrumen yang digunakan adalah angket untuk menjaring data tentang kurang minat belajar siswa yang sebelumnya diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket instrumen yang diberikan sebelum dan sesudah pemberian layanan penguasaan konten (pembelajaran). Teknik analisis data menggunakan uji beda (uji t).
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pelaksanaan penguasaan konten (pembelajaran) dalam mengatasi siswa yang kurang minat belajar pada kelas VIII SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini memberi makna bahwa melalui pemberian layanan penguasaan konten (pembelajaran), kurang minat belajar yang dialami siswa dapat teratasi atau dicari solusinya sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan memiliki prestasi yang baik. Kesimpulan ini juga dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan thitung > ttabel yaitu 21.8481 > 2.04 pada taraf signifikan 5 % dan hasil angket sebelum diberikan perlakuan diperoleh rata-rata skor kurang minat belajar siswa sebesar 81.1578 dan setelah diberikan layanan penguasaan konten selama 4 kali pertemuan diketahui rata-rata peroleh skor sebesar 49.6842.
2 Pendahuluan
a. Minat belajar yang tergambarkan dari motivasi belajar siswa merupakan suatu keadaan di dalam diri siswa yang mampu mendorong dan mengarahkan perilaku mereka kepada pencapaian tujuan yang ingin dicapainya dalam mengikuti pendidikan di sekolah. (Pujadi : 2007). Dalam pencarian identitas diri diharapkan siswa dapat membentuk konsep dirinya yang positif karena akan berpengaruh terhadap pemikirannya, perilakunya, serta pendidikan dalam pencapaian prestasi belajar. Tanpa adanya minat belajar yang tinggi, sebaik apapun fasilitas yang ada di sekolah, maka siswa tetap akan malas untuk belajar. Rata-rata siswa kurang mampu menjawab dengan tepat terhadap soal yang diberikan pada kegiatan evaluasi pembelajaran. Akibatnya nilai yang dicapai
siswa juga kurang
memuaskan. Untuk itu perlu
diciptakan model
pembelajaran yang mampu menjembatani jurang pemisah antara teori dengan praktek agar mampu memecahkan salah satu permasalahan yang dihadapi pendidikan di Indonesia seperti yang dituangkan dalam Propenas 2000-2004, yaitu rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan. Guna mengatasi permasalahan tersebut, Wilson (2001) menyatakan bahwa
paradigma pendidikan yang dominan untuk meningkatkan mutu pendidikan mencakup: kurikulum, pedagogi dan penilaian hasil belajar. Kurikulum berisi bahan ajar yang harus disampaikan kepada siswa. Selanjutnya pedagogi merupakan proses
pembelajaran guru
menggunakan berbagai model pembelajaran. Penilaian merupakan sistem evaluasi hasil belajar sesuai dengan standar kemampuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Terkait dengan permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran serta adanya tuntutan peningkatan kualitas proses pembelajaran, maka
perlu dicoba model
pembelajaran dengan
pendekatan problem solving dalam proses pembelajaran. Dengan pendekatan tersebut siswa tidak hanya dijejali dengan konsep-konsep yang abstrak tetapi juga siswa banyak dibekali kemampuan untuk mengaplikasikan konsep yang diterimanya dalam lingkungan nyata yang ada di sekitarnya. Dengan demikian diharapkan siswa memiliki kemampuan yang memadai dalam memahami materi yang diberikan. b. Tujuan Untuk mengetahui
pengaruh metode
pembelajaran Problem Solving dalam meningkatkan minat belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. c. Manfaat dengan metode
3 pembelajaran Problem
Solving dapat mempengaruhi dalam meningkatkan minat belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. d. Pemecahan masalah Menurut Adrian (2004), metode pemecahan masalah (problem solving) merupakan suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya. Tujuan dari model pemecahan masalah yaitu, untuk menanamkan kepada peserta didik bagaimana cara berpikir sistematis dan logis dalam mengatasi suatu masalah-masalah yang dihadapi. Hal ini akan tumbuh jika terjadi pola pembelajaran yang interaktif yang lebih menekankan komunikasi banyak arah yang akan menempatkan peserta didik sebagai variabel. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode pembelajaran ini adalah: 1) Perencanaan (Plan) Dalam hal ini guru merencanakan model pembelajaran berupa metode Problem Solving yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru menentukan beberapa topik permasalahan Pengertian Minat
b. disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung Pengertian Belajar
Menurut Slameto (1995 ; 2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahaan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Ef efendi dan Praja (1997 ; 102) “Belajar
adalah sebagai salah satu perubahaan dalam kepribadian, sebagaimana dimanifestasikan dalam perubahaan keterampilan dalam pemahaman”. Selanjutnya menurut Ahmadi dan
Supriyono (1991 : 120) bahwa, “Belajar merupakan suatu proses dari pada perkembangan hidup manusia”. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang”. Menurut Muhibbin : 61 “ Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan – perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku”.
Dengan demikian, belajar dapat diartikan sebagai proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalam an individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
dalam bidang itu”. Seorang siswa yang memiliki minat belajar yang kurang, otomatis dalam meraih prestasi belajarnya pun juga rendah. Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat
4 mengakibatkan kurangnya rasa
ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru
(Slameto ; 1995)
Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat (Gie, 1998).. pekerjaan (amanah) yang dipercayakan kepadanya.
Faktor pendorong dan
penghambat siswa dalam belajar 1. Faktor Pendorong Belajar
Biasanya faktor pendorong siswa belajar ada dua hal yaitu :
a. Faktor internsik
Yang mana faktor intern ini muncul dari dirinya sendiri berkat motivasi dirinya dengan berkeinginan untuk belajar tanpa ada suruhan atau motivasi dari orang lain, tetapi motivasi itu muncul sendiri dari diri pribadi sendiri. Sebab-sebab faktor intern pendorong belajar ialah :
Motivasi Minat Bakat
Keinginan sendiri untuk lebih maju
b.Faktor eksternsik
Faktor eksternsik ini ialah yang mana faktor pendorong siswa dalam belajar ini muncul dari bimbingan oang lain atau motivasi muncul dari orang lain, tidak diri sendiri. Yang mana faktor pendorong siswa ekstern ini muncul dari berbagai pihak yaitu :
Keluarga
Yang mana faktor keluarga yang banyak memberi motivasi kedalam diri anak tesebut selagi keluarga itu keluaga yang peduli kepada pendidikan dan segala macamnya terhadap anak.
Lingkungan masyarakat Faktor lingkungan masyarakat ini juga bisa memberikan sifat yang buruk dan baik, tetapi kalau lingkungan masyarakat yang baik, bisa mempengaruhi faktor pendorong siswa itu untuk lebih giat lagi belajarnya.
Teman sebaya
Teman sebaya bisa mempengaruhi siswa itu untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk dalam motivasi belajar, karena berkat teman di sekolah lah yang banyak mempengaruhi siswa untuk lebih baik dan buruk. Apabila seseoang mendapat teman sebaya yang baik, maka motivasi belajar anak itu akan lebih baik karena motivasi teman yang baik, begitu pula sebaliknya.
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode Quasi eksperimen yang mencakup studi tentang fenomena sebagaimana adanya dan melakukan kajian hubungan antara beberapa variabel yang terkait dengan variable yang diteliti. Jenis data dalam penelitian ini termasuk data kuantatif.
B. Disain Penelitian
Disain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu
5 menggunakan Pre-test dan Prost-test.
Di dalam disain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut Pre-test dan observasi sesudah eksperimen (O2 ) disebut
Post-test. Pre test dan post-test group design memiliki pola sebagai
berikut :
O1 X O2
C. Populasi dan Subyek Penelitian 1. Populasi
Menurut Arikunto (2010 : 173), “Populasi adalah penelitian untuk seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Percut Sei Tuan sebanyak 281 siswa yang terdiri dari 8 ruang kelas
2. Subyek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Percut Sei Tuan yang berjumlah 38 orang. Teknik pengambilan sampel ialah : “Purposive Sampel” yang dilakukan melalui aplikasi instrumentasi untuk menjaring siswa yang memiliki criteria perilaku terhadap kurang minat belajar. Berdasarkan hasil instrument yang didapat, maka dipilih 38 orang dengan skor yang paling rendah untuk diberikan layanan penguasaan konten (Pembelajaran).
D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Setelah mengidentifikasi variable penelitian, maka dapat dirumuskan defenisi operasional variable penelitian sebagai berikut :
1. Layanan Penguasaan Konten (Pembelajaran)
Penguasaan Konten (pembelajaran) adalah layanan bimbingan yang memberikan bantuan kepada individu atau kelompok agar siswa dapat mengatasi masalah-masalah dalam belajar yang dihadapinya baik yang bersifat internal maupun eksternal hingga nantinya siswa dapat belajar dengan baik dan optimal.
E. Langkah-Langkah Penelitian Pelaksanaan penelitian ini adalah
Peneliti dan didamping oleh Guru Pembimbing (Konselor). Kegiatan yang akan dilakukan peneliti adalah :
1) Melakukan pertemuan sebanyak 6 kali
2) Melakukan Pre-test dengan cara membagikan angket tentang masalah belajar siswa.
3) Memeriksa angket masalah belajar yang telah dikerjakan oleh siswa.
4) Memberikan layanan
penguasaan konten
(pembelajaran) sebanyak 4
kali, dengan topik
pembahasan yang berbeda. 5) Melakukan Pro-test dengan
membagikan angket kembali. F. Teknik Pengumpulan Data Adapun alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket. Angket adalah suatu daftar yang berisi
6 sejumlah pertanyaan yang
diberikan kepada subyek agar dapat mengungkapkan kondisi-kondisi yang ingin di ketahui. Tipe angket yang digunakan adalah tipe angket secara terbuka yaitu angket Skala Likert. Jumlah item sebanyak 40 soal atau pernyataan.
Jawaban responden terlebih dahulu dikuantitatifkan dengan memberi kategori skor 4,3,2,1 dimana:
Skala 4 : Sangat Setuju (SS) Skala 3 : Setuju (S)
Skala 2 : Tidak Setuju (TS) Skala 1 : Sangat Tidak Setuju Uji Coba Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan mampu mengukur apa hendak di ukur. Arikunto (2002:220), suatu test dapat dikatakan validitas alat ukur dengan menggunakan teknik analisa data mempunyai validitas yang tinggi apabila test tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil yang sesuai dengan maksud yang dikemukakan dengan test tersebut. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur dalam hal ini yakni teknik korelasi
Product Moment, dengan
menggunakan rumus Karl Person sebagai berikut :
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi N : Jumlah responden X : Jumlah skor variabel x Y : Skor total seluruh siswa XY : Jumlah perkalian skor x
dan y
X2 : Jumlah kuadrat skor distribusi x
Y2 : Jumlah kuadrat skor total
2. Uji Reliabilitas
Reabilitas alat ukur adalah untuk mencari dan mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas adalah Rumus Alpha dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: r11 : Reliabilitas instrument k : Banyaknya butir soal σb2 : Jumlah varians butir σ2t : Varians total
7 Teknik analisis data yang
digunakan untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji Beda (t-tets) yaitu untuk melihat apakah masalah kurangnya keberanian siswa mengemukakan dapat diatasi setelah diberikan layanan konseling kelompok. Adapun rumus Uji Beda digunakan sebagai berikut.
Keterangan:
Md : Mean dari
perbedaan pre test dengan post test(post test-pre test)
D : Deviasi masing-masing subjek (d-Md)
x2d : Jumlah kuadrat deviasi N : Subjek pada sampel
d. b : Ditemukan dengan N-1 A. Pengujian Persyaratan
Analisis
Pelaksanaan uji coba instrument angket kurang minat belajar siswa di SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan diruang kelas VIII2 dimana siswa yang dijadikan responden uji coba sebanyak 38 orang. Dalam tahap uji coba ini peneliti meminta kesediaan 38 orang siswa tersebut untuk mengisi angket yang diberikan berdasarkan keadaan siswa yang sebenarnya dengan jujur dan terbuka sebab dalam angket tersebut tidak ada jawaban yang benar atau salah.
Setelah angket terkumpul, slajutnya dilakukan penelitian terhadap angket dengan cara membuat formal nilai berdasarkan skor-skor yang ada pada setiap angketnya kemudian skor yang merupakan pilihan subjek pada setiap butir angke ditabulasikan, dan diolah secara manual.
a. Uji Validitas
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien kolerasi, untuk butir angket nomor 1 diperoleh rxy hitung = 0.521493 pada taraf signifikan a = 5% dan N = 38 didapat nilai r table 0.32 selanjutnya dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa rxy hitung r table yaitu 0,521493 0,32 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir angket nomor 1 dinyatakan valid, selanjutnya dari 31 butir angket yang diuji cobakan kepada 38 siswa diperoleh 26 butir angket yang valid (dapat digunakan dalam pengumpulan data), sedangkan 5 butir angket yaitu butir 3, 14, 15, 28 dan 31 dinyatakan tidak valid. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
b. Uji Reliabilitas.
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas angket dengan menggunakan rumus alpha, diketahui nilai r11 = 0.9095186 dan setelah dikonsultasikan dengan indeks kolerasi termasuk dalam kategori tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa angket kurang minat belajar memenuhi kriteria reliabilitas sehingga dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data. Perhitungan
8 selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 4.
B. Analisis Data Penelitian
1. Pre-test
Sebelum diberikan perlakuan (layanan penguasaan konten) siswa diberikan seperangkat angket yang telah dinyatakan valid untuk menjaring data tentang kurang minat belajar siswa. Berdasarkan data pre-test yang diperoleh dari hasil penelitian menggunakan angket dengan jumlah responden 38 orang terdapat 9 orang termasuk kategori sedang dan 29 orang termasuk kategori tinggi.
Dari hasil pre-test untuk 38 orang yang dijadikan sampel penelitian dengan rata-rata diperoleh skor tertinggi 99 dan terendah 72 dengan rata-rata 81.1578 dan standar deviasi 6.0917. perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8.
2. Post-Test
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 38 orang diperoleh skor tertinggi 59 dan skor terendah 39 dengan rata-rata sebesar 49.6842 dan Standard Deviasi 4.6939. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10.
c. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan perhitungan uji t. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh t hitung sebesar 21.8481. Pada taraf signifikan 5% dan d.b = N-1 = 38-1 = 37 di dapat t tabel = 2.04 sesuai dengan kriteria
penerimaan dan penolakan hipotesis, maka hipotesis yang diajukan yaitu ada pengaruh Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten (Pembelajaran) dalam mengatasi siswa yang kurang minat belajar kelas VIII2 SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan, diterima pada taraf signifikansi 5%. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten (Pembelajaran) berpengaruh positive dalam mengatasi siswa yang kurang minat belajar kelas VIII2 SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2013/ 2014. hal ini juga tampak diperoleh skor rata-rata kurang minat belajar siswa saat pre-test (sebelum diberikan perlakuan) yaitu sebesar 81.1578 dan mengalami Pengurangan setelah dilakukan layanan penguasaan konten (Pembelajaran) dengan perolehan rata-rata skor kurang minat belajar pada saat post-test sebesar 49.6842.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi dan Supriono. 1991.
Psikologi Belajar : PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Adrian. 2004. Petunjuk Teknis Pengelolaan Bimbingan Konseling Jakarta : Rineka
9 Crow dan crow. 2004. Pengertian
Bimbingan, Jakarta : Erlangga.
Effendi dan Praja. 1997. Bimbingan
Belajar, Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Gie Liang T. 2000 Cara Belajar
Yang Baik Bagi Siswa Edisi Kedua : Yogyakarta Gajah
Mada University. Kartono. 1992.
Loekmono. 1985. Bimbingan Bagi
Anak Remaja Yang
Bermasalah, Jakarta : CV.
Rajawali.
Mulyadi. 2008, Layanan
Pembelajaran. Jakarta : Bumi
Aksara.
Poewadarminta. 2000. Minat. Jakarta : Bumi Aksara
Prayitno. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Buku III Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pujadi 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Rooijakkers. 1980. Minar. Jakarta : PT. Grasindo.
Slameto. 1995. Belajar dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.
Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
Sarwono. 1991 : Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Suryabrata, Sumardi, 2005. Psikologi
Pendidikan Edisi V, Cet-13.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Setiawan. 2002. Minat. Jakarta : Asdi Maha Satya.
Syah. 1995. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sari. 2008. Psikologi Pendidikan
Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : PT Remaja
10 Tanner dan Tanner. 1975.
Meningkatkan Minat Siswa.
PT. Remaja Rosdakarya.
Tu’u Tulus, 2004. Peran Disiplin
Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta : PT. Grasindo.
Winkel, 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT. Grasindo.
Wilson. 2001. Bimbingan dan Konseling SMPN kelas VIII