• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NIKAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NIKAH"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NIKAH

Disusun Oleh :

Jauhar Latifah (1705045066)

PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2017

(2)

ii

Kata Pengantar

Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang nikah tepat pada waktunya.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang nikah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Samarinda, Oktober 2017

(3)

iii

Daftar Isi

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan ... 2 Bab II Pembahasan A. Pengertian Pernikahan ... 3

B. Syarat-Syarat dan Rukun Nikah ... 4

C. Tujuan Pernikahan dalam Islam ... 9

D. Prosesi Pernikahan Menurut Islam di Indonesia ... 10

E. Bagaimana Islam Mengarahkan Pergaulan Remaja ... 11

F. Bahaya Zina dan Dampaknya ... 12

Bab III Penutup A. Kesimpulan ... 13

B. Kritik dan Saran ... 14

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah swt. telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, ada lelaki dan ada perempuan. Salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak yang bertujuan untuk generasi atau melanjutkan keturunan. Oleh Allah swt. manusia diberikan karunia berupa pernikahan untuk memasuki jenjang hidup baru yang bertujuan untuk melanjutkan dan melestarikan generasinya.

Untuk merealisasikan terjadinya kesatuan dari dua sifat tersebut menjadi sebuah hubungan yang benar-benar manusiawi, maka Islam telah datang dengan membawa ajaran pernikahan yang sesuai dengan syariat-Nya. Islam mejadikan lembaga pernikahan itu pulan akan lahir keturunan secara terhormat, maka adalah satu hal yang wajar pernikahan dikatakan sebagai suatu peristiwa dan sangat diharapkan oleh mereka yang ingin menjaga kesucian fitrah.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa terlepas dari ketergantungan dengan orang lain. Menurut Ibnu Khaldun, manusia itu (pasti) dilahirkan di tengah masyaratakat, dan tidak mungkin hidup kecuali di tengah-tengah mereka pula. Manusia memiliki naluri untuk hidup bersama dan melestarikan keturunannya. Ini diwujudkan dengan pernikahan. Pernikahan yang menjadi anjuran Allah swt. dan Rasul-Nya ini merupakan akad yang sangat kuat atau mitssqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nisa‟ / 4 : 3,

ْْنِاَو

ْ

ُْْتْفِخ

ْ

َْلَّا

ْ ِِاْْ ُُ ُِِْْتُ

ْ

ىٰمٰتَيْلا

ْ

َْبا َطاَماُْْحِكْناَف

ْ

ُْْكَل

ْ

َْنِّم

ْ

ِْءٓا َِِّنلا

ْ

ْ ٰنْثَم

ْ

َْثٰلُثَو

ْ

َْعٰب ُرَو

ْ

ْ ۚ

ْ

ْْنِاَف

ْ

ُْْتْفِخ

ْ

ْ ة َدِحاََْفاُْْلِدْعَتُ َلَّا

ْ

ْْتَكَلَماَمْوَا

ْ

ُْْكُناَمْيَا

ْ

ْ ۚ

ْ

َْ ِ

لٰذ

ْ

ْٰٓنْدَا

ْ

اُْْلُْْعَتُ َلَّا

ْ

﴿ ۚ

٣

“Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan

(5)

2

(lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.

B. Rumusan Masalah

1. Apa defini dari pernikahan? 2. Apa saja syarat dan rukun nikah? 3. Apa tujuan pernikahan dalam Islam?

4. Bagaimana prosesi pernikahan menurut Islam di Indonesia? 5. Bagaimana Islam mengarahkan pergaulan remaja?

6. Bagaimana bahaya zina serta dampaknya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui defini pernikahan. 2. Untuk mengetahui syarat dan rukun nikah.

3. Untuk mengetahui tujuan pernikahan dalam Islam. 4. Untuk mengetahui prosesi pernikahan menurut Islam.

5. Untuk mengetahui cara Islam mengarahkan pergaulan remaja. 6. Untuk mengetahui bahaya zina serta dampaknya.

(6)

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan

Nikah (kawin) menurut arti asli ialah hubungan seksual tetapi menurut arti majazi (mathaporic) atau arti hukum ialah akad (perjanjian) yang menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang wanita.

Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqih berbahasa Arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah (

ْ

حكان

ْ

) dan zawaj (

ْ

جاوز

ْ

). Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Al-Qur‟an dan hadist Nabi. Kata na-ka-ha yang artinya kawin banyak terdapat dalam Al-Qur‟an, seperti dalam Surah An-Nisa‟ ayat 3 :

ْْنِاَو

ْ

ُْْتْفِخ

ْ

ْ ِِاْْ ُُ ُِِْْتُ َلَّا

ْ

ىٰمٰتَيْلا

ْ

َْبا َطاَماُْْحِكْناَف

ْ

ُْْكَل

ْ

َْنِّم

ْ

ِْءٓا َِِّنلا

ْ

ْ ٰنْثَم

ْ

َْثٰلُثَو

ْ

َْعٰب ُرَو

ْ

ْ ۚ

ْ

ْْنِاَف

ْ

ُْْتْفِخ

ْ

ْ ة َدِحاََْفاُْْلِدْعَتُ َلَّا

ْ

.ْ.ْ.

Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja . . .

Demikian pula banyak terdapat kata za-wa-ja dalam Al-Qur‟an dalam arti kawin pada Surah Al-Ahzab ayat 37 :

ْ ٰ

ضَقاَمَلَف

ْ

اَهَكٰن ْج َوَزا ر َطَواَ ْنِْمٌدْيَز

ْ

َْْكِل

ْ

َْلّ

َْن ُْْكَي

ْ

ْ َلَع

ْ

َْ ْيِنِمُْْٔمْلا

ْ

ٌْجَرَح

ْ

ْْٓ ِف

ْ

ِْجا َوْزَا

ْ

ْٓاَيِعْدَا

ْ

ْْمِ ِٔىٔ

.ْ.ْ.

Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikan-nya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak

(7)

4

ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka . . .

Secara arti kata nikah berarti “bergabung” (

ضم

), “hubungan kelamin” (

ءطو

) dan juga berarti “akad” (

ْ

دْع

ْ

). Menurut bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Menurut istilah syarak, nikah itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bertujuan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela demi terwujudnya keluarga bahagia yang di ridhoi oleh Allah swt.

Nikah adalah fitrah yang berarti sifat asal dan pembawaan manusia sebagai makhluk Allah swt. Setiap manusia yang sudah dewasa dan sehat jasmani dan rohaninya pasti membutuhkan teman hidup yang berlawanan jenis kelaminnya. Teman hidup yang dapat memenuhi kebutuhan biologis, yang dapat mencintai dan dicintai, yang dapat mengasihi dan dikasihi, serta yang dapat bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan dalam hidup berumah tangga.

Nikah termasuk perbuatan yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Atau sunnah Rasul. Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda :

Dari Anas bin Malik ra., bahwasanya Nabi saw. memuji Allah swt. dan menyanjung-Nya.

“Akan tetapi aku shalat, tidur, berpuasa, makan dan menikahi wanita, barang siapa yang tidak suka perbuatanku, maka bukanlah dia dari golonganku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

(8)

5

Rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua kata tersebut mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan sesuatu yang harus diadakan. Dalam arti perkawinan tidak sah bila keduanya tidak ada atau tidak lengkap. Keduanya mengandung arti yang berbeda dari segi bahwa rukun itu adalah sesuatu yang berada di dalam hakikat dan merupakan bagian atau unsur yang mewujudkannya, sedangkan syarat adalah sesuatu yang berada diluarnya dan tidak merupakan unsurnya.

1. Syarat-Syarat Nikah

Ulama Hanafiyah melihat perkawinan itu dari segi ikatan yang berlaku antara pihak-pihak yang melaksungkan perkawinan itu. Oleh karena itu, yang menjadi rukun perkawinan oleh golongan ini akad nikah yang dilakukan oleh dua pihak yang melangsungkan perkawinan, sedangkan yang lainnya seperti kehadiran saksi dan mahar dikelompokkan kepada syarat itu kepada :

a. Syuruth Al-In‟iqad, yaitu syarat yang menentukan terlaksananya suatu akad perkawinan. Karena kelangsungan perkawinan tergantung pada akad, maka syarat di sini adalah syarat yang harus dipenuhi karena ia berkenaan dengan akad itu sendiri. Bila syarat-syarat itu tertinggal, maka akad perkawinan disepakati batalnya. Umpamanya, pihak-pihak yang melakukan akad adalah orang yang memiliki kemampuan untuk bertindak hukum.

b. Syuruth Al-Shihhah, yaitu sesuatu yang keberadaannya menentukan dalam perkawinan. Syarat tersebut harus dipenuhi untuk dapat menimbulkan akibat hukum, dalam arti bila syarat tersebut tidak terpenuhi, maka perkawinan itu tidak sah; seperti adanya mahar dalam setiap perkawinan.

c. Syuruth An-Nufuz, yaitu syarat yang menentukan kelangsungan suatu perkawinan. Akibat hukum setelah berlangsung dan sahnya perkawinan tergantung kepada adanya syarat-syarat itu tidak terpenuhi menyebabkan fasad-nya perkawinan, seperti wali yang

(9)

6

melangsungkan akad perkawinan adalah seseorang yang berwenang untuk itu.

d. Syuruth Al-Luzum, yaitu syarat yang menentukan kepastian suatu

perkawinan dalam arti tergantung kepadanya kelanjutan

berlangsung-nya suatu perkawinan sehingga dengan telah terdapatnya syarat ter-sebut tidak mungkin perkawinan yang sudah berlangsung itu dibatalkan. Hal ini berarti selama syarat itu belum terpenuhi perkawinan dapat dibatalkan, seperti suami harus sekufu dengan istrinya.

2. Rukun Nikah

Unsur pokok suatu perkawinan adalah laki-laki dan perempuan yang akan kawin, akad perkawinan itu sendiri, wali yang melangsungkan akad dengan si suami, dua orang saksi menyaksikan telah berlangsungnya akad perkawinan itu. Berdasarkan pendapat ini rukun perkawinan itu secara lengkap adalah sebagai berikut :

a. Calon mempelai laki-laki b. Calon mempelai perempuan

c. Wali dari mempelai perempuan yang akan mengakadkan perkawinan d. Dua orang saksi

e. Ijab yang dilakukan oleh wali dan qabul yang dilakukan oleh suami

Mahar yang harus ada dalam setiap perkawinan tidak termasuk ke dalam rukun, karena mahar tersebut tidak mesti disebut dalam akad perkawinan dan tidak mesti diserahkan pada waktu akad itu berlangsung. Dengan demikian, mahar itu termasuk ke dalam syarat perkawinan.

UU Perkawinan sama sekal tidak berbicara tentang rukun perkawinan. UU Perkawinan hanya membicarakan syarat-syarat perkawinan, yang mana syarat-syarat tersebut lebih banyak berkenaan dengan unsur-unsur atau rukun perkawinan. KHI secara jelas membicarakan rukun perkawinan sebagaimana yang terdapat dalam pasal

(10)

7

14, yang keseluruhan rukun tersebut mengikuti fiqih Syafi‟iy dengan tidak memasukkan mahar dalam rukun.

a. Laki-laki dan perempuan yang kawin

Islam hanya mengakui perkawinan antara laki-laki dan perempuan dan tidak boleh lain dari itu, seperti sesama laki-laki atau sesama perempuan, karena ini yang tersebut dalam Al-Qur‟an. Adapun syarat-syarat yang mesti dipenuhi untuk laki-laki dan perempuan yang akan kawin ini adalah sebagai berikut :

1) Keduanya jelas identitasnya dan dapat dibedakan dengan yang lainnya, baik menyangkut nama, jenis kelamin, keberadaan, dan hal lain yang berkenaan dengan dirinya. Adanya syariat peminangan yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan hadist Nabi kiranya merupakan suatu syarat supaya kedua calon pengantin telah sama-sama tahu mengenal pihak lain, secara baik dan terbuka.

2) Keduanya sama-sama beragama Islam (tentang kawin beda agama berbeda lagi penjelasannya).

3) Antara keduanya tidak terlarang melangsungkan perkawinan. 4) Kedua belah pihak telah setuju untuk kawin dan setuju pula

dengan pihak yang akan mengawininya. Tentang izin dan persetujuan dari kedua pihak yang akan melangsungkan perkawinan itu dibicarakan panjang lebar dalam kitab-kitab fiqih dan berbeda pula ulama dalam menetapkannya.

b. Wali dalam perkawinan

Dalam perkawinan wali adalah seseorang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dalam suatu akad nikah. Akad nikah dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak laki-laki yan dilakukan oleh mempelai laki-laki itu sendiri dan pihak perempuan yang dilakukan oleh walinya.

(11)

8

Keberadaan seorang wali dalam akad nikah adalah suatu yang mesti dan tidak sah akan perkawinan yang tidak dilakukan oleh wali. Dalam akad perkawinan itu sendiri wali dapat berkedudukan sebagai orang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dan dapat pula sebagai orang yang dimintai persetujuannya untuk kelangsungan perkawinan tersebut.

Yang berhak menempati kedudukan wali itu ada tiga kelompok, pertama wali nasab, yaitu wali berhubungan tali kekeluargaan dengan perempuan yang akan kawin. Kedua wali mu‟thiq, yaitu orang yang menjadi wali terhadap perempuan bekas hamba sahaya yang memerdekakannya. Ketiga wali hakim, yaitu orang yang menjadi wali dalam kedudukannya sebagai hakim atau penguasa.

Seseorang yang berhak menjadi wali bila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1) Telah dewasa dan berakal sehat dalam arti anak kecil atau orang gila tidak berhak menjadi wali

2) Laki-laki 3) Muslim

4) Orang merdeka

5) Tidak berada dalam pengampuan atau mahjur alaih 6) Berpikiran baik

7) Adil

8) Tidak sedang melakukan ihram, untuk haji atau umrah.

c. Saksi

Akad pernikahan mesti disaksikan oleh dua saksi supaya ada kepastian hukum dan menghindari timbulnya sanggahan dari pihak-pihak yang berakad di belakang hari. Saksi dalam pernikahan mesti memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1) Saksi itu berjumlah paling kurang dua orang 2) Beragama Islam

(12)

9

3) Orang yang merdeka 4) Bersifat adil

5) Dapat mendengar dan melihat d. Akad nikah

Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang melangsungkan perkawinan dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab adalah penyerahan dari pihak pertama, sedangkan qabul adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab dari pihak wali si perempuan dengan ucapannya “Saya kawinkan anak saya yang bernama . . . kepadamu dengan mahar . . .”. Qabul adalah penerimaan dari pihak suami dengan mengucapkan “Saya terima mengawini anak Bapak yang bernama . . . dengan mahar . . .”

C. Tujuan Pernikahan dalam Islam

Tujuan pernikahan ditinjau dari berbagai sisi, yaitu :

1. Tujuan Fisiologis, yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi : a. Tempat semua anggota keluarga mendapatkan sarana berteduh yang

baik dan nyaman.

b. Tempat semua anggota keluarga mendapatkan konsumsi makan, minum dan pakaian yang memadai.

c. Tempat suami isteri dapat memenuhi kebutuhan biologisnya. 2. Tujuan Psikologis, yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

a. Tempat semua anggota keluarga diterima keberadaannya secara wajar dan apa adanya.

b. Tempat semua anggota keluarga mendapat pengakuan secara wajar dan nyaman.

c. Tempat semua anggota keluarga mendapat dukungan psikologis bagi perkembangan jiwanya.

d. Basis pembentukan identitas, citra dan konsep diri para anggota keluarga.

(13)

10

a. Lingkungan pertama dan terbaik bagi segenap anggota keluarga. b. Unit sosial terkecil yang menjembatani interaksi positif antara

individu anggota keluarga dengan masyarakat sebagai unit sosial yang

lebih besar.

4. Tujuan Da‟wah, yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi : a. Menjadi obyek wajib da‟wah pertama bagi sang da‟i.

b. Menjadi prototipe keluarga muslim ideal (bagian dari pesona Islam) bagi masyarakat muslim dan nonmuslim.

c. Setiap anggota keluarga menjadi partisipan aktif-kontributif dalam da‟wah.

d. Memberi antibodi/imunitas bagi anggota keluarga dari kebatilan dan kemaksiatan.

D. Prosesi Pernikahan Menurut Islam di Indonesia

Dari segi agama Islam, syarat sah pernikahan penting sekali terutama untuk menentukan sejak kapan sepasang pria dan wanita itu dihalalkan melakukan hubungan seksual sehingga terbebas dari perzinaan. Zina merupakan perbuatan yang sangat kotor dan dapat merusak kehidupan manusia. Dalam agama Islam, zina adalah perbuatan dosa besar yang bukan saja menjadi urusan pribadi yang bersangkutan dengan Tuhan, tetapi termasuk pelanggran hukum dan wajib memberi sanksi-sanksi terhadap yang melakukannya. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maka hukum Islam sangat memengaruhi sikap moral dan kesadaran hukum masyarakatnya.

Agama Islam menggunakan tradisi perkawinan yang sederhana, dengan tujuan agar seseorang tidak terjebak atau terjerumus ke dalam perzinaan. Tata cara yang sederhana itu tampaknya sejalan dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 yang berbunyi : “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya”. Dari pasal tersebut sepertinya memberi peluang-peluang bagi anasir-anasir hukum

(14)

11

adat untuk mengikuti dan bahkan berpadu dengan hukum Islam dalam perkawinan. Selain itu disebabkan oleh kesadaran masyarakatnya yang menghendaki demikian. Salah satu tata cara perkawinan adat yang masih kelihatan sampai saat ini adalah perkawinan yang tidak dicatatkan pada pejabat

yang berwenang atau disebut nikah siri. Perkawinan ini hanya dilaksanakan di depan penghulu atau ahli agama dengan memenuhi syariat Islam sehingga perkawinan ini tidak sampai dicatatkan di kantor yang berwenang untuk itu.

Perkawinan menurut hukum Islam sudah dianggap sah apabila memenuhi rukun dan syaratnya. Apabila perkawinan tersebut dihubungkan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 2 tentang perkawinan itu berbunyi : “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Dipertegas dalam Undang-Undang yang sama pada pasal 7 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita telah mencapai usia 16 tahun”. Jika masih belum cukup umur, pada pasal 7 atat 2 menjelaskan bahwa “Perkawinan dapat disahkan dengan meminta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tau pihak pria atau pihak wanita.

E. Islam dalam Mengerahkan Pergaulan Remaja

Dalam operasional pergaulan Islam ada aturan baku yang mesti mutlak untuk ditaati adalah :

1. Wajib atas pria dan wanita untuk menundukkan pandangannya, kecuali empat hal, yaitu bertujuan meminang, belajar-mengajar, pengobatan, dan proses pengadilan.

2. Menutup aurat secara sempurna, tidak sekedar tutup tapi masih kelihatan lekuk tubuh dan bentuknya.

3. Larangan bepergian buat wanita tanpa muhrim sejauh perjalanan sehari semalam.

(15)

12

4. Larangan bertabarruj bagi wanita (bersolek/berdandan untuk memperlihatkan perhiasan dan kecantikan kepada orang lain) kecuali untuk suami.

5. Larangan berkhalwat (berdua-duaan antara pria dan wanita di tempat sepi).

6. Perintah untuk menjauhi tempat-tempat yang subhat, menjurus maksiat. 7. Anjuran untuk menjauhi ikhtilat antara kelompok pria dan kelompok wa-

nita.

8. Hubungan ta‟awun (tolong menolong) pria dan wanita dilakukan dalam bentuk umum, seperti mu‟amalah.

9. Anjuran segera menikah, bila tidak mampu suruhan berpuasa dilaksanakan.

10. Anjuran bertawakal, menyerahkan segala permasalahan pada Allah. 11. Islam menyuruh pria dan wanita untuk bertakwa kepada Allah sebagai

kendali internal jiwa seseorang terhadap perbuatan dosa dan maksiat.

F. Bahaya Zina dan Dampaknya

Zina ialah seorang pria bercampur dengan seorang wanita tanpa melalui akad yang sesuai dengan syar‟i. Zina merupakan kejahatan yang sangat besar yang memberi kesan amat buruk kepada penzina itu sendiri khususnya dan kepada seluruh umat umumnya. Di zaman sekarang di mana banyaknya saluran dan media yang berusaha menyeret kearah perbuatan keji ini, maka amat perlu untuk setiap orang mengetahui bahaya dan dampak buruk yang timbul dari dosa zina. Di antara bahaya dan dampak tersebut adalah :

1. Dalam zina terkumpul bermacam-macam dosa dan keburukan yakni berkurangnya agama si penzina, hilangnya sikap wara‟ (menjaga diri dari dosa), buruk kepribadian dan hilangnya rasa cemburu.

2. Zina membunuh rasa malu, padahal dalam Islam malu merupakan suatu hal yang amat diambil berat dan perhiasan yang sangat indah khasnya bagi wanita.

(16)

13

4. Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.

5. Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya. 6. Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik

di hadapan Allah maupun sesama manusia.

7. Allah akan mencampakkan sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya liar dan tidak terkawal.

8. Penzina akan dipandang oleh manusia dengan pandangan mual dan tidak percaya.

9. Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dihirup oleh orang-orang yang memiliki „qalbun salim‟ (hati yang bersih) melalui mulut atau badannya.

10. Kesempitan hati dan dada selalu meliputi para penzina. Apa yang ia dapati dalam kehidupan ini adalah sebalik dari apa yang diingininya. Ini adalah kerana, orang yang mencari kenikmatan hidup dengan cara bermaksiat kepada Allah maka Allah akan memberikan yang sebaliknya dari apa yang dia inginkan, dan Allah tidak menjadikan maksiat sebagai jalan untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.

11. Penzina telah mengharamkan dirinya untuk mendapat bidadari yang jelita di syurga kelak.

12. Perzinaan menyeret kepada terputusnya hubungan silaturrahim, durhaka kepada orang tua, pekerjaan haram, berbuat zalim, serta menyia-nyiakan keluarga dan keturunan. Bahkan bisa membawa kepada pertumpahan darah dan sihir serta dosa-dosa besar yang lain. Zina biasanya berkaitan dengan dosa dan maksiat yang lain sebelum atau bila berlakunya dan selepas itu biasanya akan melahirkan kemaksiatan yang lain pula.

13. Zina Menghilangkan harga diri pelakunya dan merusak masa depannya disamping meninggalkan aib yang berkepanjangan bukan saja kepada pelakunya malah kepada seluruh keluarganya.

14. Perzinaan menyebabkan menularnya penyakit-penyakit berbahaya seperti AIDS, siphilis, dan gonorhea atau kencing bernanah.

(17)

14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut bahasa Indonesia, kata nikah berarti berkumpul atau bersatu. Menurut istilah syarak, nikah itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bertujuan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela demi terwujudnya keluarga bahagia yang di ridhoi oleh Allah swt. Syarat-syarat menikah yaitu syuruth al-in‟iqad, syuruth al-shihhah, syuruth an-nufuz, dan syuruth al-luzum. Diantaranya rukun-rukun nikah ialah calon mempelai laki-laki dan perempuan, wali, dua orang saksi, dan ijab qabul. Tujuan adanya pernikahan ternyata sangat banyak jika ditinjau dari berbagai sisi. Prosesi atau tata cara pernikahan menurut Islam di Indonesia antara lain berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 dan 2 serta pada pasal 7 ayat 1 dan 2. Dalam mengerahkan pergaulan remaja, ada banyak perintah, anjuran dan larangan yang ada dalam Islam. Salah satunya adalah perintah menutup aurat secara sempurna. Zina ternyata sangat berbahaya dan berdampak buruk bagi kehidupan pelakunya maupun orang-orang sekitarnya termasuk keluarganya.

(18)

15

Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada saya.

Apabila terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan

memakluminya, karena saya adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, alfa dan lupa.

Wabillah Taufik Walhidayah Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Daftar Pustaka

Drs. H. Muh. Rifa‟i. Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2006. Fiqih Lima Madzhab. Jakarta: Lentera

Rasjid, H. Sulaiman. 2008. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Rifa‟i, H. Moh. Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra

http://rezkirasyak.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pendidikan-agama-islam.html? m=1 diakses pada tanggal 27/11/2017 pukul 15.37

https://archieslow.wordpress.com/2011/05/25/bagaimana-islam-mengarahkan-pergaulan-remaja/ diakses pada tanggal 8/12/2017 pukul 17.55

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pernikahan diakses pada tanggal 8/12/2017 pukul 16.43

(19)

16

https://slamalkambangy2.wordpress.com/bahaya-zina-dan-akibat-perzinahan/ diakses pada tanggal 8/12/2017 pukul 20.13

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pajak bisa jadi sulit tidak hanya karena kita harus mengikuti studi pajak di bidang akuntansi, keuangan, eko- nomi, dan hukum, namun juga karena berbagai

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS) dengan bantuan program aplikasi SmartPLS. Hasil penelitian menunjukkan

Persepsi yang baik dari konsumen terhadap suatu produk dapat meningkatkan brand preference pada merek produk tersebut. Daya tarik suatu produk dapat meningkatkan loyalitas

Resolusi konflik yang terjadi di Srilanka adalah pengentian konflik dari berbagai pihak yang bertikai yaitu Pemerintah Srilanka dan pihak pemberontak Tamil, dimana dalam

Kegunaan penelitian ini adalah untuk memperluas ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan ilmu untuk mendukung ilmu akuntansi, khususnya pengaruh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis garam kalsium berpengaruh terhadap kadar air dan kerutan, sedangkan lama penyimpanan pada setiap jenis garam kalsium berpengaruh

Berdasarkan fokus dan hasil penelitian yang dilaksanakan melalui penelitian kualitatif dengan menggunakan metode triangulasi dapat disimpulkan bahwa kejujuran siswa

ديرجتلا عوضوبم ثحبلا اذى فيو بىذأ نيأ ثحبلا اذى فيو .ةديصقلا ليلتح في ثحبلا كانى عوضولما بىذأ نيأ نوكت يرتافيرل كيتويميس ةيرظنو دالما عوضولما رصم