• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Dalam dunia birokrasi, akuntabilitas pemerintah merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi instasi yangbersangkutan. Sejalan dengan hal tersebut, telah ditetapkan TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, Kolusi dan Nepotisme; dan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Selanjutnya, sebagai kelanjutan dari produk hukum tersebut diterbitkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; setiap Pemerintah Daerah (Pejabat Eselon II) diminta untuk menyampaikan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) kepada

Presiden, sebagai perwujudan kewajiban suatu Instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan - tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik setiap akhir anggaran.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungi serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada setiap Instansi Pemerintah, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai. LAKIP juga berperan sebagai alat

(2)

kendali, alat penilai kinerja dan alat pendorong terwujudnya good governance.

Bertitik tolak dari RPJMD Kota Pekalongan Tahun 2010 – 2015, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pekalongan Tahun 2012 dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; serta memperhatikan Peraturan menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; penyusunan LAKIP Tahun 2013 berisi ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan. Pencapaian sasaran tersebut disajikan berupa informasi mengenai pencapaian sasaran RPJMD, realisasi pencapaian indikator sasaran disertai dengan penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja dan pembandingan capaian indikator sasaran, dengan demikian LAKIP Kota Pekalongan menjadi laporan kemajuan penyelenggaraan pemerintahan oleh Walikota kepada Presiden ini telah disusun dan dikembangkan sesuai peraturan yang berlaku. Realisasi yang dilaporkan dalam LAKIP ini merupakan hasil kegiatan Tahun 2013 yaitu tahun ketiga RPJMD Kota Pekalongan Tahun 2010 – 2015.

1.2 KONDISI KOTA PEKALONGAN 1. Letak Wilayah Geografis

Kota Pekalongan merupakan salah satu daerah dari tiga puluh lima kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Kota Pekalongan terletak antara 60 50'42” - 60 55'44” Lintang Selatan dan 1090 37'55” - 109042'19” Bujur Timur. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Batang, di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang dengan jarak terjauh dari Utara ke Selatan 9 km dan

(3)

Luas wilayah Kota Pekalongan adalah 45,25 km2 atau sekitar 0,14%

luas dari wilayah Jawa Tengah, dimana semuanya merupakan daerah datar, tidak ada daerah dengan kemiringan yang curam, terdiri dari tanah kering 72,64% Ha dan tanah sawah 27,36%. Berdasarkan jenis tanahnya, Kota Pekalongan memiliki jenis tanah yang berwarna agak kelabu dengan jenis aluvial kelabu kekuningan dan aluvial yohidromorf.

Secara administratif kota Pekalongan terdiri dari 4 kecamatan yang dibagi menjadi 47 kelurahan. Keempat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pekalongan Barat, Kecamatan Pekalongan Timur, Kecamatan Pekalongan Utara, dan Kecamatan Pekalongan Selatan. Kecamatan Pekalongan Barat dan Pekalongan Timur masing-masing terdiri dari 13 Kelurahan, Kecamatan Pekalongan Utara terdiri dari 10 Kelurahan, dan Kecamatan Pekalongan Selatan terdiri dari 11 Kelurahan.

Penggunaan lahan/tanah adalah informasi yang menggambarkan sebaran pemanfaatan lahan yang ada. Penggunaan lahan di Kota Pekalongan dibedakan menjadi dua jenis yaitu lahan sawah dan bukan lahan sawah. Sebagian besar lahan di Kota Pekalongan merupakan lahan bukan sawah yaitu mencapai 3.287 ha atau 72,64% dari total wilayah. Luas lahan sawah 1.238 ha. sebagian besar lahan sawah seluas 1.164 ha adalah sawah teririgasi teknis atau sekitar 87,86% dari keseluruhan luas sawah yang ada.

Tabel I.1 : Penggunaan Tanah di Kota Pekalongan per Kecamatan Tahun 2012

Kecamatan Tanah Sawah Tanah Kering Jumlah

Pekalongan Barat 142 863 1.005

Pekalongan Timur 341 611 952

Pekalongan Selatan 418 1.273 1.080

Pekalongan Utara 337 1.151 1.488

Jumlah 1.238 3.287 4.525

Sumber : Dinas Pertanian Peternakan dan Kelautan Kota Pekalongan

(4)

Tahun 2012/2013

Jenis Penggunaan Luas (ha) Persen

A. LAHAN SAWAH 1.260 27,36

1. Irigasi teknis 1.039

2. Sementara tidak diusahakan 153

B. BUKAN LAHAN SAWAH 3.287 72,64

1. Bangunan dan pekarangan 2.571

2. Tegal/kebun 299

3. Rawa-rawa yang tidak ditanami 171

4. Tambak 163

5. Lain-lain 83

Jumlah 4.525

Sumber : Kota Pekalongan dalam Angka 2012/2013

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kota Pekalongan

2. Aparatur Pemerintah

Keadaan Aparat Pemerintah di lingkungan Kota Pekalongan untuk mendukung kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH % & & & & ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( L a u t J a w a Kab. Batang Kab. Pekalongan Kab. Pekalongan Kab. Batang ke Jakarta ke Semarang ke K aj en Degayu Tirto Duwet Krapyak Lor Gamer Baros Jenggot Bandengan Medono Dekoro Klego Soko Kertoharjo Poncol Pasir Sari Kuripan Lor Sokorejo Bendan Panjang Wetan Kandang Panjang Tegalrejo Panjang Baru Podosugih Kuripan Kidul Pringlangu Pabean Buaran Kebulen Noyontaan Kramatsari Keputran Dukuh Sapuro Banyuurip Alit Krayak Kidul Sampangan Kraton Kidul 348000 348000 350000 350000 352000 352000 354000 354000 356000 356000 92 34 00 0 92 34 00 0 92 36 00 0 92 36 00 0 92 38 00 0 92 38 00 0 92 40 00 0 92 40 00 0 92 42 00 0 92 42 00 0 600 0 600 1200 Meters K O T A P E K A L O N G A N KOTA PEKALONGAN PETA ADMINISTRASI Kecamatan Pekalongan Utara Kecamatan Pekalongan Selatan Kecamatan Pekalongan Barat Kecamatan Pekalongan Timur Batas Kelurahan Batas Kota Sungai Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kota & Kecamatan ( Kelurahan %Walikota Legenda: Jalan Rel

(5)

Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut :

a. Golongan I : 200 orang, Golongan II : 886 orang, Golongan III : 1.744 orang, Golongan IV : 1.201 orang.

b. Jabatan Struktural yang terdiri dari, Esselon II : 23 orang, Esselon III : 102 orang, Esselon IV: 497 orang.

c. Jabatan Fungsional yang terdiri dari :

1) Jabatan fungsional umum sejumlah 1.263 orang

2) Jabatan fungsional Khusus 2.146 orang, antara lain : Dokter Kepala Puskesmas/BKPM 10 orang, Dokter Umum Umum 28 orang, Dokter Gigi Kepala Puskesmas 3 orang, Dokter Gigi 8 orang, Dokter Spesialis 8 orang, Bidan 36 orang, Fungsional pada bKPM 1 orang, Radiografer 1 orang, Pranata Laboratorium 19 orang, Perawat 92 orang, Perawat Gigi 12 orang, Sanitarian/Kesling 12 orang, Asisten Apoteker 24 orang, Nutrisionis 14 orang, Perekam Medis 9 orang, Guru/Kepala Sekolah 87 orang, Guru 1715 orang, Pengawas Sekolah 17 orang, Penilik Pendidikan 2 orang, Auditor 5 orang, P2UPD 3 orang, Instruktur 14 orang, Penguju Kendaraan 2 orang, Penyuluh KB 16 orang, Penyuluh Pertanian 6 orang, Perencana 1 orang, Arsiparis 1 orang,

d. Tingkat Pendidikan : SD 156 orang , SMP 170 orang, SLTA 957 orang, D1 26 orang, D2 395 orang, D3 465 orang, D4 25 orang, S1 1709 orang, S2 128 orang.

Upaya meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerja Aparatur Pemerintah Kota Pekalongan telah melakukan berbagai program melalui pemberian penghargaan, pendidikan pelatihan teknis umum dan fungsional, serta pemberian hukuman dan pembinaan.

a. Pemberian penghargaan yang meliputi :

1) Satya Lencana dengan masa kerja 10 tahun sejumlah 20 orang tahun, 20 tahun sejumlah 18 orang dan 30 tahun sejumlah 66 orang

(6)

2) Pemberian Penghargaan Kenaikan Pangkat sejumlah 845 orang. 3) Pemberian penghargaan Purna Tugas 136 orang.

4) Pemberian Penghargaan Penegak Disiplin 6 orang. b. Pendidikan Pelatihan yang meliputi :

1) Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebanyak 52 orang (Dikpim IV sebanyak 40 orang, Dikpim III sebanyak 10 orang, Dikpim II sebanyak 2 orang)

2) Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan barang dan jasa sebanyak 8 orang

3) Pendidikan dan Pelatihan tehnis dan Fungsional melalui pengiriman pada lembaga pendidikan dan pelatihan sebanyak 263 orang (kependidikan) dan 210 orang (aparatur).

c. Pemberian Hukuman

Pelanggaran Disiplin Pegawai sebanyak 4 orang yang terdiri dari Pelanggaran disiplin pegawai tingkat ringan 2 orang, tingkat sedang 1 orang (Penundaan Kenaikan Gaji Berkala) dan pelanggaran disiplin tingkat berat 1 orang (Pembebasan Jabatan).

d. Pada Tahun 2013 Pemerintah Kota Pekalongan melaksanakan seleksi CPNS yaitu formasi umum 44 orang, formasi khusus 2 orang dan dari tenaga Honorer K2 94 orang.

3. Perekonomian

Kondisi ekonomi suatu daerah dapat dilihat melalui indikator pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

a. Potensi Unggulan Daerah

Kondisi perekonomian daerah yang semakin membaik ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif dan mengalami penguatan dari tahun sebelumnya. Adanya kebijakan-kebijakan pemerintah guna perbaikan perekonomian daerah selama beberapa tahun setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia nampaknya sudah menunjukkan hasil sejak tahun 2000 hingga

(7)

tahun 2000 terus membaik dan berada diatas 3 persen.

Keadaan ekonomi Kota Pekalongan juga tidak berbeda jauh dari kondisi ekonomi secara nasional maupun regional (Propinsi Jawa Tengah). Sektor-sektor yang memberikan sumbangan besar terhadap PDRB Kota Pekalongan mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi di Kota Pekalongan Tahun 2012 sebesar 5,60 persen. Pertumbuhan ini sedikit menguat dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,45 persen, sedang pada tahun 2010 laju pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan sebesar 5,51 persen.

b. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto adalah suatu angka indeks yang menggambarkan perkembangan Produk Domestik Regional Bruto suatu daerah dari tahun dasar (Tahun 2000) hingga sekarang, baik menurut harga berlaku maupun konstan.

Perkembangan ekonomi Kota Pekalongan dari tahun ke tahun dapat dilihat dari besarnya Indeks Perkembangan PDRB yang ditampilkan pada Tabel I.3. Dari tabel tersebut terlihat nilai PDRB Kota Pekalongan tahun 2012 menurut harga berlaku sebesar Rp 4,636 triliun dan menurut harga konstan sebesar Rp 2,324 triliun.

Indeks Perkembangan tahun 2012 menurut harga berlaku sebesar 328,63 persen artinya dari tahun 2000 sampai 2012 nilai PDRB atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan 3,28 kali. Sedangkan nilai PDRB atas dasar konstan naik 1,64 kali.

Tabel I.3

Tabel I.3

(8)

Penyajian Indeks Perkembangan secara kelompok sektor atas dasar harga berlaku dan konstan dapat dilihat pada Tabel I.4. Tabel tersebut menjelaskan bahwa sektor Sekunder untuk harga berlaku maupun harga konstan mengalami perkembangan lebih cepat dari sektor Primer dan Tersier dari tahun 2000.

Tabel 1.4 INDEKS PERKEMBANGAN PDRB KOTA PEKALONGAN

(9)

LAJU PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Laju pertumbuhan PDRB dapat dikatakan sebagai rata-rata pertumbuhan tiap tahun yang ditunjukkan oleh Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto dikurangi 100. Apabila laju pertumbuhan yang diamati adalah harga konstan maka dapat disebut sebagai pertumbuhan ekonomi secara riil.

GRAFIK I.1 PDBR KOTA PEKALONGAN TAHUN 2009 - 2012

DISTRIBUSI PERSENTASE PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Distribusi persentase tiap-tiap sektor PDRB menggambarkan peranan atau sumbangan sektor dalam pembentukan nilai PDRB setiap tahun berjalan. Distribusi sektor-sektor terhadap total PDRB pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku menurut urutan terbesar yaitu sektor Perdagangan sebesar 23,53 persen, diikuti sektor ndustri Pengolahan sebesar 18,85 persen dan sektor Konstruksi sebesar 15,92 persen sedangkan urutan terkecil yaitu sektor Listrik, Gas dan Air Minum.

GRAFIK I.2 0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 2009 2010 2011 2012 BERLAKU KONSTAN

(10)

Distribusi persentase PDRB terbesar menurut harga konstan yaitu sektor Perdagangan sebesar 27,23 persen, sektor Industri Pengolahan 20,13 persen dan sektor Konstruksi 13,76 persen.

Peranan atau sumbangan sektor tertentu terhadap angka PDRB tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel I.5.

INDEKS IMPLISIT PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Untuk mengetahui kenaikan harga dari tahun ke tahun baik secara agregat maupun secara sektoral dapat dilihat dari besarnya indeks implisit PDRB. Secara agregat indeks implisit di Kota Pekalongan tahun 2011 adalah sebesar 190,44 jika harga dinilai tahun 2000. Secara sektoral pertumbuhan harga yang cepat adalah Sektor Listrik dan Air Minum yaitu sebesar 274,44 sedangkan yang paling lambat pertumbuhan harganya adalah pada sektor Perdagangan sebesar 163,91.

(11)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT KELOMPOK SEKTOR

Asal terjadinya proses produksi baik berupa output maupun input dari masing- masing produsen merupakan dasar dari pengelompokan sektor PDRB. Kelompok Sektor Primer adalah output yang masih merupakan proses tingkat dasar, terdiri dari Sektor Pertanian serta Sektor Pertambangan dan Penggalian. Sektor-sektor yang inputnya berasal langsung dari Sektor Primer dikelompokkan ke dalam Kelompok Sektor Sekunder yang terdiri dari Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Minum serta Sektor Bangunan. Sedangkan yang termasuk Kelompok Sektor Tertier adalah Sektor Perdagangan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta Sektor Jasa-jasa

Sejak tahun 2008 hingga tahun 2012, Kelompok Sektor Tertier selalu menduduki urutan pertama dalam distribusinya terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku maupun konstan 2000. Distribusi kelompok Tertier terhadap total PDRB lebih dari 50 persen baik menurut harga berlaku maupun harga konstan 2000, cenderung mengalami perbaikan setiap tahunnya. Distribusi kelompok Primer pada tahun 2012 sebesar 6,35 persen menurut harga berlaku dan 7,22 persen menurut harga konstan. Hal ini menunjukkan pelemahan jika dibandingkan dengan tahun 2011.

Grafik I.3 Indeks Implisit PDB Menurut Sektor Di Kota Pekalongan Tahun 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012 IN D E K S IM P L IS I T

Grafik 1.3 Indeks Implisit PDB menurut Sektor di Kota Pekalongan Tahun 2008 - 2012

(12)

Sektor Sekunder mempunyai sebesar 36,39 persen pada distribusi total dalam pembentukan PDRB Kota Pekalongan tahun 2012 menurut harga berlaku. Dengan demikian mengalami sedikit perbaikan dibanding tahun 2011.

Laju pertumbuhan PDRB menurut kelompok sektor diketahui Sektor Primer menurut harga berlaku Tahun 2012 mengalami pertumbuhan 5,62 persen sedangkan menurut harga konstan 2,09 persen, Sektor Sekunder menurut harga berlaku 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 11,46 persen, sedangkan menurut harga konstan 6,54 persen, dan Sektor Tertier menurut harga berlaku sebesar 10,65 persen, dan menurut harga konstan sebesar 5,49 persen.

GRAFIK I.4 DISTRIBUSI PRESENTASE PDRB MENURUT KELOMPOK SEKTOR TAHUN 2008 – 2012

ATAS DASAR HARGA BERLAKU

0 10 20 30 40 50 60 2009 2010 2011 2012 PRIMER SEKUNDER TERTIER

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA

PDRB per kapita menurut harga berlaku di Kota Pekalongan pada tahun 2012 sebesar Rp 16,13 juta berarti mengalami kenaikan sebesar 9,24 persen dibanding tahun 2011. Sedangkan Pendapatan Regional per kapita tahun 2012 sebesar Rp 13,49 juta angka ini jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi kenaikan sebesar 9,34 persen. Kenaikan PDRB per kapita tahun 2012 lebih tinggi dari pada tahun 2011, hal ini disebabkan kenaikan nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan tahun 2011.

P E R S E N T A S E TAHUN

(13)

Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto per kapita pada tahun 2012 sebesar 298,81 persen artinya dari tahun 2000 (tahun dasar) sampai tahun 2012 nilai PDRB telah meningkat 2,99 kali. Demikian juga dengan Pendapatan Regional per kapitanya meningkat 2,91 kali dari tahun dasar penghitungan PDRB.

Indeks implisit PDRB yang terjadi tahun 2012 secara umum lebih tinggi dibandingkan indeks implisit tahun 2011. Pada tahun 2012 inflasi yang terjadi sebesar 199,47 persen sedangkan pada tahun 2011 indeks implisit sebesar 190,44 persen.

4. Laju Inflasi

Laju inflasi Kota Pekalongan termasuk kategori rendah, yaitu sebesar 3,55 % pada tahun 2012, lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Tengah (4,24 %) dan Nasional (4,30 %). Angka inflasi di Kota Pekalongan dari tahun 2008-2012 mengalami fluktuasi, khususnya dalam 3 tahun terakhir. Penurunan atau kenaola, angka inflasi ini terkait erat dengan stabilitas politik, kondisi perekonomian nasional dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Perincian data inflasi dari tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut :

GRAFIK I.5 INDEKS PERKEMBANGAN PDRB DAN ANGKA PER KAPITA TAHUN 2008-2012

ATAS DASAR HARGA KONSTAN

IN DE KS

2008 2009 2010 2011 2012 TAHUN

(14)

5. Bidang Keuangan Daerah

Salah satu azas yang digunakan dalam pengelolaan keuangan daerah adalah aspek keterbukaan. Hal ini menuntut Pemda untuk dapat memberikan akses informasi mengenai pengelolaan keuangan daerah seluas-luasnya kepada publik seperti menerbitkan laporan keuangan di media massa. Laporan keuangan yang memadai juga sangat dibutuhkan oleh para investor, baik investor asing maupun domestik. Laporan keuangan tersebut dapat menjadi sarana komunikasi yang lebih handal bagi Pemda dalam hal pengelolaan keuangan daerah.

Dalam hal pengelolaan keuangan daerah, menunjukkan bahwa realisasi anggaran pendapatan daerah tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun anggaran 2012 sebesar Rp 614.166.700.431,49 menjadi Rp 675.375.467.702,00 realisasi belanja tahun 2013 sebesar Rp 664.175.351.720,00 sehingga terjadi surplus sebesar Rp 66.129.960.280,00. Sementara itu realisasi pembiayaan dari sisi penerimaan daerah sebesar Rp 94.617.780.967,00 dan pengeluaran daerah sebesar Rp 15.083.997.836,00

Dari realisasi pendapatan sebesar Rp 675.375.467.702,00 didukung oleh PAD sebesar Rp 114.252.438.719,00 realisasi PAD ini melampaui target dari yang direncanakan sebesar Rp 93.855.722.000,00. atau tercapai 121,73%.

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2013 sebagai berikut :

URAIAN ANGGARAN REALISASI

PENDAPATAN 651.193.332.000 675.375.467.702

PENDAPATAN ASLI DAERAH 93.855.722.000 114.252.438.719

Pendapatan Pajak Daerah 30.520.000.000 38.018.394.793

Hasil Retribusi Daerah 18.478.463.000 18.873.554.173

(15)

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 40.811.750.000 53.355.041.720

URAIAN ANGGARAN REALISASI

DANA PERIMBANGAN 450.752.505.000 450.219.878.779

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 27.713.487.000 31.009.410.779

Dana Alokasi Umum 384.489.368.000 384.489.368.000

Dana Alokasi Khusus 38.549.650.000 34.721.100.000

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 106.585.105.000 110.903.150.204 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lainnya 29.718.339.000 32.302.112.589

Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 61.131.325.000 60.786.075.000 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah

Daerah Lainnya 15.735.441.000 17.814.962.615

BELANJA 730.305.312.000 664.175.351.720

BELANJA TIDAK LANGSUNG 357.653.221.000 326.538.717.707

Belanja Pegawai 306.996.998.000 278.009.897.833

Belanja Hibah 15.691.160.000 15.638.679.800

Belanja Bantuan Sosial 10.934.260.000 10.178.446.206

Belanja Bantuan Keuangan kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa 21.530.803.000 21.162.191.825

Belanja Tidak Terduga 2.500.000.000 1.549.502.043

BELANJA LANGSUNG 372.652.091.000 337.636.634.013

Belanja Pegawai 61.742.429.250 57.067.032.933

Belanja Barang dan Jasa 163.031.725.350 149.254.009.850

Belanja Modal 147.877.936.400 131.315.591.230

SURPLUS / DEFISIT (79.111.980.000) 11.200.115.982

PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 94.481.504.000 94.617.780.967

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun

Anggaran Sebelumnya 94.481.504.000 94.481.504.192

Penerimaan kembali investasi pemerintah daerah 0 136.276.775

PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 15.369.524.000 15.083.997.836

Pembentukan Dana Cadangan 4.500.000.000 4.500.000.000

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 4.705.374.000 4.705.373.300

Pembayaran Pokok Utang 6.164.150.000 5.878.624.536

PEMBIAYAAN NETTO 79.111.980.000 79.533.783.131

SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN TAHUN BERKENAAN 90.733.899.113

Sumber : DPPKAD Kota Pekalongan

6. Sosial Budaya. 1. Penduduk

Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2012, menurut hasil data agregat kependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pekalongan per 31

(16)

Desember 2013, sebanyak 302.888 jiwa, terdiri dari 153.043 laki-laki (50,53%) dan 149.845 perempuan (49,47 %).

Dengan demikian rasio jenis kelamin penduduk Kota Pekalongan tahun 2013 adalah 100,80. Ini berarti untuk setiap 100 orang perempuan rata-rata terdapat 101 orang laki-laki.

Tabel I.7 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Pekalongan per Kecamatan Tahun 2013

Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio Pekalongan Barat 47.693 46.559 94.252 102,44 Pekalongan Timur 34.581 34.194 68.775 101,13 Pekalongan Utara 40.625 40.063 80.688 101,40 Pekalongan Selatan 30.144 29.029 59.173 103,84

Jumlah 153.043 149.845 302.888 102,12

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pekalongan 2013

Komposisi penduduk menurut umur dapat digunakan untuk melihat struktur penduduk suatu daerah apakah termasuk kategori tua, muda atau sedang. Dilihat dari komposisi penduduk kelompok umur, Kota Pekalongan tergolong sebagai daerah dengan struktur penduduk usia produktif bila dibandingkan dengan tahun 2012, yaitu daerah yang proporsi penduduk usia produktifnya cukup tinggi bila dibandingkan dengan penduduk usia belum produktif (< 15 tahun). Sedangkan proporsi penduduk usia tidak produktif ( ≥ 65 tahun) dapat dikatakan kecil. Dimana jumlah penduduk dengan usia ≥ 15 tahun dan < 65 tahun sebanyak 216.710 jiwa atau sekitar 71,55%, jumlah penduduk usia antara < 15 tahun dan > 65 tahun sebanyak 86.178 jiwa atau sekitar 28,45%.

Tabel I.8 : Struktur Umur Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2013

Struktur Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

(17)

65-69 2.537 3.078 5.615

60-64 4.894 4.641 9.535

Struktur Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

55-59 7.131 6.947 14.078 50-54 8.621 9.094 17.715 45-49 9.570 10.580 20.150 40-44 10.740 11.077 21.817 35-39 12.405 12.126 24.531 30-34 14.668 14.248 28.916 25-29 13.840 13.010 26.850 20-24 14.111 13.120 27.231 15-19 13.417 12.470 25.887 10-14 13.711 12.829 26.540 5-9 13.542 12.399 25.941 0-4 9.947 9.217 19.164 TOTAL 153.043 149.845 302.888

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pekalongan 2013 2. Tenaga Kerja

Penduduk Usia Kerja dapat digolongkan pada Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Bagi mereka yang bekerja atau mencari pekerjaan disebut Angkatan Kerja. Penduduk yang masih mengenyam pendidikan/sekolah, mengurus rumah tangga atau mereka yang tidak melakukan kegiatan secara ekonomi digolongkan Bukan Angkatan Kerja.

Angkatan kerja mengarah pada kelompok penduduk yang berada pada pasar kerja, yaitu penduduk yang berumur 15 tahun keatas yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Mereka yang dapat diserap oleh pasar kerja dikategorikan sebagai bekerja, sedangkan yang tidak/belum diserap oleh pasar kerja, yaitu mereka yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, dikategorikan sebagai penganggur (terbuka). Dalam kerangka ini, kesempatan kerja kemudian diartikan sebagai penduduk usia kerja yang dapat diserap oleh pasar kerja. Disisi lain mereka yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi digolongkan sebagai bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang kegiatan utamanya adalah mengurus rumah tangga, sekolah atau

(18)

mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan karena usia tua atau alasan fisik (cacat). Penduduk usia kerja adalah kelompok penduduk dengan batas usia 15 tahun keatas.

Data Sakernas 2012 menunjukan bahwa jumlah penduduk Kota Pekalongan yang termasuk penduduk usia kerja mencapai 204.947 jiwa yang terdiri dari 49,57% penduduk usia kerja berjenis kelamin laki-laki dan 50,43% perempuan. Angkatan kerja Kota Pekalongan Tahun 2012 sebesar 69,49% dari seluruh penduduk usia kerja, dengan rincian, penduduk yang bekerja sebesar 64,32% dan pencari kerja sebesar 5,17%. Besaran bukan angkatan kerja mencapai 30,51% dari seluruh penduduk usia kerja, dengan rincian, sedang sekolah sebesar 6,74%, mengurus rumahtangga sebesar 17,85% dan lainnya sebesar 5,92%.

Tabel I.9: Persentase Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Tahun 2012 di Kota Pekalongan

Kegiatan Utama Persentase

Angkatan Kerja 69,49

• Bekerja 64,32

• Mencari Kerja 5,17

Bukan Angkatan Kerja 30,51

• Sekolah 6,74

• Mengurus Rumah Tangga 17,85

• Lainnya 5,92

Sumber : Sakernas 2012

Secara teknis penduduk usia kerja terbagi dalam 2 golongan, yaitu golongan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja yaitu mereka yang mempunyai kegiatan utama bekerja dan mencari kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Pekalongan tahun 2012 adalah 69,49 persen. TPAK 2012 lebih kecil dibandingkan dengan TPAK tahun 2012 sebesar 70,41 persen.

(19)

Tabel I.10: Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Pekalongan Tahun 2013 Uraian Tahun 2010 2011 2012 Angkatan Kerja 145.149 141.199 142.422 Pengangguran 10.165 10.308 10.596

Penduduk Usia Kerja 197.464 199.761 204.947

Pencari Kerja 3.586 2.282 2.824

Kesempatan Kerja 840 363 1.145

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 74,24% 70,80% 70,82% Penduduk yang Bekerja 133.326 131.158 131.826 Sumber : Inkesra Kota Pekalongan 2012

Dari Tabel I.10 dapat dilihat angkatan kerja Kota Pekalongan tahun 2012 sebesar 142.422 jiwa, jumlah penganguran sebanyak 10.596 jiwa, dengan kesempatan kerja sebanyak 1.145 dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 70,82%.

3. Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan sebagai salah satu prioritas bidang pembangunan di Kota Pekalongan terus diupayakan dalam rangka mewujudkan misi yaitu meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Hasil dari pembangunan kesehatan itu sendiri adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang merupakan salah satu indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Pembangunan kesehatan sangat erat kaitannya dengan pembangunan di bidang yang lain demikian juga sebaliknya. Masyarakat yang sehat akan lebih produktif dan pembangunan bidang lain yang tidak berwawasan kesehatan akan membawa dampak terhadap kesehatan. Angka Harapan Hidup merupakan salah satu indikator pembangunan di bidang kesehatan. Angka Harapan Hidup di Kota Pekalongan lebih tinggi dibandingkan daerah kabupaten/kota di wilayah eks Karesidenan Pekalongan, tetapi masih dibawah Angka Harapan Hidup rata-rata Provinsi

(20)

Jawa Tengah.

Tabel I.11 Usia harapan Hidup Kota Pekalongan dan Kabupaten Kota Lain

Uraian 2010 2011 2012 Kab. Pekalongan 69,01 69,28 69,56 Kab. Pemalang 67,68 67,9 68,12 Kab. Tegal 68,79 69,08 69,38 Kota Pekalongan 70,32 70,48 70,63 Uraian 2010 2011 2012 Kota Tegal 68,74 68,93 69,12 Jawa Tengah 71,4 71,55 71,71

Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2013

Fasilitas kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kemakmuran (wealthy) satu wilayah. Di Kota Pekalongan terdapat beberapa jenis fasilitas kesehatan, baik yang disediakan oleh Pemerintah Daerah maupun oleh pihak swasta. Pelayanan publik merupakan tujuan pelayanan fasilitas kesehatan tersebut, mulai dari rumah sakit, puskesmas, posyandu dan sebagainya, merupakan pelayanan kesehatan publik utama yang didukung oleh keberadaan fasilitas kesehatan semi publik seperti dokter, bidan dan perawat.

Tabel I.12 : Banyaknya tenaga dan tempat pelayanan kesehatan di Kota Pekalongan Tahun 2013

Uraian Tahun 2012 2013 Dokter Umum 108 88 Dokter Gigi 20 19 Dokter Spesialis 45 78 Bidan 157 180 Perawat 511 529

Puskesmas Rawat Inap 2 3

Puskesmas Tanpa Rawat Inap 10 9

(21)

Uraian

Tahun

2012 2013

Posyandu 399 401

Rumah Sakit Umum Daerah 1 1

Rumah Sakit Umum Swasta 5 5

Rumah Sakit Bedah 1 1

Rumah Sakit Ibu dan Anak 1 1

Rumah Bersalin 8 7

Gudang Farmasi 1 1

Apotik 51 54

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pekalongan November 2013

Tenaga kesehatan terdidik, banyak meningkat jumlahnya, khususnya tenaga kesehatan dokter spesialis di Kota Pekalongan yang mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu dari 45 orang menjadi 78 orang. Banyaknya sarana kesehatan seperti puskesmas dan posyandu juga diharapkan mampu ikut menunjang peningkatan derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Semakin bertambahnya kesadaran masyarakat Kota Pekalongan akan pentingnya memperhatikan perkembangan balita tercermin dari jumlah posyandu yang ada, yaitu sebanyak 401 Posyandu. Pada tahun 2013 ada penambahan sarana kesehatan, yaitu peningkatan status Puskesmas Sokorejo menjadi Puskesmas Rawat Inap dan pembangunan Puskesmas Pembantu di Kelurahan Klego.

4. Pendidikan

Amanat penyelenggaraan pembangunan bidang pendidikan mengarah pada pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi, serta peningkatan tata kelola dan pencitraan publik. Aspek pemerataan akses pendidikan dapat diketahui dari seberapa banyak penduduk, khususnya penduduk usia sekolah, yang dapat menikmati layanan pendidikan. Dari data pendidikan Tahun Ajaran 2013/2012, dapat diketahui jumlah TK/RA sebanyak 100, terdiri dari 74 TK dan 26 RA dengan jumlah siswa sebanyak 7039 anak, SD/MI sebanyak 170 SD/MI, terdiri dari 123 SD dan 47 MI, dengan jumlah murid sebanyak 33.418 siswa, terdiri dari 17.283 siswa laki-laki dan 16.135 siswa perempuan. Apabila

(22)

dibandingkan dengan penduduk usia sekolah SD/MI, yaitu usia 7-12 tahun yang berjumlah 30.356 jiwa, maka hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar penduduk usia 7-12 tahun dapat menikmati akses layanan pendidikan. Jumlah ini belum termasuk data pendidikan non formal, berupa Kejar Paket A dengan jumlah warga belajar sebanyak 40 orang, serta data pendidikan layanan khusus, berupa 2 SDLB dengan jumlah siswa sebanyak 183 orang.

Pada jenjang SMP/MTs, Kota Pekalongan memiliki 35 SMP/MTs, terdiri dari 26 SMP dan 9 MTs, dengan jumlah murid sebanyak 15.151 siswa, terdiri dari 7.259 siswa laki-laki dan 7.892 siswa perempuan. Apabila dibandingkan dengan penduduk usia sekolah SMP/MTs, yaitu usia 13-15 tahun yang berjumlah 15.948 jiwa, maka hal ini juga memberikan gambaran bahwa sebagian besar penduduk usia 13-15 tahun dapat menikmati akses layanan pendidikan. Jumlah ini belum termasuk data pendidikan non formal, berupa Kejar Paket B dengan jumlah warga belajar sebanyak 758 orang, serta data pendidikan layanan khusus, berupa 1 SMPLB dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang.

Pada jenjang SMA/MA/SMK, Kota Pekalongan memiliki 29 SMA/MA/SMK, terdiri dari 10 SMA, 6 MA, dan 13 SMK, dengan jumlah murid sebanyak 12.998 siswa, terdiri dari 5.902 siswa laki-laki dan 7.096 siswa perempuan. Apabila dibandingkan dengan penduduk usia sekolah SMA/MA/SMK, yaitu usia 16-18 tahun yang berjumlah 16.115 jiwa, maka hal ini memberikan gambaran bahwa masih ada penduduk usia SMA/MA/SMK yang tidak terlayani pendidikannya pada pendidikan formal. Sedangkan pada jalur pendidikan non formal, berupa Kejar Paket C, dengan jumlah warga belajar sebanyak 1.757 orang warga belajar. Dan pada pendidikan layanan khusus, berupa 1 SMALB, terdapat siswa sebanyak 16 orang yang terlayani.

Dari ketiga jenjang pendidikan (SD/MI sederajat sampai dengan SMA/MA/SMK sederajat), dapat dilihat bahwa untuk

(23)

tertinggi, yaitu sebanyak 483, dan terendah terdapat pada jenjang SD/MI sederajat dengan rasio murid per sekolah sebanyak 197. Kemudian, apabila dilihat dari rasio murid per guru, dapat dilihat bahwa untuk rasio tertinggi adalah pada jenjang SD/MI sederajat dengan rasio 17 murid per 1 orang guru, dan terendah adalah pada jenjang SMA/MA/SMK dengan rasio 13 murid per 1 orang guru.

Tabel I.13: Penduduk Kota Pekalongan Menurut Kelompok Umur dan Dependency Ratio Tahun 2013

Jenjang pendidikan

Jumlah sekolah

Jumlah guru Jumlah Murid Rasio Murid/ Sekolah Rasio Murid SD/MI 170 1.994 33.418 197 17 SMP/MTs 35 1.002 15.151 433 15 SMA/MA/SMK 29 1.037 12.998 448 13

Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Pekalongan 2012/2013

Selain sarana prasarana pelayanan pendidikan yang ada, banyak prestasi yang ditorehkan di bidang pendidikan, baik tingkat internasional, nasional maupun provinsi, diantaranya sebagai Kota Terbaik Implementasi TIK Bidang Pendidikan (Kemdukbud RI Tahun 2013), Peringkat IV Bulgaria ICM Individu Tingkat Internasional Taun 2013, Peringkat I Lomba Pembuatan APE PAUD Tingkat Nasional Tahun 2013, Peringkat I FLS2N SMP Lomba Cipta Cerpen Bahasa Indonesia Tingkat Nasional Tahun 2013.

5.

Indek Pembangunan Manusia (IPM)

Peningkatan pembangunan manusia dapat dilakukan melalui pendekatan kondisi kesehatan masyarakat, kondisi sosial-ekonomi masyarakat, termasuk penghasilan dan pendapatan keluarga. Pendidikan dan kualitas individu yang berkaitan dengan tradisi, norma, produktifitas dan perilaku kehidupan, serta peningkatan usaha kesejahteraan lainnya, baik manusia sebagai diri pribadi, keluarga, masyarakat, warga negara, dan himpunan kualitas secara menyeluruh, yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pemerintah, masyarakat maupun keluarga.

(24)

Indek Pembangunan Masyarakat (IPM) yang merupakan salah satu alat ukur tersebut, diharapkan dapat menjadi alat untuk merangkum beberapa dimensi utama pembangunan manusia, yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic

capabilities) penduduk Pemerintah Daerah Kota Pekalongan telah

berusaha dengan berbagai upaya yang dituangkan dalam program kerjanya dalam meningkatkan kondisi masyarakatnya, agar lebih baik dan lebih sejahtera.

Pembangunan sarana dan prasarana sektor pendidikan, kesehatan, dan fasilitas umum, termasuk untuk pemulihan kondisi perekonomian telah dilakukan dan hasilnya pun mulai nampak. Kemajuan yang telah dicapai sebagai hasil pembangunan khususnya pembangunan manusia, dapat dilihat melalui besarnya IPM.

Tabel I.14 Komponen IPM Kota Pekalongan Tahun 2010-2012

Tahun Angka Harapan Hidup (tahun) Melek Huruf (%) Rata-rata Lama Sekolah (tahun) IPM Peringkat Provinsi 2010 70,32 95,68 8,66 74,47 5 2011 70,48 95,93 8,69 74,90 5 2012 70,63 95,94 8,72 75,25 5

Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2013

Tabel I.15 : Perbandingan Angka IPM Kab Batang, Kab Pekalongan, Kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan Tahun

2010-2012 Wilayah 2010 2011 2012 Kab Batang 70,41 71,06 71,41 Kota Pekalongan 74,47 74,90 75,25 Kab Pekalongan 71,40 71,86 72,37 Jawa Tengah 72,49 72,94 73,29 Nasional 72,27 72,77 73,29

Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2013

Angka IPM Kota Pekalongan periode 2010-2012 menunjukkan adanya peningkatan dari 74,47 pada Tahun 2010 menjadi 75,25 pada Tahun 2012. Status pembangunan manusia menurut UNDP, angka IPM Kota Pekalongan periode 2010- 2012 masuk kategori menengah atas (66<IPM<80).

(25)

6. Indek Pembangunan Gender ( IPG) dan Indek Pemberdayaan Gender (IDG)

Indek Pembangunan Gender dipakai untuk mengukur angka rata-rata pencapaian kemampuan dasar dengan penyesuaian untuk memperhitungkan ketimpangan gender. Titik berat pembangunan gender adalah pemberdayaan manusia tanpa membedakan gender sehingga mereka memiliki pilihan yang lebih luas dalam menjalani kehidupan. Upaya tersebut dijabarkan melalui akses yang lebih luas bagi penduduk untuk meningkatkan derajat kesehatan, memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan peluang untuk menaikkan taraf ekonomi rumah tangga yang pada akhirnya akan mendorong partisipasi mereka dalam pembangunan.

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Pekalongan pada tahun 2012 adalah 64.47 Angka tersebut lebih rendah dibandingkan capaian Provinsi Jawa Tengah yaitu 66.80

Sedangkan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Kota Pekalongan tahun 2012 sebesar 60.29. Capaian di tahun 2012 ini lebih rendah dibandingkan capaian di Tahun 2011 yaitu 68.44 juga capaian Provinsi Jawa Tengah yaitu 70.66.

Selisih antara nilai IPM dengan IPG menunjukan jarak ketimpangan gender, pada tahun 2011 ketimpangan gender sebesar 10.86 menurun pada tahun 2012 menjadi 10.78.

Tabel 1.16 Ketimpangan Gender di Kota Pekalongan Tahun 2011 dan 2012

NO Tahun Nilai IPM Nilai IPG Ketimpangan Gender

1. 2011 74,90 64,04 10.86

2. 2012 75.25 64.47 10.78

7. Rasio ketergantungan

Rasio ketergantungan penduduk total di Kota Pekalongan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari sekitar 42,59% tahun 2005 menjadi 45,33% tahun 2010. Dua tahun kemudian, rasio tersebut menurun hingga 43,55% tahun 2012. Angka rasio ketergantungan penduduk Kota Pekalongan

(26)

pada tahun-tahun di atas senantiasa lebih rendah dibandingkan wilayah eks Karesidenan Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah maupun Indonesia. Artinya, persentase penduduk usia produktif yang dimiliki Kota Pekalongan lebih tinggi dibandingkan ketiga wilayah pembanding tadi. Hal ini berpotensi memperkuat daya saing dan kohesi sosial Kota Pekalongan.

1.3

KEDUDUKAN, KEWENANGAN DAN TUGAS POKOK SERTA

STRUKTUR ORGANISASI 1. Kedudukan

Dengan diberlakukannya Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang lebih menekankan aspek desentralisasi yang diberikan dalam wujud otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Berkaitan dengan otonomi daerah dalam pelaksanaannya di Kota Pekalongan dapat dijelaskan melalui 2 (dua) aspek, yaitu:

a. Aspek Politik

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 di Kota Pekalongan dari aspek politik ditandai dengan keberadaan dan kegiatan partai politik tingkat daerah dan DPRD sebagai mitra pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. b. Aspek Administrasi/ Manajemen Pemerintah

Pemerintah Kota Pekalongan dalam melaksanakan otonomi daerah secara administratif diawali dengan melakukan identifikasi kewenangan pemerintah daerah, penataan kelembagaan, penempatan personil, pengelolaan sumber keuangan daerah, pengelolaan sarana dan prasarana (aset daerah), dan manajemen pelayanan publik.

2. Kewenangan dan Tugas Pokok

Sesuai Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa daerah berwenang mengatur dan

(27)

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kewenangan daerah merupakan kewenangan otonomi luas mencakup semua kewenangan pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan bidang lain yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Sedangkan bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah meliputi : pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan tenaga kerja.

Untuk bidang pertanahan sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan, ditarik kembali menjadi kewenangan pusat sehingga untuk Kantor Pertanahan di Kota Pekalongan merupakan instansi Vertikal.

Adapun Tugas dan wewenang serta kewajiban Walikota sebagaimana diatur dalam Undang – Undang nomor 32 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :

TUGAS DAN WEWENANG WALIKOTA ADALAH :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;

b. Mengajukan rancangan Perda;

c. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

d. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;

e. Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;

f. Mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

g. Melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(28)

3. Struktur Organisasi

Pembentukan Organisasi pada Pemerintah Kota Pekalongan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah dan telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Pekalongan.

Dengan peraturan daerah ini dibentuk organisasi perangkat daerah yang terdiri dari :

a. Sekretariat Daerah;

b. Staf Ahli ;

c. Sekretariat DPRD;

d. Lembaga Teknis Daerah, yang terdiri dari;

1. Inspektorat;

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

3. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana;

4. Badan Kepegawaian Daerah;

5. Kantor Lingkungan Hidup;

6. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik;

7. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah;

8. Kantor Ketahanan Pangan;

9. Rumah Sakit Umum Daerah.

e. Dinas Daerah, yang terdiri dari;

1. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; 2. Dinas Kesehatan;

3. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 4. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 5. Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan; 6. Dinas Komunikasi dan Informatika;

7. Dinas Pekerjaan Umum;

8. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

(29)

f. Kecamatan dan Kelurahan, terdiri dari; 1. Kecamatan Pekalongan Barat, terdiri dari :

1.1. Kelurahan Kebulen; 1.2. Kelurahan Medono; 1.3. Kelurahan Podosugih; 1.4. Kelurahan Sapuro; 1.5. Kelurahan Kergon; 1.6. Kelurahan Bendan; 1.7. Kelurahan Kramatsari;

1.8. Kelurahan Kraton Kidul;

1.9. Kelurahan Tirto; 1.10. Kelurahan Tegalrejo; 1.11. Kelurahan Bumirejo; 1.12. Kelurahan Pringlangu; 1.13. Kelurahan Pasirsari.

2. Kecamatan Pekalongan Timur, terdiri dari :

2.1. Kelurahan Landungsari; 2.2. Kelurahan Noyontaan; 2.3. Kelurahan Keputran; 2.4. Kelurahan Kauman 2.5. Kelurahan Sampangan; 2.6. Kelurahan Sugihwaras; 2.7. Kelurahan Poncol; 2.8. Kelurahan Klego; 2.9. Kelurahan Gamer; 2.10. Kelurahan Dekoro; 2.11. Kelurahan Karangmalang; 2.12. Kelurahan Baros; 2.13. Kelurahan Sokorejo.

3. Kecamatan Pekalongan Utara, terdiri dari :

3.1. Kelurahan Krapyak Kidul;

3.2. Kelurahan Krapyak Lor;

(30)

3.4. Kelurahan Panjang Wetan;

3.5. Kelurahan Kraton Lor;

3.6. Kelurahan Dukuh;

3.7. Kelurahan Degayu;

3.8. Kelurahan Pabean;

3.9. Kelurahan Bandengan;

3.10. Kelurahan Panjang Baru;

4. Kecamatan Pekalongan Selatan, terdiri dari :

4.1. Kelurahan Kradenan;

4.2. Kelurahan Banyurip Alit;

4.3. Kelurahan Buaran;

4.4. Kelurahan Jenggot;

4.5. Kelurahan Kertoharjo;

4.6. Kelurahan Kuripan Kidul;

4.7. Kelurahan Kuripan Lor;

4.8. Kelurahan Yosorejo;

4.9. Kelurahan Duwet;

4.10. Kelurahan Soko;

4.11. Kelurahan Banyurip Ageng.

g. Satpol PP dan Lembaga Lain ;

1. Satpol PP; 2. BPMP2T

Gambar

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kota Pekalongan
Tabel  tersebut    menjelaskan  bahwa  sektor  Sekunder  untuk  harga  berlaku  maupun  harga  konstan     mengalami  perkembangan  lebih  cepat  dari  sektor  Primer  dan  Tersier  dari  tahun  2000
GRAFIK I.2 010000002000000300000040000005000000 2009 2010 2011 2012 BERLAKU KONSTAN
Grafik 1.3 Indeks Implisit PDB menurut Sektor di  Kota Pekalongan Tahun 2008 - 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Wahab dan Dahlan (2006) menunjukkan bahwa perlakuan emaskulasi saat bunga jantan merekah memberikan hasil yang lebih tinggi secara

Penyebab kualitas pelayanan asuhan persalinan normal tidak menjadi variabel yang lebih dominan dalam mempengaruhi loyalitas dapat disebabkan karena

Mesin S80ME-C7 milik MAN yang bermesin diesel mengkonsumsi 155 grams (5.5 oz) bahan bakar per kWh dan menghasilkan efisiensi sebesar 54.4%, sehingga

Sebagai naskah Sunda Kuno, Fragmen Carita Parahyangan merupakan salah satu naskah Sunda dari abad XVI Masehi yang berbahan lontar dan ditulis dalam bahasa serta aksara Sunda

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pekon Cipta Mulya Kecamatan Kebun tebu Kabupaten Lampung Barat, mengenai Respon petani terhadap pelaksanaan Program

Taksirkan ciri-ciri alam sekitar yang perlu dipertimbangkan dalam merekabentuk kawasan tambah tanah yang cekap untuk sisa berbahaya.

Temuan penelitian ini, ada tiga permasalahan utama yang teridentifikasi dalam sistem pengelolaan sampah di wilayah pesisir Kenjeran yaitu tidak adanya

Hasil temuan ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Burns bahwa banyak bekas narapidana sungguh-sungguh mencoba untuk memperbaiki tingkah laku mereka, tetapi