• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa setiap daerah diwajibkan untuk menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah baik dokumen rencana tahunan RKPD maupun dokumen rencana jangka menengah lima tahunan (RPJMD) dan jangka panjang dua puluh tahunan (RPJPD).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran tahunan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Batam periode Tahun 2011-2016, oleh karenanya tingkat keberhasilan dari rencana tahunan ini akan menentukan keberhasilan dari pemerintahan selama periode tahun 2011-2016.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang dilakukan dengan bantuan dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Berkenaan dengan hal tersebut, maka RKPD Kota Batam Tahun 2014 menjadi pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun 2014, dalam rangka penyusunan RAPBD Kota Batam tahun 2014 yang penetapannya dilakukan secara bersama-sama dengan DPRD Kota Batam.

Secara normatif penyusunan RKPD Kota Batam tahun 2014 mempunyai tiga fungsi utama yaitu :

1. Fungsi alokasi yaitu pembiayaan untuk kegiatan pembangunan yang tidak mungkin dilaksanakan oleh masyarakat / swasta karena bersifat pelayanan publik seperti penanganan prasarana dasar dan penyediaan infrastruktur;

2. Fungsi distribusi yaitu pembiayaan diarahkan untuk pemerataan, keadilan sosial dan mengurangi kesenjangan, yang antara lain meliputi penanganan masalah kemiskinan, pengembangan wilayah tertinggal dan lainnya.

3. Fungsi stabilisasi yaitu pembiayaan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat serta stabilitas keamanan dan ketertiban.

RKPD Kota Batam Tahun 2014 disusun dengan skala prioritas pembangunan, dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah yang dijabarkan dalam program dan

(3)

kegiatan. Sebagai dokumen perencanaan tahunan maka proses penyusunan RKPD Kota Batam tahun 2014 dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Persiapan penyusunan RKPD meliputi pembentukan Tim Penyusun RKPD, orientasi mengenai RKPD, menyusun agenda kerja, serta penyiapan data dan informasi pembangunan daerah;

2. Penyusunan Rancangan Awal RKPD Kota Batam Tahun 2014

3. Melakukan Musrenbang Kelurahan, Penyusunan Rancangan Renja SKPD, Musrenbang Kecamatan, Pembahasan Rancangan Renja SKPD pada saat pelaksanaan Forum SKPD.

4. Pelaksanaan Musrenbang RKPD tingkat Kota Batam 5. Perumusan Rancangan Akhir RKPD Kota Batam

6. Penetapan Peraturan Walikota RKPD dan Penetapan Renja SKPD

1.1. Dasar Hukum Penyusunan

Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batam Tahun 2014 adalah :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1999 sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3968);

3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4237);

4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

(4)

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); sebagaimana telah diubah dengan UU No 8 tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No 3 tentang Perubahan UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi UU (LNRI 2005/108, TLNRI 4548)

8. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130);

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405 );

12. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4406);

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 140); 16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

(5)

Indonesia Tahun 2005 Nomor 150 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2007 tentang pengelolaan Keuangan Negara/Daerah;

20. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan tugas pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

23. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014

24. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2006 Nomor 2 Seri E Tambahan Lembaran Daerah Nomor 37).

25. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2006 Nomor 7 Seri A); 26. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 16 Tahun 2007

tentang Ketertiban Umum (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2007 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 55);

(6)

27. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 2 Tahun 2009 tentang Kerjasama Pemerintah Daerah dan Badan Usaha (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 58 )

28. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 5 Tahun 2009 tentang Retribusi Penggunaan Tanah dan / atau Bangunan yang dikuasai Pemerintah Daerah untuk Pemasangan Reklame (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2009 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 61);

29. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 8 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan di Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2009 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 64); 30. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 12 Tahun 2009

tentang Retribusi Izin Usaha di Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 66 );

31. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintah yang menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 67 );

32. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 1 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2011 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 71 );

33. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 4 Tahun 2011 tentang Retribusi IMB (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2011 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 74 );

34. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Kota Batam (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2011 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 75 );

35. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Batam Tahun 2011-2016 (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2011 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Nomor 76);

(7)

1.3. Hubungan Antar Dokumen

RKPD Kota Batam Tahun 2014 merupakan dokumen perencanaan teknis tahunan dan merupakan penjabaran tahun ke-tiga dari RPJMD 2011-2016. Penyusunan dokumen RKPD dimaksudkan sebagai upaya untuk mewujudkan perencanaan pembangunan. Oleh karena itu, substansi penyusunan RKPD harus selaras dengan dokumen perencanaan lain.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Batam Tahun 2011-2016 merupakan penjabaran dari visi, misi dan program dari Kepala Daerah terpilih yang penyusunannya antara lain berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Batam Tahun 2005 – 2025, dan merupakan kelanjutan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Batam Tahun 2006-2011.

Secara diagram hubungan antara dokumen RKPD Kota Batam dengan dokumen Perencanaan lainnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(8)

1.4. Sistematika Dokumen RKPD

Penyusunan RKPD Kota Batam Tahun 2014 ini secara hierarki berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I. PENDAHULUAN

Pada bagian ini dijelaskan mengenai gambaran umum penyusunan rancangan awal RKPD agar substansi pada bab-bab berikutnya dapat dipahami dengan baik.

1.1. Latar Belakang

Mengemukakan pengertian ringkas tentang RKPD, Proses penyusunan RKPD, Kedudukan RKPD tahun rencana dalam periode dokumen RPJMD, Keterkaitan antara dokumen RKPD dengan Dokumen RPJMD, Renstra SKPD, Renja SKPD serta tindak lanjutnya dengan proses penyusunan RAPBD

1.2. Dasar Hukun Penyusunan

Memberikan uraian ringkas tentang dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan RKPD, baik yang berskala nasional maupun lokal.

1.3. Hubungan Antar Dokumen

Bagian ini menjelaskan hubungan RKPD dengan dokumen lain yang relevan seperti RPJPN, RPJPD Provinsi, RTRW nasional, RTRW Provinsi, RTRW Kota

1.4. Sistematika Dokumen RKPD

Mengemukakan organisasi penyusunan dokumen RKPD terkait dengan pengaturan bab serta garis besar isi setiap bab didalamnya

1.5. Maksud dan Tujuan

Memberikan uraian ringkas tentang tujuan penyusunan dokumen RKPD dan sasaran penyusunan dokumen RKPD

BAB II. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu menguraikan tentang hasil evaluasi RKPD tahun lalu, selain itu juga memperhatikan dokumen RPJMD dan dokumen RKPD tahun berjalan sebagai bahan acuan.

Capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan menguraikan tentang kondisi geografi demografi, pencapaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan, dan permasalahan pembangunan.

(9)

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

Bagian ini menjelaskan dan menyajikan secara logis gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografis, demografis beserta indikator kinerja Pemerintah Daerah;

2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi

Pada bagian ini dijelaskan kondisi umum geografis daerah, potensi pengembangan wilayah yang dilengkapi dengan table, grafik dan gambar;

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Pada bagian ini dijelaskan kondisi umum kesejahteraan masyarakat sebagai bagian dari indikator kinerja pembangunan secara keseluruhan;

2.1.3 Aspek Pelayanan Umum

Pada bagian ini dijelaskan kondisi umum aspek pelayanan umum sebagai bagian dari indikator kinerja pembangunan secara keseluruhan;

2.2 Permasalahan Pembangunan Daerah

Pada bab ini menjelaskan isu-isu permasalahan Kota Batam yang berhubungan dengan prioritas pembangunan Kota Batam dan permasalahan lainnya yang berhubungan dengan layanan dasar dan tugas fungsi SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Batam.

2.2.1 Permasalahan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah.

2.2.2 Identifikasi permasalahan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah.

2.3 Isu Isu dan Prioritas Pembangunan Nasional

Pada bab ini menjabarkan apa yang menjadi isu permasalahan pembangunan nasional dan yang akan menjadi prioritas pembangunan pada tahun 2014. Materi pembahasan ini tercantum didalam dokumen perencanaan nasional yaitu RPJMN dan RKP 2014

2.3.1 Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) 2015 2.3.2 Isu Kesetaraan Gender

2.3.3 Program Pengentasan Kemiskinan

BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Memuat penjelasan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang antara lain mencakup indikator pertumbuhan ekonomi daerah, sumber-sumber pendapatan dan kebijakan pemerintah daerah yang diperlukan dalam pembangunan perekonomian daerah meliputi pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

(10)

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Mengemukakan tentang arahan nasional dibidang ekonomi yang bersumber dari dokumen RKP (Nasional), RKPD Provinsi dan juga kebijakan dibidang ekonomi yang tertuang dalam dokumen RPJMD Kota Batam.

3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun 2014.

Memuat penjelasan tentang kondisi dan analisis data statistik perekonomian daerah, yang antara lain mencakup: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Inflasi, Sumbangan Sektoral, Tingkat Investasi (termasuk PMA dan PMDN), Ekspor, dan Indikator Pembangunan Daerah Bidang Ekonomi yang tersedia di Daerah.

3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2013 dan Tahun 2014.

Mengidentifikasi tantangan dan prospek perekonomian daerah, khususnya pada tahun berjalan (2013) dan tahun rencana (2014), antara lain dengan terlebih dahulu mengadakan analisis atas kondisi internal (kekuatan dan kelemahan) dan juga kondisi eksternal (peluang dan ancaman) terhadap pencapaian tujuan-tujuan pembangunan daerah, yang dikaitkan dengan hasil analisis subbab 2.1, subbab 2.2 dan subbab 3.1.1.

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Berisikan uraian mengenai kebijakan yang akan ditempuh oleh Pemerintah Daerah berkaitan dengan pendapatan daerah, pembiayaan daerah dan belanja daerah, berdasarkan hasil analisis pada bab III.

3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Hasil analisis kondisi ekonomi daerah dan kajian terhadap tantangan dan prospek perekonomian daerah, selanjutnya dilakukan analisis dan proyeksi sumber-sumber pendapatan daerah dituangkan kedalam tabel Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Daerah,

3.2.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Berisikan uraian mengenai kebijakan yang akan ditempuh oleh pemerintah daerah berkaitan dengan pendapatan daerah, pembiayaan daerah, dan belanja daerah, berdasarkan hasil analisis pada Bab III.

3.2.2.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Memuat penjelasan tentang analisis dan perkiraan sumber-sumber pendapatan daerah berdasarkan realisasi tahun-tahun sebelumnya, yang mencakup Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.

(11)

3.2.2.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah

Berisikan uraian mengenai kebijakan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah, minimal yang terkait langsung dengan pengelolaan Belanja (Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung) dalam APBD.

3.2.2.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Berisikan uraian mengenai kebijakan penerimaan pembiayaan dan kebijakan pengeluaran pembiayaan daerah.

Kebijakan penerimaan pembiayaan yang akan dilakukan terkait dengan kebijakan pemanfaatan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SILPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, penerimaan piutang daerah sesuai dengan kondisi keuangan daerah.

BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

Mengemukakan secara eksplisit perumusan prioritas dan sasaran pembangunan daerah berdasarkan hasil analisis terhadap hasil evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD, identifikasi isu strategis dan masalah mendesak ditingkat daerah dan nasional, rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan.

4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Menjelaskan tentang hubungan visi/misi dan tujuan/sasaran pembangunan 5 (lima) tahunan yang diambil dari dokumen RPJMD

4.2. Prioritas dan Pembangunan

Suatu prioritas pembangunan daerah tahun (n) pada dasarnya adalah gambaran prioritas pembangunan tahun rencana yang diambil dan dikaitkan dengan program pembangunan daerah (RPJMD) tahun rencana.

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

Mengemukakan secara eksplisit rencana program dan kegiatan prioritas daerah yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun rencana (RKPD) dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD. Rencana program dan kegiatan prioritas harus mewakili aspirasi dan kepentingan masyarakat. Diuraikan dari program dan kegiatan yang paling bermanfaat atau memiliki nilai kegunaan tinggi bagi masyarakat.

(12)

BAB VI. PENUTUP

Telah dijelaskan tahapan-tahapan sistematika penyajian rancangan awal pada bab-bab diatas, sehingga memberikan gambaran pemerintah dalam penyusunan RKPD beserta lampiran hasil (kertas kerja).

1.5. Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Batam Tahun 2014 adalah untuk mewujudkan sinergitas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah antar bidang pembangunan dan antar Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangka melaksanakan rencana pembangunan tahunan sebagai penjabaran tahun ke-empat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Batam Tahun 2011-2016.

Tujuan penyusunan dokumen RKPD Kota Batam Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota Batam dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun 2014, RAPBD dan APBD Kota Batam tahun 2014.

2. Menjamin keterkaitan dan konsistensi dokumen RPJMD Kota Batam Tahun 2011-2016 dengan dokumen perencanaan pembangunan tahunan, sekaligus juga sebagai pedoman dalam melihat dan memelihara konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan.

3. Sebagai pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dijajaran Pemerintah Kota Batam dalam memanifestasikan kegiatan pembangunan di Kota Batam dalam menyusun Rencana Kerja Pembangunan (Renja) tahun 2014 dan dalam rangka menjabarkan visi dan misi Walikota Batam, sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergitas pemahaman antar pelaku pembangunan, baik secara lintas ruang (spasial), maupun lintas kegiatan (sektoral).

4. Menyediakan informasi bagi pemenuhan laporan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang perlu disampaikan Kepada Pemerintah Pusat.

(13)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Status dan kedudukan pencapaian kinerja pembangunan daerah berdasarkan indikator-indikator makro pembangunan daerah dan penyelenggaraan urusan wajib / pilihan pemerintahan daerah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1. Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun 2012, RKPD 2013 dan Prediksi Tahun 2014

N o Indikator*) Target Tahun 2013 Target Tahun 2014 Kondisi Yang Dicapai Tahun 2012 Tingkat Pencapaia n Terhadap Target RPJMD (1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pertumbuhan PDRB Atas Dasar

Harga Konstan (%) 7.65 7.80 7.20 96%

2. Laju inflasi Kota Batam 5.00 4.00 2,02

-3. PDRB ADH Berlaku (dalam

trilyun Rp) 58.81 63.60 52.62 97%

4. PDRB ADH Konstan (dalam

trilyun Rp) 35.01 37.86 30.13 93%

5. PDRB Per-Kapita ADH Berlaku

(juta Rp) 46.15 45.14 53.03 112%

6. PDRB Per-Kapita ADH Konstan

(juta Rp) 27.47 26.87 30.36 108%

7. Jumlah Penduduk (jiwa) 1.321.447 1.407.243 1.235.651 -8. Laju Pertumbuhan Penduduk

(%) dari sensus tahun 2010 39.90 49.03 30.86

-9. Angka Partisipasi Murni (APM)

a. SD 97.59 97.98 97.29 92.66

b. SMP 76.9 77.2 76.73 77.51

c. SMU 55.5 56.8 54.90 78.43

10 .

Angka Partisipasi Kasar (APK)

a. SD 112.5 114.2 118.80 93.95

b. SMP 112.3 113.5 111.55 104.25

c. SMU 94.5 96.2 93.54 116.93

11. Angka melek huruf (%) 0.99 0.97 0.9901 99%

12 .

Angka Buta huruf (%) 0.99 0.97 0.99 99%

13 .

Angka rata-rata lama sekolah

10.78 10.79 10.78 120%

14 .

Angka usia harapan hidup

70.91 70.92 70.91

-15 .

(14)
(15)

-2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi 1. Kondisi Geografis Daerah

Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu berada di jalur pelayaran dunia internasional dengan garis lintang dan bujur terletak antara 0° 25’ 29 ”-1° 15' 00” Lintang Utara dan 103° 34'35” - 104° 26' 04” Bujur Timur dengan luas wilayah Kota Batam 426.563,28 Ha, terdiri dari luas wilayah darat 108.265 Ha dan luas wilayah perairan/laut 318.298.28. Wilayah Kota Batam meliputi lebih dari 400 (empat ratus) pulau, 329 (tiga ratus dua puluh sembilan) pulau diantaranya telah mempunyai nama, termasuk di dalamnya pulau-pulau terluar di wilayah perbatasan Negara yang berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Singapura dan Malaysia Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga

Sebelah Barat : Kabupaten Karimun dan Laut Internasional Sebelah Timur : Kabupaten Bintan dan Kota Tanjung Pinang

Gambar 1. Peta Wilayah Kota Batam

Wilayah Kota Batam seperti daerah lainnya di Provinsi Kepulauan Riau, juga merupakan bagian dari paparan kontinental. Pulau-pulau yang tersebar di daerah ini merupakan sisa-sisa erosi atau penyusutan daratan protersier yang membentang dari Semenanjung Malaysia/Singapura di bagian utara sampai dengan pulau Moro dan Kundur serta Karimun di bagian selatan.

Singapura dan Malaysia yang berada di sebelah utara Kota Batam, secara ekonomi makro memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam perekonomian Batam. Letak strategis Batam telah menjadi daya tarik bagi Singapura untuk merelokasikan aktivitas industri mereka ke Batam karena ketersediaan lahan yang cukup dan kemudahan investasi yang diberikan.

(16)

Sebelah selatan Kota Batam berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lingga dan sebelah barat dengan Kabupaten Karimun serta laut internasional, Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan terletak di sebelah timur Kota Batam. Kedua daerah ini memiliki keterkaitan emosional dan kultural dengan Kota Batam. Kota Tanjung Pinang sekaligus merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Riau sehingga menjadi pusat pemerintahan Provinsi. Kota ini juga memiliki potensi wisata yang cukup besar baik wisata bahari dan terutama wisata sejarah.

a. Topografi dan Kemiringan Lereng

Wilayah Kota Batam relatif datar dengan variasi berbukit-bukit di tengah pulau, ketinggian antara 7 hingga 160 mdpl. Wilayah yang memiliki elevasi 0 hingga 7 mdpl terdapat di pantai utara dan pantai selatan Pulau Batam dan sebelah timur Pulau Rempang serta sebelah utara, timur dan selatan Pulau Galang. Sedangkan pulau-pulau kecil lainnya sebagian besar merupakan kawasan hutan mangrove. Wilayah yang memiliki ketinggian sampai 100 mdpl dengan topografi berbukit-bukit yang sangat sesuai untuk kawasan resapan air untuk cadangan air baku, umumnya berada di bagian tengah Pulau Batam, Rempang dan Galang serta Galang Baru.

Wilayah Kota Batam yang memiliki kemiringan lereng 0 – 3% tersebar di pesisir pantai di Teluk Senimba, Teluk Jodoh, Teluk Tering dan Teluk Duriangkang. Wilayah yang memiliki kemiringan lereng 3 – 10% tersebar hampir diseluruh Pulau Batam mulai dari Perbukitan Dangas Pancur di Sekupang dan Tanjung Uncang ke sebelah timur, dari Teluk Jodoh sampai Duriangkang dan terus ke pesisir timur, sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan perkotaan.

Lereng antara 10 – 20% sebagian besar berada di daerah kaki bukit dengan relief relatif rendah tersebar dibagian tengah Pulau Batam dan pulau-pulau besar lainnya. Lereng 20 – 40% sebaran luasnya membentuk jalur sempit di punggung bukit sepanjang Bukit Dangas Pancur dan Bukit Senyum.

Sementara itu wilayah dengan kelerengan di atas 40% berada di sepanjang Bukit Dangas Pancur. Beberapa puncak bukit di Pulau Batam antara lain Bukit Dangas Pancur 169m, Bukit Temiang 179 m, Bukit Senimba 140 m dan Bukit Tiban 110 m.

Kota Batam memiliki 2 (dua) wilayah air tanah yaitu:

(1) Perbukitan lipatan yang terdapat hampir disebagian wilayah.

Wilayah air tanah ini terdapat pada kawasan dengan batuan penyusun berupa batu pasir, batu lempung, fillit, dan kuarsit yang bersifat padu. Umumnya, air tanah tersimpan dalam aquafir berupa rekahan atau secah serta pada material rombakan hasil lapukan batuan padu tersebut dan terdapat pada kedudukan dangkal.

(17)

(2) Air tanah yang terdapat di daerah batuan beku.

Jenis air tanah ini terdapat dibagian timur Pulau Batam yang tersusun oleh granit dan hasil erupsi lainnya. Daerah batuan beku di wilayah Kota Batam terdapat di Pulau Buluh, Pulau Bulan Lintang, Pulau Lengkana, Pulau Sekanak, Pulau Melawa, Pulau Dendang, dan Pulau Air Asam. Batuan penyusun ini terdapat pada daerah batuan beku berupa batu pasir dan batu lempung keras dan bersifat kedap air.

b. Iklim dan Curah Hujan

Kota Batam beriklim tropis dengan suhu minimum pada tahun 2013 antara 21,1 - 23,4 °C dan suhu maksimum berkisar antara 32,0 - 35,1°C. Suhu rata-rata sepanjang tahun 2011 adalah 26,1 hingga 31,6°C. Tekanan udara rata-rata tahun 2012 berkisar antara 1008,8 – 1010,3 mbs dengan tekanan minimum antara 101,2 – 1005,9 mbs dan tekanan maksimum antara 1012,2 – 1016,3 mbs. Kelembabanudara minimum berkisar antara 43-45% dan kelembaban maksimum berkisar antara 97-100%, dengan rata-rata kelembaban berkisar antara 79-86%. Kecepatan angin maksimum 6 knot hingga 32 knot atau kecepatan angin rata-rata sebesar 5 knot. Banyaknya hari hujan selama setahun di Kota Batam pada tahun 2012 adalah 208 hari atau hari hujan di Kota Batam rata-rata perbulan 17 hari dengan curah hujan rata-rata setahun 244 mm. Banyak curah hujan di Kota Batam tergolong tinggi.

2. Gambaran Umum Demografis a. Penduduk

Penduduk Kota Batam bersifat heterogen terdiri dari multi suku yang ada di Indonesia, dengan penduduk aslinya adalah suku Melayu. Penduduk Kota Batam hingga bulan Desember 2012 tercatat sebanyak 1.235.651 jiwa terdiri dari 638.404 jiwa atau 51,67% laki-laki dan 597.247 jiwa atau 48,33% perempuan. Pada tahun 2012 telah terjadi peningkatan pertambahan penduduk sebesar 8,62% yang disebabkan oleh faktor migrasi penduduk ke Kota Batam. Sedangkan seecara rinci sebaran penduduk sampai dengan Maret 2013 menurut jenis kelamin dan kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(18)

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan s/d Maret Tahun 2013

No Kecamatan Jumlah Penduduk Total s/d Maret 2013 Laki-Laki Perempuan 1. Sekupang 78.426 72.142 150.568 2. Batuaji 69.748 64.901 134.649 3. Sungai Beduk 60.732 66.645 127.377 4. Nongsa 35.863 31.097 66.960 5. Batu Ampar 54.178 47.534 101.712 6. Lubuk Baja 58.611 56.460 115.071 7. Bengkong 66.352 62.535 128.887 8. Sagulung 101,754 89.391 191.145 9. Batam Kota 91.611 86.695 178.306 10. Belakang Padang 12.898 12.438 25.336 11. Galang 9.267 8.319 17.586 12. Bulang 6.247 5.806 12.053 Jumlah 645.687 603.963 1.249.650

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam

Sebaran penduduk Kota Batam terpadat sampai pada Maret tahun 2013 masih berada di wilayah Mainland yaitu Kecamatan Sagulung dan Batam Kota sedangkan untuk sebaran jumlah penduduk yang terendah berada pada wilayah hinterland yaitu Kecamatan Bulang dan Galang. Jika dilihat dari komposisi penduduk, ratio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kota Batam adalah 106,89 yang berarti setiap 107 orang penduduk laki-laki terdapat 100 orang penduduk perempuan. Dengan perkataan lain saat ini jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih banyak dibanding penduduk perempuan.

c. Potensi Pengembangan Wilayah

Rencana penggunaan lahan di Kota Batam dilihat dari rencana pola ruang Kota Batam, dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 2.3. Penggunaan Lahan berdasarkan Pola Ruang Kota Batam

No. JENIS PENGGUNAAN LUAS

Ha 1 LINDUNG a. Buffer Jalan 109,000 10.90 b. Genangan 117,100 11.71 c. Hutan Bakau 20,740,000 2,074 d. Hutan Buru 21,660,000 2,166 e. Hutan Kota 119,577,700 11,957.77 f. Hutan Lindung 144,800,000 14,480 g. Hutan Wisata 9,016,000 901.60 h. Waduk 31,070,000 3,107 i. Sempadan Pantai 4,863,000 4,863.30

(19)

2 BUDIDAYA a. Fasilitas Pelabuhan 22,460,000 2,246 b. Fasilitas Umum 23,300,000 2,330 c. Jasa 56,240,000 5,624 d. Kawasan Bandara 12,260,000 1,226 e. KKOP 1,554,000 155,4 f. Wisata 100,600,000 10,060 g. Perikanan 2,381,000 238.13 h. Industrian 129,300,000 12,930 i. Permukiman 182,900,000 18,290 j. Pertanian/Peternakan 138,400,000 13,840 k. Pusat Pemerintahan 667,500 66.75 l. Infrastruktur Jalan 60,634,700 6,063.47 TOTAL KAWASAN BUDIDAYA 730,697,200 73069.72

TOTAL KESELURUHAN 1,082,650,000 108,265

Struktur Ruang Wilayah

- Sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan di Kota Batam sebagai komponen pembentuk struktur ruang wilayah kota dikembangkan dengan Sistem Pusat Kota, Sub Pusat Kota dan Pusat Lingkungan, yang melayani tidak hanya internal Kota Batam dan kawasan perbatasan, namun juga lingkup regional, nasional, dan internasional, sesuai arahan RTRWN dan penetapan Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

- Sistem pusat-pusat pelayanan Kota di Kota Batam yang dilandaskan pada layanan langsung kebutuhan masyarakat dan layanan pendukung pengembangan kegiatan-kegiatan usaha produktif, berdasarkan hirarki dan skala pelayanannya dibedakan atas: - Pusat Kota, yang merupakan pusat pelayanan hirarki ke 1 (satu) untuk pelayanan

lokal seluruh kota, regional, nasional, dan internasional;

- Sub Pusat Kota, yang merupakan pusat pelayanan hirarki ke 2 (dua) untuk pelayanan lokal setingkat wilayah kecamatan; dan

- Pusat Lingkungan (Neighbourhood Services Center), yang merupakan pusat pelayanan hirarki ke 3 (tiga) untuk pelayanan lokal setingkat wilayah kelurahan atau setingkat satuan lingkungan permukiman (neighbourhood unit).

- Dalam jangka waktu Tahun 2011 – 2031, Batam Center merupakan pusat kota dalam sistem pusat pelayanan kota, yang berperan sebagai pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan, jasa dan industri. Sub pusat kota tersebar di beberapa wilayah kota termasuk di P. Rempang dan P. Galang, P. Belakang Padang dan P. Buluh dengan peran

(20)

masing-masing baik sebagai sub pusat pelayanan industri, perdagangan, jasa dan pariwisata.

- Pada Pusat Kota dialokasikan kegiatan-kegiatan pelayanan perkotaan untuk mendukung pengembangan fungsi-fungsi utama wilayah Kota Batam (pemerintahan, perdagangan dan jasa, industri, alih muat angkutan laut, pariwisata, dan lain-lain) serta kegiatan-kegiatan pelayanan tertentu terkait dengan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam yang didukung dengan infrastruktur yang memadai.

- Untuk memperkuat orientasi dan pergerakan eksternal Kota Batam di era persaingan global, struktur ruang wilayah kota dimantapkan melalui peningkatan kualitas layanan dan pengembangan simpul-simpul (outlet) transportasi berupa bandara, pelabuhan laut, dan pelabuhan penyeberangan untuk menciptakan akses regional, nasional, dan internasional yang lebih berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing.

- Arahan RTRWN untuk pengembangan Pelabuhan Internasional Batam sesuai kondisi realistik setempat diterjemahkan sebagai sebuah sistem pelabuhan bebas berskala pelayanan nasional dan internasional dengan dermaga outlet di Pelabuhan Batu Ampar dan Pelabuhan Kabil, yang telah ditetapkan untuk ditingkatkan hirarkinya menjadi “pelabuhan internasional hub” (hub international port).

- Dalam jangka menengah arus pergerakan penumpang dan barang nasional serta internasional masih akan dilayani oleh pelabuhan nasional dan internasional yang ada di P. Batam, namun untuk selanjutnya akan dikembangkan pelabuhan baru pada lokasi yang strategis di P. Rempang dan/atau Galang.

- Untuk menciptakan aksessibilitas yang tinggi antar Pusat Kota dan dengan Sub Pusat Kota, dan ke/dari simpul-simpul (outlet) utama transportasi (Kawasan Primer), serta ke/dari Kawasan-kawasan Sekunder (Kawasan Industri, Kawasan Pusat Pemerintahan, Kawasan Perdagangan dan Jasa, dan lain-lain) dikembangkan jalan tol, jalan lintas atas (flyover), simpang susun (interchange), jalan lintas bawah (underpass), dan jaringan transportasi massal (MRT/LRT) yang dapat berada di atas dan/atau di bawah permukaan tanah/air.

- Untuk menunjang berbagai kegiatan penghidupan dan kehidupan kota, selain sistem jaringan transportasi juga ditingkatkan pengembangan sistem jaringan prasarana dan sarana yang lain yaitu: jaringan energi, jaringan telekomunikasi, jaringan sumber daya air, dan penyehatan lingkungan permukiman.

(21)

Pola Ruang Wilayah

- Pola ruang wilayah Kota Batam dikembangkan secara serasi, selaras dan terpadu dengan struktur ruang wilayah kota, mencakup kawasan-kawasan lindung dan kawasan-kawasan budidaya untuk mendukung kegiatan sosial-ekonomi dan kelestarian lingkungan hidup di wilayah darat dan laut;

- Mengembangkan ragam Ruang Terbuka Hijau Kota (hutan lindung, hutan kota, jalur hijau, taman median jalan, tamankota, taman lingkungan, bumi perkemahan dll) dalam rangka mewujudkan tutupan hijau minimal 30 % dari luas wilayah darat kota, untuk meningkatkan fungsi lindung wilayah kota, peresapan air, pengaturan iklim mikro, dan estetika kota;

- Mengembangkan kawasan-kawasan budidaya sesuai kondisi, potensi, serta karakteristik sumber daya alam dan lahan berdasarkan kriteria lokasi kegiatan dan standar teknik pemanfaatan ruang menurut ketentuan perundang-undangan;

- Mengalokasikan pemanfaatan ruang untuk pengembangan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam di Pusat-pusat Pelayanan Primer sesuai prioritas sektoral PP Nomor 5 Tahun 2011, tahap pertama pada kawasan-kawasan pemanfaatan yang tersedia di P. Batam, selanjutnya ke pulau-pulau yang lain dari delapan pulau yang telah ditetapkan;

- Menciptakan keseimbangan perkembangan dan pemerataan pembangunan antara delapan pulau yang ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dengan pulau-pulau sekitar melalui pengembangan Kawasan Strategis, Kawasan Khusus, dan Kawasan-kawasan Prioritas atau melalui pendekatan Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia (KEKI);

- Memanfaatkan secara optimal areal lahan yang diserahkan pengembang kepada Pemerintah Kota untuk peningkatan fasilitas pelayanan umum dan bangunan pemerintah, secara serasi dan selaras dengan pengembangan pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan dan ruang terbuka hijau kota;

- Mengintensifkan pemanfatan ruang pada kawasan-kawasan budidaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi di P. Batam, P. Rempang dan pulau-pulau yang lain dengan mengarahkan pembangunan secara vertikal;

- Mengendalikan kegiatan reklamasi di kawasan-kawasan pengembangan pantai untuk mengurangi tekanan dan tingkat kerusakan kawasan bukit dan perbukitan di P. Batam, dan melakukan subtitusi bahan timbun dengan pasir darat dan/atau pasir laut; dan

(22)

- Mengembangkan pemanfaatan ruang di wilayah laut secara terpadu dengan wilayah darat dan pesisir untuk meningkatkan keserasian, keselarasan, dan untuk menghindarkan dampak negatif tak diinginkan terhadap lingkungan laut.

(23)
(24)
(25)

d. Wilayah Rawan Bencana

Kota Batam beriklim tropis dengan suhu maksimum berkisar antara 33,2 - 35,1°C dan kecepatan angin maksimum 6 knot hingga 32 knot disamping itu curah hujan di Kota Batam tergolong cukup tinggi dengan karateristik wilayah yang berlembah dan berbukit serta memiliki besarnya luasan wilayah laut serta wilayah pantai, dimana hal ini tentu saja berpengaruh terhadap kejadian rawan bencana di Kota Batam. Kondisi rawan bencana yang sering terjadi di Kota Batam adalah bencana kebakaran, banjir, tanah lonsor, angin puting beliung, bencana gelombang pasang, abrasi pantai dan rawan terhadap pencemaran tumpahan minyak kotor yang terbawa air laut sehingga membawa kerugian khususnya terhadap masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai nelayan.

Namun kejadian rawan bencana di Kota Batam masih dikatagorikan ke dalam bencana lokal dan dapat cepat ditanggulangi dan jarang sampai menimbulkan korban jiwa. Penanggulangan pasca bencana biasanya dilakukan langsung melalui pendirian posko darurat penanggulangan bencana, penyelenggaraan dapur umum, pemberian bantuan pangan, tenda dan bahan bangunan untuk para korban di bawah koordinasi dinas sosial dengan melibatkan pihak terkait antara lain badan pengusahaan kawasan, pihak keamanan, kecamatan, kelurahan serta elemen masyarakat. Langkah-langkah penanggulangan bencana dalam RPJMD Kota Batam diakomodir melalui kegiatan penanggulangan dan penanganan bencana Pemerintah Kota Batam yang dituangkan dalam program pengendalian banjir dan pengamanan tebing/pantai serta program penanggulangan bencana serta jaminan sosial.

Kawasan rawan bencana Kota Batam terdiri dari:

Kawasan Rawan Banjir, yaitu kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana banjir yang disebabkan oleh alam maupun kegiatan manusia secara tidak langsung, yaitu pada dataran di bagian hilir dan muara sungai, serta pada kawasan-kawasan cekungan di sepanjang bantaran sungai;

Kawasan Rawan Longsor, yaitu kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana tanah longsor yang disebabkan oleh alam maupun kegiatan manusia secara tidak langsung, yaitu pada kawasan-kawasan bukit dan perbukitan dengan struktur geologi dan lapisan tanah yang rentan;

Kawasan Rawan Abrasi, yaitu kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana abrasi yang disebabkan oleh alam maupun kegiatan manusia secara tidak langsung, yaitu pada kawasan-kawasan pesisir berombak besar dengan struktur geologi pantai cenderung curam dan rentan, terutama pada kawasan-kawasan pesisir yang menghadap secara langsung ke Selat Malaka dan Laut Cina Selatan; dan

(26)

Kawasan Rawan Gerakan Tanah yaitu kawasan pada jalur-jalur sesar geologi yang berpotensi mengalami bencana gerakan dan atau gempa bumi, yaitu di Pulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru, di Kecamatan Galang, yang bagi perlindungannya diberlakukan sempadan sesar selebar 100 meter (seratus meter) di kiri-kanan garis sesar.

Kawasan Rawan Gelombang Pasang yaitu kawasan yang berada pesisir pantai yang terutama yang menghadap langsung ke Selat Malaka dan Laut Cina Selatan pada musim-musim tertentu rawan gelombang pasang.

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat a. Pola Konsumsi Masyarakat

Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari pola pengeluaran konsumsi masyarakat. Pengeluaran konsumsi digolongkan menjadi dua jenis, yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan. Awalnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan makanan menjadi prioritas utama dalam kehidupan keluarga, dengan meningkatnya pendapatan secara perlahan pengeluaran non makanan akan menggeser pengeluaran untuk makanan. Perubahan ini dapat diartikan sebagai peningkatan kesejahteraan. Dari tabel. 4 dapat dilihat, walaupun sangat lambat, terjadi pergeseran porsi pola konsumsi masyarakat dari makanan ke non makanan.

Tabel 2.4. Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Bulan di Kota Batam Tahun 2008-2012

Tahun RpMakanan% RpNon Makanan% JumlahRp

(1) (2) (3) (4) (5) (6) 2008 1.570.284 41,83 2.183.585 58,17 3.753.869 2009 2010 1.951.441 2.125.598 39,90 37,81 2.939.234 3.494.883 60,10 62,18 4.890.674 5.620.481 2011 2012* 2.303.282 2.547.615 38,51 37,90 3.677.029 4.174.844 61,49 62,10 5.980.311 6.722.459

Sumber : Susenas, BPS Kota Batam * Angka Sementara

Pada tahun 2012, proporsi pengeluaran untuk makanan sebesar 37,90 persen dan non makanan sebesar 62,10 persen, dimana hal ini berarti proporsi pengeluaran untuk makanan di Kota Batam jauh lebih baik dari rata-rata nasional dan pada tahun 2013 dipekirakan juga mengalami hal yang sama yaitu adanya kenaikan konsumsi masyarakat untuk pengeluaran makanan dan pengeluaran non makanan.

(27)

Tabel 2.5. Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Kota Batam Tahun 2009 – Triwulan I Tahun 2013

KELOMPOK PENGELUARAN 2009 2010 2011 2012 2013

Umum

1. Bahan makanan

2. Makanan jadi, minuman rokok dan tembakau

3. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

4. Sandang 5. Kesehatan

6. Pendidikan, rekreasi dan olahraga

7. Transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 1,88 0,27 1,21 0,20 0,62 0,15 0,04 0,61 7,40 12,08 11,75 4,49 11,37 2,87 7,35 0,83 3,76 5,20 3,08 2,88 3,21 3,81 9,95 1,92 0,23 -0,88 0,64 0,58 1,19 0,58 0,17 0,45 1,21 2,35 2,01 1,62 (1,49) 1,38 0,09 (0,22)

Sumber : BPS Kota Batam

b. Pendidikan

Salah satu hal dasar dan menjadi faktor penting yang menunjang kemajuan di bidang pendidikan adalah tersedianya sarana ataupun fasilitas pendidikan, karena akses terhadap fasilitas tersebut memberikan pengaruh tersendiri terhadap tingkat partisipasi sekolah di suatu daerah. Sampai tahun 2012 jumlah bangunan sekolah di Kota Batam sebanyak 837 unit yang terdiri dari 310 unit gedung TK, 317 unit gedung SD/MI, 124 unit gedung SLTP/Mts dan 86 buah gedung SMA/MA/SMK, secara lebih rinci dapat di lihat pada tabel 6.

Tabel 2.6. Banyaknya Fasilitas Pendidikan Menurut Jenis Sekolah di Kota Batam Tahun 2012

Jenis Sekolah Jumlah

(1) (2) TK 310 SD 291 MI 26 SLTP 106 MTs 18 SMA 39 MA 12 SMK 35 Total Fasilitas 837

(28)
(29)

2.1.3 Aspek Pelayanan Umum

a. Standar Pelayanan Minimal Pemerintah Kota Batam

Ketentuan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota dalam penyediaan pelayanan publik merupakan hal yang baru dalam sejarah pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. SPM pada dasarnya merupakan implementasi dari urusan wajib sebagaimana diamanatkan pada pasal 11 ayat (4) UU Nomor 32 Tahun 2004 yang menyatakan “Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah”. Dalam undang-undang tersebut terdapat 33 bidang kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah yang terdiri dari 25 bidang urusan wajib dan 8 bidang urusan pilihan yang selanjutnya dijabarkan lagi dalam PP Nomor 65 Tahun 2005 dan Permendagri Nomot 6 Tahun 2007.

Format Standar Pelayanan Minimal (SPM) memuat tiga materi pokok, yaitu rincian urusan, jenis pelayanan dan indikator pencapaian atau penyelesaian dari aktifitas pelayanan yang dilakukan. Indikator SPM menunjukan derajat pelayanan publik yang semestinya dicapai. Indikator untuk berbagai bidang pelayanan tidak dapat diseragamkan karena jenis pelayanan yang dilakukan tidak sama. Sampai dengan tahun 2011 Pemerintah Kota Batam telah menyusun Standar Pelayanan Minimal di 19 bidang urusan wajib dan 2 urusan pilihan, dan dalam rangka mendukung pencapaian grand design reformasi birokrasi 2010-2025 yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014.

Pemerintah Kota Batam terus berbenah dengan melakukan penataan organisasi, penataan tata laksana manajemen SDM aparatur, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja dan budaya kerja serta terus melakukan peningkatan kualitas pelayanan publik, dimana pada tahun 2011 Pemerintah Kota Batam telah menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) administratif serta analisis jabatan dan beban kerja yang dapat disampaikan sebagai berikut :

- Standar Operasional Prosedur

SOP merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan standar pelayanan dan pelaksanaan kegiatan oleh SKPD untuk mencapai efisiensi dan efektifitas serta transparansi kinerja. SOP selain sebagai pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD juga bisa dipakai sebagai alat penilaian kinerja SKPD berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada SKPD

(30)

bersangkutan sehingga penyelenggaraan pemerintahan menjadi akuntabel. Melalui penyusunan SOP ini diperoleh beberapa manfaat, antara lain, yaitu:

 Membentuk system kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan;

 Adanya gambaran bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku;

 Menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung;

 Sebagai saran tata urutan dari pelaksanaan dan pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan;

 Menjamin konsisten dan proses kerja yang sistematik dan menetapkan hubungan timbal balik antar satuan kerja.

Pada tahun anggaran 2011 Pemerintah Kota Batam telah menyusun sebanyak 75 macam SOP administratif terkait dengan pelayanan yang dilakukan oleh 28 (dua puluh delapan) SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Batam. Terkait pencapaian

grand design reformasi birokrasi 2010-2025 khususnya pada struktur organisasi

Pemerintah Kota Batam, pada tahun 2011 juga telah dilakukan penyusunan analisis jabatan dan beban kerja yang meliputi 225 analisis jabatan struktural dari 1.119 kompetensi jabatan struktural yang ada di struktur jabatan organisasi Pemerintah Kota Batam. Dalam analisis jabatan ini diuraikan tentang berbagai klasifikasi jabatan dan kebutuhan personil dengan memberikan analisis tentang persyaratan-persyaratan dalam menduduki suatu jabatan, yang meliputi : jenjang eselon, klasifikasi minimal golongan pangkat dan ruang, klasifikasi pendidikan yang dibutuhkan, serta persyaratan diklat teknis dan fungsional untuk menduduki suatu jabatan struktural. Penyusunan SOP maupun ANJAB yang telah dilakukan tersebut pada tahun anggaran 2012 masih terus disempurnakan.

b. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

Dalam rangka akuntabilitas pelayanan publik, pemerintah pusat melalui Menteri Negara PAN sejak tahun 2003 telah mengeluarkan Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik melalui Surat Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003, pedoman umum ini kemudian diikuti oleh dua SK Men PAN pada tahun 2004 melalui SK Nomor 25 dan 26 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dan Transparansi Penyelenggaraan Pelayanan Publik. IKM diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat yang dikumpulkan melalui survei

kepuasan masyarakat terhadap unit pelayanan publik. Dengan adanya Penyusunan IKM ini diharapkan akan mampu memberikan gambaran mengenai kualitas pelayanan publik di instansi pemerintah kepada masyarakat. Guna merespon tuntutan masyarakat terhadap

(31)

pelayanan publik tersebut. Pemerintah Kota Batam pada tahun 2010 telah melakukan survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan 13 puskesmas se Kota Batam. Sedangkan pada tahun 2011 objek survei kepuasan masyarakat telah ditingkatkan menjadi 20 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan 38 kelurahan. Hasil survei tingkat kepuasaan masyarakat tahun 2011 ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 2.7. Hasil Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Kota Batam Terhadap Pelayanan SKPD dan Beberapa Kelurahan yang

Dilakukan Pada Tahun 2011

No. Nama SKPD / Unit Pelayanan Nilai

1. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) 75,38 2. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 79,35

3. RSUD Embung Fatimah 73,75

4. Sungai Panas 80,36 5. Baloi Permai 80,47 6. Tanjung Sengkuang 76,73 7. Bonatania 66,85 8. Kabil 80,48 9. Sungai Lekop 77 10. Sekupang 74,03 11. Batuaji 78,23 12. Bulang 79,98 13. Sambau 79,17

14. Kecamatan Batu Ampar 79,24

15. Kecamatan Nongsa 84,25

16. Kecamatan Sekupang 76,95

17 Kecamatan Batuaji 82,66

18 Kecamatan Sagulung 81,15

19 Kecamatan Sungai Beduk 78,01

20 Kecamatan Belakang Padang 83,98

21 Kecamatan Bulang 68,54

22 Kelurahan Tanjung Sengkuang 74,83

23 Kelurahan Lubuk Baja Kota 81,58

24 Kelurahan Tanjung Uma 79,73

25 Kelurahan Sukajadi 75,62

26 Kelurahan Batu Besar 84,76

27 Kelurahan Sambau 78,10

28 Kelurahan Kabil 77,71

29 Kelurahan Ngenang 71,30

30 Kelurahan Sungai Harapan 73,93

31 Kelurahan Tangjung pinggir 80,21

32 Kelurahan Riau 74,14

33 Kelurahan Patam Lestari 80,67

34 Kelurahan Tiban Baru 83,85

35 Kelurahan Tiban Indah 85,08

36 Kelurahan Tiban Lama 76,22

37 Kelurahan Bukit Tempayan 76,44

38 Kelurahan Tembesi 81,41

39 Kelurahan Sagulung Kota 82,39

40 Kelurahan Sei Binti 82,46

41 Kelurahan Sei Lekop 85,16

42 Kelurahan Sei Langkai 80,36

43 Kelurahan Sei Pelunggut 80,92

44 Kelurahan Mukakuning 74,50

45 Kelurahan Duriangkang 74,50

46 Kelurahan Mangsang 77,82

47 Kelurahan Tanjung Piayu 81,15

48 Kelurahan Sekanak Raya 77,44

(32)

50 Kelurahan Pemping 82,08

51 Kelurahan Pecong 78,06

52 Kelurahan Pulau Buluh 68,59

53 Kelurahan Temoyong 68,24

54 Kelurahan Batu Legong 68,75

55 Kelurahan Pantai Gelam 68,34

56 Kelurahan Setokok 68,56

57 Kelurahan Bulang Lintang 68,72

58 Kelurahan Air Raja 76,02

Sumber : Buku Laporan Hasil Survei IKM Kota Batam Tahun 2011

Berdasarkan hasil survei Indeks Kepuasan Masyarakat tahun 2011, objek survei yang dilakukan pada tahun sebelumnya telah menunjukkan adanya perbaikan dan peningkatan kinerja pelayanan pada 13 puskesmas di Kota Batam, dimana penilaian masyarakat terhadap pelayanan puskesmas memperoleh nilai skor yang lebih meningkat.

2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah

Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan bila terdapat peningkatan nilai tambah dari hasil produksi barang dan jasa pada periode tertentu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi daerah tercermin melalui pertumbuhan angka PDRB.

Potensi Unggulan Daerah

Potensi unggulan daerah Kota Batam pada dasarnya dapat dilihat dari komposisi sektor ekonomi yang merupakan bagian nilai yang disumbangkan suatu sektor terhadap total PDRB, yaitu nilai suatu sektor (PDRB suatu sektor) dibandingkan dengan nilai keseluruhan sektor (total PDRB). Komposisi sektor merupakan gambaran awal untuk memahami sektor-sektor manakah yang berpotensi menjadi sektor unggulan dalam memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB suatu daerah. Empat sektor potensi unggulan dari sektor ekonomi yang dominan menyumbangkan andil ke dalam PDRB Kota Batam adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan serta sektor bangunan. Secara rinci potensi unggulan daerah Kota Batam menurut sektor ekonomi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.8. Distribusi Potensi unggulan pada PDRB Kota Batam Tahun 2010 – 2012 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (%)

No. Lapangan Usaha 2010* 2011** 2012***

1 Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 1,13 1,14 1,15

2 Pertambangan dan penggalian 0,12 0,11 0,11

3 Industri pengolahan 58,80 57,85 56,90

4 Listrik, gas dan air bersih 0,77 0,79 0,80

(33)

6 Perdagangan, hotel dan restoran 26,54 27,54 28,54

7 Pengangkutan dan komunikasi 2,71 2,70 2,71

8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 5,74 5,58 5,58

9 Jasa-jasa 1,47 1,45 1,45

Sumber : BPS Kota Batam * Angka Perbaikan ** Angka Sementara

***Angka Sangat Sementara

Dari tabel di atas terlihat bahwa distribusi potensi unggulan PDRB Kota Batam tahun 2012, sektor industri pengolahan masih menjadi sektor unggulan pertama Kota Batam dengan prediksi kontribusi sebesar 56,90%. Sektor unggulan kedua yaitu sektor perdagangan hotel dan restoran diprediksikan mengalami peningkatan dari 27,5% menjadi 28,54%. Sektor unggulan ketiga yang memberikan kontribusi besar dalam PDRB Kota Batam adalah sektor jasa keuangan persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar 5,58% dan sektor ke empat adalah bangunan dengan kontribusi 2,96%.

Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kota Batam dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam, Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2012 ( berdasarkan tahun dasar 2000 )

S e k t o r 2009 2010* 2011** 2012***

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2,93 3,26 7,01 6,68

2. Pertambangan dan Pengalian 1,21 1,31 1,03 1,01

3. Industri 3,73 7,40 5,55 5,31

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,71 4,81 10,24 13,47

5. Bangunan 22,46 11,55 10,37 12,83

6. Perdagangan 7,05 9,01 11,19 12,48

7. Angkutan 2,63 6,00 7,74 7,62

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,85 5,30 6,17 5,87

9. Jasa-jasa 5,63 5,08 3,77 2,87

Kota Batam 4,86 7,77 7,20 7,50

Sumber : BPS Kota Batam Ket : * Angka Perbaikan ** Angka Sementara ***Angka Sangat Sementara

Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kota Batam sebesar 7,20% dan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kota Batam mengalami peningkatan menjadi 7,50% meskipun perkembangan realisasi nilai ekspor Kota Batam pada tahun 2012 mengalami

(34)

penurunan dengan nilai ekspor Kota Batam pada periode tersebut sebesar US$ 10,72 juta dengan pertumbuhan ekspor sebesar -7,16 persen. Begitu juga dengan nilai impor Kota Batam hanya sebesar US$ 9,28 juta dengan pertumbuhan impor sebesar -3,31 persen. Namun neraca perdagangan masih mengalami surplus sebesar US$ 1,44 juta. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kota Batam juga tidak terlepas dari arus investasi yang terus masuk ke Kota Batam sehingga berbagai proyek baru maupun perluasan masih terus dilaksanakan di Kota Batam.

Dari sisi inflasi dapat disampaikan bahwa perkembangan inflasi Kota Batam pada bulan Januari s/d April 2013 sebesar 1,39% mengalami peningkatan dibandingkan dengan inflasi yang terjadi pada periode Januari s/d April 2012 dengan besar inflasi 0,24%. Tingginya inflasi yang terjadi pada periode Januari s/d April 2013 disebabkan terjadinya penurunan yang signifikan dari kelompok pengeluaran bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok pengeluaran untuk sandang.

(35)

Gambar 2.10. Grafik Inflasi Kota Batam Tahun 2006-2012

c. Fasilitas Infrastruktur

 Panjang Jalan dan Kondisi Jalan

Pembangunan Infrastruktur jalan sebagian besar sudah mampu membuka keterisolasian wilayah dan meningkatkan arus lalu lintas orang dan barang sehingga berdampak pada pertumbuhan perekonomian kota. Perkembangan panjang dan kondisi jalan di Kota Batam dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.11 Perkembangan Sarana Jalan di Kota Batam Tahun 2007 s/d 2012 Tahun Y e a r Aspal Asphalted Kerikil Grave Tanah Earth Tidak Dirinci Unspecified Jumlah Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) 2007 883,92 73,00 130,86 - 1.087,78 2008 883,92 73,00 130,86 - 1.087,78 2009 910,00 74,00 103,78 - 1.087,78 2010 922,93 73,00 92,75 - 1.088,68 2011 2012 931,23 947,13 73,00 73,00 84,85 68,95 -1.089,08 1.183,13

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Batam

 Fasilitas Air Bersih.

Sejak bulan November 1995 pengadaan dan pengusahaan air bersih di Pulau Batam dikelola oleh pihak swasta. Kebijakan ini memudahkan pendanaan swasta dalam membiayai sejumlah pekerjaan perbaikan dan pengembangan sistem distribusi

Sumber air bersih yang memasok kebutuhan air di Pulau Batam berasal dari air baku yang terdapat pada beberapa WTP yang tersebar di Kota Batam, antara lain yaitu WTP Sei Baloi, WTP Sei. Ladi, WTP Sei. Harapan, WTP Sei Nongsa, WTP. Muka Kuning, WTP Tanjung Piayu dan WTP Duriangkang, dengan kapasitas desain WTP sebesar

(36)

4.440 liter/detik dimana banyaknya air yang distribusikan pada tahun 2012 adalah :  Rumah Tempat Tinggal dan Instansi Pemerintah 72,97%

 Industri 8,82%

 Badan sosial, Rumah Peribadatan dan Rumah Sakit 2,68%

 Niaga (Hotel, Taurism) 15,02%

 Pelabuhan / Bandara 0,54%

Lokasi Waduk di Kota Batam seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar. 3

Peta Lokasi Waduk di Pulau Batam

Dengan kapasitas produksi sebesar 2.623,37 lt/det. Gambaran kapasitas waduk di Kota Batam dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.12. Kapasitas Air Bersih di Kota Batam

Nama Waduk Volume

( m 3) Kapasitas Desain WTP (Lt/Dtk) Kapasitas/Produksi (Lt/Dtk) (1) (2) (3) (4) 1. Sei Harapan 3.600.000 210 214,59 2. Sei Baloi 270.000 30 28,82 3. Sei Nongsa 720.000 60 61,34 4. Sei Ladi 9.490.000 270 285,60 5. Muka Kuning 12.270.000 310 225,02 6. Duriangkang 78.180.000 3000 1.808,00 7. Rencana Waduk Tembesi 41.876.080 540

-8. Waduk Rempang 5.166.400 -

-9. Waduk Sei Gong - 20

-Jumlah 109.696.400 4.440 2. 623,37

Sumber : BP Kawasan Batam

Perkembangan Kota Batam yang pesat mengakibatkan kebutuhan air yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kota Batam, perkembangan

Sei Harapan Nongsa Sei Ladi Muka Kuning Duriangkang Sei Baloi

(37)

usaha dan industri yang mengharuskan untuk mencari alternatif sumber air baku. Mengingat sumber air baku di Kota Batam berasal dari air permukaan / tadah hujan, maka perlu pengamanan lahan di lokasi Catchment Area.

Tenaga Kelistrikan

Penyediaan ketenagalistrikan di Kota Batam dikelola oleh PT. PLN Batam untuk wilayah Pulau Batam. Sedangkan untuk wilayah pulau-pulau lainnya seperti di Belakang Padang, Pulau Terong, Pulau Pecung, Pulau Buluh, Pulau Kasu, Pulau Karas, Pulau Sembulang dan Pulau Abang penyediaan ketenagakelistrikan dikelola PT. PLN. Cabang Tanjung Pinang. Jumlah tenaga listrik yang dibangkitkan dan daya terpasang di Kota Batam melalui PT. PLN Batam dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel. 2.13

Banyaknya Mesin, kekuatan dan tenaga yang dibangkitkan PT. PLN Batam Tahun 2012

Jumlah Mesin (unit) 78

Daya Terpasang (kW) 441.132

Tenaga Yang Dibangkitkan (kW) 346.150

Pemakaian Sendiri (kWh) 3.313.796

kWh Terjual 1.644.224.231

Susut (kWh) 102.988.431

Pemakaian BBM (liter) 22.337.180

Pemakaian Gas (MMBTU) 14.139.892

Pemakaian Bahan Pelumas (liter) 169.706

Sumber : PLN Batam

Jumlah pelanggan listrik PLN wilayah khusus Batam sampai dengan tahun 2012 sebanyak 237.354 pelanggan dengan daya tersambung 1.006.546 KVA dengan komposisi pelanggan untuk rumah tangga sebesar 81,88% pelanggan jenis usaha sebesar 11,74%, jenis pelanggan umum 6,25% dan pelanggan industri 0,13%. Suplay tenaga listrik di Kota Batam tahun 2012 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Surply Tenaga Listrik Kota Batam Tahun 2012

(38)

Perhubungan Laut

Untuk menunjang lalu lintas orang dan barang serta bongkar muat barang tersedia beberapa penumpang dan pelabuhan kargo untuk sandar kapal dengan kapasitas sampai dengan 150.000 DWT yang terdapat di Pelabuhan Kabil, sedangkan untuk kapasitas kontainer saat ini sebesar 90.000 TEUs di Pelabuhan Batu Ampar yang rencananya akan terus dikembangkan secara bertahap sampai dengan 4.000.000 TEUs. Sedangkan untuk kapasitas sandar kapal saat ini sebesar 35.000 DWT. Berikut kondisi dan lokasi pelabuhan yang ada di Kota Batam dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar. 4

(39)

Untuk menunjang lalu lintas orang saat ini di Kota Batam memiliki beberapa pelabuhan penumpang baik domestik maupun pelabuhan internasional, antara lain Pelabuhan Ferry Sekupang, Pelabuhan Internasional Ferry Batam Center, Pelabuhan Ferry Internasional Nongsa Pura, Teluk Senimba dan Harbour Bay.

Perhubungan Udara

Sarana dan fasilitas perhubungan udara di Kota Batam selama ini dilakukan pada Bandara Hang Nadim Batam yang melayani kegiatan penerbangan dan bongkar muat. Kondisi kapasitas Bandara Hang Nadim Batam dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 2.14

Kapasitas Bandara Hang Nadim

DESKRIPSI UNIT KONDISI SAAT INI PENGEMBANGAN AKHIRRENCANA LANDASAN PACU APRON TERMINAL JENIS PESAWAT KAPASITAS TERMINAL KAPASITAS KARGO KAPASITAS PENYIMPANAN BAHAN BAKAR Meter Type Penumpang per Ton Kilo liter 4025 X 45 110,541

35,122 (2 Lantai 4 Gar Barata) B 747 3,300,000 16,230 52,000 4025 X 45 170,000

88,000 (12 Pasang Gar Barata) B 747

8,300,000 700,000

52,000

Telekomunikasi dan Informasi Sumber : BP Kawasan Batam

(40)

Perkembangan dunia selular beberapa tahun belakangan ini berkembang sangat pesat hal ini ditandai dengan terus meningkatnya penggunaan telepon selular di hampir seluruh pelosok dunia. Pesatnya perkembangan dunia selular juga terjadi di Kota Batam. Meningkatnya penggunaan telepon seluler di Kota Batam bisa dilihat dari banyaknya operator seluler yang beroperasi di Kota Batam dan berjamurnya menara telekomunikasi yang terus bertambah jumlahnya. Provider yang beroperasi di Kota Batam pada tahun 2012 sebanyak 20 provider, dan terdapat 19 penyedia menara dengan jumlah menara telekomunikasi sebanyak 437 menara.

Maraknya keberadaan menara-menara telekomonikasi tersebut disamping memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumennya disisi lain juga menimbulkan dampak terhadap nilai estetika dan keindahan Kota Batam.

Guna meminimalisir keadaan tersebut maka berdasarkan PP Nomor 38 Tahun 2007 Pemerintah Kota Batam bersama dengan pihak-pihak terkait lainnya telah mengupayakan adanya penataan terhadap keberadaan menara-menara telekomunikasi tersebut. Dengan melalui proses yang panjang maka pada tanggal 10 Juli 2009 Dewan Perwakilan Daerah Kota Batam telah mengesahkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 4 Tahun 2009 tentang Menara Telekomunikasi di Kota Batam. Fasilitas Infrastruktur Telekomunikasi dan Informasi di Kota Batam dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.15.Fasilitas dan Infrastuktur Telekomunikasi

NO URAIAN Satuan

A

PSTN dan ISDN Switch

 Sentral Telepon Otomat  Kapasitas Total Sentral

18 Lokasi 111,768 SST B CDMA Switch  Kapasitas Sentral  Jumlah BTS 35.000 CDMA 19 BTS C Kapasitas Jaringan

 Jaringan Kabel Tembaga  Lebar Pita Serat Optik

- Lokal Batam - Ke kota lain melalui Pekanbaru

- Sambungan bawah laut

TIS

 Lebar Pita Radio Gelombang Mikro Dijital

- Lokal Batam

- Ke kota lain melalui Pekanbaru - Ke Singapura

 Lebar Pita Satelit Dijital

98.690 Satuan Sambungan 377,5 Gbps 15 Gbps 12,5 Gbps 350 Gbps 904 Mbps 34 Mbps 560 Mbps 310 Mbps 52 Mbps

(41)

D Penyedia Layanan Internet

TELKOMNET INSTAN INDOSATNET IDOLANET CENTRIN

Sumber : BP Kawasan Batam

Sebaran Infrastruktur Telekomunikasi dan Informasi di Kota Batam dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Sumber : BP Kawasan Batam

Perbankan

Dalam menunjang aktifitas berbagai usaha, bisnis maupun perdagangan, di Kota Batam saat ini telah beroperasi sebanyak 60 bank yang terdiri dari 31 buah bank umum dan 29 buah bank perkreditan rakyat dengan jumlah kantor sebanyak 188 buah yang terdiri dari 145 kantor bank umum dan 43 kantor BPR. Rincian jumlah bank umum dan BPR yang ada di Kota Batam dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel. 2.16 Jumlah Bank dan Kantor Bank di Kota Batam Tahun 2012

Gambar 7

Infrastruktur Informasi di Kota Batam (Layanan

Gambar

Tabel 2.1. Evaluasi Pelaksanaan RKPD Tahun 2012, RKPD 2013 dan Prediksi Tahun 2014
Gambar 1. Peta Wilayah Kota Batam
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan s/d Maret Tahun 2013
Tabel 2.4. Rata-Rata Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Bulan  di Kota Batam Tahun 2008-2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian mengenai sinkronisasi antara Pasal 36 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan terhadap Pasal 23 ayat (1)

[r]

o Menggunakan deteksi kebohongan pada manusia; yaitu sebuah alat atau staff ahli yang mampu menentukan apakah kandidat berbohong atau tidak dengan cara melihat

22 Juli 2015, maka Pokja ULP Koordinator Wilayah di Empat Lingkungan Peradilan Propinsi Sumatera Uatara mengumumkan pemeang pada paket pekerjaan

PUNDARIKA ATMA SEMESTA Direktur Penjualan : DIAN NOVITA. Alamat

Peningkatan liabilitas jangka panjang terutama disebabkan oleh meningkatnya pinjaman jangka panjang setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam satu tahun kepada Bank

Upaya pendekatan lingkungan di wilayah pelayanan Puskesmas Bosnik adalah mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang dilakukan melalui pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes)

Pengolahan data menggunakan sistem yang baru memiliki kelebihan dibanding yang lama, seperti dalam pengolahan data menjadi lebih cepat, data lebih aman karena