• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

5

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Kelelahan (Fatigue)

Kelelahan adalah ketidakmampuan dalam melakukan suatu kegiatan dikarenakan adanya ketidaksiapan dikarenakan kondisi tubuh yang tidak berada dalam posisi maksimal atau bugar. Rasa lelah yang kuat dapat terjadi pada saat tubuh beristirahat dengan baik dan pada saat tubuh beristirahat pada saat melakukan suatu pekerjaan. Dalam proses pemulihannya dibutuhkan waktu istirahat atau waktu tidur yang cukup (Gander, et al., 2009, p. 574).

Kelelahan juga dapat dikatakan sebagai konsep multi dimensi yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan performa dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan yang kompleks. Konsep kelelahan memiliki kapasitas untuk menjelaskan hubungan antara jadwal kerja, perilaku tidur bangun, performa pekerjaan serta resiko dan keamanan dalam bekerja (Noy, et al., 2009, p. 496).

2.2. Faktor dan Gejala Kelelahan

Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Ada beberapa macam kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor-faktor yang berbeda-beda seperti (Wignjosoebroto, 2003, p. 285):

Lelah Otot

Hal ini bisa dilihat dalam bentuk muncul gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan.

Lelah Visual

Lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu objek. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga akan bisa menimbulkan gejala yang sama

Lelah Mental

Datangnya kelelahan bukan diakibatkan secara langsung oleh aktifitas fisik, melainkan lewat kerja mental. Lelah mental ini seringkali pula disebut sebagai lelah otak

Lelah Monotonis

Jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktifitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat menjemukkan Situasi kerja yang monoton dan menimbulkan kebosanan akan mudah terjadi pada pekerjaan-pekerjaan yang dirancang terlalu ketat.

(2)

Kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus menerus dan terakumulasi akan menyebabkan apa yang disebut dengan “lelah kronis”. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti (Wignjosoebroto, 2003, p. 285):

• Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran atau antisosial terhadap orang lain

• Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan

• Depresi yang berat , dan lain-lain 2.3. Karolinska Sleepiness Scale (KSS)

Karolinska Sleepiness Scale adalah skala yang dipergunakan untuk

melihat rate dari subjek yang akan dinilai tingkat kelelahannya berdasarkan skala 1 sampai dengan skala 9. Nilai 1 menunjukkan rasa yang sangat lelah dan nilai 9 menunjukkan rasa yang sangat mengantuk, berusaha untuk tidak mengantuk, berusaha untuk tetap berada dalam posisi bangun. Pasien atau subjek akan diberikan penjelasan untuk setiap nilai 1 sampai 9 yang ada. Dengan semakin besar nilainya, menunjukkan bahwa pasien atau subjek berada dalam posisi mengantuk. Tingkat kelelahan KSS dapat dijelaskan sebagai berikut (Schleicher, Galley, Briest, & Galley, 2008, p. 3):

1. Terlalu Waspada 2. Sangat Waspada 3. Waspada 4. Cukup Waspada

5. Tidak waspada dan tidak mengantuk 6. Menunjukkan pertanda mengantuk

7. Mengantuk, namun tidak menunjukkan usaha agar tetap waspada 8. Mengantuk, namun berupaya untuk tetap waspada

9. Sangat mengantuk, sangat berupaya untuk tetap waspada

Validasikan yang dimiliki oleh KSS mengindikasikan bahwa rasa kantuk dapat diukur secara signifikan sama seperti pengukuran tingkat kantuk menggunakan electroencephalogram (EEG) dan electrooculogram (EOG). Dengan kata lain, semakin tinggi nilai KSS maka akan menurunkan performa yang akan dilakukan, dan performa ini sendiri dapat diukur dengan task

(3)

2.4. Psychomotor Vigilance Task (PVT)

PVT dikembangkan berdasarkan neurocognitive assay yang bertujuan untuk memahami dan menganalisa perubahan yang terjadi dalam proses interaksi pada saat berkendara dan pengaruhnya terhadap rasa kantuk. PVT menggunakan waktu tertentu yang digunakan untuk mengamati perubahan yang terjadi berdasarkan sinyal-sinyal yang diberikan. PVT menggunakan test yang mudah dengan mengamati Reaction Time (RT), dengan RT ini akan dilihat jenjang perubahan antara waktu yang sudah didapatkan. PVT hanya membutuhkan warna-warna yang tertentu yang akan digunakan dan prosesnya adalah dengan menekan tombol tertentu apabila stimulus tersebut muncul. Waktu yang didapatkan pada saat menekan tombol akan didapatkan waktu tercepat, waktu terlama dan rata-rata nya (Dorrian, Rogers, & Dinges, 2005, p. 43).

2.5. Charts

Diagram ini menjelaskan penggambaran berdasarkan data yang sudah didapatkan, dan akan diperhitungkan batas atas dan batas bawah dari suatu jarak data yang sudah dapat ditentukan (Montogomery, 2209, p. 251)

• UCL

Data terbesar yang dapat diterima berdasarkan karakteristik data yang ada

Penjelasan

= nilai rata-rata dari keseluruhan data pada kategori tertentu

A3 =

C4 = Angka yang didapatkan berdasarkan tabel quality control n = jumlah data

• Central Line

Nilai rata-rata yang didapatkan berdasarkan data yang ada

• LCL

Data terkecil yang dapat diterima berdasarkan karakteristik data yang ada

Penjelasan

(4)

A3 =

C4 = Angka yang didapatkan berdasarkan tabel quality control n = jumlah data

2.6. Decision Support System (DSS)

Suatu sistem pendukung pengambilan keputusan (decision support

system) adalah suatu sistem yang membantu seorang manajer atau

sekelompok kecil manajer memecahkan satu masalah. DSS contohnya dapat membantu seorang manajer penjualan, menentukan tingkat komisi terbaik bagi para tenaga penjualannya (Mcleod,Jr & Schell, 2008).

Decision support system adalah suatu istilah umum terhadap suatu

aplikasi yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam melakukan pengambilan keputusan. DSS juga dapat dikatan sebagai suatu informasi yang sudah terkomputerisasi sehingga dapat mendukung aktifitas pengambilan keputusan (Power, 2009).

Decision Support System adalah sebuah sistem informasi yang bersifat

interaktif dan bertindak sebagai sistem penyokong dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang didasari oleh informasi. (Krishnamuti, 2008, p85).

2.7. Decision Support System (DSS) Component

Secara garis besar, DSS dibangun oleh tiga komponen besar, yaitu (Druzdel & Flynn, 2002):

Database Management System (DBMS)

DBMS dipergunakan sebagai bank dari seluruh data yang akan digunakan. Seluruh data yang memiliki kuantitas besar dan relevan dalam hal yang berkaitan dengan DSS.

Model-base Management System (MBMS)

Suatu model yang mempresentasikan permasalahan ke dalam format kuantitatif (model matematika sebagai contohnya) sebagai dasar simulasi atau pengambilan keputusan, termasuk di dalamnya tujuan dari permasalahan, komponen-komponen terkait, batasan-batasan yang ada, dan hal terkait lainnya.

Dialog Generation and Management System (DGMS)

Dibutuhkan wawasan yang lebih mendalam untuk memahami interaksi antara DBMS dengan DSS. Dikarenakan ada saja manajer yang tidak memahami atau menguasai komputer secara mendalam. DSS harus didukung dengan penampilan antarmuka aplikasi yang mudah digunakan. Antarmuka ini harus dapat memberikan penjelasan

(5)

tentang pengolahan data dan dapat memberikan pengembangan terhadap wawasan mengenai DSS. Yang terpenting dari antarmuka adalah membuat pengguna dapat memanfaatkan DSS dan mendapatkan keuntungan dalam penggunaan DSS.

Gambar 2.1 The Architecture of a DSS

2.8. Rich Picture

Rich Picture adalah penggambaran sistem atau situasi dengan

menggunakan gambar-gambar. Gambaran keseluruhan dari orang, objek, proses, struktur, dan masalah pada keseluruhan proses bisnis yang ada di perusahaan.

Rich Picture digunakan untuk menggambarkan keseluruhan proses

bisnis secara jelas dengan gambar dan hubungan antar gambar tersebut dengan penjelasan singkat agar orang yang melihat dapat dengan mudah untuk mengerti dan memahami maksud dari gambar tersebut.

2.9. Activity Diagram

Activity Diagram adalah sebuah proses urutan atau langkah-langkah

transaksi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Alur kerja yang terdapat di

activity diagram ini dapat saja sederhana ataupun rumit. Alur kerja yang

rumit akan memiliki proses urutan yang banyak, berbeda dengan alur kerja yang sederhana biasanya memiliki proses urutan yang sedikit. Kelebihan dari diagram ini adalah dapat menggambarkan proses dari alur kerja dengan sangat baik sehingga akan menjadikan sebuah kekuatan mekanisme komunikasi antara proyek dengan pengguna (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 141).

2.10. Event Table

Untuk mengidentifikasi sebuah use case memerlukan penggunaan

event didalamnya. Sebuah event table terdapat baris dan kolom, yang

menggambarkan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya serta penjelasan dari masing-masing kegiatannya. Dalam event table terdapat baris yang mencatat mengenai informasi dari sebuah event dan event tersebut dinamakan

use case (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 168).

Model Base

Database Us

(6)

2.11. Use Case Diagram

Use case adalah aktivitas yang dilakukan oleh sistem.

Pendokumentasian di dalam use case dinamakan use case diagram. Use case

diagram adalah sebuah model grafik informasi tentang pelaku sistem dan use cases. Dalam hal analisis, seorang pengembang sistem tersebut harus dapat

melihat secara keseluruhan dari sistem sehingga dapat mengidentifikasi secara keseluruhan dari fungsi utama (Satzinger, Jackson, & Bur, 2010, p. 244).

2.12. Use Case Description

Use case dan event table adalah gambaran untuk semua use cases

pada sebuah sistem. Kemudian informasi yang terdapat dalam use case akan diperinci di dalam Use case description. Use case description adalah penjelasan yang lebih terperinci dari masing-masing use case (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 171).

2.13. Domain Class Diagram

Domain calss diagram dibuat untuk memperlihatkan kelas-kelas dari

objek sebuah sistem yang dimana di dalam kelas-kelas tersebut berisi entitas. Gambar domain class diagram, tedapat dua bagian yaitu bagian atas merupakan nama kelas dan bagian bawah merupakan nama dari atribut kelasnya (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 187).

2.14. Update Design Class Diagram

Diagram ini adalah tahap lanjut dari first-cut class diagram dengan melakukan penambahan methods, yaitu constructor methods, data get and set

methods dan use case specific methods (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p.

457).

2.15. State Transitions Diagram

Diagram ini dipergunakan untuk memelihara sebuah informasi yang terkait dengan status dari suatu objek. State adalah kondisi suatu objek yang dapat berubah menjadi aktif apabila mengalami kinerja, tindakan ataupun kegiatan. Transition adalah perpindahan transisi dari satu state menuju state yang lainnya (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 260).

2.16. System Sequence Diagram

Dalam hal ini, diagram ini memiliki kesamaan dengan usecase namun perbedaan yang dimiliki adalah dengan memperlihatkan sebuah interaksi antara personal dengan sistem. Dalam diagram ini, aktor pada usecase akan melakukan proses yang berkaitan dengan sistem, bermulai dengan mengambil

(7)

data dan mengganti data lama menjadi yang baru (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 260).

2.17. Completed Three-Layer Sequence Diagram

Dalam diagram ini akan menampilkan kelas dengan tiga lapisan. Sehingga jalur dari data yang berjalan akan terlihat dngan jelas. Pada bagian pertama adalah view layer classes untuk tampilan menu¸ business layer untuk objek dan controller sebagai kelas (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 435).

2.18. Design of User Interface

Bagian ini akan menjelaskan perancangan tampilan antarmuka untuk aplikasi yang dirancang (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010, p. 435).

2.19. Analytical Hierarcy Process (AHP)

Proses analisis bertingkat (analytical hierarcy process – AHP) merupakan metode untuk membuat urutan alternatif-alternatif keputusan dan memilih yang terbaik pada saat pengambilan keputusan AHP merupakan proses menghitung nilai angka untuk memberi peringkat pada setiap alternatif berdasarkan sejauh mana alternatif tersebut memenuhi kriteria pembuatan keputusan. Proses matematis secara umum yang tercakup dalam AHP adalah menetapkan preferensi pada tiap tingkat hirarki.

Untuk menentukan nilai tiap alternatif pada AHP pengambilan keputusan, perlu menggunakan perbandingan berpasangan (pairwise

comparison). Pada perbandingan berpasangan pembuat keputusan

membandingkan dua alternatif (yaitu, sepasang) berdasarkan suatu kriteria tertentu dan mengidentifikasikan suatu preferensi. Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan skala preferensi (preference scale), yang memberikan angka numerik untuk setiap tingkat preferensi.

Standar skala preferensi yang digunakan AHP, seperti terlihat pada tabel dibawah, telah ditentukan oleh peneliti yang berpengalaman di bidang AHP untuk digunakan sebagai landasan yang layang dalam membandingkan dua alternatif. Tiap tingkat pada skala dibuat berdasarkan perbandingan dua alternatif.

Tabel 2.1. Skala Preferensi Perbandingan Berpasangan

Tingkat Preferensi Nilai Angka

Sama disukai 1

Sama hingga cukup disukai 2

Cukup Disukai 3

Cukup hingga sangat disukai 4

Sangat disukai 5

Sangat disukai hingga amat sangat disukai 6

Amat sangat disukai 7

Amat sangat disukai hingga luar biasa disukai 8

(8)

Gambar

Tabel 2.1. Skala Preferensi Perbandingan Berpasangan

Referensi

Dokumen terkait

Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan baru

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan 2 metode pengumpuluan data, adapun dua teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kualitatif menggunkan observasi

‘Juanek finki moztu zuen tipula, baina Mariak lodiki egin zuen.’ (F&A 2016).. Do so eta lo hizo anaforek ordezkatzen dituzten elementuen artean ez dago

Berangkat dari hasil evaluasi terhadap kerusakan bangunan yang timbul akibat bencana alam tersebut, makalah ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan kegagalan bangunan

Jumlah volume obat yang tidak praktis/sukar dapat diberikan dalam

15.04 Sosialisasi Perizinan dan Promosi Investasi Tersosialisasinya Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu baik PMA maupun PMDN

The exchange of braking energy between the trains: Determinist analysis and proposal of a probabilistic one. ARTICLE · JANUARY 2010

Dari kajian di atas dapat disimpulkan bahwa tasawuf di pulau Jawa dikenal dengan istilah kebatinan. Ajaran kebatinan inipun berbeda-beda namun memiliki tujuan yang