• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDEKS TENDENSI KONSUMEN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

No. 22/05/31/Th. XVIII, 4 Mei 2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

TRIWULAN I TAHUN 2016

A. Penjelasan Umum

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini

yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan

indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan

perkiraan triwulan mendatang.

Jumlah sampel STK di Provinsi DKI Jakarta pada triwulan I-2016 ada sebanyak 880 rumah

tangga yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota. Sebanyak 820 rumah tangga dapat menjadi

responden yang aktif, sementara sisanya yaitu 60 rumah tangga Non-Response. Responden

STK mulai triwulan I-2016 dipilih pada strata blok sensus kategori sedang dan tinggi

berdasarkan wealth index dan merupakan subsampel dari Survei Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas). Pemilihan sampel dilakukan secara panel antar triwulan untuk memperoleh

gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antar waktu. Pada saat

yang sama juga dilakukan penyempurnaan kuesioner dan cara penghitungan indeksnya.

B. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2016

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di DKI Jakarta pada Triwulan I-2016 sebesar 105,20 yang

artinya kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan I-2016 secara umum dikatakan

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Akan tetapi, tingkat optimisme triwulan

pertama 2016 masih lebih rendah dibandingkan dengan Triwulan IV-2015 (ITK = 106,64).

Meningkatnya kondisi ekonomi yang dirasakan oleh konsumen pada triwulan tersebut

didorong oleh persepsi mereka akan adanya peningkatan pendapatan rumahtangga serta

tidak adanya pengaruh inflasi terhadap total pengeluaran. Sementara menurut hasil

survey ini, terlihat bahwa volume konsumsi barang dan jasa terjadi sedikit penurunan

walaupun tidak terlalu signifikan.

C. Perkiraan Ekonomi Konsumen Triwulan II-2016

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di DKI Jakarta pada Triwulan II-2016 diperkirakan sebesar

110,11. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar konsumen merasa bahwa kondisi

ekonomi pada periode triwulan mendatang akan jauh lebih baik dibandingkan dengan

periode pada saat pencacahan. Tingkat optimisme konsumen pada periode triwulan

kedua tahun 2016 tersebut bahkan lebih tinggi dibanding triwulan pertama 2016.

Perbaikan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan kedua 2016 utamanya dipicu oleh

ekspektasi akan adanya peningkatan pendapatan rumahtangga mendatang yang diikuti

juga dengan adanya rencana pembelian barang-barang tahan lama.

(2)

1.

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I Tahun 2016

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di DKI Jakarta pada Triwulan I-2016 adalah sebesar 105,20 yang artinya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan tersebut secara umum dikatakan meningkat dibandingkan triwulan akhir tahun 2015. Namun berdasarkan nilai ITK kedua periode tersebut, tingkat optimisme konsumen pada Triwulan pertama 2016 sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat optimisme pada Triwulan IV-2015.

Tabel 1. Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk Triwulan IV

2015

Triwulan I 2016

(1) (2) (3)

 Pendapatan rumah tangga 109,83 106,34

 Pengaruh inflasi terhadap total pengeluaran rumahtangga 100,85 107,21

 Tingkat konsumsi bahan makanan/minuman, makanan/minuman jadi, rokok, tembakau, makan di restoran/rumah makan, dan bukan makanan (pakaian, pulsa HP, rekreasi/hiburan, akomodasi, transportasi, perawatan kesehatan dan kecantikan)

106,40 99,92

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 106,64 105,20

Berdasarkan variabel pembentuk ITK, membaiknya ekonomi konsumen (nilai indeks di atas 100) pada periode Trwiwulan I-2016 ini didorong oleh hampir seluruh komponen pembentuk indeks yaitu adanya peningkatan pendapatan kini rumahtangga (nilai indeks 106,34), diikuti oleh komponen meningkatnya konsumsi barang dan jasa (nilai indeks 107,21). Sementara menurut hasil survey tersebut, besarnya indeks pengaruh inflasi terhadap total pengeluaran adalah sebesar 99,92 atau sedikit berada dibawah nilai 100. Hal ini dapat diartikan bahwa ada pengaruh inflasi terhadap total pengeluaran konsumen namun pengaruhnya tidak terlalu signifikan.

Peningkatan pendapatan yang dirasakan oleh konsumen salah satunya disebabkan oleh meningkatnya tunjangan pegawai pemerintah di ibukota baik pemerintah daerah maupun pusat yang sedikit banyak menjadi pemicu sektor usaha lainnya, khususnya pada kelompok sektor jasa. Kenaikan tunjangan kinerja pada PNS di beberapa lembaga dan kementerian serta PNS Pemprov DKI Jakarta menjadi pemicu tingginya optimisme konsumen di DKI Jakarta.

Kondisi harga barang dan jasa selama Triwulan I-2016 menurut Indeks Harga Konsumen (IHK)1, secara

umum menunjukkan inflasi komulatif yang relatif stabil yaitu sebesar 0,32 persen. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Januari 2016 yang mencapai 0,24 persen yang dipicu oleh kenaikan harga bahan makanan. Namun berdasarkan survei tendensi konsumen pada triwulan pertama tahun 2016 justru volume konsumsi masyarakat sedikit berpengaruh meskipun pada triwulan ini inflasi IHK cenderung rendah bahkan sempat terjadi deflasi pada bulan Februari 2016. Penuruanan daya beli masyarakat ditunjukkan melalui nilai indeks volume konsumsi kurang dari 100 (indeks = 99,92). Namun karena nilainya secara statistik tidak signifikan yaitu hanya lebih kecil 0,08 point terhadap angka 100 maka dapat dikatakan penurunan daya beli tidak terlalu signifikan atau hanya dirasakan oleh beberapa konsumen saja.

Komponen ITK yang mengalami peningkatan yang paling tinggi adalah pada komponen Pengaruh Inflasi Terhadap Total Pengeluaran Rumah Tangga. Nilai indeks komponen tersebut mencapai 107,21 yang artinya ada optimisme masyarakat yang cukup tinggi bahwa inflasi atau kenaikan harga tidak akan mempengaruhi mereka dalam hal mengkonsumsi barang dan jasa.

(3)

Komponen ITK Volume/frekuensi konsumsi pada Triwulan I-2016 mengalami penurunan namun nilainya tidak jauh dari nilai 100 artinya ada pengaruh namun tidak terlalu signifikan. Angka indeks pada komponen tersebut menunjukkan nilai yang lebih rendah dibanding Triwulan IV-2015 yaitu dari 106,40 menjadi 99,92. Optimisme masyarakat yang menurun di DKI Jakarta menurut komponen jumlah dan frekuensi barang dan jasa yang dikonsumsi mengindikasikan bahwa masyarakat mengurangi konsumsinya setelah pada akhir tahun 2015 mereka melakukan konsumsi yang cukup tinggi seperti kebiasaan masyarakat pada umumnya di setiap akhir tahun. Meskipun pada selama periode triwulan pertama tahun 2016 hanya terjadi inflasi sebesar 0,32 persen atau dapat dikatakan harga rahga secara umum tidak mengalami perubahan yang berarti, namun optimism konsumen dalam melakukan konsumsi tidak terlalu tinggi. Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor di Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil triwulan I tahun 2016 masih melanjutkan tren penurunan dalam tiga tahun terakhir. Tren penjualan mobil tahunan awal tahun ini, menurut data Gaikindo, hanya terealisasi 267 ribu unit kendaraan atau turun 5,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu2. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat masih menahan

diri untuk mengkonsumsi barang dan jasa. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam rilisnya juga menyatakan bahwa kondisi ritel pada triwulan pertama tahun 2016 masih lesu. Hal ini merupakan kelanjutan dari keluseuan di akhir tahun 20153. Namun demikian, tingkat konsumsi makanan pada periode tersebut tetap

menunjukkan level optimisme yang cukup tinggi (lihat tabel 2).

Pada tabel 2 di bawah, angka indeks kelompok makanan triwulan I-2016 yang bernilai di atas 100 menunjukkan tingkat optimisme konsumsi masyarakat yang tinggi, namun masih dibawah tingkat optimisme pada triwulan sebelumnya. Konsumsi bahan makanan masih menjadi pendorong tingginya optimisme konsumen di DKI Jakarta diikuti juga oleh konsumi makanan jadi di restoran dengan nilai indeks masing-masing sebesar 127,25 dan 118,95. Sementara itu, pada kelompok non-makanan di triwulan pertama tahun 2016, nilai indeksnya cenderung melemah. Pada periode tersebut, secara agregat masyarakat mengurangi konsumsi barang non-makanan yang ditunjukkan dengan besaran nilai indeks yang berada di bawah 100. Angka indeks pada seluruh sub-kelompoknya bahkan lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sub kelompok rekreasi dan hiburan menunjukkan penurunan yang paling tinggi yaitu sebesar 14,05 poin. Sementara secara total kelompok non-makanan di triwulan pertama tahun 2016 ini, tingkat optimismenya lebih rendah 6,71 poin dibandingkan triwulan sebelumnya.

Tabel 2. Indeks Konsumsi Komoditi-Komoditi

2http://katadata.co.id/infografik/2016/04/26/penjualan-mobil-tw-i2016-merosot-kecuali 3http://print.kompas.com/baca/2016/05/02/Triwulan-I-Perdagangan-Ritel-Masih-Lesu

Kelompok Barang dan Jasa Triwulan IV - 2015 Triwulan I – 2016

(1) (3) (3)

A. Indeks Makanan 127,04 123,10

1. Bahan makanan 133,36 127,25

2. Makanan jadi di restoran/rumah makan 120,71 118,95

B. Indeks Non Makanan 100,50 93,29

3. Pakaian 99,75 90,20

4. Komunikasi (Pembelian Pulsa HP) 119,83 115,05

5. Pendidikan 103,53 100,80

6. Rekreasi/Hiburan 86,20 72,15

7. Akomodasi (Hotel/Penginapan) 78,27 66,72

8. Transportasi 127,95 119,80

9. Perawatan Kesehatan dan Kecantikan 87,99 88,32

(4)

2.

Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II Tahun 2016

Perkiraan nilai ITK di DKI Jakarta pada Triwulan II-2016 akan mencapai 110,11, artinya kondisi ekonomi konsumen diprediksi akan semakin meningkat. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa tingkat optimisme konsumen diperkirakan lebih tinggi dibanding Triwulan I-2016 yaitu periode berjalan pada saat pencacahan. Optimisme konsumen ini didorong oleh pendapatan konsumen yang diperkirakan akan membaik serta rencana pembelian barang-barang tahan lama. Perkiraan peningkatan pendapatan pada periode mendatang tersebut salah satunya yaitu akan mulai memasuki bulan Ramadhan pada awal bulan Juni 2016 atau di akhir triwulan yang akan dating. Pendapatan pelaku usaha dari penjualan bahan makanan dan kebutuhan hidup lainnya akan meningkat tajam pada periode tersebut. Adanya pembayaran THR di akhir bulan Juni 2016 juga ditengarai menjadi faktor kunci dalam peningkatan optimisem konsumen yang cukup tinggi pada periode tersebut.

Tabel 3. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2016 Menurut Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk Nilai Indeks

(1) (2)

- Perkiraan pendapatan rumahtangga mendatang 110,60

- Rencana pembelian barang-barang tahan lama, (elektronik, perhiasan, perangkat komunikasi, meubelair, peralatan rumahtangga, kendaraan bermotor, tanah, rumah), rekreasi, dan pesta/hajatan

109,25

Indeks Tendensi Konsumen Mendatang 110,11

3.

Perbandingan ITK Regional

Kondisi ekonomi konsumen yang membaik pada Triwulan I-2016 terjadi di seluruh kawasan Jawa-Bali. Diantara 7 provinsi di kawasan tersebut, Provinsi Bali merupakan provinsi dengan tingkat optimisme konsumen tertinggi diikuti oleh konsumen di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur dengan nilai indeks masing masing sebesar 108,40 ; 107,96 ; dan 105,38. Sementara DKI Jakarta berada urutan kelima (Lihat grafik 1). Secara total, hanya ada satu povinsi di kawasan Jawa-Bali yang nilai indeknya berada di bawah nilai ITK nasional yaitu Jawa Tengah.

Grafik 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan I-2016 Nasional dan 7 Provinsi di Jawa dan Bali

108.40 107.96

105.38 105.25 105.20

104.03

100.28

Bali DI Yogya Jatim Banten DKI Jakarta Jabar Jateng

Nasional: 102,89

(5)

Kondisi ekonomi konsumen diperkirakan lebih baik pada Triwulan II-2016 dan ini terjadi di seluruh kawasan Jawa dan Bali. Diantara 7 provinsi di kawasan tersebut, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan angka ITK tertinggi pada perkiraan di triwulan mendatang, kemudian diikuti oleh DKI Jakarta dan Jawa Timur dengan nilai indeks masing-masing 123,60 ; 110,11 ; dan 109,03. Sementara yang terendah adalah Provinsi Jawa Barat dengan nilai indeks 104,51 (Lihat Grafik 2). Menurut survei, tingkat optimisme konsumen Jawa Barat pada Triwulan II-2016 yang akan dating lebih rendah dibandingkan tingkat optimism secara rata-rata nasional pada periode tersebut.

Grafik 2. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II-2016 Nasional dan 7 Provinsi di Jawa dan Bali

123.60

110.11

109.03 108.95

107.41 107.01

105.78

DI Yogya DKI Jakarta Jatim Bali Jateng Banten Jabar

Nasional: 106,56

(6)

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

Informasi lebih lanjut hubungi:

Syarifuddin Nawie, S.Si., ME.

Bidang Neraca Wilayah & Analisis Statistik

Telepon

:

021-31928493, ext. 600

Fax

:

021-3152004

e-mail

:

bps3100@.bps.go.id

Homepage

:

http:// jakarta.bps.go.id

Gambar

Tabel 1. Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya
Tabel 2. Indeks Konsumsi Komoditi-Komoditi
Tabel 3. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2016 Menurut Variabel Pembentuknya
Grafik 2. Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan II-2016   Nasional dan 7 Provinsi di Jawa dan Bali

Referensi

Dokumen terkait

Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Total Produksi Padi Sawah Menurut Kecamatan Tahun 2011 Harvest Area, Average Production, and Total Production of Wetland Paddy per Districts

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan petunjuk, kekuatan, dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 70 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

Sebenarnya perbedaan penyebutan ini tidak menjadi masalah yang berarti, karena hal ini adalah perbedaan kebiasaan para ulama dan tidak mendatangkan perbedaan

Hasil penelitian yang diperoleh adalah hasil belajar peserta didik sebelum penerapan model pembelajaran inquiry berada pada kategori rendah dengan nilai rata- rata yaitu

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

235 DR FARAH NURWAHIDA BINTI SHAHRIN KLINIK KESIHATAN PEKAN NENAS PONTIAN 236 DR ABDUL HADI BIN ABDULLAH KLINIK KESIHATAN KAYU ARA PASONG PONTIAN 237 DR MOHD SAIFULLAILY BIN SUNI

  Zaman  Wilayat  di  mana  para  aulia  menunjukkan  manusia  jalan  kepada  Allah  s.w.t  sehingga  akhir  zaman.  Bila  zaman  Nubuwwah  berakhir,  maka  dari