• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) TERHADAP ASPEK KETERAMPILAN BERBICARA PADA

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD MATTOANGIN II KELURAHAN MATTOANGIN KECAMATAN

MARISO KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program studi Pendidikan Guru Sekolah DasarFakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

CHAERIANI NIM 10540 9166 14

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : CHAERIANI

NIM : 10540 95166 14

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing terhadap

Aspek Keterampilan Berbicara pada ata Pelajaran Belajar Bahasa Indonesia Kelas V SD Mattoangn 2 Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya ajukan kepada Tim penguji adalah asli hasil karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2018 Yang membuat pernyataan

(3)

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : CHAERIANI

Stambuk : 10540 9166 14

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing terhadap Aspek

Keterampilan Berbicara pada ata Pelajaran Belajar Bahasa Indonesia Kelas V SD Mattoangn 2 Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Mulai penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya menyusunnya sendiri tanpa dibuatkan oleh siapapun.

2. Dalam penyusunan skripsi ini saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas. 3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan dalam menyusun

skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti yang tertera di atas maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Agustus 2018 Yang membuat perjanjian

(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Bagaimanapun keadaanmu,

Sesulit apapun masalah yang kamu hadapi, Bersyukurlah

Syukur mengajarkan kita Untuk lebih menikmati hidup.

“ Menyia-nyiakan waktu lebih buruk dari kematian. Karena kematian memisahkanmu dari dunia, sementara menyia-nyiakan waktu memisahkanmu dari Allah“

( Imam bin Al Qayyim )

Kupersembahkan karya ini untuk : Kedua orang tuaku, kedua saudariku, sahabat-sahabatku,

atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(5)

ABSTRAK

Chaeriani. 2018. Pengaruh model Pembelajaran Role Playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan Berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Erwin Akib dan Pembimbing II Tarman A. Arief.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu keterampilan berbicara yang dimiliki siswa masih dalam taraf rendah. Dari permasalahan ini peneliti mengajukan sebuah solusi yaitu model Pembelajaran Role Playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan Berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Model Pembelajaran role playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan Berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso”

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian Pra-Eksperimen dan menggunakan Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest yang terdiri dari satu kelas yaitu kelas V. Sebelum diberikan perlakuan terlebih dahulu diadakan Pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa kemudian diberikan perlakuan dan diadakan Posttest. Dan penelitian ini menggunakan analisis data yaitu Analisis Statistik Deskriptif dan Analisis data Statistik Inferensial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor rata - rata siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan penggunaan model Role Playing (bermain peran) (Posttest) mengalami peningkatan yang signifikan atau lebih tinggi yaitu 79 dengan rentang skor 75 dibanding dengan Pretest atau sebelum dilaksanakan perlakuan yaitu 54 dengan rentang skor 75. Selain itu, rata - rata aktivitas positif belajar siswa secara keseluruhan yaitu 73 % sehingga dapat dikategorikan sangat baik.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model role playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Sang Kekasih tercinta yang tidak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat-Nya, Allah Subhanahu wa ta’ala sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh model Pembelajaran Role Playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan Berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar”.

Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sederhana yang penulis ajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa sebelum dan selama mengadakan penelitian dan penyusunan skripsi ini, tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Kedua orang tua tercinta Ayahanda Muhammad Ramli dan Ibunda Muallim yang telah memberikan dukungan baik moral maupun spiritual dalam menyelesaikan skripsi ini. Demikian pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing I Erwin Akib, S.Pd, M.Pd., Ph.D. dan Pembimbing II Dr. Tarman A. Arief, S.Pd., M.Pd. yang telah memberikan

(7)

dukungan secara langsung dengan baik dan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada; Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Sulfasyah, MA., P.hD., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar - besarnya juga penulis ucapkan kepada semua pihak di SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar yang telah memberikan izin penelitian, dan pengalaman yang tidak akan terlupakan. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada Sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan 2014 atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi pelangi dalam hidupku.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah - mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin

(8)
(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

SURAT PERNYATAAN...iv

SURAT PERJANJIAN ...v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1 A. ... Lat ar Belakang ...1 B. ... Ru musan Masalah ...5 C. ... Tuj uan Penelitian ...6 D. ... Ma nfaat Penelitian ...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...8

A. ... Kaji an Pustaka ...8

1. ... Pen elitian yang relevan ...8

2. ... Pe mbelajan model Role Playing ...9

(10)

a. Pengertian Role Playing...9 b. Prosedur Pembelajaran Model Role Playing...12 c. ... Per

an Guru ...15 d. ... Kel

ebihan Model Role Playing ...15 e. ... Kek

urangan Model Role Playing ...16 3. ... Ket

erampilan Berbicara... ...17 a. ... Pen

gertian Berbicara...17

4. ... Bah asa Indonesia di Sekolah Dasar ...18 a. ... Pen

gertian Bahasa ...18 b. ... Bah

asa Indonesia di Sekolah Dasar ...19 B. ... Ker

angka Pikir ...21 C. ... Hip

otesis ...23 BAB III METODE PENELITIAN...24 A. ... Jeni

s Penelitian ...24 B. ... Des

ain Penelitian ...24 C. ... Pop

uasi dan Sampel ...26 D. ... Def

inisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...26 E. ... Inst

rumen Penelitian ...28 F. ... Tek

nik Pengumpua data ...28 G. ... Tek

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...34 A. ... Des

kripsi Hasil dan Analisis Data ...34 1. ... Des

kripsi Hasil Belajar Pretest ...34 2. ... Des

kripsi Hasil Beajar Postest ...37 3. ... Des

kripsi Aktivitas Belajar Bahasa Indonesia ...39 4. ... Pen

garuh Model Pembelajaran Role Playing ...42 B. ... Pe

mbahasan ...45 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...48 A. ... Sim pulan ...48 B. ... Sar an ...49 DAFTAR PUSTAKA ...50 LAMPIRAN - LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Stan

dar Ketuntasan Bahasa Indonesia ...31

4.1 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest...35

4.2 Distribusi Freskuensi dan persentase Skor Hasil Pretest ...36

4.3 Deskripsi ketuntasan keterampilan Berbicara ...36

4.4 ... Per hitungan untuk mencari mean (rata-rata) niai postest ...37

4.5 Tingkat keterampian Berbicara Postest ...38

4.6 ... Des kripsi Ketuntasan Keterampilan Berbicara ...39

4.7 ... Has il Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa...40

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 ... Bag an Kerangka Pikir ... 23 3.1 ... Des ain penelitian one group pre test-post test design ... 26

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. ... Ren cana Pelaksanaan Pembelajaran pretest

2. ... Ren cana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 1

3. ... Ren cana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2

4. ... Ren cana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 3

5. ... Le mbar Pretest Siswa

6. ... Le mbar Posttest Siswa

7. ... Daf tar nilai pretest siswa

8. ... Daf tar nilai postest siswa

9. ... Daf tar Hadir Siswa

(15)

10. ... Has il Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 1

11. ... Has il Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 2

12. ... Has il Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 3

13. ... Ana lisis Data Observasi Aktivitas siswa

14. ... Tab el distribusi-t 15. ... Dok umentasi 16. ... Pers uratan

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan, berlangsung di dalam segala jenis, bentuk dan tingkat lingkungan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada dalam diri individu. (Suhartono,2015:49).

Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sanjaya, 2006:273).

Sekarang ini, Pendidikan menjadi hal yang lebih mudah didapat terutama pendidikan formal, sudah banyak sekolah-sekolah yang telah dibangun oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada pendidikan. Pendidikan dimulai bahkan sebelum manusia itu sendiri lahir sampai akhir hayatnya. Artinya, pendidikan seumur hidup. Pendidikan bertujuan untuk menciptakan manusia yang berbalut dengan nilai-nilai kepintaran, kepekaan, dan kepedulian. Pendidikan merupakan tonggak kuat untuk mengentaskan kemiskinan pengetahuan, menyelesaikan persoalan kebodohan, dan menuntaskan segala permasalahan

(17)

bangsa yang selama ini terjadi. Pendidikan mampu mempengaruhi manusia dalam segala aspek baik itu kepribadiannya maupun kehidupannya.

Berbagai mata pelajaran diajarkan di sekolah, salah satunya adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang diajarkan secara berkesinambungan pada setiap jenjang Pendidikan formal dari jenjang sekolah dasar (SD) sampai kejenjang lanjutan yang lebih tinggi. Bahasa Indonesia sekolah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, baik dalam membantu menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari- hari.

Kemampuan berbahasa mempunyai (empat) keterampilan yang perlu dikembangkan yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain. Setiap aspek keterampilan tersebut berhubungan erat dengan aspek keterampilan yang lain dengan cara yang beraneka ragam. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya (Rahim, 2007: 1-2). Dari keempat aspek kemampuan bahasa tersebut salah satu aspek dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD yang memegang peranan penting adalah keterampilan berbicara. Berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang akan disampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan.

Fungsi utama bahasa adalah salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan/pendapat dan perasaan kepada orang lain. Melalui bahasa

(18)

manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual.

Pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan alat berpikir terlihat pada mata pelajaran bahasa yang diberikan mulai dari pendidikan dasar. penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi yang baik dan benar belum selalu memuaskan. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kurikulum mata pelajaran. Siswa harus dibimbing dalam keterampilan berbahasa agar mampu memahami bahasa yang dapat menambah pengetahuan dan pengalaman, agar mampu berkomunikasi dengan baik dan benar. Keterampilan berkomunikasi seorang anak perlu terus ditingkatkan guna meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. Keberadaan siswa sebagai makhluk sosial hanya dapat dikembangkan dalam kebersamaan dengan sesamanya. Melalui kebersamaan itulah seorang siswa mengenal dan membentuk dirinya. Buah pikirannya diuji dalam pikiran orang lain melalui keterampilannya dalam berkomunikasi.

Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SD, guru sering menemukan kesulitan membelajarkan siswa agar mampu berbicara untuk mengemukakan pendapat atau bertanya maupun berinteraksi dengan temannya, masih ada sejumlah siswa yang selalu ragu untuk berbicara. akibatnya keterampilan berbicara siswa rendah. Dari hasil observasi awal yang peneliti lakukan di SD

(19)

Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso, menunjukkan bahwa keterampilan berbicara (lafal, kosakata, volume suara, ekspresi, dan kelancaran) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V tergolong masih rendah. Hal ini disebabkan karena pada umumnya, guru masih menggunakan pola lama yaitu proses pembelajaran satu arah yang didominasi oleh guru melalui metode ceramah, masih kurang melibatkan murid untuk aktif dalam proses belajar mengajar.

Melihat beberapa masalah di atas, tenaga pendidik dapat menggunakan beberapa model pembelajaran yang mampu menunjang proses pembelajaran dengan berpusat pada keterampilan berbicara peserta didik, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran role playing (bermain peran).

Model role playing (bermain peran) adalah sejenis model permainan gerak yang diperankan berdasarkan tokoh atau karakter yang sesuai dengan skenario yang dilakukan lebih dari dua orang. Model ini juga melatih siswa untuk mengasah keterampilan berbicaranya agar dapat menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena pada saat siswa terjun kemasyarakat kelak, ia akan mendapatkan diri dalam suatu situasi di mana begitu banyak peran terjadi, seperti lingkungan keluarga, bertetangga, bermain, bekerja, dan lain-lain. Melalui model pembelajaran bermain peran, siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan mengenal perasaannya sendiri serta perasaan orang lain. Mereka memperoleh cara berprilaku baru untuk mengatasi masalah seperti dalam permainan perannya

(20)

dan dapat meningkatkan keterampilan memecahkan suatu masalah dalam kelompok.

Menurut Zuhairini dalam (Kartini 2007:2) Model bermain peran adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan/ memerankan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial, yang lebih menekankan pada kenyataan-kenyataan dimana para murid diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramakan masalah-masalah hubungan sosial. Metode ini kadang-kadang disebut dengan dramatisasi . Berdasarkan pembahasan secara singkat tentang model pembelajaran bermain peran dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia, maka peneliti mengambil kesimpulan untuk uraian tersebut, mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran role playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan Berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka perlu adanya perincian masalah yang dirumuskan sebagai berikut ”apakah ada pengaruh model Pembelajaran role playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar?”.

(21)

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian terdapat tujuan yang selalu diharapkan, berdasarkan masalah yang telah dirumuskan tentunya dalam penelitian ini, sebagai berikut “Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran role playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso”.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini, jika tujuan penelitian dapat tercapai, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yaitu menggunakan model pembelajaran role playing (bermain peran) terhadap keterampilan berbicara bahasa Indonesia pada siswa kelas V SD di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa :

1. Meningkatkan minat, keaktifan, dan keterampilan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Dapat memaksimalkan keterampilan berbicara siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia

(22)

b. Bagi guru :

1. Sebagai referensi bagi para guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran pada saat mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. 2. Guru dapat termotivasi agar bisa menerapkan model pembelajaran yang

menyenangkan demi tercapainya tujuan pemelajaran. c. Bagi sekolah :

1. Meningkatkan perbaikan dan keberhasilan proses pembelajaran di sekolah yaitu dengan menggunakan model pembelajaran role playing terhadap keterampilan berbicara siswa pada pelajaran bahasa Indonesia. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya dengan

menggunakan model pembelajaran di sekolah.

3. Hasil penelitian juga dapat meningkatkan kualitas Pendidikan Sekolah yang semakin maju.

d. Bagi Peneliti :

1. Mendapat pengalaman langsung pelaksanaan model pembelajaran role playing (bermain peran) untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, sekaligus contoh yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan di lapangan.

2. Dapat menambah pengetahuan peneliti untuk menekuni dan mempersiapkan diri dalam dunia pendidikan serta mengembangkan keterampilan maupun pengetahuan yang sesuai dengan profesi peneliti

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Penelitian yang relevan

Ada beberapa penelitian yang menurut peneliti relevan dengan pembahasan mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan Berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar”. Penelitian-penelitian tersebut antara lain :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Siska tahun 2011 dengan judul “Penerapan metode bermain peran (role playing) dalam meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak usia dini”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bahwa keterampilan sosial dan keterampilan berbicara pada anak terjadi peningkatan yang cukup besar dengan menggunakan metode bermain peran (Siska, 2011:1)

b. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhaida tahun 2016 dengan judul “Pengaruh model Pembelajaran Role Playing Terhadap Hasil Belajar murid kelas III SDN Aroepala Kota Makassar”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pebelajaran PKn mengalami peningkatan, yaitu : Skor rata-rata yang diperoleh murid setelah mengikuti tes akhir dari dari siklus I ke siklus II setelah diterapkan model pembelajaran Role Playing mengalami peningkatan dan terlihat adanya pengaruh terhadap hasil belajar PKn murid terhadap Hasil Belajar murid

(24)

kelas III SDN Aroepala Kota Makassar setelah diterapkan model pembelajaran role playing (Nurhaida, 2016).

c. Penelitian yang dilakukan oleh Tien Kartini tahun 2007 dengan judul penelitian “Penggunaan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung” Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode role playing sangat efektif dalam meningkatkan minat belajar anak. Efektivitas penggunaan metode tersebut dapat dilihat dari dijumpainya beberapa perubahan yang positif, baik yang terjadi pada guru IPS itu sendiri maupun yang terjadi pada diri siswa, terutama perubahan adanya peningkatan minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Dari beberapa penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran role playing (bermain peran) dapat meningkatkan keterampilan pada siswa dan meningkatkan minat belajarnya.

2. Pembelajaran Model Role Playing (Bermain Peran) a. Pengertian Role Playing (bermain peran)

Menurut Zuhairini dalam (Kartini, 2007:2) Model bermain peran adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan/ memerankan cara bertingkah laku dalam hubungan sosial, yang lebih menekankan pada kenyataan-kenyataan dimana para murid diikutsertakan dalam memainkan peranan di dalam mendramakan masalah-masalah hubungan sosial. Metode ini kadang-kadang disebut dengan dramatisasi.

(25)

Model bermain peran, pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat mendorong siswa mengeks-presikan perasaannya dan bahkan melepaskan. Ketiga, bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.

Role Playing (bermain peran) merupakan sebuah model pengajaran yang berasal dari dimensi pendidikan individu maupun sosial. Model ini membantu masing-masing siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok. Dalam dimensi sosial model ini memudahkan individu untuk bekerja sama dalam menganalisis kondisi sosial khususnya masalah kemanusiaan. Model ini juga menyokong beberapa cara dalam proses pengembangan sikap sopan dan demokratis dalam menghadapi masalah (Huda, 2016:115).

Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa untuk menemukan makna diri (jati diri) dan memecahkan permasalahan dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk: (1) menggali perasaannya, (2) memperoleh inspirasi dan pemahman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya, (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan (4)

(26)

mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak karena ia akan mendapatkan diri dalam situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja dan lain-lain (Uno, 2012:26).

Model bermain peran ini dikategorikan sebagai model belajar yang berumpun kepada metode perilaku yang diterapkan dalam kegiatan pengembangan. Karakteristiknya adalah adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar dalam sejumlah perilaku yang berurutan, konkret dan dapat diamati (Siska, 2011:33). Bermain peran adalah suatu model penguasaan bahan-bahan peajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankanna sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa yang diperankan (Komalasari, 2017:80).

Menurut Sumaatmadja dalam (Kartini, 2007:2) metode bermain peran sebagai salah satu metode pembelajaran yang dipilih dalam proses belajar mengajar di kelas diyakini akan mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa. Sebab biasanya siswa sangat antusias atau memperhatikan sekali terhadap pelajaran manakala pelajaran tersebut memang menyangkut kehidupan dia sehari-hari di lingkungan masyarakat. sementara metode bermain peran sangat difokuskan pada kenyataankenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat. Metode ini berhubungan dengan penghayatan suatu peranan sosial yang dimainkan anak di masyarakat.

(27)

Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan,yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap peran yang telah ditampilkan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Model Bermain Peran adalah sejenis model permainan gerak yang diperankan berdasarkan tokoh atau karakter yang sesuai dengan skenario yang dilakukan lebih dari dua orang.

b. Prosedur Pembelajaran Model Role Playing (bermain Peran)

Keberhasilan model pembelajaran melalui bermain peran tergantung pada kualitas permainan peran yang diikuti oleh analisis terhadapnya. Di samping itu, tergantung pula pada persepsi siswa tentang peran yan dimainkan terhadap situasi yang nyata (real life situation) Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan langkah, yaitu :

1. Pemanasan, guru berupaya meperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah menggabarkan permasalahan dengan jelas disetai contoh. Hal ini bisa muncul dari imajinasi atau sengaja disiapkan oleh guru. Sebagai contoh, guru menyiapkan suatu cerita untuk dibaca di depan kelas. Pembacaan cerita berhenti jika dilema dalam cerita menjadi jelas. Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat siswa berpikir tentang hal tersebut dan memprediksi hasil dari cerita.

(28)

2. Memilih pemain (partisipan), Siswa dan guru pembahasan karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang memainkannya. Dalam pemilihan pemain ini guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan siapa dan mendeskripsikan peran-perannya. Langkah kedua ini lebih baik. Langkah pertama diakukan jika siswa pasif dan enggan untuk berperan apapun. Sebagai contoh, seorang anak memilih peran sebaai ayah. Dia ingin memerankan seorang ayah yang galak dengan kumis tebal. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk memerankan peran seperti ilustrasi diatas.

3. Menata panggung, dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagaiana peran itu akan dimainkan. Apa saja kebutuhan yang diperlukan. Penataan panggung ini dapat sederhana atau kompeks. Yang paling sederhana adalah hanya membahas skenario (tanpa dialog lengkap) yang menggambarkan urutan perainan peran. Misalnya sisapa dulu yang muncul, keudian diikuti oleh siapa dan seterusnya. Seentara penataan panggung yang lebih kompeks meliputi aksesoris lain seperti kostum dan lain-lain. Konsep sederhana memungkinkan untuk dilakukan karena intinya bukan keewahan panggung, tetapi proses bermain peran itu sendiri.

4. Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat, namun demikian penting untuk dicatat bahwa pengamat disini harus juga terlibat aktif dalam permainan peran. Untuk itu, walaupun ereka ditugaskan sebagai pengamat, guru sebaiknya memberikan tugas peran terhadap mereka dapat terlibat aktif dala permainan peran tersebut.

(29)

5. Permainan peran dimulai, permainan peran dilaksanakan secara spontan, pada awalnya akan banyak siswa yang asih bingung meainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan. Bahkan mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya. Jika permainan peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk segera asuk ke langkah berikutnya.

6. Guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evauasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul. Mungkin ada siswa yang meminta untuk berganti peran. Atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah. Apapun hasi diskusi dan evaluasi tidak jadi masalah.

7. Permainan peran ulang, seharusnya pada permainan peran kedua ini akan berjalan lebih baik. Siswa dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario.

8. Diskusi dan evaluasi kedua, pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas. Mengapa demikian? Karena pada saat permainan peran dilakukan, banyak peran yang melampaui batas kenyataan. Misalnya seoran siswa memainkan peran sebagai pembeli. Ia membeli barang dengan harga yang tidak relistis. Hal ini dapat menjadi bahan diskusi. Contoh lain seoran siswa memerankan peran orang tua yang galak. Kegalakan yang dilakukan orang tua ini dapat dijadikan bahan diskusi.

9. Pada langkah terakhir, siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat

(30)

kesimpulan, misalnya siswa akan berbagi pengalaman tentang bagaimana dimarahi habis-habisan oleh ayahnya. Kemudian guru membahas bagaiana sebaiknya siswa menghadapi situas tersebut. Seandainya jadi ayah dari siswa tersebut, sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini, siswa akan belajar tentang kehidupan (Uno, 2012:26).

c. Peran Guru

Pertama, guru seharusnya menerima semua respons dan saran siswa, khususnya pendapat dan perasaan mereka, dengan cara yang tidak terkesan menghakimi. Kedua,guru harusnya membantu siswa menelusuri sisi-sisi yang berbeda dalam situasi perasalahan tertentu, mempehitungkan dan mempertimbangkan alternatif yang muncul dari sudut pandang yang berbeda. Ketiga, dengan merefleksikan, memparafrasa, dan merangkum respons ini, guru dapat meningkatkan kesadaran siswa mengenai perasaan dan pikiran mereka sendiri. Keempat, guru harus menitikberatkan bahwa ada beberapa cara berbeda untuk memainkan peran yang sama dan adapula konsekuensi berbeda yang akan mereka temui dari proses pemeranan ini. Kelima, ada banyak cara alternatif untuk memecahkan suatu masalah; tidak ada satu jalan yang mutlak benar. Guru membantu siswa mempertimbangkan dan melihan konsekuensi-konsekuensi dari solusi yang diperoleh dan membandingkannya dengan alternatif lain (Huda, 2016:118-119). d. Kelebihan model Role Playing (bermain peran)

1. Melibatkan seluruh siswa dan siswa dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama.

(31)

2. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

3. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.

4. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.

5. Permainan merupakan pengaaman belajar yang menyenangkan bagi anak (Komalasari, 2017:80).

- Adapun manfaat penggunaan pembelajaran Role Playing (bermain peran) yaitu sebagai berikut :

1. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata

2. Dengan pembelajaran bermain peran membantu siswa menentukan makna-makna kehidupan dan lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya, dan

3. Melatih siswa untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratif sekaligus bertanggung jawab dalam mengimplementasikan nilai-nilai pancasila.

e. Kekurangan model Role Playing (bermain peran)

1. Model bermain peran memerlukan waktu yang reatif panjang/banyak. 2. Memerlukan kreatifitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. ini tidak semua guru memilikinya.

(32)

3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adean tertentu.

4. Apabila pelaksanaan sosiadrama dan bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.

5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini (Shoimin, 2016:163).

3. Keterampilan Berbicara

a. Pengertian Berbicara

Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang didahului oleh keterampilan menyimak, pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Sebelum matang dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan berbahasa (Siska, 2011:33) Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut mudah dipahami oleh orang lain (Mardiati, 2014:19) Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dala kehidupan sehai-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk berkomunikasi, karena berkomunikasi lebih efektif jika dilakukan dengan berbicara. Berbicara

(33)

memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari (Nurgiyantoro, 2012:276)

Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menytakan dan menyampaikan pikiran, agasan, serta perasaan (Tarigan, 2008:14) Berdasarkan beberapa pengertian berbicara diatas maka dapat disimpulkan bahwa Berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang akan disampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan. Tanpa berbicara, orang lain tidak akan mengetehui kebutuhan, perasaan, tidak akan memberikan petunjuk, tidak akan memperjelas sesuatu kepada orang lain, dan sebagainya. Selain itu, tanpa berbicara seseorang tidak dapat mengekspresikan perasaannya, menanyakan sesuatu, menjelaskan sesuatu, melakukan percakapan, dan lain-lain. Berbicara merupakan hal yang paling penting dalam berkomunikasi.

Berbicara dilakukan untuk menginformasikan, menghibur memberitahukan, dan meyakinkan orang lain dalam rangka berkomunikasi untuk menambah pengetahuan dan cakrawala.

4. Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar a. Pengertian Bahasa

(34)

Sejak zaman dahulu, bahkan mungkin semenjak zaman manusia diciptakan, bahasa merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh kehidupan umat manusia. Oleh karena itulah, bahasa sapai saat ini merupakan salah satu persoalan yan sering dimuncukan dan dicari jawabannya. Karena bahasa merupakan karunia Tuhan untuk manusia, maka upaya mengetahuinya merupakan suatu kewajiban dan sekaius merupakan amal saleh. Jika seseorang mampu mengetahui bahasa maka ia sudah pasti termasuk orang yang banyak pengetahuannya (Hidayat, 2009:21)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, memberikan pengertian “bahasa” ke dalam tiga batasan, yaitu : 1) sistem lambang bunyi yang berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersfat sewenan-wenang(arbitrer,pen) dan konvensinal yang dipakai sebagai allat komunikasi untuk mewakili perasaan dan pikiran; 2) perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa (suku bangsa daerah, negara, dsb); 3) percakapan (perkataan yang baik:sopan santun tingkah laku yang baik) (Hidayat, 2009:22)

Menurut Depdikbud, Belajar bahasa pada hakekatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi antara satu dengan yang lain baik lisan maupun tulisan (Mardiati, 2014:15)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa Bahasa Indonesia adalah alat kontrol sosial yang bisa mempermudah kita dalam berbicara

(35)

dengan menggunakan tata bahasa di lingkungan baru untuk beradaptasi dengan orang lain.

b. Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pendidikan dasar atau sekolah dasar merupakan momentum awal bagi anak untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Dari Bangku sekolah dasarlah mereka mendapatkan imunitas belajar yang kemudian menjadi kebiasaan-kebiasaan yang akan mereka lakukan di kemudian hari. Sehingga peran seorang guru sangatlah penting untuk dapat menanamkan kebiasaan baik bagi siswanya, bagaimana mereka dituntut memiliki kompetensi-kompetensi yang kemudian dapat meningkatkan kemampuan siswanya.

Pada saat anak-anak memasuki usia tujuh tahun, anak dapat membuat cerita yang lebih teratur. Mereka dapat menyusun cerita dengan cara mengemukakan masalah. Adapun pada saat anak memasuki kelas 2 sekolah dasar, diharapkan anak-anak dapat bercerita dengan menggunakan kalimat yang lebih panjang dengan menggunakan kongjungsi; dan, lalu, dan kata depan seperti di, ke, dan dari. Umumnya, plot yang terdapat dalam cerita masih belum jelas. Pelatihan perlu dilakukan agar anak dapat mengungkapkan kejadian secara kronologis.

Tujuan pelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Adapun tujuan khusus pengajaran bahasa Indonesia, antara lain agar siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian, mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan

(36)

kehidupannya. Pengajaran bahasa Indonesia juga dimaksudkan untuk melatih keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang masing-asing erat hubungannya. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dala berkomunikasi denga bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan.

Fungsi bahasa yang paling utama adalah tujuan kita berbicara. Dengan berbahasa, kita bisa menyampaikan berita, informasi, pesan, kemauan, dan keberatan kita (Susanto, 2013:243-246).

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku. Tanpa adanya pembinaan dan pengembanagan, bahasa Indonesia tidak akan dapat berkembang, sehingga dikhawatirkan bahasa Indonesia tidak dapat mengemban fungsi-fungsinya. Salah satu cara dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia itu adalah melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah khususnya di Sekolah Dasar (SD). Pembinaan dan pengembangan kemampuan dan keterampilan berbahasa yang diupayakan di sekolah berorientasi pada empat jenis keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut berhubungan erat satu dengan yang lain.

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang dihungkan dari fakta-fakta dan observasi. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, menunjukkan

(37)

bahwa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SD, keterampilan berbicara (volume suara, kelancaran, pelafalan intonasi dan penampilan) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V tergolong masih rendah. Hal ini disebabkan karena pada umumnya, guru masih menggunakan pola lama yaitu proses pembelajaran satu arah yang didominasi oleh guru melalui metode ceramah, masih kurang melibatkan murid untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada banyak model dan metode yang dapat diterapkan untuk dapat mengembangkan kemampuan berbicara siswa salah satunya adalah model pembelajaran Role Playing (bermain peran).

(38)

Gambar. 2.1 Bagan Kerangka Pikir C. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau terkaan tentang apa saja yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya. Berdasarkan permasalahan dan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun hipotesis yaitu ada perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran role playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai “model penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2017:107).

Dengan demikian, tujuan penelitian eksperimen sejalan dengan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti yaitu untuk mencari pengaruh model Pembelajaran Role Playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan Berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso.

B. Desain Penelitian

Peneliti menggunakan desain penelitian pre-eksperimental design dengan menggunakan jenis penelian one grup pre test-post test design. Desain ini melakukan dua kali pengukuran terhadap hasil belajar siswa kelas V. Pengukuran pertama (pre-test) dilakukan untuk melihat kondisi sampel sebelum diberikan perlakuan atau sebelum diterapkan model pembelajaran bermain peran.

(40)

Pengukuran kedua (post-test) dilakukan untuk mengetahui hasil Belajar siswa kelas V SD Inpres Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso setelah diterapkan pembelajaran model bermain peran.

Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3. 1 desain penelitian one group pre test-post test design Keterangan:

O1 : Pre test, untuk mengukur keterampilan berbicara siswa kelas V

X : Perlakuan dengan model bermain peran

O2 : post test, untuk mengukur keterampilan berbicara siswa SD Inpres

Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso setelah perlakuan dengan model bermain peran.

(41)

C. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2017:117).

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso dengan jumah siswa sebanyak 26 orang. b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017:118)

Teknik pengumpulan sampel pada penelitian ini adalah sampling jenuh. sampling jenuh merupakan teknik pengumpulan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel penelitian ini diambil dari kelas kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang, yaitu jumlah siswa laki-laki 15 orang, dan jumlah siswa perempuan 11 orang.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai berikut.

a. Model pembelajaran bermain peran (role playing) adalah model permainan gerak yang diperankan berdasarkan tokoh atau karakter yang sesuai dengan skenario yang dilakukan lebih dari dua orang.

(42)

b. Keterampilan Berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang akan disampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan.

c. Bahasa Indonesia adalah alat kontrol sosial yang bisa mempermudah kita dalam berbicara dengan menggunakan tata bahasa di lingkungan baru untuk beradaptasi dengan orang lain.

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Sehingga variabel ini dapat dikatakan sebagai variabel bebas (X). Sedangkan variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel ini juga disebut variabel terikat (Y), perubahan variabel ini disebabkan variabel independen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model bermain peran (role playing), sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar.

(43)

E. Instrumen Penelitian 1. Lembar observasi

Lembar observasi aktifitas siswa dalam pembelajaran, instrumen ini digunakan untuk mengelola aktifitas siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi ini berisi item –item yang akan diamati pada saat terjadi proses pembelajaran .

2. Tes hasil belajar

Instrumen ini berupa pretest dan posttest, pretest diberikan kepada siswa pada awal pertemuan (sebelum model pembelajaran role playing diterapkan) dan posttest diberikan setelah menerapkan model pembelajaran role playing.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Obsevasi

Observasi merupakan penelitian dengan cara mengamati objek yang diteliti. Dalam penelitian ini menempuh 2 cara :

1. Pengamatan langsung merupakan pengamatan yang dilakukan tanpa perantara terhadap objek yang diteliti,pengamatan dengan cara turun langsung ke lapangan atau tempat yang diteliti.

2. Pengamatan tidak langsung merupakan pengamatan yang dilakukan terhadap suatu objek melalui perantara, suatu alat atau cara, baik dilaksanakan dalam situasi sebenarnya maupun buatan. Dengan cara mendapatkan data dari internet yang berkaitan dengan pengaruh

(44)

model bermain peran terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso.

3. Tes

Teknik yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar siswa adalah dengan memberikan tes, yaitu :

1. Pretest

Pretest dilaksanakan sebelum penerapan model pembelajaran bermain peran diberikan kepada peserta didik. Pretest ini dilakukan kepada kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai pelajaran yang disampaikan.

2. Posttest

Posttest atau tes akhir dilaksanakan setelah proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Naskah tes akhir dibuat sama dengan naskah tes awal. Dengan demikian dapat diketahui apakah tes akhir lebih baik, sama, ataukah lebih jelek daripada hasil tes awal. Jika hasil tes akhir itu lebih baik dari pada tes awal, maka dapat diartikan bahwa penerapan model pembelajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebaik-baiknya.

G. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan analisis statistic deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa pre test dan post test kemudian dibandingkan, membandingkan kedua nilai tersebut dengan mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan antara

(45)

nilai yang didapatkan antara nilai pretest dengan nilai post test . Pengajuan perbedaan ini nilai hanya dilakukan terhadap rata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang disebut dengan uji – t (t-test). Adapun langkah-langkah analisis data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Analisis Data Statistik Deskriptif

Merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses penelitian dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan melalui analisis ini adalah sebagai berikut : a) Rata-rata (Mean)

b) Persentase (%) nilai rata-rata

Dimana :

P = Angka persentase

f = Frekuensi yang dicari persentasenya N = Banyaknya sampel responden.

Dalam analisis ini penelitian menetapkan tingkat kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan prosedur yang dicanangkan oleh Dekdikbud (2011) yaitu :

(46)

Tabel 3.1 Standar Ketuntasan Bahasa Indonesia

Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar 0 – 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92 93 – 100 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

2. Analisis data Statistik Inferensial

Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik t (uji – t) . Dengan Tahap sebagai berikut :

t =

Keterangan :

Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)

X2 = Hasil belajar setelah perlakuan (Posttest)

d = Deviasi masing-masing subjek = Jumlah kuadrat deviasi

= Subjek pada sampel

Langkah-langkah dalam pengajuan hipotesis adalah sebagai berikut :

a) Mencari Harga “Md” dengan menggunakan rumus :

(47)

Keterangan :

Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest = Jumlah dari gain (Posttest – pretest)

N = Subjek pada sampel.

b) Mencari harga “ ” dengan menggunakan rumus :

= –

Keterangan :

= Jumlah kuadrat deviasi

= Jumlah dari gain (posttest – pretest)

N = Subjek pada sampel

c) Menentukan harga t hitung dengan menggunakan rumus :

t =

Keterangan :

Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)

X2 = Hasil belajar setelah perlakuan (Posttest)

d = Deviasi masing-masing subjek = Jumlah kuadrat deviasi

(48)

d) Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan. Kaidah pengujian signifikan :

Jika t hitung > t tabel maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, berarti

penggunaan model Role Playing (bermain peran) berpengaruh hasil belajar siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecaatan Mariso Kota Makassar.

Jika t hitung < t tabel maka H 0 diterima berarti penggunaan model Role Playing (bermain peran) tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar.

Menentukan harga t tabel dengan mencari t tabel menggunakan tabel

distribusi t dengan taraf signifikan = 0,05 dan di = N – 1

e) Membuat kesimpulan apakah penggunaan model Role Playing (bermain peran) berpengaruh terhadap aspek keterampilan berbicara siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar.

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil dan Analisis Data

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar terkait penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah itu peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas V, pada kesempatan tersebut peneliti bersama dengan guru menyepakati waktu penelitian yang dimulai pada tanggal 7 Mei 2018 di kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar.

1. Deskripsi Hasil Belajar (Pretest) Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar sebelum diterapkan Model Pembelajaran Role Playing (bermain peran)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar, maka diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui observasi sehingga dapat diketahui keterampilan berbicara siswa melalui nilai dari kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar. Untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest dari siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :

(50)

Tabel 4.1 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest X F F.X 44 2 88 48 1 48 52 11 572 56 6 336 60 5 300 64 1 64 Jumlah 26 1408

Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari 1.408 , sedangkan nilai dari N sendiri adalah 26. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai berikut :

= =

= 54

Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil belajar siswa kelas V SD Mattoangin II sebelum penerapan model role playing (bermain peran) adalah 54. Adapun dikategorikan pada pedoman Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) , maka keterangan siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

(51)

Tabel 4.2 Distribusi Freskuensi dan persentase Skor Hasil Pretest

Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

0-65 Sangat Rendah 26 100% 66-74 Rendah 0 0% 75-83 Sedang 0 0% 84-92 Tinggi 0 0% 93-100 Sangat Tinggi 0 0% Jumlah 26 100

Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada tahap pretest dengan menggunakan instrumen test dikategorikan sangat rendah yaitu 26 % , rendah 0% , sedang 0% , tinggi 0% , dan sangat tinggi berada pada persentase 0% . Melihat dari hasil persentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan keterampilan berbicara siswa sebelum diterapkan model role playing (bermain peran) tergolong rendah.

Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Keterampilan Berbicara Skor Kategirisasi Frekuensi Persentase (%)

0 – 74 Tidak Tuntas 26 100%

75 – 100 Tuntas 0 0

Jumlah 26 100%

Dari tabel 4.3 diatas terlihat bahwa siswa belum memenuhi kreiteria ketuntasan minimal, sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan

(52)

berbicara siswa kelas V SD Mattoangin II belum memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar.

2. Deskripsi Hasil Belajar (Postest) Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar setelah diterapkan Model Pembelajaran Role Playing (bermain peran)

Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap siswa setelah diberikan perlakuan. Perubahan tersebut berupa hasil belajar yang datanya diperoleh setelah diberikan posttest.

Untuk mencari mean (rata-rata) nilai postest dari siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :

Tabel 4.4 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai posttest X F F.X 68 4 272 72 3 216 76 3 228 80 6 480 84 3 252 88 5 440 92 1 92 96 1 96 Jumlah 26 2076

(53)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari 2.076 , sedangkan nilai dari N sendiri adalah 26. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai berikut :

=

= = 79

Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil belajar siswa kelas V SD Mattoangin II setelah penerapan model Role Playing (bermain peran) yaitu 79 dari skor ideal 100. Adapun di kategorikan pada pedoman Departemen pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud) , maka keterangan siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Tingkat keterampilan berbicara posttest

Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

0-65 Sangat Rendah 0 0% 66-74 Rendah 7 27% 75-83 Sedang 9 35% 84-92 Tinggi 9 35% 93-100 Sangat Tinggi 1 3% Jumlah 26 100

Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada tahap posttest dengan menggunakan instrumen tes dikategorikan sangat tinggi yaitu 3% tinggi 35%, Sedang 35%, rendah 27%, dan sangat rendah berada pada persentase 0%. Melihat dari hasil persentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat

(54)

keterampilan siswa dalam berbicara setelah diterapkan model Role Playing (bermain peran) tergolong tinggi.

Tabel 4.6 Deskripsi Ketuntasan Keterampilan Berbicara Skor Kategirisasi Frekuensi Persentase (%)

0 – 74 Tidak Tuntas 7 27%

75 – 100 Tuntas 19 73%

Jumlah 26 100%

Dari tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa masih ada 7 orang ( 27%) siswa yang tidak tuntas , sedangkan siswa yang mencapai dan melebihi KKM sebanyak 19 orang (73%) sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara pada siswa muris kelas V SD Mattoangin II memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar.

3. Deskripsi Aktivitas Belajar Bahasa Indonesia pada aspek Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar selama diterapkan Model Pembelajaran Role Playing (bermain peran)

Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Role Playing (Bermain Peran) selama 3 kali pertemuan dinyatakan dalam persentase sebagai berikut :

(55)

Tabel 4.7 Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa ANALISIS DATA OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

No Aktivitas Siswa

Jumlah murid yang aktif

pada pertemuan ke -

Rata-rata 0%

Kate gori

I II III IV V

1 Murid yang hadir pada saat pembelajaran P R E T E S T 26 23 26 P O S T T E S T 25 96% Aktif

2 Murid yang mampu mengikuti arahan dengan baik

26 23 26 25 96% Aktif

3 Murid yang aktif mengikuti kegiatan permainan

24 20 26 23,33 90% Aktif

4 Murid yang tidak memperhatikan pada saat permainan berlangsung

- - - -

5 Murid yang aktif dalam kegiatan berkelompok

26 23 26 25 96% Aktif

6 Murid yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru

13 17 20 16,66 64% Aktif

7 Murid yang

mengajukan diri untuk menyelesaikan tes

12 21 18 17 65% Aktif

8 Murid yang mampu mengungkapkan perasaan dan pendapatnya setelah melakukan kegiatan permainan 20 21 22 21 80% Aktif

(56)

9 Murid yang mampu menyimpulkan materi pembelajaran pada akhir pembelajaran 14 20 22 18,66 71% Aktif Rata-rata 19 73%

Hasil pengamatan untuk pertemuan I sampai dengan pertemuan III menunjukkan bahwa :

1. Presentase siswa yang hadir pada saat pembelajaran 96%

2. Pesentase siswa yang mampu mengikuti arahan dengan baik 96% 3. Presentase siswa yang aktif mengikuti kegiatan permainan 90% 4. Presentasi siswayang tidak memperhatikan pada saat permainan

berlangsung 0%

5. Presentase siswa yang aktif dalam kegiatan berkelompok 90%

6. Presentase ssiswa yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru 64% 7. Presentase siswa yang mengajukan diri untuk menyelesaikan tes 65% 8. Presentase yang mampu mengungkapkan perasaan dan pendapatnya

setelah melakukan kegiatan permainan 80%

9. Presentase siswa yang mampu menyimpulkan materi pembelajaran pada akhir pembelajaran 71%

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar dalam penerapan model pembelajaran Role Playing pada pembelajaran pembelajaran Bahasa Indonesia telah mencapai kriteria aktif.

(57)

4. Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing (bermain peran) terhadap aspek Keterampilan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso.

Sesuai dengan hipotesis penelitian yakni “ada perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran role playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa keas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar” Maka teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah teknik statistik inferensial dengan menggunakan uji t.

Tabel 4.8 Hasil Analisis Skor Pretest dan Posttest

No Kode reponden X1 (Pretest) X2 (Posttest) d= X2 - X1 d2 1 MF 60 88 28 784 2 FS 60 80 20 400 3 MN 52 68 16 256 4 MR 52 80 28 784 5 NP 52 92 40 1600 6 DN 52 80 28 784 7 MI 56 96 40 1600 8 JM 56 76 20 400 9 MA 60 88 28 784

(58)

10 MD 60 84 24 576 11 MG 52 84 32 1024 12 KA 52 68 16 256 13 AM 52 68 16 256 14 RA 48 88 40 1600 15 NH 56 80 24 576 16 NZ 44 68 24 576 17 NB 56 72 16 256 18 DP 64 84 20 400 19 MR 60 76 16 256 20 SA 52 80 28 784 21 MD 52 80 28 784 22 SW 56 88 32 1024 23 ER 44 72 28 784 24 AL 52 76 24 576 25 SF 52 72 20 400 26 EN 56 88 32 1024 Jumlah 1.408 2.076 668 18.544

(59)

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:

Md =

=

= 25,69

2. Mencari harga “ ” dengan menggunakan rumus: =

= 18,544 - = 18,544 – = 18,544 – 17,162 = 1,382

3. Menentukan harga t Hitung

t =

t =

t =

(60)

t = 18,34

4. Menentukan harga t Tabel

Untuk mencari t Tabel peneliti menggunakan tabel distribusi t dengan taraf

signifikan = 26– 1 = 25 maka diperoleh

t0,05 = 1,708

Setelah diperoleh tHitung= 18,34 dan tTabel = 1,708 maka diperoleh tHitung >

tTabel atau 18,34 > 1,708. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

dalam penggunaan model pembelajaran role playing (bermain peran) terhadap aspek keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Mattoangin II Kelurahan Mattoangin Kecamatan Mariso Kota Makassar.

B. Pembahasan

Pada bagian ini akan diuraikan hasil yang ditemukan dalam penelitian. Hasil yang dimaksudkan yaitu kesimpulan yang diambil berdasarkan data yang terkumpul dan analisis data yang telah dilakukan.

Role Playing (Bermain Peran) adalah sejenis model permainan gerak yang diperankan berdasarkan tokoh atau karakter yang sesuai dengan skenario yang dilakukan lebih dari dua orang. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajaran membayangkan dirinya memainkan peran orang lain.

(61)

Selama peneitian berlangsung, siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan model role playing (bermain peran), sehingga aktivitas dari pretest dan post-test mengalami peningkatan. Pada pelaksanaan preteset, aktivitas siswa belum maksimal dikarenakan masih banyak siswa yang malu dan belum terbiasa dengan penggunaan model role playing. Pada post-test aktivitas siswa mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan dalam pembelajaran siswa sudah beradaptasi dengan model role playing yang diterapkan guru. Dengan penerapan model role playing siswa akan mudah memahami materi karena siswa akan berinteraksi secara langsung dengan memerankan tokoh atau karakter masing-masing.

Berdasarkan hasil pretest, nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 54 dengan kategori sangat rendah yaitu 26 % , rendah 0% , sedang 0% , tinggi 0% , dan sangat tinggi berada pada persentase 0%

Melihat dari hasil presentase yang ada, dapat dikatakan bahwa tingkat keterampilan berbicara siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum diterapkan model Role Paying (bermain peran) tergolong rendah.

Selanjutnya nilai rata-rata hasil posttest adalah 79. Jadi, keterampilan berbicara siswa setelah diterapkan model role playing (bermain peran) mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibanding dengan sebelum penerapan model Role Playing (bermain peran). Selain itu, persentase kategori dikategorikan sangat tinggi yaitu 3% tinggi 35%, Sedang 35%, rendah 27%, dan sangat rendah berada pada persentase 0%.

Gambar

Tabel 4.1  Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai pretest  X  F  F.X  44  2 88 48  1 48 52  11 572 56  6 336 60  5 300 64  1 64 Jumlah  26  1408
Tabel 4.2 Distribusi Freskuensi dan persentase Skor Hasil Pretest  Interval  Kategori   Frekuensi  Persentase (%)
Tabel  4.4  Perhitungan  untuk  mencari  mean    (rata-rata)    nilai  posttest  X  F  F.X  68  4 272  72  3 216  76  3 228  80  6 480  84  3 252  88  5 440  92  1  92  96  1  96  Jumlah  26  2076
Tabel 4.6 Deskripsi Ketuntasan Keterampilan Berbicara  Skor  Kategirisasi  Frekuensi  Persentase (%)
+2

Referensi

Dokumen terkait

MSLH KESTN PRIORITAS P2 : DB, TB KUSTA HIV/AIDS PTM : HYPERTENSI DM, CA AKI AKB/AKAB GIZI BURUK RPJ MD 50 IND IK A TOR • PEMETAAN KESEHATAN

terlihat bahwa secara umum total biaya usahatani SL-PTT Jagung di Sulawesi Selatan yang meliputi biaya sarana produksi, tenaga kerja dan biaya lainnya sebesar

Berarti LKS yang dipakai siswa kurang efektif untuk digunakan dalam pembelajaran biologi, dibandingkan dengan hasil tes akhir siswa sesudah menggunakan LKS

Dalam pembuatan lapisan tipis untuk sensor gas dilakukan dengan teknik sputtering DC yaitu suatu proses jika suatu permukaan bahan padat (target) mengalami tembakan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profesionalisme dan komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor,

Di dalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasihukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem

Terlihat jelas bahwa struktur pendapatan rumah tangga responden lebih dominan bersumber dari sektor pertanian (72,99 %) sebagai mata pencaharian utama dan ada pula yang menekuni

Selanjutnya sebelum membuat gulungan kumparan terlebih dahulu dibuat rancangan sesuai kondisi motor yang telah dibongkar sehingga akan diperoleh kebutuhan material,