• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Setting Penelitian

1.1.1 Gambaran Umum RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang merupakan rumah sakit khusus tipe A ditingkat Provinsi Jawa Tengah yang berada di jalan Brigjen Sudiarto Nomor 347. Sebagai rumah sakit pusat rujukan pelayanan dan pendidikan kesehatan jiwa kebanggaan Jawa Tengah pada tingkat provinsi, maka RSJD Dr.Amino Gondohutomo dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan cara melayani masyarakat secara profesional dan mampu memberikan kepuasan kepada masyarakat. Sebagai rumah sakit jiwa daerah milik provinsi Jawa Tengah, RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang mempunyai visi yaitu menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan Pelayanan Dan Pendidikan Kesehatan Jiwa Kebanggaan Jawa Tengah.

Rumah sakit ini berdiri daiatas luas lahan 60.000 m2 dan secara keseluruhan jumlah tenaga medis terdidri dari dokter di RSJD. Dr Amino Gondohutomo Semarang 17 orang yaitu terbagi atas 12 orang dokter yang bertugas pada ruang rawat inap, dan 5 dokter umum, serta 7 orang psikiater/spesialis.

(2)

Jumlah keseluruhan perawat yaitu 180 orang yang SPK 2 orang, D3 123 orang dan S1 55 orang. Adapun jumlah pramu husada 14 orang. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan khususnya yang bertugas dipoliklinik jumlah dokter sebanyak 8 orang dan jumlah perawatnya berjumlah 7 orang.

Jadi ideal perbandingan secara rasio dapat dilihat bahwa 1 orang dokter rata-rata menangani 15-20 pasien di unit rawat inap apalagi dengan rumah sakit yang bertipe A, maka perbandingan dari dokter dari unit rawat inap RSJD.Dr Amino Gondohutomo Semarang belum sesuai dengan standar yang ideal.

1.1.2 Proses Pelaksanan Penelitian 1.1.2.1 Persiapan Penelitian

Adapun peneliti sebelum turun ke lapangan untuk melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses penelitian dalam hal ini, peneliti membuat surat pengantar untuk meminta surat ijin penelitian di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Pembuatan surat pengantar melalui bagian tata usaha Fakultas Ilmu Kesehatan pada tanggal 14 Februari 2012 dan dibuat dalam bentuk surat ijin penelitian dan

(3)

ditandatangani oleh Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, kemudian surat ijin penelitian dibawa ke Diklat RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dan diproses, surat balasannya diberikan tanggal 12 Maret 2012.

Setelah itu peneliti menindaklanjuti surat balasan dengan memenuhi beberapa hal yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengurus administrasi keuangan dan meminta persetujuan pada bagian kepala bagian keperawatan untuk memberitahu untuk ijin penelitian. Selain itu peneliti pun menyiapkan kamera dan baterai sebagai alat bantu saat dokumentasi saat melakukan penelitian, serta peneliti menggadakan beberapa lembar surat persetujuan pasien saat dilakukan penelitian. Tempat penelitian jauh dari tempat tinggal peneliti, maka peneliti sebelumnya juga mempersiapkan tempat tinggal dengan mencari kos-kosan atau tempat tinggal sementara disekitar rumah sakit jiwa. Selain mempersiapkan semuanya peneliti pun tetap menjaga kesehetan, pikiran dan tenaga agar pada proses penelitian yang akan datang dapat dilaksanakan dengan maksimal.

1.1.2.2 Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian di poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang mulai pada:

(4)

Tanggal 13 Maret 2012 pukul 10.00 WIB-12.00 WIB, adalah hari pertama peneliti melakukan penelitian, saat itu peneliti mengobservasi pasien-pasien yang datang untuk kontrol di poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Beberapa pasien, yang peneliti observasi ada yang masih mondar-mandir kadang tertawa sendiri, peneliti mendekati beberapa pasien dan keluarga, namun pasien sendiri menolak untuk diajak bicara. Pada pukul 11.00 WIB, peneliti mengobservasi satu orang pasien kemudian pasien tersebut bisa diajak bicara oleh peneliti. Peneliti meminta persetujuan untuk mewawancarai pasien bersedia dan peneliti memberi inform consent untuk ditandatangani oleh pasien. Peneliti mulai mewawancarai pasien menggunakan lembar wawancara yang disediakan namun pasien tidak bersedia untuk direkam suara dan Tn.A dijadikan riset partisipan pertama.

Tanggal 14 Maret 2012 pukul 10.30 WIB-12.00 WIB peneliti mulai mengobservasi pasien yang datang untuk kontrol rutin di poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Peneliti mendapatkan seorang pasien yang dapat diajak bicara serta memberi keterangan tentang apa yang ditanyakan. Pasien dan keluarga yang mengantar juga siap

(5)

untuk diwawancarai, namun saat peneliti meminta ijin untuk merekam suara pasien menolak untuk direkam suara.

Tanggal 15 Maret 2012 peneliti melanjutkan dengan penelitian. Peneliti mulai mengobservasi pasien-pasien yang datang kontrol. Peneliti mendekati salah satu pasien ternyata pasien tersebut tidak menolak saat didekati serta bersedia untuk diajak cerita oleh peneliti. Peneliti mulai meminta ijin untuk mewawancarai pasien dan pasien sendiri bersedia untuk diwawancarai. Peneliti meminta ijin untuk menggunakan alat perekam pasien pun siap untuk direkam suaranya. Pasien siap menandatangani inform consent yang diberikan. Pada saat ditanya pasien dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik sehingga peneliti mengambil Ny.MF sebagai riset partisipan kedua.

Tanggal 16 Maret 2012 peneliti melanjutkan penelitian di poliklinik RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dan awalnya peneliti mulai mengobservasi pasien-pasien yang datang, Pada pukul 10.30 WIB peneliti mendekati pasien dan keluarga, mereka bisa untuk diajak bicara kemudian peneliti meminta ijin untuk mewawancarai pasien dan kelurganya bersedia. Namun ketika peneliti meminta ijin untuk merekam suara, mereka tidak bersedia. Saat diwawancarai, pasien dan keluarga dapat menjawab

(6)

semua pertanyaan yang diberikan. Pada pelaksanaan penelitian berikutnya tetap tanggal 16 Maret 2012, peneliti mengobservasi pasien yang datang kontrol hari itu pukul 11.00 WIB dan kemudian peneliti meminta waktu sehabis kontrol kesehatan dapat mewawancarai pasien meskipun saat itu poliklinik hampir tutup pasien bersedia menyediakan waktu untuk peneliti bisa melakukan wawancara . Peneliti mendekati salah satu pasien yang datang dengan keluarga. Setelah peneliti mendekati dan mengajak untuk bicara mereka dapat merespon dengan baik. Peneliti meminta ijin untuk mewawancarai pasien dan keluarga. Peneliti juga meminta ijin untuk merekam suara mereka. Pasien bersedia dan menandatangani inform consent yang diberikan. Pasien dapat menjawab seluruh pertanyaan sehingga peneliti mengambil pasien Sdr.E sebagai riset partisipan ke tiga.

Tanggal 17 Maret 2012 peneliti melanjutkan melakukan penelitian dan peneliti mengobservasi pasien-pasien yang datang. Kemudian peneliti mengobservasi dan melihat keadaan pasien yang bisa untuk diajak bicara. Peneliti mendekati pasien yang sedang menunggu giliran berobat saat diajak bicara, isi pembicaraan pasien dapat dimengerti. Peneliti meminta ijin untuk mewawancarai pasien serta merekam suaranya, dan pasien tidak berkeberatan

(7)

serta mau menandatangani inform consent. Pasien pun bersedia diwawancarai dengan partanyaan-pertanyaan. Pasien dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan seperti menceritakan keadaannya yang dialami. Peneliti mengambil pasien Ny.M sebagai riset partisipan ke empat.

Tanggal 17 Maret 2012 pukul 10.0 WIB-10.30 WIB peneliti melakukan wawancara pada salah satu petugas kesehatan yang bertugas diruang poliklinik rawat jalan. Peneliti mewawancarai petugas kesehatan untuk menguji kembali kebenaran data yang disampaikan oleh pasien.

Tanggal 20 Maret 2012 peneliti melakukan wawancara dengan tetangga atau masyarakat yang tinggal dekat dengan pasien pada pukul 11.00 WIB di rumah tetangga. Wawancara yang dilakukan mengenai dukungan masyarakat pada pasien yang mengalami gangguan jiwa dan yang melakukan kontrol rutin.

1.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Penelitian Riset Partisipan 1 4.2.1.1 Gambaran Umum Riset Partisipan 1

Nama : Tn. A

Jenis kelamin : Laki-laki

(8)

Agama : Islam

Status pernikahan : Belum menikah

Alamat : Boja- Semarang

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Belum bekerja

Diagnosa saat masuk RSJ: Skizofrenia Hebefrenik Biaya pengobatan : JAMKESMAS

Tn.A merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara pasien merupakan anak yatim karena ayahnya telah meninggal dunia, pasien tinggal bersama ibu dan kedua kakaknya, pasien belum punya pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan namun kondisinya yang seperti saat ini masih sulit untuk mencari pekerjaan, status pasien masih lajang tetapi sekarang sudah memiliki seorang pacar dan saat itu mengantarkan pasien untuk melakukan kontrol rutin di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Pacar pasien mengatakan bahwa ia tahu kalau pacarnya mengalami sakit jiwa, namun tetap mendukung pasien agar cepat sembuh, mereka berencana untuk menikah dan pasien sempat bercerita awalnya ia sakit seperti ini karena awalnya pasien mendengar suara yang aneh-aneh serta berbicara sendiri, sehingga pasien diantar oleh ibu dan kakaknya ke rumah sakit jiwa pada tahun 2006 dan setelah dirawat dan keadaan pasien mulai membaik ia dipulangkan kerumah dan menjalani kontrol rutin sejak

(9)

dari tahun 2006 sampai sekarang dan pasien baru satu kali rawat inap di rumah sakit jiwa.

1.2.1.2 Observasi Riset Partisipan 1 1. Penampilan Klien,

Penampilan pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki terlihat bersih, rapi kerah bajunya terlipat rapi, wajah pasien segar dan ekspresi wajah pasien tersenyum saat sedang berbicara, dan pasien terlihat percaya diri, tidak menolak saat didekati pasien mandiri saat melakukan ADL (Activity Daily Leaving), dan pasian kooperatif dan sebelum didekati Tn.A mengatakan kalau ingin curhat-curhat.

2. Tingkat Kesadaran,

Sdr. A dalam keadaan sadar yaitu composmentis pasien tidak ada gangguan memori jangka panjang maupun pendek

3. Kesopanan,

Pasien sabar saat menunggu giliran dan saat dan keasikan ngobrol diluar ruang poli, sampai namanya sempat dipanggil dan terlewati, tidak teriak-teriak, tidak membuang ludah disembarangan tempat namun saat bicara pasien tanpa sadar, ia mengangkat kakinya diatas kursi sambil berbicara,

(10)

Pasien memakai baju kaos berkerak warna orange, bajunya dan kerah bajunya tertatah rapi, celana jeans biru bersih dan mamakai sandal jepit serta memakai tas hitam kecil. Pakaian yang layak dipakai seperti biasanya dan pakaiannya tidak sobek.

5. Tingkat Aktivitas Klien,

Pasien mendaftar sendiri, menunggu giliran untuk dipanggil, kemudian pasien ditemani pacarnya menghadap dokter dan menunggu giliran mengambil obat, namun saat menunggu obat pasien mengatakan lama ya! Sudah mulai jenuh menunggu 6. Cara Berbicara Atau Komunikasi Klien Dengan Orang Di

Sekitarnya.

Pasien mau untuk diajak bicara saat diajak bicara ia semangat bercerita, saat berbicara dengan orang disampingnya ia dapat merespon dengan baik, bicaranya terlihat sopan isi pembicaraan dapat dimengerti, dapat menjawab pertanyaan dengan baik, pasien tidak malu-malu dan ada kontak mata saat bicara.

1.2.1.3 Analisa Data Riset Partisipan 1 1. Penderita atau individu

(11)

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya. Kepatuhan Tn.A dalam melakukan kontrol rutin di RSJD Dr. Amino Gondohuntomo Semarang yaitu bukan paksaan dari pihak lain, namun atas kemauan pribadi pasien sendiri ingin mempertahankan kesehatan jiwanya, pasien ingin sembuh dan menjadi seperti dahulunya.

(R1) “Kesehatan jiwa itu penting ya mbak, karena

kalau sehat saya mau untuk melakukan pekerjaan yang positif, dan saya selama ini bicara dan berbicara dengan orang selalu nyambung, dan saya dalam keadaan sadar tetapi pikirannya saya itu yang selalu negatif terus saya tidak tahu kanapa, dan saya ingin untuk selalu berpikir positif karena selama ini yang ada dalam pikirannya selalu memikirkan ha-hal yang buruk jadi saya ingin cepat sembuh dan mendapatkan pekerjaaan sehingga pikiran yang negatif itu bisa hilang….(15-27)

Menurut motivasi pasien selain kesehatan jiwa penting, pasien juga ingin sembuh dan bisa bekerja serta dapat menikah dengan pasangannya.

(R1) ”Saya ingin sembuh dan mencari pekerjaan dan setelah mendapat pekerjaan, saya berencana ingin menikah dengan calon pacar saya”....(33-37)

(12)

b) Keyakinan pasien

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan kalau tahu akibatnya. Dalam melakukan kontrol rutin, Tn.A juga tetap berpegang teguh pada agama yang selalu membuat ia kuat dan tabah dalam menerima keadaannya dan patuh terhadap anjuran yang diberikan kepadanya.

(R1) “Iya keyakinan saya juga yang

mendorong saya untuk selalu kontrol rutin karena saya selalu sholat dengan sholat dapat membuat saya untuk tidak menyerah harus patuh kontrol biar cepat sembuh”…..(50-54)

2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya. Karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi dan mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau

(13)

menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolahan penyakitnya. Tn.A merupakan salah satu pasien yang patuh melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan jiwanya, di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, selain kemauan dari diri sendiri adapun dukungan dari keluarga yang selalu memberi dukungan dengan cara mengingatkan pasien untuk selalu kerumah sakit untuk kontrol rutin

(R1) “Ia keluarga saya selalu memberi

dukungan dan mengingatkan saya untuk selalu kerumah sakit ini setiap bulan biar cepat sembuh keluarga yang mendukung, yaitu kakak-kakak saya dan juga ibu serta pacar saya. Mereka mau agar saya cepat sembuh dan seperti dulu lagi, ”…. (85-91) Selain itu dukungan yang diberikan yaitu keluarga pun turut mengantarkan pasien untuk kontrol rurin dan keluarga juga membiasakan pasien mandiri jadi kadang pasien melakukan kontrol kesehatan sendiri.

(R1) “ Yang biasa mengantarkan saya

kontrol, yaitu ibu dan kadang-kadang mas saya dan kadang-kadang saya datang kontrol rutin setiap bulan sendiri tanpa diantarkan oleh siapa pun” ….(95-99)

3. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat

(14)

mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan.

Dalam teori Niven (2002), salah satu faktor pendukung pasien untuk patuh melakukan kontrol merupakan dukungan dari sosial yaitu masyarakat sekitar pasien, namun menurut penderita Tn.A menurutnya kurang ada dukungan dari masyarakat dan tetangga sekitar karena menurut pasien tetangga takut mengingatkan pasien untuk berobat, karena jika mengingatkan maka pasien jadi tersinggung dan malu.

(R1) “Ya, ada tetangga yang tahu kalau saya

sakit, namun mereka hanya diam dan tidak pernah menyuruh saya untuk kontrol rutin karena mungkin mereka takut saya malu sehingga mereka tidak memberi dukungan seperti kontrol rutin ” ….(106-111)

4. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna pada pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya. Petugas kesehatan merupakan salah satu

(15)

pendukung dalam meningkatkan kesehatan pasien dan membuat pasien untuk selalu patuh melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan jiwanya, menurut pasien Tn.A petugas kesehatan selalu memberi dukungan pada pasien demi meningkatkan kesehatan pasien dengan cara mengetahui perkembangan dan mengingatkan untuk melakukan anjuran-anjuran yang diberikan.

(R1) “Ia saat saya melakukan kontrol dokter

dan perawat menyuruh saya untuk selalu kontrol rutin dan minum obat secara teratur ”

(116-118)

1.2.2 Hasil Penelitian Riset Partisipan 2 4.2.2.1 Gambaran umum Riset Partisipan 2

Nama : Ny. MF

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 46 tahun

Agama : Islam

Status pernikahan : Sudah menikah

Alamat : Demak

Pendidikan : Paket C

Pekerjaan : Guru TK

Diagnosa saat masuk RSJ : Skizofrenia katatonik Biaya pengobatan : JAMKESMAS

(16)

Ny.MF sudah menikah dan dikaruniai dua orang anak dari suaminya yang pertama namun saat pasien mulai mangalami sakit pasien diceraikan oleh suami pertamanya dan sekarang pasien menikah dengan suaminya yang kedua dan mereka juga dikaruniai dua orang anak, namun anak-anak dari suami yang pertama kini sudah besar dan mereka sudah berkeluarga dan sekarang tinggal diluar pulau, sedangkan sekarang pasien tinggal dengan kedua anak dari suami kedua, dan kedua anaknya masih bersekolah. Pasien sempat bercerita kalau ia menderita sakit seperti ini sejak tahun 1995 kemudian pasien diceraikan oleh suami pertamanya, dan selama pasien sakit ia di bawa ke pengobatan alternatif sampai tahun 2000 tidak ada perubahan, pada tahun 2003 suami yang kedua membawa pasien untuk berobat ke RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dan setelah itu saat melakukan kontrol rutin pasien sendiri setiap bulan kerumah sakit sendiri, kalau ada waktu suaminya antar ke rumah sakit tapi hanya sesekali.

1.2.2.2 Observasi Riset Partisipan 2 1. Penampilan

Penampilan dari Ny.MF, dari ujung rambut sampai ujung kaki rapi dan bersih, baju yang dipakai rapi wajah pasien tampak segar sekali, ekspresi wajah pasien selalu tersenyum saat melihat orang yang di sekitarnya, tidak

(17)

menolak ketika didekati, pasien mandiri dalam melakukan kontrol rutin, pasien melakukan ADL (Activity Daily Leaving) sendiri, pasien sangat kooperatif.

2. Tingkat kesadaran

Pasien dalam keadaan composmentis, dan tidak mengalami gangguan memory jangka panjang dan pendek, dapat mengingat hal-hal yang sudah terjadi pada puluhan tahun yang lalu maupun sampai sekarang.

3. Kesopanan

Pasien duduk tenang dan sabar dalam menunggu giliran, berbicara dengan suara yang pelan, tidak berteriak-teriak, dan tidak membuang ludah disembarangan tempat

4. Pakaian

Pakaian yang digunakan layak untuk dipakai, pasien memakai baju kokoh wanita berwarna ungu, celana kain panjang berwarna hitam, memakai kerudung berwarna ungu, sandal jepit swallow putih dan memakai tas samping berwarna hitam, pakaian yang dipakainya bersih dan rapih tidak kusut.

5. Tingkat aktivitas pasien

Saat pasien masuk ke ruang poliklinik aktivitasnya, yaitu pasien mendaftar, untuk mendapat nomor urut, pasien duduk menunggu giliran dipanggil dokter, kemudian pasien

(18)

keluar menunggu giliran mengambil obat diwawancarai dan pasien pulang.

6. Cara interaksi/komunikasi pasein dengan orang lain

Pasien mau untuk diajak bicara dapat merespon lawan bicaranya dengan baik, pasein berbicara dengan sopan, isi pembicaraan dapat dimengerti, dan dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan dengan sangat baik, pasien tidak malu-malu, dan adanya kontak mata pasien yang baik dengan lawan bicaranya.

1.2.2.3. Analisa Data Riset Partisipan 2 1. Penderita atau individu

Pada saat melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan jiwa di rumah sakit pasien merupakan pribadi yang mempunyai tekad untuk memeriksakan kesehatannya, seperti pada Ny.MF melakukan kontrol rutin, atas kemauaan dari dirinya sendiri untuk sembuh.

a) Motivasi pasien

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya. Dimana Ny.MF,

(19)

memiliki motivasi untuk cepat sembuh dan bisa mengabdi pada suami, yaitu sebagai istri yang berguna bagi suami dan keluarga,

(R2)“Ya, karena mau mengabdi pada keluarga

mengabdi pada suami dan ini aku ini kan sudah sembuh sih saya, ya aku anggap sudah sembuh luar biasa tidak seperti waktu itu, saya kan nikah siri suamiku kan juga punya istri pertama gitu tapi aku tidak merebut suami orang, tapi aku merasa apa nunut (numpang) gitu yang penting pengertian, ya ke rumah aku, ya pulang ke rumah aku ya seminggu sekali, kadang dua minggu sekali yang penting di beri nafkah, walaupun kadang ya kurang kadang ya lebih gitu ya kulo (saya) bersyukur, sangat bersyukur sekali. ” ….(199-211)

b). Keyakinan pasien

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita. Penderita dengan keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan jika mengetahui akibatnya. Menurut Ny.MF selama ia melakukan kontrol rutin satu hal yang membuat ia tabah dan patuh menjalani kontrol rutin adalah dengan keyakinan dia sendiri, dimana agama merupakan salah satu penuntun bagi Ny. MF

(20)

sehingga tidak putus asa dalam melakukan kontrol secara rutin dengan keyakinannya ia ingin sembuh karena anak-anaknya sudah semakin dewasa jadi pasien harus sembuh sehingga tidak menjadi beban bagi anak-anaknya,

(R2) “Ya, lah aku harus sembuh aku sudah

punya anak empat. Anak-anak ku sudah gede-gede (besar-besar), waktu itu tahun 2003 kan aku sakit yang terakhir kan anu

(apa) anakku sudah mulai gede-gede

(besar/remaja) yang pertama sudah SMP, aku kan malu kalau kambuh malu kalau dibawa ke rumah sakit, ya aku juga sudah menjadi seorang guru kalau aku sakit ya sangat malu lah, malu anu sama teman-teman rekan-rekan guru,” ….(217-226)

2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya. Dukungan tersebut menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi dan mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolahan penyakitnya. Keluarga merupakan bagian yang terpenting dari pada pasien, dan pasien pun patuh untuk melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan jiwanya, karena ia ingin sembuh dan tidak mau untuk jadi beban bagi keluarga, dan

(21)

keluarga pun selalu mendukung pasien untuk selalu melakukan kontrol rutin.

(R2) “Waktu itu sih yang membawa suami saya yang

kedua ini, suami saya itu termasuknya kan tidak disetujui keluarga yaitu yang pertama nikah siri terus diwaroh (dimadu) ya tapi aku tidak merasa begitu tidak merebut suami orang atau diwayo (dimadu) ya gak apa-apa yang penting suami saya selalu memberi nafkah, selalu datang gitu seumpama suami ku tidak sempat pulang ke rumahku ya apa ada orang dari Kudus atau orang mana yang ngantarin jatah untuk belanja, suami ku itu termasuk orangnya anu tahulah sebelum aku cerita ia tahu, jadi aku kadang merasa bersyukur aku berpikir seumpama kulo (saya) gak didampingi oleh suami saya yang sekarang itu entahlah aku gak ngerti lorkidul gak ngerti sana -sini gak ngerti apa-apa, yakin aku kadang merasa begitu, ya suami ku anu orang yang ngertilah”…. (382-302) Ny.MF dukungan keluarga yang diberikan selain megingatkan untuk melakukan kontrol rutin dukungan keluarga yang lain juga yaitu membiarkan pasien untuk melakukan kontrol rutin sendiri dengan demikian keluarga pun mendukung pasien agar menjadi mandiri.

(R2) “Selama saya menikah lagi dan pada tahun 2003 suami kedua saya yang ngantarin saya untuk kontrol rutin, tapi selanjutnya sampai sekarang ini saya kontrol sendiri”,...(306-310)

3. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor penting dalam

(22)

kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan. Salah satu faktor yang mendukung pasien untuk patuh melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan jiwa Ny.MF yaitu berupa dukungan sosial atau masyarakat sekitar dan Ny. MF sendiri kurang mendapat perhatian yang baik dari masyarakat sekitar menyangkut kesehatan jiwanya.

(R2) “Ya tahulah semuanya tahu, ya kalau tetangga

bodoh-bodoh amat gak ngurusin, hanya saya pulang mereka tanya dari semarang ya kontrol mbak ngono (disana) ditanya orang ya wes (ya sudah), ya kontrol terus kalau kumat tidak ada yang ngurusi wong tua wes ora ono kabe ngoten (orang tua tidak tidak ada semua. Kata mereka begitu), ” ….(316-330)

4. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna pada pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya. Dukungan petugas kesehatan yang diberikan kepada pasien Ny. MF yaitu baik dimana saat dia melakukan

(23)

kontrol perawat dan dokter selalu memberi masukan-masukan berupa rajin minum obat, rajin kontrol rutin demi meningkatkan kesehatan jiwa pasien.

(R2) ” Ya. Kadang aku nanya gini ya tidak selalu

harus kontrol rutin dan aku tanya sampai kapan saya harus berobat harus minum obat rutin dan kontrol rutin,? Sepertinya aku sudah baik Bu aku sepertinya tidak halusinasi ya sudah ndak mendengar suara-suara sudah ndak, sudah bagus karena aku sudah bisa mengajar ya bisa dan tidak kalah dengan orang yang baik dari aku. Saya tanya pada petugas kesehatan, mau tanya jalan keluar selain minum obat ada cara lain bisa ada pengobatan lain maksudnya di apakan supaya tidak tergantung pada obat gitu.

”….(335-348)

1.2.3 Hasil Penelitian Riset Partisipan 3 4.2.3.1 Gambaran umum Riset Partisipan 3

Nama : Sdr. E

Jenis kel : Laki-laki

Umur : 22 tahun

Agama : Islam

Status pernikahan : Belum menikah

Alamat : Pati

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Dulu Nelayan

(24)

Biaya pengobatan : ASKES dan sedang mengurus JAMKESMAS

Sdr.E merupakan anak ke lima dari enam bersaudara, pasien masih mempunyai orang tua yang lengkap dan pasien tinggal bersama orang tua beserta kakak dan adiknya. Ayah Tn.E adalah seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) menurut ayah pasien awal anaknya sakit seperti ini, karena kecelakaan kapal pada tahun 2008 yang membuat sarafnya terganggu sehingga pasien mendengar suara-suara dan merusak barang-barang yang ada disekitarnya, dan pada waktu pasien diantar oleh keluarganya kedukun untuk berobat namun tidak ada perubahan kemudian pasien dibawa lagi ke RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang untuk mendapat pengobatan dan pasien dirawat inap selama dua puluh lima hari kemudian kondisinya semakin membaik dan keluarga dihubungi oleh pihak rumah sakit untuk menjemput pasien, dan diberitahu untuk kontrol rutin dan sejak tahun 2008 setelah selesai menjalani rawat inap sampai sekarang pasien selalu melakukan kontrol rutin terhadap kesehatan jiwa dan kondisi pasien semakin membaik dan tidak seperti orang yang sakit jiwa lagi pasien pun selama ini dirawat inap sekali, karena tidak kambuh penyakitnya.

(25)

1. Penampilan

Penampilan Sdr. E terlihat rapi dan bersih dari ujung rambut sampai ujung kaki, baju yang dipakai dilapisi dengan jaket, dan kerah jaketnya terlipat dengan rapi, pasien wajahnya terlihat segar, ekspresi wajahnya tersenyum, pasien tidak menarik diri saat didekati saat melakukan kontrol pasien mendiri, melakukan ADL (Activity Daily Leaving) sendiri. 2. Tingkat kesadaran

Pasien dalam keadaan sadar penuh, tidak mengalami gangguan memori jangka panjang maupun jangka pendek, sebab mampu mengingat apa yang terjadi sejak dahulu, sampai sekarang.

3. Kesopanan

Pasien tampak sopan, tidak mondar-mandir, sabar dan tenang saat menunggu giliran, dan tidak teriak-teriak dan dapat menjawab pertanyaan dengan suara yang lembut dan sopan,

4. Pakaian

Pakaian yang dipakai pasien layak, pasien memakai baju kaos hitam, dilapisi dengan jaket berwarna coklat, memakai celana panjang jeans biru, dan sandal hitam serta memakai topi hitam, pakaian yang dipakai tidak sobek dan bersih. 5. Tingkat aktivitas pasien

(26)

Saat pasien masuk, diantar ayahnya, mendaftar, menunggu giliran untuk di panggil oleh perawat, kemudian menghadap dokter pasien pun dapat ke kamar mandi sendiri tanpa diantar oleh orang tuanya,

6. Cara interaksi/komunikasi pasein dengan orang lain

Pasien dapat diajak komunikasi dengan baik, isi pembicaraannya dapat dimengerti, namun kadang suara pasien agak telo, jadi jawabannya kadang sulit dipahami, namun pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dengan jelas, agak malu-malu saat bicara, dan kontak mata yang baik saat bicara.

4.2.3.3. Analisa Data Riset Partisipan 3

1. Penderita atau individu a). Motivasi pasien

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya. Pasien yang sakit dalam hal ini Sdr.E ia merupakan seorang penderita gangguan jiwa yang menjalani rawat inap di RSJ, namun hal itu tidak membuatnya putus asa. Ia merasa masa

(27)

depannya masih panjang sehingga ia mempunyai motivasi, untuk selalu patuh melakukan kontrol rutin agar dapat mempertahankan kesehatan jiwanya, karena ia merasa masih dapat melakukan hal-hal yang berguna.

(R3) ” Kalau sembuh saya mau kerja yang seperti

dulu-dulu sebagai nelayan apa kek yang penting halal,”….(389-391)

b). Keyakinan pasien

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan jika mengatahui resiko yang akan terjadi. Sdr.E mempunyai keyakinan terhadap agamanya sehingga ketika sakit pasien selalu melakukan kegiatan agamanya sehingga demikian dapat membuatnya kuat serta menerima keadaannya sebagai suatu ujian dari Tuhan sehingga ia pun selalu patuh melakukan kontrol sebagai salah satu tugasnya berdoa dan

(28)

bekerja ia ingin kembali pulih dan mengerjakan apa pun yang Sdr. E mau.

(R3) “Keyakinan mendukunglah dan hati ini

berkata ingin cepat sembuh dan biasanya saya selalu diajar untuk sholat lima waktu dan itu yang membuat saya kuat, bahwa masa depan masih panjang jadi saya harus patuh kontrol biar benar-benar sembuh dan biar saya dapat melakukan apapun yang saya mau.”….(395-402)

2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya. Karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi dan mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolahan penyakitnya. Keluaga Sdr.E sangat-sangat mendukung pasien untuk cepat pulih, dukungan yang diberikan oleh keluarga yaitu orang tua serta saudara-saudaranya dukungan yang diberikan berupa moril maupun materil dan pasien pun selalu diantarkan untuk melakukan kontrol rutin dan yang biasa rutin mengantar pasien kontrol yaitu ayah pasien, sedangkan ibu pasien tidak pernah mengantarkan karena

(29)

menurut ayah pasien, ibunya memiliki pendidikan yang rendah sehingga kurang mengerti dengan kondisi putranya.

(R3) “Ya ada biasanya yaitu keluarga dan

keluarga–keluarga yang mendukung, yaitu kakak-kakak kandungku, adik-adikku, ayah dan ibu, ya itu aja, dukungan mereka menyuruh saya rajin kontrol untuk cepat

sembuh gitu. ”….(426-431)

Dukungan dari keluarga, yaitu setiap bulan secara rutin mengantarkan pasien ke rumah sakit jiwa setiap bulan untuk kontrol rutin.

(R3)”Yang biasa selalu mengantarkan ke

rumah sakit untuk kontrol rutin yaitu bapak saja”.… (435-436)

3. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga lain merupakan fasktor-faktor penting dalam kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan. Dukungan sosial yaitu tetangga-tetangga dari Sdr.E dan kenalan atau teman-teman dari orang tua Sdr.E selalu memberi dukungan namun itu pada awal-awalnya Sdr.E sakit, namun sekarang dukungan itu tidak selalu namun hanya sesekali saja kalau sempat. Karena tetangga dan masyarakat belum mengerti benar tentang

(30)

pentingnya kontrol rutin bagi pasien. Sdr.E juga mengatakan tetangga kan orang lain jadi mereka sepertinya tidak peduli.

(R3) “Ya itu aku gak tahu ya namanya orang lain

bukan keluarga, dan ada yang mendukung, tapi teman dekat, dan dulu saya dirawat inap, ada masyarakat yang datang dengan mobil travel 20 orang datang ke sini, dan saya tidak tahu yang salaman sapa, dan selama ini tetangga yang berupa keluarga saja yang datang ke rumah untuk memberi tahu untuk selalu kontrol rutin, dan itu hanya awal-awal saja namun sekarang dukungan tidak ada karena sudah mau jalan tiga tahun menjalani kontrol rutin, ”…. (451-564)

4. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna pada pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya. Tugas penting dari petugas kesehatan yaitu selalu mengingatkan pasien-pasien untuk patuh melakukan kontrol rutin secara teratur, dan minum obat pun secara teratur dan di ingatkan untuk pasien Sdr.E dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat setiap hari.

(31)

(R3) ”Ya petugas kesehatan selalu memberi

dukungan dengan mengatakan kepada saya, sebulan sekali harus datang kontrol rutin, pelayanan ramah, dokter mengatakan juga untuk mengutamakan kesehatan, sering-sering aja kegiatan dirutinin, olahraga dan rajin sholat. ”….(569-574)

1.2.4 Hasil Penelitian Riset Partisipan 4 4.2.4.1 Gambaran Umum Riset Partisipan 4

Nama : Ny M

Jenis kel : Perempuan

Umur : 37 tahun

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah tapi cerai

Alamat : Kampung besuk- Semarang

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pabrik tahu

Diagnosa saat masuk RSJ : Skizofrenia hebefrenik Biaya pengobatan : JAMKESMAS

Pasien merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara, dan pasien pun sudah menikah dan dikaruniai seorang anak namun sebelum pasien sakit ia kemudian diceraikan oleh suaminya, dan kini anaknya tinggal bersama suaminya dan pasien tinggal bersama salah satu kakaknya yang juga mengalami gangguan jiwa berat dan tidak pernah kontrol karena polio jadi

(32)

tidak bisa untuk berjalan, pasien mengatakan bawha awalnya ia sakit seperti ini, karena ia mendengar suara-suara yang membisik di telinganya dan ia bicara sendiri, sehingga kakaknya yang nomor tiga mengantarkanya kerumah sakit jiwa untuk dirawat. Dan setelah dirawat di rumah sakit jiwa, pasien di pulangkan ke rumah dan dianjurkan untuk melakukan kontrol rutin, pasien mulai patuh melakukan kontrol rutin sejak selesai rawat inap pada tahun 2005 dan pasien pernah satu kali tidak kontrol rutin sekitar tahun 2006 pasien merasakan sakit, pusing dan tidak tenang dan pasien mendengar seperti suara suami dan anaknya pasien tidak tahan dengan hal itu, maka pasien takut penyakitnya kambuh dan dirawat di rumah sakit jiwa sehingga setiap bulan pasien selalu kontrol rutin tanpa absen sampai sekarang dan kini kondisi kesehatan pasien sudah seperti orang sehat biasanya.

1.2.4.2 Observasi Riset Partisipan 4 1. Penampilan

Penampilan pasien terlihat rapi dan bersih, wajah pasien terlihat segar, tidak menarik diri saat didekati, pasein mandiri dapat melalukan ADL (Activity Daily Leaving) sendiri.

(33)

Pasien dalam keadaan sadar penuh, kesadaran pasien composmentis, pasien tidak mengalami gangguan memori jangka panjang maupun pendek.

3. Kesopanan

Pasien terlihat sopan, saat berbicara pelan, pasien tidak mondar-mandir, pasien tenang dan sabar dalam menunggu giliran untuk dipanggil, namun pada saat sedang duduk menunggu, antrian yang belakang dari pasien sudah dipanggil lebih dulu, maka Ny.M kemudian menghadap perawat dan menanyakan namanya dari tadi belum di panggil, dan ia menghadap perawat dengan tenang dan tidak emosi.

4. Pakaian

Pakaian yang yang dipakai oleh pasien rapi dan bersih, tidak sobek, baju yang dipakai yaitu baju kokoh berwarna cream dan tangan panjang, memakai jilbab hitam, dan memakai rok panjang berwarna hitam serta sandal plastik hitam dan memakai tas berwarna hitam, pakaian yang di pakai bersih.

5. Tingkat aktivitas pasien

Aktivitas pasien, yaitu masuk ke poliklinik mendaftar untuk mendapat nomor urut, dipanggil perawat menunggu giliran dipanggil dokter, ambil obat dan pulang

(34)

Pasien dapat berinteraksi dengan baik isi pembicaraannya dapat di mengerti, jawaban yang diberikan jelas, tidak malu-malu saat berbicara, dan adanya kontak mata yang baik dari pasien.

1.2.4.3 Analisa Data Riset Partisipan 4 1. Penderita atau Individu

Riset Partisipan 4, Ny.M merupakan salah satu penderita gangguan jiwa yang sudah lama melakukan kontrol rutin di rumah sakit jiwa, menurut Ny.M sendiri, menyadari bahwa ia mengalami gangguan jiwa namun ia berusaha mamperkuat dirinya sendiri untuk tetap mempertahankan kesehatan jiwanya dengan patuh melakukan kontrol secara rutin terhadap kesehatan jiwanya karena ia sakit lagi tidak ada yang bisa mengurusi pasien dan kakaknya.

a) Motivasi Pasien

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dalam diri individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya. Ny.M melakukan kontrol rutin atas motivasi dirinya sendiri, karena ia ingin sembuh dari sakit karena menurut Ny.M, ia punya motivasi sendiri untuk kontrol rutin, karena yang

(35)

rasakan sakit bukan orang lain, namun dirinya maka Ny.M punya kesadaran diri sendiri dalam melakukan perawatan terhadap keadaan diri yang ia alami.

R4 ” Ya itu motivasi dari diri saya sendiri

soalnya kalau gak periksa itu yang ngerasain sakit dan pusing itu diri saya sendiri gitu loh mbak!”…. (617-620)

b) Keyakinan pasien

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan kalau tahu masalah yang akan dialami. Menurut Ny M, ia adalah seorang yang beragama dan agama juga lah yang menjadi penuntun penderita dalam menjalani hari-harinya dan dalam keadaan sakit yang dihadapi ia selalu berdoa sesuai dengan ajaran agamanya yang dapat membuat Ny.M kuat dan tidak putus asa dalam menerima kondisi dirinya dan mau melaksanakan kewajibannya setiap bulan dengan patuh melakukan kontrol rutin demi kesembuhan dirinya sebab ia yakin ia bisa sembuh.

(36)

R4 “Ya keyakinan agama juga perlu kalau

umpamanya saya gila gimana ya sebagai pegangan saya ya agama itu, karena dengan berdoa dan membaca ayat-ayat quran dapat memotivasi saya untuk tetap ingin cepat sembuh,”…. (625-630)

2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat di pisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya. Karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi dan mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang di berikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolahan penyakitnya.

R4 “Ya semua mendukung kakak-kakak saya mendukung untuk kontrol disini adik saya juga mendukung, dukungannya ya apa itu dengan dikatai kalau kamu gila gimana kalau gak kontrol.”…. (655-659)

3. Dukungan Sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat mengurangi ansietas yang di sebabkan oleh penyakit tertentu dan

(37)

dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan. Menurut Ny.M tetangganya tahu kalau ia sakit dan karena tetangga tahu pasien selalu pusing maka kadang mereka memberitahu agar pasien tidak lupa kontrol dirumah sakit.

R4 “Ya tetangga tahu kalau saya sakit, mereka

yang memberi tahu untuk saya kontrol rutin itu tentangga, biasanya kadang mereka kerumah dan bilang mbak kontrol nanti kepalanya pusing, karena kepala saya sering pusing mbak!.” ….(673-677)

4. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna pada pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya. Tenaga kesehatan merupakan orang yang sangat berperan penting dalam meningkatkan kesehatan pasien dan Ny.M dengan cara memberi pengobatan dan selalu mengingatkan untuk selalu rajin untuk kontrol dan minum obat dengan teratur.

(R4) “Ia perawat dan dokter selalu, memberi

(38)

obatnya diminum rutin biar gak sakit gak kambuh dan gak dengar suara-suara lagi, ”….

(682-677)

(R4) “saya juga di sarankan oleh dokter untuk

habis magrib membaca ayat-ayat kurzih ”….(716-719)

4.3 Uji Keabsahan Data

4.3.1 Triangulasi Data

Dalam penelitian ini , peneliti menguji kembali kebenaran data yang di dapat dari pasien melalui indikator-indikator yang ada untuk medukung kebenaran data yang diberikan, yaitu

a) Dukungan Keluarga

Sebagai keluarga sangat-sangat mendukung sekali pasien dalam memeriksakan kesehatan jiwa, dukungan yang diberikan kepada pasien berupa moril maupun materil dan mengatakan pasien untuk melakukan kontrol rutin.

b) Dukungan Sosial

Penerimaan masyarakat pada pasien, yaitu sewajarnya seperti masyarakat biasa, dan pasien diperlakukan dalam seperti masyarakat biasa, tetangga atau masayarakat tidak mendukung pasien untuk kontrol rutin setiap bulan di rumah sakit jiwa.

(39)

c) Petugas Kesehatan

Setiap kali pasien melakukan kontrol rutin, petugas kesehatan selalu memberi dukungan dan memotivasi pasien untuk terus melakukan kontrol rutin, dengan mengingatkan minum obat teratur dan menjelaskan pada pasien tentang jamkesmas karena banyak pasien yang menggunakan jamkesmas.

1.3 Pembahasan

Motivasi adalah kebutuhan psikologis yang telah memiliki corak atau arah yang ada dalam diri individu yang harus dipenuhi agar kehidupan kejiwaannya terpelihara, yaitu senantiasa berada dalam keadaan seimbang yang nyaman. (Sutardjo& Wiramihardja, 2004)

Orang yang mempunyai motivasi diri cenderung lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan (Mulyani, 2008).

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada ke-4 orang riset partisipan maka keempat riset partisipan mempunyai motivasi masing-masing untuk ingin sembuh dan ke empat riset partisipan ini ingin kembali ke keadaan sehat kembali dan bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bisa mereka lakukan dan dapat menjadi orang yang berguna bagi orang yang ada disekiar mereka yaitu keluarga mau pun tetangga sekitar.

(40)

Seperti riset partisipan 1 ingin cepat sembuh dan bisa mencari pekerjaan, riset partisipan 2 motivasinya tetap menjadi mengajar di TK (Taman kanak-kanak), bisa mengabdi pada suami dan keluarga, riset partisipan 3 kalau sembuh ingin bekerja seperti yang dulu sebagai nelayan dan riset partisipan 4 motivasinya bisa bekerja di pabrik tahu untuk mencari nafkah bagi pasien sendiri dan kakaknya yang juga sakit.

Keyakinan adalah merupakan pengorganisasian konsep kognitif, misalnya individu memegang keyakinan yang dapat dibuktikan melalui kejadian yang dapat dipercaya (Ismani, 2001). Riset partisipan 1-4 mereka beragama Islam dan memiliki keyakinan terhadap agama yang mereka anut dimana menurut ke-4 riset partisipan ketika mereka patuh malakukan kontrol rutin, keyakinan mereka juga yang mendorong dengan melakukan kegiatan agama mereka seperti sholat, membaca quran, dapat menjadi panutan mereka untuk tabah dan tidak putus asa terhadap keadaan yang mereka alami sehingga selalu semangat dalam melakukan kontrol rutin secara rutin setiap bulan dan menurut riset partisipan 2 salah satu hal yang membuat ia kontrol rutin yaitu untuk sembuh, karena anak-anaknya sudah besar dan ia tidak mau menjadi beban dalam keluarga dan bagaimanapun sampai tua ia harus menjalankan kontrol rutin, karena itu sudah menjadi takdir yang harus ia jalani serta riset

(41)

partisipan 3 ini mengatakan bahwa keadaan yang ia alami saat ini merupakan salah satu cobaan sebagai seorang makhluk Tuhan, sehingga ia harus menjalani semua ini dengan sabar.

Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut, (Johnson & Leni, 2010)

Keluarga adalah tempat pertama kali klien berinteraksi dan dipandang sebagai pilar utama untuk mencapai keberhasilan klien bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih besar. (Andrew,dkk dalam Sudiharto, 2005)

Semua riset partisipan mendapatkan dukungan yang baik dari anggota keluarga yaitu orang tua, kakak beradik, anak-anak maupun suami namun riset partisipan 4 tidak mendapatkan dukungan dari suami dan anak karena ketika responden sebelum menderita gangguan jiwa, ia diceraikan oleh suaminya dan anaknya pun dibawa oleh suami sehingga responden hanya tinggal dengan saudara kandungnya, namun ia mendapat dukungan untuk patuh kontrol rutin dari saudara-saudara dan keluarga besarnya, dan adapun riset partisipan 1,2 dan 4 dukungan keluarga yang diberikan selain mengingatkan setiap bulan untuk patuh kontrol sehingga penyakitnya tidak kambuh, keluarga memberi dukungan lain,

(42)

dengan membiarkan pasien kadang melakukan kontrol setiap bulan sendiri, dengan demikian keluarga dapat membuat pasien untuk semakin mandiri, sedangkan riset partisipan 3 orang tua dan saudara-saudara selalu memberi dukungan dengan mengingatkan untuk tidak lupa kontrol setiap bulan dan orang tua yaitu ayah pasien selalu menemani anaknya setiap bulan untuk menjalani perawatan di rumah sakit. Jadi ke-4 riset partisipan ini memiliki dukungan yang besar dari keluarga demi meningkatkan kesehatan jiwa mereka.

Lingkungan tetangga dan komunitas dimana keluarga tinggal sangat mempengaruhi keluarga (Friedman,1998)

Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia, mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan (Riyadi& Purwanto, 2009)

Tempat tinggal dari ke-4 riset partisipan ini berada dilingkungan tetangga dan masyarakat. Namun menurut riset partisipan 1 tetangga tidak mengingatkan untuk kontrol karena menurut pasien tetangga takut jika mengingatkan pasien akan malu, riset partisipan 2 tetangga mereka tahu kalau pasien sakit jiwa namun tetangga/masyarakat sekitar masa bodoh dengan keadaan yang dialami pasien awal-awalnya saja

(43)

responden mendapatkan dukungan dari tetangga sekitar untuk kontrol terhadap kesehatannya, riset partisipan 3 mendapat dukungan masyarakat saat awal sakit dan masuk rumah sakit, namun seterusnya tetangga menganggap hal tersebut biasa saja karna menurut riset partisipan 3 mengatakan namanya juga mereka orang lain jadi tidak peduli serta riset partisipan 4 mendapat dukungan dari tetangga untuk patuh kontrol itu karena mereka tahu kalau riset partisipan 4 pusing maka mereka mengingatkan pasien untuk melakukan kontrol jika tidak pusing tetangga tidak mengingatkan. Jadi dukungan sosial yang didapatkan dari ke-4 riset partisipan masih kurang.

Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dalam bentuk bio-psiko sosio-spiritual yang komperhensif, ditunjukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. (Sudiharto, 2005)

Pelayanan Kesehatan yaitu dokter dan perawat dirumah sakit dengan memberi perhatian yang baik saat melakukan perawatan sesuai dengan harapan klien/pasien. (Perry& Potter, 2005).

(44)

Dukungan dari petugas kesehatan yaitu perawat dan dokter di poliklinik RSJD. Amino Gondohutomo Semarang selalu ada, karena menurut ke-4 riset partisipan, mereka setiap kali melakukan kontrol mereka selalu diberi obat dan diingatkan untuk minum obat secara teratur tanpa putus, patuh kontrol setiap bulan dan tidak boleh terlambat serta pasien diberitahu untuk setiap hari selalu melakukan aktivitas seperti berdoa, berolahraga dan mengerjakan sesuatu yang bisa dikerjakan tanpa ada paksaan dan riset partisipan 4 sempat terlambat melakukan kontrol sekali maka petugas kesehatan menanyakan kendalanya dan tetap memberi dukungan untuk tetap mengingatkan pasien agar tetap melalukan kontrol jadi dukungan petugas kesehatan pada ke-4 riset partisipan setiap bulan harus melakukan perawatan dirumah sakit secara rutin demi meningkatkan kesehatan jiwa pasien untuk lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan cara ini di ketahui beberapa hal Peta geologi adalah bentuk ungkapan data dan informasi geologi suatu daerah / wilayah / kawasan dengan tingkat kualitas yang tergantung

Tongkol jagung yang telah disimpan selama 30 hari, menunjukkan bahwa pada tingkat kadar air awal sebesar 11%, penyimpanan dengan cara dihamparkan memberikan nilai

Laccolith adalah tubuh batuan intrusi yang berbentuk cembung, dimana perlapisan batuan yang semula datar menjadi melengkung karena terdesak oleh intrusi ini,

Senam kegel adalah senam yang bertujuan untuk memperkuat otot- otot dasar panggul terutama otot pubococcygeal sehingga seorang wanita dapat memperkuat otot-otot saluran kemih

Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan umpan alami tidak berbeda nyata dengan umpan buatan pada pancing layang-layang untuk menangkap ikan cendro di perairan Selat

1) Character, merupakan keadaan watak/sifat, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Ini dapat dilihat dengan meneliti riwayat hidup nasabah, reputasi

dana mati narkotika itu, karena Indonesia me- ngalami situasi darurat Narkotika, dimana aki- bat dari peredaran narkotika, banyak warga masyarakat Indonesia yang

Penelitian dilakukan di SLB Putra Manunggal, Gombong, Kebumen mengenai hubungan antara dukungan sosial guru dengan kemampuan sosialisasi pada anak retardasi mental.. Data