Rancangan Sistem Persediaan Bahan Baku Kertas
Menggunakan Model Persediaan Stokastik
Joint
Replenishment
di PT Mizan Grafika Sarana
*
YESTI FADILA SARI, EMSOSFI ZAINI, ALEX SALEH
Jurusan Teknik IndustriInstitut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung Email: [email protected]
ABSTRAK
PT Mizan Grafika Sarana adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi percetakan novel, bahan baku yang digunakan yaitu kertas. Pada saat ini, sistem pemesanan beberapa bahan baku yang dipasok dari satu supplier bisa dilakukan secara bersamaan, apabila jumlah persediaan bahan baku di gudang telah mendekati safety stock, sehingga dengan cara ini dimungkinkan terjadinya pemesanan suatu bahan baku dilakukan secara terpisah. Agar pemesanan dapat dilakukan secara bersamaan untuk semua bahan baku yang berasal dari satu supplier maka digunakan model periodic review untuk kasus joint replenishment dengan permintaan stokastik. Dengan metode ini sistem persediaan akan dimonitor setiap interval tertentu. Dari hasil perhitungan didapatkan interval pemesanan ( ) sebesar 0,5 bulan, dan total persediaan dari model adalah Rp 59.347.108,44. Total dari hasil uji verifikasi terhadap data masa lalu didapatkan ongkos total persedian gabungan sebesar Rp 57.487.663,28. Total ongkos persediaan berdasarkan sistem perusahaan adalah Rp 65.361.209,98. Dari hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ongkos persediaan berdasarkan hasil rancangan lebih kecil dibandingkan dengan berdasarkan metode perusahaan.
Kata kunci: persediaan, periodic review, stokastik, joint replenishment.
ABSTRACT
PT Mizan Grafika Sarana is a company that printing novels, the raw material are used is paper. At this time, some raw materials ordering system supplied from a single supplier can be performed simultaneously, if the amount of raw material inventory in the warehouse safety stock approach, so that in this way there is the possibility of oredering raw materials is carried out separately. So that reservations can be done simultaneously for all the raw materials originating from a supplier then used the model to the case of periodic review joint replenishment with stochastic demand, through this method of inventory system is monitored every certain interval. From the calculation results obtained ordering interval ( ) 0,5 months or 2 weeks, and the total inventory of the model is Rp
* Makalah ini merupakan ringkasan dari Tugas Akhir yang disusun oleh penulis pertama dengan pembimbingan penulis kedua dan ketiga. Makalah ini merupakan draft awal dan akan disempurnakan oleh para penulis untuk disajikan pada seminar nasional dan/atau jurnal nasional.
Reka Integra - 2
59.347.108,44, whereas the results of the inventory system verification test against past data obtained combined total inventory costs of Rp 57.487.663,28. The total cost of inventory based on the system the company is Rp 65.361.209,98. From the results obtained, it can be concluded that the cost of inventory based on the results of the design is smaller than the method based company.
Keywords: inventory, periodic review, stochastic, joint replenishment.
1. PENDAHULUAN 1.1 Pengantar
Sistem manufaktur merupakan serangkaian kegiatan yang saling terintegrasi antara peralatan dan sumber daya manusia yang berfungsi untuk melakukan satu atau lebih pengolahan dan/atau operasi dari bahan baku awal menjadi produk jadi. Sistem manufaktur pada sistem produksi membutuhkan adanya sistem produksi, pendukung sistem manufaktur dan fasilitas (Groover, 2001). Pada sistem produksi, pengendalian persediaan bahan baku merupakan aspek yang sangat diperlukan oleh perusahaan baik perusahaan yang sudah maju maupun perusahaan yang masih berkembang. Pengendalian persediaan bahan baku yang baik yaitu dapat menjamin tersediannya bahan baku dalam waktu kedatangan yang tepat, dan dalam jumlah yang tepat.
PT. Mizan Grafika Sarana merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yaitu percetakan novel. Jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat berbagai jenis novel sifatnya beraneka ragam (multi-item) dengan kebutuhan yang bersifat stokastik karena jumlah permintaan yang tidak diketahui setiap periodenya.
Sistem pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Mizan Grafika Sarana hanya berfokus pada tingkat ketersediaan bahan baku tanpa melihat aspek biaya yang ditimbulkan, karena pengendalian persediaan bahan baku dilakukan berdasarkan intuisi. Pada umumnya pemesanan item bahan baku yang dipesan dari satu supplier tersebut dapat dilakukan secara gabungan (joint replenishment), hal ini dapat terjadi apabila jumlah persediaan beberapa item bahan baku digudang yang berasal dari supplier yang sama telah mendekati
safety stock. Sistem persediaan yang dilakukan perusahaan sekarang masih mengalami kekurangan atau kelebihan bahan baku, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya pemborosan ongkos persediaan. Berdasarkan uraian tersebut, perusahaan perlu melakukan perbaikan pengendalian persediaan yang dapat memberikan tingkat ketersediaan dan efisiensi sistem pemesanan yang tinggi serta ongkos persediaan minimum.
1.2 Identifikasi Masalah
PT. Mizan Grafika Sarana dalam melakukan sistem pengendalian multi-item dengan permintaan yang bersifat stokastik dengan tujuan meminimisasi ongkos total persediaan gabungan. Bahan baku yang diperlukan diperoleh dari beberapa supplier. Model persediaan yang akan digunakan yaitu model persediaan stokastik untuk kasus joint replenishment
(Eynan & Kropp, 1998), melalui metode ini sistem persediaan akan dimonitor setiap interval tertentu dan besarnya pemesanan merupakan selisih antara inventori maksimum yang diinginkan dengan inventori yang ada pada saat pemesanan dilakukan, sehingga diharapkan pengendalian persediaan bahan baku dapat berjalan dengan lancar dan ongkos total persediaan menjadi minimum.
2. STUDI LITERATUR 2.1 PERSEDIAAN
Persediaan adalah sumber daya menggangur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Persediaan adalah seluruh barang dan material yang digunakan pada proses produksi dan distribusi (Fogarty dkk., 1991).
Terminologi Dalam Sistem Persediaan, terdiri dari: 1. Kebutuhan Barang (Demand)
2. Waktu Ancang (Lead Time)
3. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point) 4. Cadangan Pengaman (Safety Stock)
Menurut Tersine (1998) masalah pengendalian persediaan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, diantaranya:
1. Berdasarkan Pengulangan Pemesanan (Repetitiveness) 2. Berdasarkan Sumber Pemasok
3. Berdasarkan Sifat Permintaan 4. Waktu Ancang (lead time) 5. Berdasarkan Sistem Pemesanan
2.2 Model-Model Sistem Persediaan
Sistem persediaan untuk kasus independent demand menurut pengembangan Model Wilson
(1929) dalam buku Nasution & Prasetyawan (2008) terbagi menjadi dua jenis, yaitu fixed order size inventory system (Model-Q) dan fixed order interval inventory system (Model-P). Sistem persediaan Model-Q merupakan sistem persediaan dimana pemesanan sejumlah Q
akan dilakukan apabila persediaan mencapai reorder point (r) sedangkan pada sistem persediaan Model-P persediaan diperiksa secara berkala setiap jangka waktu tertentu, dan jangka waktu itu bersifat tetap dari waktu ke waktu.
2.3 Model Persediaan Stokastik Untuk Kasus Joint Replenishment
Model persediaan untuk kasus joint replenishment dikembangkan oleh Eynan & Kropp (1998). Pada model ini pendekatan yang digunakan ialah pendekatan Model-P atau model
periodic review. Pada persediaan dengan sistem periodic review, tingkat persediaan dimonitor setiap interval tertentu dan pemesanan dilakukan dengan jumlah untuk mencapai titik persediaan maksimum. Sistem persediaan periodic review dapat diterapkan untuk kasus
single item (jumlah item satu) dan multi-item (jumlah item banyak). a. Kasus Single Item
Model periodic review untuk permintaan yang bersifat stokastik ini tidak melibatkan ongkos kekurangan persediaan karena sudah dicukupi dengan besarnya safety stock
dengan tingkat pelayanan (service level) tertentu. Asumsi model yang digunakan pada penelitian ini yaitu bahwa pola permintaan berdistribusi normal.
b. Kasus Multi Item
Pada kasus multi-item penerapan model periodic review memerlukan koordinasi pemesanan. Asumsi model yang digunakan mengasumsikan bahwa pola permintaan berdistribusi normal.
2.4 Chi Square Goodness Of Fit Test
Uji goodness of fit digunakan untuk menguji apakah populasi mengikuti bentuk distribusi normal atau tidak (Djarwanto, 2003).
Reka Integra - 4
3. METODOLOGI PENELITIAN
Urutan proses dan langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Gambar 1. Urutan Proses dan Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah perhitungan pada penelitian ini, yaitu:
Chi Square Goodness Of Fit
Langkah-langkah dalam menyusun tabel distribusi frekuensi dan berikut langkah-langkah pengujian distribusi dengan menggunakan chi square goodness of fit.
1. Mengurutkan data dari data terkecil sampai data terbesar. 2. Menghitung jarak atau rentang (R), dengan persamaan:
Range (R) = Xi besar - Xikecil (1)
3. Menghitung jumlah kelas (JK), dengan persamaan:
Jumlah Kelas (JK) = 1 + 3,3 log N , N = Jumlah data (2) 4. Menghitung Lebar Kelas (LK), dengan persamaan:
Lebar Kelas (LK) = = (3) 5. Menentukan batas data terendah atau batas bawah (LCL) interval kelas pertama,
kemudian menghitung batas atas (UCL) interval kelas pertama dengan persamaan: UCL = LCL + Panjang Interval Kelas (P) (4) 6. Menentukan batas bawah (LCB) dan batas atas (UCB) masing-masing kelas dengan
persamaan:
LCB (i) = LCL – 0,5 X satuan pengukuran terkecil (5)
UCB (i) = UCL – 0,5 X satuan pengukuran terbesar (6) 7. Menyusun tabel distribusi frekuensi dengan cara menghitung frekuensi data yang masuk kedalam masing-masing kelas. Langkah-langkah pengujian distribusi dengan menggunakan goodness of fit adalah sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis awal.
H0 = Data pengamatan berdistribusi normal.
Studi Literatur
Studi literatur mengenai metode pengendalian persediaan, definisi, terminologi, biaya-biaya persediaan.
Identifikasi Masalah
Model persediaan periodic review dengan kasus joint replenishment (Eynan & Kropp,
1998)
Perhitungan dengan menggunakan Model dan Analisis
H1 = Data pengamatan tidak berdistribusi normal.
2. Menentukan taraf keberartian (α) 3. Distribusi χ2
Gambar 2 menunjukkan daerah penolakan dan daerah penerimaan pada distribusi χ2
Gambar 2. Daerah Penolakan dan Penerimaan
4. Statistik Hitung
a. Menentukan daerah kritis (χ2
tabel ) = χ2 (α;v) dengan nilai v= k – r – 1, k = jumlah
kelas dan r = jumlah parameter yang diamati.
b. Menghitung nilai rata-rata ( dan standar deviasi ( .
(7) = (8) c. Menghitung nilai Z1 dan Z2dengan persamaan:
Z1 = (9)
Z2 = (10)
d. Menentukan nilai P (Z1) dan P (Z2) untuk masing-masing kelas. Nilai P (Z1) dan P
(Z2) ini merupakan hasil interpolasi dari tabel distribusi normal.
e. Menghitung nilai P (Z) untuk masing-masing kelas dengan persamaan:
P (Z) = P (Z1) - P (Z2) (11)
f. Menghitung nilai ei dengan persamaan ei = P (Z) x n (12) g. Menggabungkan kelas yang memiliki nilai ei < 5 sehingga tiap kelas memiliki nilai
ei ≥ 5.
h. Menghitung χ2 hitung
χ2 = (13)
5. Menarik kesimpulan dengan membandingkan nilai χ2
hitung dengan χ2 tabel. Apabila
nilai χ2
hitung < χ2 tabel maka terima H0, berarti data berdistribusi normal, dan
sebaliknya.
Penentuan Interval Pemesanan Dasar/Basic Cycle (T)
Pada model periodic review dengan pemesanan gabungan (joint replenishment) salah satu variabel keputusan yang dihasilkan ialah interval pemesanan (T). Berikut ini langkah-langkah penentuan interval antar pemesanan.
Langkah 1: Menentukan nilai dengan menggunakan Persamaan
= - + + = 0, (14)
dengan T0dengan menggunakan Persamaan T0 = (15)
Daerah Penolakan
Reka Integra - 6
Langkah 2: Identifikasi nilai . Item yang memiliki paling kecil dinotasikan sebagai
Item 1, dengan nilai = 1. Dan item yang lainnya dinotasikan sebagai
item 2, 3, 4, …. n.
Langkah 3: Tentukan nilai T dengan menggunakan Persamaan
(16) dengan T0 = (17) Langkah 4:Cari nilai , jika = q, maka nilai q harus memenuhi Persamaan
≤ ≤ (18)
Langkah 5:Tentukan nilai T dengan menggunakan Persamaan
T = (19) dengan T0= (20) Langkah 6:Hitung ongkos total gabungan (OT) dengan menggunakan Persamaan
OT = + +
+
+ z
i+
(19)
Ulangi langkah 4 dan 5 sehingga ongkos total persediaan gabungan yang dihasilkan pada setiap iterasi menghasilkan nilai yang sama atau hampir sama.
Penentuan Interval Pemesanan Tiap Jenis Bahan Baku (
Tahap selanjutnya setelah menentukan besarnya interval pemesanan (T) dan yaitu menentukan interval pemesanan tiap jenis bahan baku. Penentuan Interval Pemesanan Tiap Jenis Bahan Baku ( dihitung dengan menggunakan Persamaan
Interval pemesanan item i = (22)
Penentuan Inventory Level (
Penentuan besarnya inventory level ditetapkan sesuai besarnya permintaan selama interval pemesanan serta sesuai besarnya safety stock selama interval pemesanan dan
lead time. Untuk menghitung besarnya ekspektasi permintaan selama interval pemesanan serta besarnya safety stock item bahan baku selama interval pemesanan dan lead time yaitu dengan menggunakan Persamaan
Ekspektasi permintaan item i = (23) dan Safety stock item i selama Ti dan Li = zi (24)
Sedangkan untuk menghitung besarnya inventory level tiap jenis bahan baku dihitung dengan menggunakan Persamaan
Inventory level item i = + zi (25)
Perhitungan Ongkos Total Persedian Gabungan (OT)
Perhitungan ongkos total persediaan gabungan (OT) didapatkan pada saat melakukan perhitungan interval pemesanan dasar (T) yang terdapat pada Langkah 6 iterasi terakhir.
4. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 PENGUMPULAN DATA
Kebutuhan Bahan Baku
Berdasarkan hasil pengolahan data oleh perusahaan didapatkan kebutuhan bahan baku Mei 2013 – April 2014 dalam satuan jenis bahan baku yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Kebutuhan Bahan Baku Tahun
HVS Book Paper Koran Imperial Mechanical Paper Art Paper Matt Paper Art Carton
Mei 628 889 72 121 75 33 23 128 Juni 685 636 68 106 134 36 23 450 Juli 800 613 76 72 65 33 18 220 Agustus 833 672 223 67 116 44 102 329 September 721 837 123 39 124 42 65 388 Oktober 635 637 277 35 144 48 90 344 November 1309 642 234 35 83 22 32 500 Desember 1044 734 290 33 98 28 61 464 Januari 800 588 44 87 118 21 10 260 Februari 635 637 277 35 138 48 90 344 Maret 1222 547 76 74 126 27 13 380 April 412 487 89 131 46 34 25 144 Rata-rata 810.33 659.92 154.08 69.58 105.58 34.67 46.00 329.25 Standar Deviasi 261.21 113.39 97.00 35.60 31.70 9.32 33.65 120.57
Data Kebutuhan Bahan Baku (Rim) Bulan
Harga Bahan Baku dan Lead Time
Harga bahan baku yaitu dalam satuan pembelian rim. Harga tersebut sudah termasuk upah pikul. Data harga bahan baku dan lead time dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Harga dan Lead Time Bahan Baku
No Nama Bahan Baku Kode Harga Bahan Baku (Rim) Lead Time (Bulan) Lead Time (Minggu)
1 HVS RK-1007 Rp 205,400 0.25 1 2 Book Paper RK-889 Rp 225,050 0.25 1 3 Koran RK-854 Rp 146,700 0.25 1 4 Imperial RK-857 Rp 275,250 0.25 1 5 Mechanical Paper RK-851 Rp 185,000 0.25 1 6 Art Paper RK-816 Rp 212,000 0.25 1 7 Matt Paper RK-989 Rp 252,250 0.25 1 8 Art Carton RK-901 Rp 231,300 0.25 1
Data Service Level
Service level ialah tingkat pelayanan yang diberikan perusahaan untuk mengantisipasi permintaan diatas rata-rata. Perusahaan menginginkan tingkat pelayanan (service level) sebesar 95%.
Biaya-biaya Persediaan
Berikut adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk persediaan bahan baku kertas, diantaranya sebagai berikut:
1. Biaya Pesan
Biaya pesan merupakan semua ongkos yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Dalam pemesanan secara bersama-sama (joint replenishment) ongkos pesan terdiri dari dua biaya pesan yaitu biaya pesan mayor (A) yang terdiri dari biaya transportasi dan fax dan biaya pesan minor (a) yang terdiri dari biaya telepon dan adm.
Besarnya ongkos total pesan mayor: Rp 850.000 + Rp 5.500 = Rp 855.500,- Besarnya ongkos total pesan minor: Rp 9.735 + Rp 5.000 = Rp 14.735.-
Reka Integra - 8 2. Biaya Simpan
Biaya simpan ialah ongkos yang timbul karena adanya penyimpanan bahan baku. Ongkos penyimpanan Biaya simpan yang terjadi dihitung berdasarkan tingkat suku bunga per tahun dikali dengan harga bahan baku. Berdasarkan keterangan Bank Indonesia tingkat suku bunga saat ini adalah 12% per tahun atau 12%/12 per tahun. Besarnya ongkos simpan untuk bahan baku lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Ongkos Simpan Bahan Baku
No Nama Bahan Baku Ongkos Simpan
(Rp/Rim/Bulan) 1 HVS 2,054.00 2 Book Paper 2,250.50 3 Koran 1,467.00 4 Imperial 2,752.50 5 Mechanical Paper 1,850.00 6 Art Paper 2,120.00 7 Matt Paper 2,522.50 8 Art Carton 2,313.00 4.2 PENGOLAHAN DATA
4.2.1 Uji Distribusi Data Kebutuhan Bahan Baku Dengan Chi-Square Goodness of Fit Test
Untuk mengetahui bentuk distribusi data kebutuhan bahan baku, maka dilakukan uji distribusi dengan menggunakan Chi-Square Goodness of Fit Test. Uji distribusi dilakukan untuk semua jenis bahan baku.Rekapitulasi hasil uji distribusi untuk semua bahan baku dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Uji Distribusi
No Nama Bahan Baku Kode Rata-rata (X )̅ Standar Deviasi (α) Kesimpulan
1 HVS RK-1007 810.33 261.21 0.12 3.841 Normal
2 Book Paper RK-889 659.92 113.39 0.53 3.841 Normal
3 Koran RK-854 154.08 97.00 0.28 3.841 Normal
4 Imperial RK-857 69.58 35.60 0.27 3.841 Normal
5 Mechanical Paper RK-851 105.58 31.70 1.36 3.841 Normal
6 Art Paper RK-816 34.67 9.32 3.48 3.841 Normal
7 Matt Paper RK-989 46.00 33.65 1.09 3.841 Normal
8 Art Carton RK-901 329.25 120.57 3.05 3.841 Normal
4.2.2 Perancangan Sistem Persediaan
Penentuan Nilai Interval Pemesanan Dasar/Basic Cycle (T)
Rekapitulasi data bahan baku dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rekapitulasi Data Bahan Baku
No Nama Bahan Baku Kode (Rp) hi (Rp) Di (Rp) zi Li (Bulan) Li (Minggu)
1 HVS RK-1007 14,735 2,054.00 810.33 1.64 261.21 0.25 1 2 Book Paper RK-889 14,735 2,250.50 659.92 1.64 113.39 0.25 1 3 Koran RK-854 14,735 1,467.00 154.08 1.64 97.00 0.25 1 4 Imperial RK-857 14,735 2,752.50 69.58 1.64 35.60 0.25 1 5 Mechanical Paper RK-851 14,735 1,850.00 105.58 1.64 31.70 0.25 1 6 Art Paper RK-816 14,735 2,120.00 34.67 1.64 9.32 0.25 1 7 Matt Paper RK-989 14,735 2,522.50 46.00 1.64 33.65 0.25 1 8 Art Carton RK-901 14,735 2,313.00 329.25 1.64 120.57 0.25 1
Penentuan Interval Pemesanan Tiap Item/Jenis Bahan Baku (Ti)
Besarnya interval pemesanan tiap bahan baku diperoleh dari perkalian antara ki dengan
T. Rekapitulasi besarnya nilai interval pemesanan tiap bahan baku dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Interval Pemesanan Tiap Bahan Baku
Bulan Minggu 1 HVS RK-1007 1 0.5 2 2 Book Paper RK-889 1 0.5 2 3 Koran RK-854 1 0.5 2 4 Imperial RK-857 1 0.5 2 5 Mechanical Paper RK-851 1 0.5 2 6 Art Paper RK-816 1 0.5 2 7 Matt Paper RK-989 1 0.5 2 8 Art Carton RK-901 1 0.5 2 Ti No Nama Bahan Baku Kode
Penentuan Inventory Level (ILi)
Besarnya inventory level ditetapkan untuk memenuhi permintaan selama interval pemesanan dan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan selama interval pemesanan dan lead time Rekapitulasi Nilai Ekspektasi Permintaan, Safety Stock, dan Inventory Level Tiap Bahan Baku dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Ekspektasi Permintaan, Safety Stock, dan Inventory Level Tiap Bahan Baku
1 HVS RK-1007 595 212 807 2 Book Paper RK-889 485 92 577 3 Koran RK-854 113 79 192 4 Imperial RK-857 51 29 80 5 Mechanical Paper RK-851 78 26 103 6 Art Paper RK-816 25 8 33 7 Matt Paper RK-989 34 27 61 8 Art Carton RK-901 242 98 340
No Nama Bahan Baku Kode Permintaan (Rim)Ekspektasi Safety Stock (Rim) Level Inventory (Rim)
5. ANALISIS RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU 5.1 Verifikasi Sistem Persediaan
Pada uji verifikasi hasil rancangan pengendalian persediaan yang telah diperoleh berdasarkan perhitungan model dibandingkan dengan keadaan sebenarnya agar dapat diterapkan dengan kondisi nyata. Selanjutnya akan dilakukan perbandingan hasil ongkos total persediaan gabungan berdasarkan perhitungan model dengan hasil berdasarkan verifikasi.Uji verifikasi ini dilakukan untuk semua jenis bahan baku.
Pada uji verifikasi sistem persediaan terhadap data random, hasil rancangan pengendalian persediaan yang telah diperoleh berdasarkan perhitungan model dan metode perusahaan dibandingkan dengan menggunakan bilangan random.
5.2 Analisis Perbandingan Sistem Persediaan Rancangan Dengan Metode Yang Dipakai Perusahaan
Berdasarkan hasil rancangan variabel keputusan yang dihasilkan ialah nilai interval pemesanan (T) dan inventory level (IL). Sistem persediaan bahan baku akan dievaluasi setiap interval waktu T dengan jumlah pemesanan untuk mencapai inventory level. Dengan demikian, rancangan termasuk kedalam Model-P. Sedangkan sistem pada pengendalian
Reka Integra - 10
persediaan diperusahaan dilakukan dengan menetapkan nilai safety stock. Fungsi safety stock ini yaitu sebagai reorder point. Dengan metode ini, perusahaan akan melakukan pemesanan kembali (reorder point) apabila nilai dari persediaan mendekati atau bahkan kurang dari nilai reorder point, sehingga sistem persediaan yang dipakai perusahaan termasuk kedalam Model-Q.
Berdasarkan dari hasil rancangan, diperoleh ongkos total persediaan gabungan sebesar Rp. 57.487.663,28 per tahun, sedangkan jika menggunakan sistem persediaan yang digunakan oleh perusahaan saat ini ongkos total persediaan gabungan diperoleh sebesar Rp 65.361.209,98 per tahun. Sehingga, sistem persediaan hasil rancangan menghasilkan ongkos total gabungan yang lebih kecil dibandingkan dengan hasil yang berdasarkan dari sistem persediaan yang digunakan oleh perusahaan saat ini.
Metode sistem pengendalian berdasarkan rancangan dan metode pengendalian berdasarkan perusahaan dihitung dengan menggunakan bilangan random. Nilai total gabungan untuk sistem persediaan berdasarkan rancangan diperoleh sebesar Rp 60.171.715,38 per tahun, sedangkan jika menggunakan sistem persediaan yang digunakan oleh perusahaan sekarang ini menghasilkan ongkos total gabungan sebesar Rp 63.966.684,09 pertahun. Sehingga, sistem persediaan hasil rancangan menghasilkan ongkos total gabungan yang lebih kecil dibandingkan dengan hasil yang berdasarkan dari sistem persediaan yang digunakan oleh perusahaan saat ini.
6. KESIMPULAN 6.1 KESIMPULAN
1. Pada penelitian ini, model persediaan yang digunakan adalah Model-P atau periodic review dengan pemesanan gabungan (joint replenishment) yang dikembangkan oleh Eynan & Kropp (1998). Model ini sesuai dengan karakteristik perusahaan dengan pola permintaan stokastik yang bertujuan untuk mengoptimalkan ongkos pesan. Pada Model-P ini pemesanan akan dilakukan pada setiap interval waktu tertentu yang bersifat tetap (T) dengan banyaknya jumlah pemesanan besarnya merupakan selisih antara inventori maksimum yang diinginkan dengan inventori yang ada pada saat pemesanan dilakukan.
2. Total persediaan dari model didapat hasil sebesar Rp 59.347.108,44, sedangkan dari hasil uji verifikasi terhadap data masa lalu didapatkan ongkos total persedian gabungan sebesar Rp 57.487.663,28. Total ongkos persediaan berdasarkan sistem perusahaan adalah Rp 65.361.209,98, dapat diketahui bahwa nilai total ongkos persediaan berdasarkan hasil rancangan (uji verifikasi model) lebih kecil jika dibandingkan dengan perhitungan menggunakan metode perusahaan saat ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Model-P atau periodic review dengan pemesanan gabungan (joint replenishment) dapat diterapkan perusahaan saat ini.
6.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan pada PT Mizan Grafika Sarana, khususnya yang berhubungan dengan sistem pengendalian persediaan,yaitu untuk melakukan pemesanan beberapa jenis
item bahan baku yang di supply dari supplier yang sama, sebaiknya pemesanan dilakukan secara bersamaan (joint replenishment), sehingga dapat menghemat ongkos pesan dan proses pemesanan menjadi lebih efisien.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah model persediaan yang digunakan pada penelitian ini dapat dikembangkan dan diterapkan pada kasus formulasi model yang memperhitungkan kapasitas alat transportasi, pemasok dan terjadinya kekurangan persediaan.
REFERENSI
Djarwanto., 2003, Statistik Nonparametrik, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Elsayed, E. A., & Boucher, T. O., 1994, Analysis and Control of Production Systems, 2nd ed.,
Prentice-Hall Inc., New Jersey.
Eynan, A., & Dean H. K., 1998, Periodic Reviewed Joint Replenishment In Stochastic Demand Environment, IIE Transaction, Washington
Fogarty, D. W., Blackstone, J. H., & Hoffman, T. R., 1991, Production and Inventory Management, Cincinnati, Ohio, South-Western Publishing Co.
Groover, M. P., 2010, Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing, 2nd Edition, Prentice-Hall Inc., New Jersey.
Nasution, A. H., & Prasetyawan, Y., 2008, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Graha Ilmu, Yogyakarta
Silver, E. A., & Rhien P., 1985, Decision System for Inventory Management and Production Planning, 2nd Edition, Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.
Tersine, R. J., 1994, Principle of Inventory and Materials Management, 3nd Edition, Elsevier