EFEKTIFITAS METODE TEAM GAMES
TOURNAMENT PADA MATA KULIAH SAKUBUN
TO HAPPYOU II MAHASISWA SEMESTER ENAM
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
Luh Ayu Reni Nova Dewita
Jurusan Sastra Jepang Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat – 11480, Telp. 021 – 532-7630, [email protected]
Luh Ayu Reni Nova Dewita, Timur Sri Astami SS., Mpd.
ABSTRAK
Sakubun (mengarang) merupakan salah satu kegiatan pembelajaran bahasa Jepang mengasah berbagai keterampilan bahasa pemelajar. Oleh karenanya diperlukan latihan dan pembinaan dengan metode yang terencana agar pemelajar terbiasa dalam melatih beragam keterampilan berbahasa Jepang. Telah dilakukan penelitian dengan metode pengajaran Team Games Tournament pada mata kuliah Sakubun to Happyou II mahasiswa semester enam Universitas Bina Nusantara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat metode pengajaran Team Games Tournament sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif dibandingkan dengan metode konvensional. Metode TGT diberikan kepada kelas 06PAN sebagai kelas eksperimen dengan 20 orang siswa. Awal penelitian dilakukan pre test, untuk menguji kemampuan awal responden, kemudian diberikan treatment metode TGT (Class Presentation, Team, Games, Tournament, Team Recognition) selama 3 kali pertemuan. Setelah itu dilakukan post test untuk mengetahui kemampuan responden setelah diberikan metode TGT. Hasil dari penelitian ini adalah kenaikan pada nilai rata rata post test yang dicapai 19 dari 20 responden kelas eksperimen, dengan kenaikan nilai rata rata 5,9 poin. Kemudian dari hasil angket yang peneliti sebarkan kepada 20 responden kelas eksperimen dapat disimpulkan bahwa metode TGT membantu proses belajar sakubun, membuat atmosfer kelas menjadi lebih menyenangkan. Interaksi positif antar siswa membuat responden merasa terbantu oleh teman sekelompoknya dalam memahami materi sakubun.
Kata kunci: team games tournament, sakubun, metode pengajaran ABSTRACT
Sakubun (writing) is one of the learning activities of Japanese language learners to exercise various language skills. Therefore necessary technique and teaching methods are planned to be used in the training of diverse learners Japanese speaking skills. Has done research with teaching methods Team Games Tournament on course Sakubun to Happyou II applied to sixth semester student of Bina Nusantara University. The purpose of this study was to determine the benefits of teaching methods Team Games Tournament as one of the cooperative learning method in comparison with conventional methods. TGT method given to 06PAN class as a class experiment with 20 students. Before the research respondents conducted pre-test, to test the ability of respondents before given the method, and then given treatment methods of TGT (Class Presentation, Team, Games, Tournament, Team Recognition)
for 3 sessions. After that post-test was conducted to determine the ability of the respondent after given TGT method. Results of this study was the increase in the average post-test score achieved 19 of the 20 respondents experimental class, with an average increase in value of 5.9 points. Then from the results of the research questionnaire spread to 20 respondents of experimental class can be concluded that the TGT method help the learning process of sakubun, making atmosphere of the class more enjoyable. Positive interaction between students make respondents feel helped by friends sakubun in understanding the sakubun material.
Key words: team games tournament, sakubun, teaching method
PENDAHULUAN
Bahasa Jepang memiliki daya tarik yang besar bagi orang asing untuk dipelajari. Hal ini menyebabkan makin banyaknya minat pelajar tingkat mahasiswa yang mengambil jurusan Sastra Jepang. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh The Japan Foundation pada tahun 2009 terhadap lembaga pendidikan bahasa Jepang dari 125 negara di 5 benua, Indonesia menempati posisi ke-3 jumlah pemelajar bahasa Jepang terbanyak dengan 716.353 orang. Jumlah ini meningkat pesat sebanyak 162,7% dibandingkan dengan survey tahun 2006 dimana Indonesia menduduki peringkat ke-4 (Nihongo kyouiku kikan chousa 2009: Kaigai no Nihongo
kyouiku no genjyou, 2009).
Bagi orang Indonesia mempelajari Bahasa Jepang tentunya memiliki tingkat kesulitan tersendiri, misalnya Bahasa Indonesia hanya mengenal abjad romawi sedangkan Bahasa Jepang mengenal hiragana, katakana, dan kanji. Menurut Richards dan Renandya dalam Methodology
in Language Teaching (2005:23), kegiatan pembelajaran bahasa meliputi speaking (berbicara), listening (mendengar/menyimak), reading (membaca), dan writing (menulis). Empat elemen
tersebut juga meliputi pembelajaran bahasa asing, termasuk Bahasa Jepang.
Sakubun (mengarang) merupakan salah satu kegiatan pembelajaran bahasa Jepang yang
melatih kemampuan pemelajar untuk menulis. Mimaki (2003:100) mengatakan bahwa kegiatan menulis melatih kemampuan menggunakan bahasa Jepang yang terpadu dan menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari seperti pengetahuan tata bahasa, bahasa ekspresi, perbendaharaan kata, kanji, gaya penulisan dan sebagainya.
Pengajar dan pemelajar merupakan dua komponen penting dalam proses pengajaran. Sampai abad ke 19 dunia pengajaran bahasa didominasi oleh pandangan implisit yang mengatakan bahwa pengajar adalah pemilik ilmu, sedangkan pelajar tidak lain hanya merupakan obyek saja (Sumardi, 1992:19).
Namun seiring dengan kemajuan jaman, pengajaran bahasa asing terus berkembang. Di masa sekarang pemelajar dituntut agar lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, sedangkan pengajar lebih bersifat sebagai fasilitator atau stimulator. Dengan konsep ini diharapkan proses belajar berlangsung secara dua arah (two ways) dan bukan satu arah (one
way). Dari sini terciptalah pendekatan Cooperative Language Learning, yaitu pendekatan
pengajaran yang memaksimalkan manfaat aktifitas belajar yang kooperatif, melibatkan kelompok kelompok belajar di dalam kelas (Richards, 2007:192).
Salah satu contoh metode pendekatan kooperatif adalah metode
Team-Games-Tournament (TGT). Metode ini dicetuskan oleh David DeVries yang kemudian penelitiannya
dilanjutkan oleh Robert Slavin pada tahun 1978. Metode TGT membagi pelajar ke dalam kelompok kelompok belajar, yakni pelajar akan bekerja sama dalam mengolah materi yang diberikan oleh pengajar (Team). Kemudian akan diadakan permainan akademik untuk
memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran (Games). Kelompok dengan nilai tertinggi memenangkan turnamen dan mendapatkan penghargaan tim berupa sertifikat dengan predikat tertentu (Tournament).
Penelitian penerapan metode TGT pada pembelajaran bahasa asing dilakukan oleh Puspitasari (2011). Pada penelitian tersebut metode TGT diterapkan dalam keterampilan membaca Bahasa Jerman pelajar sekolah menengah atas (SMA). Dari penelitian diketahui bahwa metode TGT mampu memberikan suasana belajar yang baru dan menyenangkan di dalam kelas, serta membantu pelajar memahami materi pembelajaran bahasa Jerman. Berangkat dari hal tersebut, penulis merasa bahwa metode TGT merupakan metode yang patut diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Jepang.
Pada pra penelitian yang dilakukan, penulis mendapati bahwa dalam pembelajaran bahasa Jepang, sakubun merupakan salah satu mata kuliah yang dianggap “menakutkan”.
Sakubun membutuhkan kecakapan pelajar dalam membaca, menulis, tata bahasa, dan
perbendaharaan kanji secara terpadu. Selain itu, pengajaran sakubun berhubungan erat dengan
happyou atau presentasi, dimana banyak pelajar yang tingkat kemampuan bahasa Jepangnya
belum mahir merasa tidak percaya diri dan tertekan. Oleh karenanya, proses pembelajaran
sakubun dianggap sulit sehingga suasana belajar menjadi intens dan serius. Hal inilah yang
mendasari penulis untuk mengangkat tema penelitian mengenai metode pengajaran kooperatif
Team Games Tournament pada pembelajaran sakubun Bahasa Jepang.
Dalam penelitian ini penulis mengambil tema pengajaran, yaitu meneliti efektifitas metode TGT sebagai salah satu metode Cooperative Learning pada mata kuliah Sakubun to
Happyou II. DeVries (1990:3) mengatakan:
“The purpose of TGT is to create an effective classroom environment in which all
student are actively involved in the teaching-learning process and consistently receive encouragement for sucessful performance”.
Tujuan (metode) TGT adalah untuk menciptakan lingkungan ruang kelas yang efektif yakni murid ikut serta secara aktif dalam proses pengajaran-pembelajaran dan menerima dorongan semangat secara konsisten untuk performa (belajar) yang sukses.
Metode TGT dianggap dapat menciptakan suasana belajar yang efektif dan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap murid untuk aktif dalam proses pembelajaran, juga memberikan dorongan untuk menampilkan yang terbaik. Oleh karena itu penulis memutuskan untuk meneliti dengan menggunakan kelas penelitian pada mata kuliah Sakubun to Happyou II.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif, yaitu melalui pengujian, survey, dan eksperimen yang menghasilkan pengukuran pengukuran berupa angka yang akan di analisis.
Penulis melakukan penelitian kepada mahasiswa semester enam dalam mata kuliah Sakubun to
Happyou II. Metode TGT diberikan kepada kelas 06PAN sebagai kelas eksperimen dengan 20 orang.
Sedangkan perlakuan yang berbeda akan diberikan pada kelas 06 PBN sebagai kelas kontrol, yaitu 20 orang tidak diberikan perlakuan seperti pada siswa kelas 06PAN.
Menjelang dilakukan eksperimen, kedua kelompok diuji dengan variabel yang relevan, disebut dengan pre test. Pada tahap berikutnya dilakukan uji lagi pada kedua kelompok, disebut dengan istilah
post test. Hasil pra uji dan pasca uji dari kedua kelompok kemudian dibandingan untuk mengetahui efek
Setelah itu penulis akan menggunakan metode kuisioner untuk mengetahui tanggapan responden yang diajarkan dengan menggunakan metode Team Games Tournament dari angket pertanyaan yang disebarkan kepada responden kelas eksperimen.
Dari teori - teori yang berkaitan dengan metode pengajaran TGT yang telah dikumpulkan, penulis akan menganalisis data yang dikumpulkan dari penelitian dengan metode deskriptif analisis.
HASIL DAN BAHASAN
Analisis Grup Responden
Secara keseluruhan, telah dilakukan penelitian terhadap 40 orang responden dengan rentang usia 19 – 21 tahun, kemudian dibagi menjadi dua grup. Grup pertama berjumlah 20 orang responden dikenakan perlakuan menggunakan metode TGT, terdiri dari 13 orang perempuan dan 7 orang pria yang selanjutnya disebut kelas eksperimen. Grup kedua berjumlah 20 orang responden tidak diberikan perlakuan, terdiri dari 18 orang perempuan dan 2 orang pria yang selanjutnya disebut kelas kontrol. Seluruh responden, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, adalah mahasiswa/i semester VI Universitas Bina Nusantara. Jarak waktu antara pre test dan post test adalah 4 minggu. Maka yang dianalisis adalah hasil pre test dan post test dari kedua grup tersebut.
Hasil survei yang dianalisis adalah hasil pre test dan post test, dengan tujuan ingin melihat apakah terdapat perbedaan antara hasil pre test dan post test pada kedua grup. Pengujian dilakukan dengan program SPSS menggunakan metode uji peringkat bertanda Wilcoxon dengan tingkat signifikansi (α) = 0.05
Analisis Grup Kelas Eksperimen yang Diajarkan Menggunakan Metode TGT
Pada sub bab ini dianalisis hasil pre test dan post test kelas eksperimen (06PAN) yang telah diajarkan dengan menggunakan metode TGT. Data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Responden Pre Test Post Test Responden 1 96 100 Responden 2 96 100 Responden 3 94 98 Responden 4 88 88 Responden 5 82 86 Responden 6 78 90 Responden 7 78 82 Responden 8 76 80 Responden 9 74 78 Responden 10 70 76 Responden 11 72 80 Responden 12 72 82 Responden 13 70 72 Responden 14 66 72 Responden 15 66 70 Responden 16 60 68 Responden 17 60 66 Responden 18 58 68 Responden 19 50 58 Responden 20 50 60
Keterangan warna:
Biru : Responden dengan peningkatan paling besar Merah : Responden dengan peningkatan paling kecil
Hijau : Responden low-achiever yang mengalami peningkatan cukup besar
Tabel di atas menunjukkan hasil pre test dan post test dari kelas 06 PAN yang diajarkan dengan menggunakan metode Team Games Tournament. Responden yang mengalami peningkatan paling besar adalah responden ke 6 dengan nilai pre test 78 dan nilai post test 90, memperoleh peningkatan sebesar 12 poin. Responden yang mengalami kenaikan paling kecil adalah responden ke 13 dengan nilai pre test 70 dan nilai post test 72, yaitu hanya mengalami kenaikan sebesar 2 poin.
Selain itu, hasil pre dan post test menunjukkan kenaikan nilai pada 7 orang responden yang merupakan responden low-achiever (Nilai <75). Peningkatan terbesar ditunjukkan oleh responden ke 18 dengan nilai pre test 68 dan post test 68 dan responden ke 20 dengan nilai pre test 50 dan nilai post test 60, memperoleh peningkatan sebesar 10 poin.
Selanjutnya, untuk mendapatkan hasil yang akurat, pengujian dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 17 menggunakan metode uji peringkat bertanda Wilcoxon dengan tingkat signifikansi (α) = 0.05 pada uji satu sisi.
Hasil pre test dan post test dari grup responden dengan metode TGT dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Gambar 1 Grafik Hasil Pre Test dan Post Test Responden Dengan Metode TGT
Berdasarkan survei yang dilakukan, dilakukan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui nilai rata - rata 20 responden. Olah data Uji deskriptif dalam penelitian ini menggunakan SPSS statistic 17.0, dan menghasilkan output sebagai berikut :
Tabel 2 Statistik Deskripsi Responden Dengan Metode TGT
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Nilai Pre Test Kelas
Eksperimen
20 50 96 72.80 13.771 Nilai Post Test Kelas
Eksperimen
20 58 100 78.70 12.385 Valid N (listwise) 20
Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei-Juni 2013 dengan SPSS
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata nilai responden pada pre test adalah sebesar 73.80 dan nilai post test mereka sebesar 78.70. Dari nilai rata-rata (mean) ini dapat dilihat bahwa nilai responden mengalami kenaikan sebesar 5,90 poin.
Untuk mendukung akurasi hasil penelitian ini, penulis melakukan uji peringkat bertanda
Wilcoxon. Pada uji peringkat bertanda Wilcoxon ini terdapat dua hipotesis, yaitu:
1. Hipotesis nol (H0), tidak ada perbedaan hasil pre test dan post test para responden setelah
belajar dengan metode TGT.
2. Hipotesis alternatif (H1), ada perbedaan hasil pre test dan post test, hasil post test para responden lebih besar daripada hasil pre test setelah belajar dengan metode TGT.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah:
H0 diterima jika α hitung > 5% pada α = 5% pada uji satu sisi
H1 diterima jika α hitung ≤ 5% pada α = 5% pada uji satu sisi
Atau
H0 diterima jika - Z hitung > - Z kritis atau Z hitung > Z kritis pada α = 5% dengan uji satu sisi
H1 diterima jika - Z hitung < - Z kritis atau Z hitung < Z kritis pada α = 5% dengan uji satu sisi
Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis digambarkan pada grafik berikut ini.
Gambar 2 Grafik Pengambilan Hipotesis
Tolak H0 Terima H0
0 0,05 0,1
Sumber : Santoso, 2006: 358
Dengan bantuan program SPSS, dilakukan uji peringkat bertanda Wilcoxon yang kemudian menghasilkan dua tabel output sebagai berikut :
Tabel 3 Ranking Responden Dengan Metode TGT
N Mean Rank Sum of Ranks Nilai Post Test Kelas Eksperimen
- Nilai Pre Test Kelas Eksperimen
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 19b 10.00 190.00
Ties 1c
Total 20
a. Nilai Post Test Kelas Eksperimen < Nilai Pre Test Kelas Eksperimen b. Nilai Post Test Kelas Eksperimen > Nilai Pre Test Kelas Eksperimen c. Nilai Post Test Kelas Eksperimen = Nilai Pre Test Kelas Eksperimen
Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei-Juni 2013 dengan SPSS
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa ada sembilan belas responden yang hasil post test nya lebih besar dari nilai pre test nya dan, satu responden yang nilai pre test dan post test nya tidak mengalami perubahan.
Tabel 4 Tingkat Signifikansi Responden Dengan Metode TGT
Nilai Post Test Kelas Eksperimen - Nilai Pre Test kelas Eksperimen
Z -3.861a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei-Juni 2013 dengan SPSS
Pada tabel hasil uji peringkat bertanda Wilcoxon diatas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0,000. Karena 0,000 < 0,05 maka sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. B e g i t u j u g a j i k a d i l i h a t b e r d a s a r k a n n i l a i Z h i t u n g , p a d a t a b e l d i a t a s m e n u n j u k k a n nilai Z hitung sebesar -3,861. Jika level signifikansi 0.05 dan menggunakan uji satu sisi, maka didapat nilai Z tabel (kritis) -1,645 atau 1,645 (lihat lampiran Tabel Z ), karena -3,861 < -1,645 maka sesuai dengan aturan hipotesis yang telah ditetapkan, maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Untuk lebih jelasnya, hasil pengambilan hipotesis responden dengan
metode TGT dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 3 Grafik Pengambilan Hipotesis Responden dengan Metode TGT
Tolak H0 Terima H0
0 0,05 0,1
α = 0,000
Dari hasil uji Wilcoxon dapat diketahui bahwa hasil post test para responden lebih besar daripada hasil pre test mereka. Dengan kata lain, penggunaan metode TGT terbukti meningkatkan proses pembelajaran p a d a para responden.
Analisis Grup Responden Kelas Kontrol yang Tidak Diberikan Metode TGT
Pada sub bab ini dianalisis hasil pre test dan post test kelas kontrol (06PBN) yang tidak diajarkan dengan menggunakan metode TGT. Data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Responden Pre Test Post Test
Responden 1 98 98 Responden 2 96 98 Responden 3 96 96 Responden 4 84 86 Responden 5 82 82 Responden 6 82 84 Responden 7 76 68 Responden 8 76 70 Responden 9 66 63 Responden 10 64 62 Responden 11 64 70 Responden 12 62 67 Responden 13 60 64 Responden 14 60 63 Responden 15 58 60 Responden 16 58 60 Responden 17 56 58 Responden 18 56 57 Responden 19 52 58 Responden 20 48 52 Keterangan warna:
Biru : Responden dengan peningkatan paling besar Merah : Responden dengan peningkatan paling kecil Hijau : Responden dengan penurunan nilai paling besar
Tabel di atas menunjukkan hasil pre test dan post test dari kelas yang t i d a k d i b e r i k a n m e t o d e T G T . Responden yang mengalami peningkatan paling besar adalah responden ke 11 dengan nilai pre test 64 dan nilai post test 70, dan responden ke 19 dengan nilai pre test 52 dan nilai post test 58, memperoleh peningkatan sebesar 6 poin. Responden yang mengalami kenaikan paling kecil adalah responden ke 18 dengan nilai pre test 56 dan nilai post test 57, hanya mengalami kenaikan 1 poin. Berbeda dari kelas eksperimen, pada kelas kontrol terdapat 4 responden yang mengalami penurunan nilai, yaitu responden ke 7, 8, 9 dan ke 10, dimana responden yang mengalami penurunan nilai paling tinggi adalah responden ke 7 dengan nilai pre test 76 dan nilai post test 68, mengalami penurunan sebesar 8 poin.
Hasil pre test dan post test dari grup responden yang tidak diberikan perlakuan dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Gambar 4 Grafik Hasil Pre Test dan Post Test Responden yang Tidak Diberikan Metode TGT
Berdasarkan survei yang dilakukan, dilakukan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui nilai rata - rata 20 responden. Olah data Uji deskriptif dalam penelitian ini menggunakan program SPSS statistic 17.0, dan menghasilkan output sebagai berikut :
Tabel 6 Statistik Deskripsi Responden K e l a s K o n t r o l
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Nilai Pre Test Kelas Kontrol 20 48 98 69.70 15.441 Nilai Post Test Kelas Kontrol 20 52 98 70.80 14.544 Valid N (listwise) 20
Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei dan J uni 2013 dengan SPSS
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata nilai responden pada pre test adalah sebesar 69.70 dan nilai post test mereka sebesar 70.80. Dari nilai rata-rata (means) ini dapat dilihat bahwa nilai responden mengalami kenaikan sebesar 1,1 poin.
Untuk mendukung akurasi hasil penelitian ini, peneliti melakukan uji peringkat bertanda
Wilcoxon. Pada uji peringkat bertanda Wilcoxon ini terdapat dua hipotesis, yaitu :
1. Hipotesis nol (H0), tidak ada perbedaan hasil pre test dan post test para responden pada kelas
kontrol.
2. Hipotesis alternatif (H1), ada perbedaan hasil pre test dan post test, hasil post test para responden lebih besar daripada hasil pre test setelah belajar tanpa diberikan metode TGT. Kriteria pengambilan keputusannya adalah:
H1 diterima jika α hitung ≤ 5% pada α = 5% pada uji satu sisi
Atau
H0 diterima jika - Z hitung > - Z kritis atau Z hitung > Z kritis pada α = 5% dengan uji satu sisi
H1 diterima jika - Z hitung < - Z kritis atau Z hitung < Z kritis pada α = 5% dengan uji satu sisi
Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis digambarkan pada grafik berikut ini.
Gambar 5 Grafik Pengambilan Hipotesis
Tolak H0 Terima H0
0 0,05 0,1
Sumber : Santoso (2006:358)
Dengan bantuan program SPSS statistic 17.0, dilakukan uji peringkat bertanda Wilcoxon yang kemudian menghasilkan dua tabel output sebagai berikut :
Tabel 7 Ranking Responden K e l a s K o nt r o l
N Mean Rank Sum of Ranks
Nilai Post Test Kelas Kontrol - Nilai Pre Test Kelas Kontrol
Negative Ranks 4a 11.63 46.50
Positive Ranks 13b 8.19 106.50
Ties 3c
Total 20
a. Nilai Post Test Kelas Kontrol < Nilai Pre Test Kelas Kontrol b. Nilai Post Test Kelas Kontrol > Nilai Pre Test Kelas Kontrol c. Nilai Post Test Kelas Kontrol = Nilai Pre Test Kelas Kontrol
Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei-Juni 2013 dengan SPSS
Dari hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa pada grup responden ini terdapat empat responden yang nilai pre test nya lebih besar daripada nilai post test nya, dan tiga belas responden yang nilai post
test nya lebih besar daripada nilai pre test nya. Juga terdapat tiga responden yang nilai pre test
dan post test nya tidak mengalami perubahan.
Tabel 8 Tingkat Signifikansi Responden Tanpa Metode TGT
Nilai Post Test Kelas Kontrol - Nilai Pre Test Kelas Kontrol
Z -1.433a
Asymp. Sig. (2-tailed) .152 Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei-Juni 2013 dengan SPSS
Pada tabel hasil uji peringkat bertanda Wilcoxon di atas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0,152. Karena 0,152 > 0,05 maka sesuai dengan aturan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 diterima. B e g i t u p u l a a p a b i l a d i l i h a t b e r d a s a r k a n n i l a i Z h i t u n g , p a d a t a b e l d i a t a s m e n u n j u k k a n nilai Z hitung sebesar - 1,433. Jika level signifikansi 0,05 dan menggunakan uji satu sisi maka didapat nilai Z tabel (kritis) - 1.645 atau 1.645 (lihat lampiran Tabel Z), karena 1,433 > - 1,645 maka sesuai dengan aturan hipotesis yang telah ditetapkan, maka H0 diterima. Artinya, dari hasil uji Wilcoxon ini dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara hasil post test para
responden dengan hasil pre test mereka. Walaupun ada peningkatan rata - rata nilai responden setelah belajar, akan tetapi dengan pengujian peringkat bertanda Wilcoxon diketahui bahwa responden yang tidak diberikan perlakuan sebenarnya tidak mengalami perbedaan yang signifikan pada hasil nilai responden sebelum dan sesudah belajar. Dengan kata lain, bahwa media pembelajaran tanpa metode TGT kurang efektif dalam menunjang berlangsungnya proses pembelajaran.
Gambar 6 Grafik Pengambilan Hipotesis Responden Tanpa Metode TGT
Tolak H0 Terima H0
0 0,05 0,1 α = 0,152
Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei-Juni 2013 dengan SPSS
Dari hasil pre test dan post test kelas eksperimen dan kelas kontrol yang telah dilakukan oleh penulis, dapat dilihat bahwa hampir semua responden pada kelas eksperimen mengalami kenaikan nilai, sedangkan pada kelas kontrol, terdapat responden yang mengalami kenaikan dan penurunan nilai. Hal tersebut membuktikan bahwa pengajaran dengan menggunakan metode TGT, lebih dapat meningkatkan hasil belajar dari responden dibandingkan dengan kelas kontrol.
SIMPULAN DAN SARAN
Setelah melakukan analisis pada kelas eksperimen dengan materi sakubun yang menggunakan metode Team Games Tournament, dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan metode TGT meningkatkan prestasi belajar responden, lebih tinggi dari pada metode konvensional atau metode pengajaran biasa. Sehingga metode TGT dapat dijadikan sebagai salah satu metode pengajaran yang efektif bagi pengajar.
TGT dikatakan efektif karena metode ini membuahkan hasil berupa kenaikan pada nilai rata rata post test yang dicapai 19 dari 20 responden yang mendapat pengajaran dengan metode TGT dengan rata-rata nilai responden kelas eksperimen pada pre test adalah sebesar 73.80 dan nilai post test mereka sebesar 78.70. Dari nilai rata-rata (mean) ini dapat dilihat bahwa nilai responden mengalami kenaikan sebesar 5,90 poin.
Sebaliknya pada kelas kontrol yang tidak diajarkan dengan menggunakan metode TGT, meskipun terdapat kenaikan nilai, namun tidak signifikan. Rata-rata nilai responden k e l a s k o n t r o l pada pre test adalah sebesar 69.70 dan nilai post test mereka sebesar 70.80. Dari
nilai rata-rata (means) ini dapat dilihat bahwa nilai responden hanya mengalami kenaikan sebesar 1,1 poin saja.
Selain itu dari hasil angket yang penulis sebarkan, dapat disimpulkan bahwa metode TGT membantu responden dalam mata kuliah sakubun. Hal ini diakui para responden pada angket yang disebarkan, bahwa menurut mereka pengajaran dengan menggunakan metode TGT dirasa menarik, lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Belajar dengan games dan turnamen menciptakan suasana relaks dalam kelas, sehingga antar kelompok dapat membantu anggota kelompok lain dalam games sakubun yang diberikan.
Kemudian, responden merasa dengan diadakannya games pada pengajaran sakubun membuat suasana belajar sakubun tidak tegang, karena sakubun dapat dikatakan sebagai mata kuliah yang cukup sulit dan membutuhkan tingkat konsentrasi dan keseriusan yang cukup tinggi. Sehingga pada saat responden mengerjakan post test yang diberikan pada pertemuan terakhir, responden paham, dan masih mengingat materi pelajaran yang diajarkan di beberapa pertemuan sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa metode TGT dapat digunakan sebagai salah satu media efektif dalam pengajaran bahasa Jepang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode TGT mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan metode TGT adalah sebagai berikut:
- Membuat atmosfer kelas lebih menyenangkan dan tidak membosankan, sehingga responden dapat mengingat dengan baik materi yang diajarkan karena tidak merasa tegang atau tertekan dalam proses pembelajaran.
- Menumbuhkan rasa saling menghargai antar siswa di dalam kelas, dan menumbuhkan rasa percaya diri yang memicu semangat dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas. Selain itu, penghargaan maupun hadiah sederhana yang diberikan menumbuhkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar.
Sedangkan kekurangan dari metode TGT adalah sebagai berikut:
- Perlunya persiapan yang matang baik dari segi waktu, dana, dan peralatan pendukung. - Karena metode TGT merupakan bentuk dari pembelajaran kooperatif, fokus metode ini
lebih kepada progres dan kemajuan siswa dalam kelompok. Sehingga TGT tidak secara otomatis menghasilkan skor yang dapat digunakan untuk menghitung nilai individual. - Games dan turnamen membutuhkan waktu yang lebih lama dan persiapan yang lebih
kompleks daripada metode konvensional. Selain itu, penjelasan yang diberikan kepada siswa mengenai sistem games dan turnamen haruslah sejelas mungkin, jika tidak siswa akan mudah menjadi bingung dan justru menyebabkan antusiasme di dalam kelas berkurang.
Oleh karena itu, strategi pembelajaran dengan menggunakan metode TGT dapat diterapkan oleh pengajar kepada para pemelajar sebagai salah satu metode pengajaran yang efektif.
Penulis penyadari karena terbatasnya waktu dan data penelitian yang dapat diperoleh, tak dapat dipungkiri terdapat kendala yang dihadapi oleh peneliti pada pelaksanaan kelas eksperimen
sakubun mengunakan metode Team Games Tournament. Pada pelaksanaan metode Team Games Tournament, treatment peneliti berikan kepada kelas eksperimen sebanyak 3 kali
pertemuan diluar pre test dan post test. Hal ini telah memenuhi persyaratan dalam pelaksanaan metode Team Games Tournament, namun hasil akan menjadi lebih maksimal dan terlihat jika
dilaksanakan lebih dari 3 kali pertemuan. Sehingga untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa, penulis menyarankan untuk memulai lebih awal, sehingga dapat melaksanakan penelitian dengan frekuensi pertemuan lebih banyak.
Kendala lainnya adalah adanya responden yang tidak menghadiri pertemuan. Sehingga dari responden asli di awal pertemuan yang seharusnya dilakukan pada 25 responden untuk kelas eksperimen (06PAN), peneliti hanya dapat melakukan penelitian pada 20 responden saja. Selain itu karena penjelasan mengenai games dan turnamen selalu dilakukan pada awal pelajaran, jika terdapat responden yang terlambat memasuki kelas, akan merasa bingung dan pada akhirnya terlihat tidak antusias mengikuti games dan turnamen yang diberikan. Maka dari itu pengajar diharapkan dapat lebih memberikan arahan kepada kelompok untuk bekerja sama saling bertukar informasi.
Untuk peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa, dapat mencoba penerapan metode TGT pada mata kuliah yang berbeda, misalnya kanji atau kaiwa to choukai, dimana materi games atau turnamen yang diberikan juga dapat lebih beragam. Selain itu peneliti dapat mencoba menerapkan metode pembelajaran kooperatif lainnya, seperti STAD (Student Teams
Achievement Division), TAI (Team Accelerated Instruction) atau CIRC (Cooperative Integrated Reading and Compotition) sebagai alternatif pilihan tema skripsi yang yang dapat dipilih pada
penelitian selanjutnya.
REFERENSI
Cahyo, Agus N. (2013). Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Jogjakarta:Diva Press. De Vries, David. (1980). Teams-Games-Tournament: The Team Learning Approach. USA: Educational Technology Publications.
Johnson, D.W. (1993). Gakushuu no Wa: Amerika Kyoudou Gakushuu Nyuumon. Japan: Niheisha. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kobay ashi, M inna. (1998) Nihongo Kyoujuhou. Jep ang: Aruku, 1998. M aeda et al. (1995) Nihongo Kyou iku. Japan: Senshuusha, 1995.
Mimaki, Yoko. (2003). Nihongo Kyoushi Toreningu Manyuaru. Jepang: Babel Press.
Nihongo Kyouiku Kikan Chousa 2009: Kaigai no Nihongo Kyouiku no Genjyou, 2009.
http://www.jpf.go.jp/j/japanese/survey/result/survey09.html
Oxford, Rebecca. L. (1994). Gengo Gakushuu Sutorategi. Japan: Kabushiki Bonjinsha.
Puspitasari, Devi Ambarwati. (2011). Penerapan Metode Teams Games Tournament (TGT) Pada
Keterampilan Membaca Pembelajaran Bahasa Jerman Kelas X-KT SMAN 1 Malang. Malang.
Richards, Jack C. and Renandya, Willy A. (2008). Methodology of Language Teaching:An
Richards, Jack C. and Rodgers, Theodore S. (2003). Approaches and Methods in Language
Teaching. USA: Cambridge University Press.
Salam, Burhanuddin. (2002). Pengantar Pedagogik. Jakarta: Rineka Cipta.
Santoso, S. (2006). Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 14. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning Theory, Research and Practice. London: Allyman Bacon.
Sudjianto. (2010). Metodologi Pembelajaran Keterampilan Bahasa Jepang. Bandung: Kesaint Blanc.
Sulistyo-Basuki. (2010). Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.
Sumardi, Muljanto. (1974). Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah tinjauan dari segi Metodologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Media Pustaka Mandiri.
RIWAYAT PENULIS
Luh Ayu Reni Nova Dewita lahir di kota Semarang pada 13 November 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Sastra Jepang pada 2013.