• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGADILAN TINGGI MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGADILAN TINGGI MEDAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara antara :

TOGAR MARPAUNG, Umur 56 Tahun, Pekerjaan Wiraswasta, bertempat tinggal di Kelurahan Pardede Onan, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, selanjutnya disebut Pembanding semula Penggugat;

L a w a n

1. KADIMAN ARITONANG, bertempat tinggal di Silangit Simpang Muara Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara, selanjutnya disebut sebagai Terbanding I semula Tergugat I;

2. TIORMAN Br TAMPUBOLON, bertempat tinggal di Silangit Simpang Muara Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara, selanjutnya disebut sebagai Terbanding II semula Tergugat II;

Pengadilan Tinggi tersebut;

Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan dengan perkara tersebut;

TENTANG DUDUK PERKARA;

Menimbang, Kuasa Penggugat dalam surat gugatannya tertanggal 03 Desember 2014 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tarutung pada tanggal 03 Desember 2014 dibawah Nomor Register : 44/Pdt.G/2014/PN-Trt mengemukakan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa Penggugat adalah keturunan dari anak laki-laki sekaligus pewaris dari orangtua bernama Bistok Marpaung.

(2)

2. Bahwa pada tanggal 7 Juni 1988 orangtua kami membeli sebidang tanah berukuran 71/2 meter x 80 meter = 600 M2 dari Kadiman Aritonang dengan Surat Perjanjian Jual Beli ( Pemindahan Hak Milik) yang terletak di Jalan Protokol Silangit Desa Parik Sabungan sebelah kanan arah Siborongborong Ke Balige, dengan batas-batasnya :

Sebelah Utara : Tanah milik O. Madihat Br Siahaan. Sebelah Timur : Tanah milik Kadiman Aritonang. Sebelah Selatan : Tanah milik A. Pohan.

Sebelah Barat : Jalan Negara/Protokol.

3. Bahwa setelah Bistok Marpaung meninggal dunia maka sesuai dengan Hukum Adat Batak, harta Peninggalan dari orangtua Bistok Marpaung secara turun-temurun menjadi milik atau warisan dari keturunannya termasuk Penggugat yaitu keturunan dari laki-laki (akta Serah Terima Notaris) ;

4. Bahwa Tergugat I, Tergugat II pada bulan September 2014 tanpa sepengetahuan dan ijin dari pihak Bistok Marpaung dengan cara diam-diam mendirikan bangunan diatas tanah perkara tersebut (point 2) dengan ukuran 71/2 meter x 22 meter = 165 M2;

5. Bahwa selama semasa hidup Bistok Marpaung maupun ahli warisnya tidak pernah mengalihkan tanah perkara menjadi milik Tergugat I, Tergugat II;

6. Bahwa oleh karena Tergugat I, Tergugat II membangun sebuah rumah tanpa seijin dan sepengetahuan pemilik yang sah yaitu Ahli waris Bistok Marpaung Penggugat, maka perbuatan Tergugat-tergugat disebut dikualifikasikan sebagai perbuatan Melawan Hukum, memalsukan surat jual beli yang ditandantangani;

7. Bahwa akibat tindakan tergugat-tergugat merupakan perbuatan melawan hukum maka penggugat berhak menuntut pengembalian tanah perkara kepada Tergugat sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku ;

8. Bahwa oleh karena Tergugat-tergugat melakukan perbuatan yakni mendirikan dan menguasai tanah yang bukan hak miliknya yang sah atau tidak mempunyai dasar hak yang jelas atas tanah perkara milik penggugat maka Tergugat-tergugat harus dihukum untuk mengembalikan/ mengosongkan tanah perkara tersebut kepada penggugat dengan keadaan baik tanpa dibebani apapun;

9. Bahwa dengan keterlambatan Tergugat-tergugat untuk mengembalikan/ mengosongkan tanah yang bukan miliknya kepada Penggugat secara nyata,

(3)

oleh karena itu Tergugat-tergugat pantas dan wajar untuk membayar uang sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) untuk setiap harinya sejak putusan pengadilan dalam perkara ini berkekuatan hukum tetap, menanggung segala kerugian-kerugian dan resikonya dan bersedia dituntut di muka pengadilan Point 4 pada Surat Perjanjian Jual Beli;

10. Bahwa agar gugatan atau tuntutan dari Penggugat tidak menjadi hampa dikemudian hari, apabila gugatan ini dikabulkan pengadilan, maka Penggugat memohon agar Pengadilan Negeri Tarutung meletakkan sita Jaminan (Conservatoir Beslag);

11. Bahwa gugatan ini dimajukan dengan dalil-dalil yang kebenarannya tidak dapat dibantah oleh Tergugat-tergugat dan berdasarkan alat-alat bukti yang sah, maka sudah sepatutnya bila gugatan penggugat dikabulkan untuk seluruhnya dan keputusan hukum dalam perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu (uitveorbaar bij voorrad) meskipun ada perlawanan bandaing atau kasasi;

12. Bahwa gugatan ini timbul sebagai akibat perbuatan Tergugat-tergugat yang melawan hukum terhadap Penggugat, maka Tergugat-tergugat patut dihukum untuk membayar semua ongkos perkara yang timbul dalam perkara ini;

Bahwa berdasarkan uraian-uraian dan alasan-alasan hukum tersebut diatas, maka Penggugat memohon agar Bapak menetapkan suatu hari persidangan untuk memeriksa dan mengadili gugatan ini dan memanggil pihak Penggugat dan Tergugat-tergugat untuk hadir pada persidangan yang sudah ditetapkan. Untuk itu seraya mengambil Keputusan Hukum Yang Amarnya berbunyi sebagai berikut :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan dalam hukum Penggugat adalah keturunan dan ahli waris turun-temurun dari Bistok Marpaung ;

3. Menyatakan dan mengukuhkan sita jaminan (conservatoir beslag) yang diletakkan diatas tanah perkara adalah sah dan berharga;

4. Menyatakan dalam hukum bahwa Tanah Perkara yang terletak di Silangit Simpang Muara Desa Parik Sabungan di Jalan Protokol dengan batas-batas: Sebelah Utara : Tanah milik O. Madihat Br Siahaan.

Sebelah Timur : Tanah Milik Kadiman Aritonang. Sebelah Selatan : Tanah milik A. Pohan.

Sebelah Barat : Jalan Negara/Protokol.

(4)

Adalah hak milik Penggugat ahli waris turun-temurun anak laki-laki Bistok Marpaung Penggugat;

5. Menyatakan perbuatan Tergugat I, Tergugat II yang menguasai dengan mendirikan 1 (satu) pintu rumah diatas tanah perkara adalah perbuatan melawan hukum ;

6. Menyatakan jual beli atas tanah perkara antara Penggugat dan tergugat adalah sah demi hukum;

7. Menghukum Tergugat-tergugat ataupun oranglain yang mendapat hak dari padanya untuk segera menyerahkan tanah perkara kepada Penggugat dalam keadaan baik dan kosong tanpa dibebani sesuatu hak apapun diatasnya untuk dikuasai dan dimiliki oleh Penggugat ahli waris turun-temurun anak laki-laki dari Bistok Marpaung Penggugat;

8. Menghukum Tergugat-tergugat secara tanggung renteng untuk mambayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 300.000,-(tiga ratus ribu rupiah) untuk setiap hari jika lalai melaksanakan putusan pengadilan dalam perkara ini;

9. Menyatakan Putusan dalam Perkara ini dapat dijalankan serta merta walaupun ada perlawanan verzet, banding maupun kasasi,

10. Menghukum Tergugat-tergugat secara tanggung renteng membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini, sesuai dengan point 4 surat Jual Beli Pemindahan Hak Milik;

Menimbang, bahwa setelah pembacaan surat gugatan Penggugat tersebut, atas pertanyaan Majelis Hakim, Kuasa Penggugat menyatakan ada perbaikan gugatannya pada tanggal 04 Maret 2015 sebagai berikut :

1. Bahwa halaman 2 pada point 2 barik ke 3, tertulis jenis kelamin : pengusaha, seharusnya tertulis jenis Kelamin : Perempuan;

2. Bahwa halaman 2 pada poin2 baris ke 13 sampai dengan 14, tertulis : terletak di Jalan Protokol Silangit Desa Parik Sabungan sebelah kanan arah Siborongborong ke Balige, seharusnya tertulis : terletak di Silangit Simp.Muara Desa Parik Sabungan di Jalan Protokol sebelah kanan arah Siborongborong ke Balige;

3. Bahwa halaman 4 pada point 4 baris ke 8 sampai dengan 9, tertulis : di Silangit Simpang Muara Desa Parik Sabungan di Jalan Protokol, seharusnya tertulis : terletak di Silangit Simp. Muara Desa Parik Sabungan di Jalan Protokol sebelah kanan arah Siborongborong ke Balige;

(5)

Menimbang, bahwa Tergugat I dan Tergugat II, telah mengajukan Eksepsi dan jawaban terhadap Gugatan Penggugat yang merupakan rangkaian fakta-fakta dan peristiwa yang dapat dibuktikan kebenarannya di Pengadilan Negeri Tarutung, sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI

1. Gugatan error in persona dalam bentuk diskualifikasi atau plurium litis consortium, karena hanya penggugat mengklaim sebagai ahliwaris dari anak laki-laki sekaligus pewaris dari orangtuanya bernama Bistok Marpaung tanpa melibatkan dan atau mendapat persetujuan dari ahli waris yang lain secara sah mnurut hukum untuk melakukan gugatan dalam perka A quo.

Bahwa menurut Yurispudensi tetap Mahkamah Agung Republik Indonesia, Nomor : 2438/K/Sip/1980, tanggal 22 Maret 1982, pada pokoknya Mahkamah Agung mempertimbangkan bahwa, “gugatan harus tidak dapat diterima, karena tidak semua ahli waris turut sebagai pihak dalam perkara”. Sehingga putusan Pengadilan Tinggi dibatalkan.

Bahwa dalam pertimbangan Yurispudensi tersebut Majelis Hakim memiliki cukup alasan bahwa dengan tidak masuknya semua ahli waris, maka setiap gugatan yang tidak menyertakan seluruh pihak ahli waris sebagai Penggugat ini tidak dapat diterima karena dapat menimbulkan prasangka bahwa seluruh ahli waris dengan secara sadar bahwa dalam pokok perkara guagtan tersebut diajukan tidak dan bukan merupakan harta warisan dari pewaris. 2. Penggugat Tidak Mempunyai Dasar Hukum Sebagai Penggugat (tidak

mempunyai legal standing), karena penggugat dalam seluruh dalil-dalil gugatannya tidak ada dalil yang menunjukkan adanya hubungan hukum yang jelas antara Penggugat dengan Para Tergugat, serta Penggugat tidak mempunyai dasar hukum yang kuat secara terang dan jelas sebagai keturunan Alm. Bistok Marpaung untuk sah secara hukum mengajukan gugatan terhadap Para Tergugat, sehingga Penggugat tidak mempunyai kualitas atau kedudukan hukum untuk mengajukan gugatan kepada Para Tergugat. Penggugat tidak mempunyai bukti hukum berupa Surat Keterangan Waris, Surat Penetapan Ahli Waris dari Bistok Marpaung yang ditetapkan oleh lembaga yang sah untuk itu.

Bahwa jikapun benar Penggugat sebagai salah seorang ahli waris dari Alm. Bistok Marpaung yang akan dibuktikan dalam Persidangan tersendiri untuk itu, namun Penggugat secara sepihak dan tanpa terlebih dahulu mendapat hak dari keseluruhan ahli waris Alm. Bistok Marpaung yang lainnya untuk mengajukan Gugatan, dengan demikian Penggugat tidak memiliki Kapasitas

(6)

sebagai Penggugat menurut hukum, sehingga sangat beralasan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvanlijke verklaard);

 Bahwa tidak benar Surat Perjanjian Jual-Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 7 Juni 1988 antara Kadiman Aritonang selaku Penjual dengan Bistok Marpaung selaku Pembeli atas sebidang tanah yang terletak di Silangit, Simpang Muara, Desa Parik Sabungan, di Jln. Protokol (sebelah kanan dari Siborongborong arah ke Balige), denga luas 71/2 M x 80 M= 600 M2, (tujuh setengah meter dikali delapan puluh meter sama dengan enam ratus meter persegi) seharga Rp. 1.000.000,-(satu juta rupiah) dibuat pada tanggal 7 Juni 1988, karena penyerahan kepemilikan tanah terperkara dari Tergugat I kepada Bistok Marpaung sejak 1980 sampai dengan 12 Februari 2006, penyerahan kepemilikan tersebut tidak disertai dengan Pembuatan Surat Jual-Beli Tanah/Pemindahan Hak Milik dari Tergugat I kepada Bistok Marpaung;  Bahwa adapun sejarah tentang asal-usul tanah yang menjadi objek

perkara dalam perkara ini adalah sebelum tahun 1980 atau pada awalnya tanah tersebut berasal dari milik orangtua Tergugat II (Dua) sebagai penduduk asli Silangit, Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong yang penguasaan dan pemilikannya beralih dari orangtua Tergugat II kepada Tergugat II. Pada Tahun 1980 Tergugat meminta uang kepada Bistok Marpaung yang berprofesi saat itu sebagai saudagar/pengusaha sukses dizaman itu untuk pembayaran seng sejumlah 25 (dua puluh lima) lembar ke toko guna material untuk keperluan atap seng Gereja Betel sebagai partisipasi dan beban tanggung jawab Tergugat I kepada masyarakat di Desa Parik Sabungan melalui Gereja Betel yang ada di Parik Sabungan, Kecamatan Siborongborong. Oleh karena pada saat itu hubungan antara Bistok Marpaung sebagai pendatang di Silangit dengan tergugat I dan keluarga masih tergolong baik dan akrab bagaikan saudara kandung, terbukti sejak tahun 1980 sampai dengan 1986 Bistok Marpaung bersama istrinya yang kedua diketahui Boru Simanjuntak bersama 3 (tiga) orang anak Bistok Marpaung hasil perkawinan Bistok Marpaung dengan istrinya yang kedua Boru Simanjuntak tersebut, diantaranya 2 (dua) anak laki-laki dan 1 (satu) perempuan tinggal dirumah Tergugat I saat itu sebelah selatan tanah terperkara, rumah mana telah dijual Tergugat I kepada Anas Pohan dan terakhir rumah tersebut diketahui menjadi milik Berman Siburian setelah beberapa kali diperjual belikan yang berhak, yang ada di

(7)

Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara.

 Bahwa semasa hidup Bistok Marpaung dan semasa Bistok Marpaung tinggal di Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong, Tergugat I dan Tergugat II tidak pernah bertemu dengan Penggugat atau setidak-tidaknya Bistok Marpaung tidak pernah memperkenalkan dan melibatkan Penggugat untuk mengurusi urusan Bistok Marpaung di Desa parik Sabungan. Sehingga dalam hal ini Penggugat tidak mengetahui peristiwa jual beli tanah perkara selama semasa hidup Bistok Marpaung dengan istrinya yang kedua yang ada di Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong.

 Bahwa untuk mengganti biaya seng sebanyak 25 (dua puluh lima) lembar yang telah diterima Tergugat I dari toko Material yang telah dibayar oleh Bistok Marpaung kepada toko Material, Tergugat I dengan Bistok Marpaung bersepakat secara lisan dan secara diam-diam dan sukarela menjadikan tanah tereprkara menjadi milik Bistok Marpaung, walaupun tanah terperkara tidak dikuasai oleh Bistok Marpaung, dengan luas ukuran Lebar : 61/2 M, panjang 80 M = 520 M2 (enam setengah meter dikali delapan puluh meter sama dengan lima ratus dua puluh meter persegi), bukan 71/2 M sebagaimana dalil Penggugat, dengan batas-batas bidang tanah, sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Tanah milik Tumbur Aritonang.  Sebelah Timur : Tanah Milik Kadiman Aritonang.

 Sebelah Selatan : Awalnya tanah milik Kadiman Aritonang, pernah menjadi milik Anas Pohan, dan terakhir diketahui tanah milik Berman

Siburian.

 Sebelah Barat : Jalan Protokol.

 Pada tanggal 12 Februari 2006, Bistok Marpaung menjual kembali tanah terperkara kepada Tergugat II (dua) seharga Rp. 18.000.000,-(delapan belas juta rupiah), sebagaimana dimuat dalam “surat perjanjian jual - beli tanah” antara BISTOK MARPAUNG sebagai PENJUAL dengan TIORMAN BR TAMPUBOLON sebagai PEMBELI yang dibuat diatas Kertas Materai pada tanggal 12 Februari 2006, yang terletak di Silangit, Simpang Muara, Desa Parik Sabungan, Kecamatan Siborongborong, di Jln. Protokol (sebelah kanan dari Siborongborong arah ke Balige), dengan luas 61/2 M x 80 M = 520 M2 (enam setengah meter dikali delapan puluh meter sama dengan lima ratus dua puluh meter persegi), dengan batas-batas bidang tanah, sebagai berikut :

(8)

 Sebelah Utara : Tanah milik Tumbur Aritonang.  Sebelah Timur : Tanah Milik Kadiman Aritonang.  Sebelah Selatan :Tanah milik Berman Siburian.

 Sebelah Barat : Jalan Protokol.

 Bahwa pada saat melakukan Jual – Beli tanah terperkara dari Bistok Marpaung kepada Tergugat II pada tanggal 12 Februari 2006, Tergugat I dan Tergugat II hanya menerima foto copi Surat Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 7 Juni 1988 tersebut dari Almarhum Bistok Marpaung pada tahun 2006, sehingga Tergugat I dan Tergugat II tidak pernah melihat dan mendapatkan Asli Surat Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 7 Juni 1988 antara Kadiman Aritonang dengan Bistok Marpaung dimaksud.  Bahwa Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat

tanggal 7 Juni 1988 antara Kadiman Aritonang selaku penjual dengan Bistok Marpaung selaku Pembeli atas tanah terperkara seharga Rp. 1.000.000,-(satu juta rupiah) secara legal formal Tergugat I dan Tergugat II sebagai saksi dan O. Madihot Br Siahaan yang merupakan Ibu Mertua dari Tergugat I atau Ibu Kandung Tergugat II, serta Anas Pohan yang meninggal dunia pada tahun 1987, dan juga Paimin Sianturi tidak pernah menanda tangani dalam Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik tersebut, serta tidak mengetahui proses munculnya Surat Perjanjian Jual – Beli dimaksud.

Bahwa berdasarkan proses terbitnya Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 07 Juni 1988 tersebut telah secara nyata-nyata menyalahi prinsip-prinsip dan doktrin tentang syarat-syarat berlakunya sebuah Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam pasal 1320 KUHPerdata, dan pasal 1338 KUHPerdata yaitu bahwa suatu Perjanjian dibuat para pihak dan berlaku mengikat bagi Para Pihak yang membuatnya bilamana Perjanjian tersebut tidak ada unsure Penipuan ( bedrog, fraud, misrepresentation). Sehingga apabila dalam Suatu Perjanjian ada Unsur-unsur Penipuan( bedrog, fraud, misrepresentation), maka Perjanjian tersebut dapat dibatalkan oleh salah satu pihak melalui Pengadilan.

 Bahwa oleh karena Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 07 Juni 1988 adalah cacat hukum karena tidak sesuai dengan syarat-syarat berlakunya suatu perjanjian, maka gugatan Penggugat dikualifikasi sebagai gugatan yang tidak mempunyai dasar

(9)

hukum, dengan demikian gugatan Penggugat haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dapat diterima.

 Bahwa Posita Penggugat pada poin 9 menyatakan, “…Tergugat-tergugat pantas dan wajar untuk membayar uang sebesar Rp. 300.000,-(tiga ratus ribu rupiah) untuk setiap harinya sejak putusan pengadilan dalam perkara ini berkekuatan hukum tetap, menanggung segala kerugian-kerugian dan resikonya” adalah posita yang tidak jelas dan kabur, karena penggugat tidak menjelaskan maksud dan tujuan serta kegunaan uang sebesar Rp. 300.000,-(tiga ratus ribu rupiah) tersebut, disisi lain Penggugat meminta supaya Tergugat-tergugat menanggung segala kerugian-kerugian dan resikonya adalah merupakan ketidak pahaman Tergugat untuk mengajukan dan memformulasikan sebuah gugatan, gugatan Penggugat kabur (obscuur libel) karena telah mencampu-adukkan tuntutan ganti kerugian-kerugian dengan segala resionya, tanpa menjelaskan dan merinci tuntutan kerugian-kerugian dan resiko yang dialami oleh Penggugat.

Kaidah hukum yang menjadi tanggung jawab hukum untuk menguraikan kerugian-kerugian tersebut sesuai dengan Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung R.I No; 492 K/Sip/1970 tanggal 16 Desember 1970 dalam Kaidah hukumnya menyatakan “ ganti kerugian sejumlah uang tertentu tanpa perincian kerugian-kerugian dalam bentuk apa yang menjadi dasar tuntutan itu, harus dinyatakan tidak dapat diterima, karena tuntutan-tuntutan tersebut adalah tidak jelas/tidak sempurnya”, dengan demikian sangat beralasan gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima atau setidak-tidaknya ditolak;

 Bahwa antara posita Penggugat poin 9 (Sembilan) tersebut saling bertentangan dan tidak sinkron dengan Petitum Penggugat poin 8 (delapan) yang meminta hakim yang menyidangkan perkara Aquo untuk menghukum Tergugat-tergugat secara tanggung renteng untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 300.000,-(tiga ratus ribu rupiah) untuk setiap hari jika lalai melaksanakan putusan Pengadilan dalam perkara ini. Petitum Penggugat poin 8 tersebut merupakan kekeliruan Penggugat, karena dalam posita poin 9 gugatan Penggugat meminta uang sebesar Rp. 300.000,-(tiga ratus ribu rupiah) tanpa secara terang dan jelas landasan hukumnya, menanggung segala kerugian-kerugian dan resikonya tanpa merinci secara terang dan jelas pula kerugian-kerugian dan resiko yang dialami oleh Penggugat;

(10)

Bahwa poin 2 Petitum Penggugat yang menyatakan “…Penggugat adalah keturunan dan ahli waris turun temurun dari Bistok Marpaung”, saling bertentangan dan tidak sejalan Petitum Penggugat poin 6 yang meminta hakim yang menyidangkan perkara aquo untuk “menyatakan jual beli tanah perkara antara Penggugat dan Tergugat adalah sah demi hukum”, karena hal yang dimaksud dalam Petitum 2 tersebut yaitu supaya Majelis Hakim yang menyidangkan perkara ini untuk menyatakan dalam hukum Penggugat sebagai keturunan dan ahli waris turun temurun dari Bistok Marpaung, berbeda dan saling bertentangan dengan Petitum Penggugat poin 6 tersebut, yaitu Penggugat meminta hakim menyatakan tentang jual-beli atas tanah terperkara antara Penggugat dengan Tergugat adalah sah demi hukum, yaitu jual-beli tanah terperkara antara Penggugat dengan Tergugat adalah petitum yang sesat dan tidak berdasarkan pada hukum, pada hal secara hukum Penggugat tidak pernah melakukan Jual-Beli tanah dengan Tergugat (Tergugat I maupun Tergugat II.

 Bahwa poin 4 Petitum Penggugat yang pada pokoknya meminta Hakim yang menyidangkan, memeriksa dan memutus perkara aquo supaya tanah tereprkara yang terletak di Silangit, Simpang Muara, Desa Parik Sabungan, di Jln. Protokol dengan batas-batas : “… sebelah Barat adalah milik Penggugat ahli waris turun temurun-temurun anak laki-laki Bistok Marpaung Penggugat” adalah kalimat yang kacau-balau, rancau tidak jelas makna dan arti Petitum tersebut.

Jikapun diartikan bahwa tanah terperkara untuk dinyatakan sebagai hak milik Penggugat yang diperoleh dari Bistok Marpaung berdasarkan warisan secara turun-temurun dari Bistok Marpaung adalah juga bertentangan dengan Petitum penggugat poin 6 yang meminta Majelis Hakim memutus perkara aquo untuk “menyatakan jual beli tanah perkara antara Penggugat dan Tergugat adalah sah demi hukum”, karena poin 4 Petitum Penggugat tersebut pada pokoknya tentang objek tanah terperkara supaya menjadi milik Penggugat yang diperoleh sebagai warisan dari Bistok Marpaung, sedangkan Petitum Penggugat poin 6 tersebut pada pokoknya tentang jual-beli tanah tereprkara antara Penggugat dan Tergugat sah demi hukum adalah dua hal yang berbeda dan saling bertentangan, karena Petitum poin 4 berbicara tentang asal-usul tanah terperkara, sedangkan secara hukum penggugat tidak pernah melakukan jual-beli tanah dengan Tergugat ( Tergugat I maupun Tergugat II).

(11)

Seharusnya Penggugat mesti menjelaskan hubungan hukumnya dengan objek tanah terperkara apakah karena jual-beli antara Penggugat dengan Tergugat I dan Tergugat II atau hubungan hukumnya didasarkan karena pewarisan secara turun-temurun dari orangtua atau nenek moyang penggugat. Oleh karena Penggugat tidak menjelaskan hubungan hukum tersebut secara terang dan jelas, maka gugatan Penggugat tersebut menurut M. Yahya Harahap, SH., dalam bukunya “hukum Acara Perdata, Cetakan Kesembilan, November 2009, halaman 63”, dikualifikasikan sebagai gugatan yang tidak mempuyai dasar hukum sehingga sangat beralasan bagi hakim untuk menolak gugatan tersebut setidak-tidaknya gugatan Penggugat tidak dapat diterima.

3. Gugatan Kabur dan Tidak Jelas (obscuur Libel), karena dalam Posita poin 2 (dua) ukuran objek perkara 71/2 M X 80 M = 600 M2 (tujuh setengah meter dikali delapan puluh meter sama dengan enam ratus meter persegi) dari Kadiman Aritonang dengan Surat Perjanjian Jual – Beli (Pemindahan Hak Milik), tidak jelas ukuran panjang dan ukuran lebar tanah objek perkara, pada hal berdasarkan foto copy Surat Perjanjian Jual – Beli yang dijadikan Penggugat sebagai dasar untuk mengajukan gugatannya pada awalnya tertulis/tercatat bahwa ukuran tanah terperkara adalah panjang 80 M, dan lebar 6 ½ M atau seluas 520 M2, tetapi Penggugat telah merubahnya sendiri dengan tulisan tangan (mencoret-coret) untuk merekayasa luas objek perkara, sehingga dari coretan tersebut yang tadinya lebar dengan ukuran 6 ½ M berubah ukuran seolah-olah menjadi 7 ½ M;

Bahwa tidak benar lebar tanah terperkara yang dimuat Penggugat dalam Posita poin 2 yang masih mempunyai hubungan dengan posita Penggugat poin 4 yang menyatakan lebar bangunan Penggugat dengan ukuran 7 ½ M yang saat ini sedang dibangun Tergugat I dan Tergugat II, karena berdasarkan fakta dilokasi batas Bidang Tanah dari Sebelah Timur milik Kadiman Aritonang (Tergugat I) ke sebelah Selatan milik Anas Pohan yang menjadi objek tanah terperkara adalah berukuran 6 ¼ M (enam seperempat meter), bukan 7 ½ M (tujuh setengah) sebagaimana gugatan Pengugat, dengan demikian gugatan Penggugat kabur dan tidak jelas, gugatan dibuatn dengan alasan-alasan dan tidak cermat, serta penuh dengan rekayasa tanpa didasarkan pada bukti yang kuat;

Berdasarkan Surat Perjanjian Jual Beli Tanah antara Bistok Marpaung dengan Tiorman Tampubolon, tanggal 12 Februari 2006, tertulis/tercatat bahwa ukuran tanah terperkara adalah panjang 80 M, dan lebar 6 ½ M = 520 M2 (delapan puluh meter dikali enam setengah meter sama dengan lima

(12)

ratus dua puluh meter persegi). Surat Perjanjian Jual-Beli antara Bistok Marpaung dengan Tiorman Tampubolon tersebut merupakan upaya beli kembali atas tanah terperkara dari Penggugat kepada Tergugat, karena tanah terperkara telah dijual kepada Bistok Marpaung sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 2006.

Bahwa Surat Perjanjian Jual – Beli / Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 7 Juni 1988 adalah cacat hukum karena luasnya tanah yang menjadi objek terperkara tidak sesuai dengan fakta hukumnya, maka gugatan penggugat dikualifikasi sebagai gugatan yang kabur ( obscuur libel), dengan demikian gugatan Penggugat haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dapat diterima.

4. Petitum Penggugat tidak sesuai Tata Tertib Beracara

Bahwa rincian Petitum Penggugat bersifat tunggal (primair), tidak diikuti dengan petitum subside dan tidak member keleluasan bagi hakim dalam memutus memeriksa dan memutus perkara ini. Padahal menurut M. Yahya harahap, SH., dalm bukunya “hukum Acara Perdata, Cetakan Sembilan November 2009, halaman 63-64”, bentuk Petitum tunggal tidak boleh hanya berbentuk compositor atau ex a quo et bono (mohon keadilan saja). Dalam parkatiknya, setiap beracara di Pengadilan, telah menjadi sebuah keharusan dan kelaziman dalam petitum bagian akhir selalu memuat, “apabila majelis Hakim yang terhormat yang memeriksa dan mengadili perkara a quo berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex a quo et bono)”. Oleh karena Petitum Penggugat tidak memuat hal yang demikian, Penggugat telah salah menerapkan prinsip-prinsip dan kelaziman dalam tata tertib hukum acara perdata di Pengadilan Negeri Tarutung dalam mengajukan guagtan dalam perkara ini. Dengan demikian sangat beralasan bagi hakim untuk menyatakan gugatan penggugat ditolak atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan tidak dapat diterima.

Bertentangan dan tidak sejalannya seluruh alasan gugatan, posita yang satu dengan posita yang lain, petitum yang satu dengan petitum yang lain dan atau posita dengan petitum yang diajukan penggugat, maupun posita dengan petitum tidak sejalan dan saling bertentangan, gugatan tidak mempunyai dasar hukum, serta tidak mengindahkan kaidah tata tertib beracara di Pengadilan adalah merupakan guagtan yang disusun secara tidak jelas dan kabur serta tidak berdasarkan pada hukum, maka secara hukum dan sangat beralasan gugatan penggugat ditolak seluruhnya atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima.

(13)

DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa hal-hal yang dikemukan dalam Eksepsi tersebut diatas, sepanjang ada relevansinya mohon dianggap pula telah termasuk dan merupakan bagian serta satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam pokok perkara ini;

2. Bahwa Tergugat I dan Tergugat II menolak dan menyangkal dengan tegas seluruh dalil-dalil gugatan yang telah diajukan Penggugat, kecuali terhadap hal-hal yang secara tegas diakui kebenarannya oleh Para Tergugat;

3. Bahwa terhadap dalil gugatan penggugat poin 1 dan dalam seluruh dalil gugatan penggugat tanggal 03 Desember 2014 dan dalan perbaikan gugatannya tanggal 04 Maret 2015, tidak menguraikan adanya alasan dan bukti hukum yang sah dari Penggugat untuk mewakili dan bertindak di depan pengadilan dari seluruh keturunan Pewaris Bistok Marpaung dalam mengajukan gugatan dalam perkara aquo, dengan demikian dalil gugatan penggugat haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

4. Bahwa terhadap dalil gugatan penggugat poin 2 dan dalam seluruh dalil gugatan penggugat tanggal 03 Desember 2014 dan dalan perbaikan gugatannya tanggal 04 Maret 2015 adalah tidak dapat dijadikan sebagai dasar Penggugat untuk mengajukan gugatan dalam perkara ini, karena memang senyatanya Surat Perjanjian Jual – Beli (Pemindahan Hak Milik ) tersebut tidak sesuai dengan hukum yang berlaku dan bertentang dengan hukum, sebagaimana telah diuraikan dalam uraian terdahulu diatas

Bahwa tidak benar Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 7 Juni 1988 antara Kardiman Aritonang selaku Penjual dengan Bistok Marpaung selaku Pembeli atas sebidang tanah yang terletak di Silangit, Simpang Muara, Desa Parik Sabungan, di Jln. Protokol (sebelah kanan dari Siborongborong arah ke Balige), denga luas 71/2 M x 80 M = 600 M2, (tujuh setengah meter dikali delapan puluh meter sama dengan enam ratus meter persegi) seharga Rp. 1.000.000,-(satu juta rupiah) dibuat pada tanggal 7 Juni 1988, karena penyerahan kepemilikan tanah terperkara dari Tergugat I kepada Bistok Marpaung sejak 1980 sampai dengan 12 Februari 2006, penyerahan kepemilikan tersebut tidak disertai dengan Pembuatan Surat Jual-Beli Tanah/Pemindahan Hak Milik dari Tergugat I kepada Bistok Marpaung sebagaimana dalil Penggugat yang menyatakan batas-batas sebidang tanah, berdiri dari :

Sebelah Utara : Tanah milik O. Madihat Aritonang Br Siahaan. Sebelah Timur : Tanah Milik Kadiman Aritonang.

(14)

Sebelah Selatan : Tanah milik A. Pohan. Sebelah Barat : Jalan Negara/Protokol.

4.1 Bahwa adapun sejarah tentang asal-usul tanah yang menjadi obejk perkara dalam perkara ini adalah sebelum tahun 1980 atau pada awalnya tanah tersebut berasal dari milik orangtua Tergugat II (dua) sebagai penduduk asli Silangit Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong yang penguasaan dan pemiliknya beralih dari orangtua Tergugat II kepada Tergugat II. Pada Tahun 1980 Tergugat meminta uang kepada Bistok Marpaung yang berprofesi saat itu sebagai saudagar/pengusaha sukses di zaman itu untuk pembayaran seng sejumlah 25 (dua puluh lima) lembar ke toko guna material untuk keperluan atap seng Gereja Betel sebagai partisipasi dan beban tanggung jawab Tergugat I kepada Masyarakat di Desa Parik Sabungan melalui Gereja Betel yang ada di Parik Sabungan, Kecamatan Siborongborong. Oleh karena pada saat itu hubungan antara Bistok Marpaung sebagai pendatang di Silangit dengan Tergugat I dan keluarga masih tergolong baik dan akrab bagaikan saudara kandung, terbukti sejak tahun 1980 sampai dengan 1986 Bistok Marpaung bersama istrinya yang kedua diketahui Boru Simanjuntak bersama 3 (tiga) orang anak Bistok Marpaung hasil perkawinan Bistok Marpaung dengan istrinya yang kedua Boru Simanjuntak tersebut, diantaranya 2 (dua) anak laki-laki dan 1 (satu) perempuan tinggal dirumah Tergugat saat itu sebelah Selatan Tanah Terperkara, rumah mana telah dijual Tergugat I kepada Anas Pohan dan terakhir rumah tersebut diketahui menjadi milik Berman Siburian setelah beberapa kali diperjual-belikan yang berhak, yang ada di Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara.

4.2 Bahwa semasa hidupnya Bistok Marpaung dan semasa Bistok Marpaung tinggal di Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong, Tergugat I dan Tergugat II tidak pernah bertemu dengan Penggugat atau setidak-tidaknya Bistok Marpaung tidak pernah memperkenalkan dan melibatkan Penggugat untuk mengurusi urusan Bistok Marpaung di Desa parik Sabungan. Sehingga dalam hal ini Penggugat tidak mengetahui peristiwa jual beli tanah perkara selama semasa hidup Bistok Marpaung dengan istrinya yang kedua yang ada di Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong.

4.3 Bahwa untuk mengganti biaya seng sebanyak 25 (dua puluh lima) lembar yang telah diterima Tergugat I dari toko Material yang telah

(15)

dibayar oleh Bistok Marpaung kepada toko Material, Tergugat I dengan Bistok Marpaung bersepakat secara lisan dan secara diam-diam dan sukarela menjadikan tanah terperkara menjadi milik Bistok Marpaung, walaupun tanah terperkara tidak dikuasai oleh Bistok Marpaung, dengan luas ukuran Lebar : 61/2 M, panjang 80 M = 520 M2 (enam setengah meter dikali delapan puluh meter sama dengan lima ratus dua puluh meter persegi), bukan 71/2 M sebagaimana dalil Penggugat, dengan batas-batas bidang tanah, sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Tanah milik Tumbur Aritonang.  Sebelah Timur : Tanah Milik Kadiman Aritonang.

 Sebelah Selatan : Awalnya tanah milik Kadiman Aritonang, pernah menjadi milik Anas Pohan, dan terakhir diketahui tanah milik Berman Siburian.

 Sebelah Barat : Jalan Protokol.

4.4 Pada tanggal 12 Februari 2006, Bistok Marpaung menjual kembali tanah terperkara kepada Tergugat II (dua) seharga Rp. 18.000.000,-(delapan belas juta rupiah), sebagaimana dimuat dalam “surat perjanjian jual - beli tanah” antara BISTOK MARPAUNG sebagai PENJUAL dengan TIORMAN BR TAMPUBOLON sebagai PEMBELI yang dibuat diatas Kertas Materai pada tanggal 12 Februari 2006, (bukti T.I dan T.II.-1), yang terletak di Silangit, Simpang Muara, Desa Parik Sabungan, Kecamatan Siborongborong, di Jln. Protokol (sebelah kanan dari Siborongborong arah ke Balige), dengan luas 6 ½ M x 80 M = 520 M2 (enam setengah meter dikali delapan puluh meter sama dengan lima ratus dua puluh meter persegi), sebagaimana Pernyataan Saksi Oskar Siregar (Bukti T.I dan T.II.-2), pernyataan saksi Jumalam Sianturi (Op. tulus Sianturi) (bukti T.1 dan T.II.-3), dan Pernyataan Saksi Sabam Oppusunggu (Op. Saroha Oppusunggu), (bukti T.I. dan T.II.-4) dengan batas-batas bidang tanah, sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Tanah milik Tumbur Aritonang.  Sebelah Timur : Tanah Milik Kadiman Aritonang.  Sebelah Selatan :Tanah milik Berman Siburian.  Sebelah Barat : Jalan Protokol.

4.5 Bahwa pada saat melakukan Jual – Beli tanah terperkara dari Bistok Marpaung kepada Tergugat II pada tanggal 12 Februari 2006, Tergugat I dan Tergugat II hanya menerima foto copi Surat Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 7 Juni 1988 tersebut dari

(16)

Almarhum Bistok Marpaung pada tahun 2006, (bukti T.I dan T.II.-5), sehingga Tergugat I dan Tergugat II tidak pernah melihat dan mendapatkan Asli Surat Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 7 Juni 1988 antara Kadiman Aritonang dengan Bistok Marpaung dimaksud.

4.6 Bahwa Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 7 Juni 1988 antara Kadiman Aritonang selaku penjual dengan Bistok Marpaung selaku Pembeli atas tanah terperkara seharga Rp. 1.000.000,-(satu juta rupiah) secara legal formal Tergugat I dan Tergugat II sebagai saksi dan O. Madihot Br Siahaan yang merupakan Ibu Mertua dari Tergugat I atau Ibu Kandung Tergugat II, serta Anas Pohan yang meninggal dunia pada tahun 1987, dan juga Paimin Sianturi tidak pernah menanda tangani dalam Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik tersebut, serta tidak mengetahui proses munculnya Surat Perjanjian Jual – Beli dimaksud.

4.7 Bahwa berdasarkan proses terbitnya Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 07 Juni 1988 tersebut telah secara nyata-nyata menyalahi prinsip-prinsip dan doktrin tentang syarat-syarat berlakunya sebuah Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam pasal 1320 KUHPerdata, dan pasal 1338 KUHPerdata yaitu bahwa suatu Perjanjian dibuat para pihak dan berlaku mengikat bagi Para Pihak yang membuatnya bilamana Perjanjian tersebut tidak ada unsure Penipuan ( bedrog, fraud, misrepresentation). Sehingga apabila dalam Suatu Perjanjian ada Unsur-unsur Penipuan ( bedrog, fraud, misrepresentation), maka Perjanjian tersebut dapat dibatalkan oleh salah satu pihak melalui Pengadilan.

4.8 Bahwa oleh karena Surat Perjanjian Jual – Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 07 Juni 1988 adalah cacat hukum karena tidak sesuai dengan syarat-syarat berlakunya suatu perjanjian, maka gugatan Penggugat dikualifikasi sebagai gugatan yang tidak mempunyai dasar hukum, dengan demikian gugatan Penggugat haruslah ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima.

5. Bahwa terhadap dalil Penggugat poin 3 tidak menguraikan tentang Akta Serah Terima Notaris tentang apa yang dimaksudkan Penggugat. Sebagaimana dimuat dalam eksepsi dan jawaban Tergugat I dan Tergugat II terhadap dalil Penggugat poin 2 diatas, yaitu Penggugat tidak alasan dan bukti hukum yang sah dari Penggugat untuk mewakili dan bertindak di depan

(17)

Pengadilan dari seluruh keturunan Pewaris Bistok Marpaung dalam mengajukan gugatan dalam perkara aquo.

Bahwa Tergugat I dan Tergugat II membantah dan menolak dalil Penggugat yang menyatakan menurut hukum adat Batak Harta Peninggalan dari Orangtua Bistok Marpaung adalah menjadi milik ahli waris yaitu keturunan laki-laki termasuk Penggugat. Berdasarkan adat Batak yang berlaku saat ini di tanah Batak adalah bahwa hanya hak ulayat atau hak milik persekutuan marga yang menjadi milik keturunan secara turun-temurun dari garis keturunan laki-laki sebagai pelanjut keturunan marga. Misalnya hak milik parhutaan ( milik perkampungan marga). Penggugat yang mengaku orang Batak dan tinggal di daerah tanah batak (di Toba) sesungguhnya tidak memahami pranata dan system adat Batak itu sendiri. Dalam hal ini Tergugat I dan Tergugat II menolak dalil gugatan tersebut karena tidak sesuai dengan hukum adat Batak, dengan demikian dalil gugatan Penggugat haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima.

6. Bahwa terhadap dalil Penggugat poin 4 dan dalam perbaikan gugatannya tanggal 4 Maret 2015, Tergugat I dan Tergugat II menolak dalil Pengugat tersebut. Karena secara senyatanya dan menurut hukum tanah tersebut milik Tergugat I dan Tergugat II sehingga segala tindakan Para Pergugat untuk mendirikan bangun diatas tanah tersebut adalah sah secara hukum tanpa meminta persetujuan dari Penggugat.

Bahwa Penggugat telah asal-asalan dalam menyusun gugatannya, karena berdasarkan fakta dan senyatanya dilapangan ukuran bangunan yang dibangun Tergugat I dan Tergugat II diatas tanah terperkara lebar 6 ½ M (enam setengah meter), dan panjangnya 22 M sehingga rancangan luas bangunan seluruhnya 143 M2, bukan 7 ½ M X 22 M = 165 M2 (tujuh setengah meter dikali dua pulu dua meter sama dengan seratus enam puluh meter persegi) sebagaimana dimuat dalam dalil gugatan Penggugat;

7. Bahwa Tergugat I dan Tergugat II menolak dan menyangkal dengan tegas dalil Penggugat poin 5, karena Penggugat tidak mengetahui asal-usul tanah terperkara dan Penggugat tidak mengetahui SURAT PERJANJIAN JUAL-BELI TANAH” antara Bistok Marpaung sebagai penjual dengan Tiorman Br Tampubolon sebagai pembeli yang dibuat diatas kerta Materai pada tanggal 12 Februari 2006, yang terletak di Silangit, Simpang Muara, Desa Parik Sabungan, Kecamatan Siborongborong, di Jln. Protokol (sebelah kanan dari Siborongborong arah ke Balige), dengan luas 6 ½ M x 80 M = 520 M2 (enam

(18)

setengah meter dikali delapan puluh meter sama dengan lima ratus dua puluh meter persegi);

Bahwa mengenai asal usul tanah terperkara dan proses Jual-Beli kembali tanah terperkara dari Bistok Marpaung kepada Tergugat II telah diuraikan diatas, sehingga tidak perlu lagi diulangi.

Bahwa menjadi pernyataan, jika Asli Surat Perjanjian Jual-Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 07 Juni 1988 tersebut ada pada Penggugat, padahal dalam lembar kedua/dibalik kertas, SURAT PERJANJIAN JUAL-BELI TANAH” antara Bistok Marpaung sebagai Penjual dengan Tiorman Br Tampubolon sebagai pembeli yang dibuat diatas kertas Materai pada tanggal 12 Februari 2006, dituliskan oleh Bistok Marpaung, “perlu saya tambahkan bahwa Surat Pembelian saya dari K. Aritonang tidak bisa saya kembalikan karena telah hilang”. Untuk itu Surat Jual Beli ini saya nyatakan sah”

Bahwa berdasarkan pernyataan tersebut, Bistok Marpaung menyatakan hilang Asli Surat Surat Perjanjian Jual-Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 07 Juni 1988, pada hal Asli Surat Perjanjian Jual-Beli Tanah tersebut ada pada Penggugat. Jika memang Asli Surat Jual-Beli Tanah terperkara telah hilang semasa hidup Bistok Marpaung walaupun memang secara hukum Surat Jual-Beli Tanah tersebut tidak sah dan tidak dapat dijadikan sebagai dasar hukum untuk mengajukan gugatan terhadap Tergugat I dan Tergugat II, maka sangat kuat sangkaan bagi Penggugat, bahwa Penggugat telah lama merencanakan untuk memiliki sendiri tanah terperkara sehingga Penggugat tidak melibatkan Ahli waris Bistok Marpaung yang lainnya; selain, Justru yang memunculkan persangkaan lain adalah apakah motif dan siapa sesungguhnya yang memprovokasi Penggugat untuk mengajukan gugatan ini, karena berdasarkan fakta dan asal-usul tanah terperkara, serta keberadaan Bistok Marpaung tidak perlu lagi diragukan pernah tinggal bersama Tergugat I dan Tergugat II saling membantu seperti keluarga sendiri bersama di Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborongborong.

8. Bahwa Tergugat I dan Tergugat II menolak dan menyangkal dengan tegas dalil Penggugat poin 6, karena memang senyatanya secara hukum tanah terperkara adalah milik Tergugat I dan Tergugat II secara hukum, yaitu bahwa Tergugat I dan Tergugat II telah membeli kembali tanah terperkara dari Bistok Marpaung sebagaimana SURAT PERJANJIAN JUAL-BELI TANAH antara Bistok Marpaung sebagai Penjual dengan Tiorman Br

(19)

Tampubolon sebagai pembeli yang dibuat diatas kertas Materai pada tanggal 12 Februari 2006, sehingga perbuatan Tergugat I dan Tergugat II yang telah mendirikan bangunan diatas tanah terperkara tanpa terlebih dahulu mendapat ijin dari Penggugat tidak dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum, karena Penggugat tidak berhak atas tanah terperkara.

Bahwa Penggugat membuat dalil yang menyatakan Tergugat I dan Tergugat II memalsukan Surat Jual Beli yang ditanda tangan adalah dalil sesat dan tanpa bukti hukum;

Bahwa SURAT PERJANJIAN JUAL-BELI TANAH antara Bistok Marpaung sebagai Penjual dengan Tiorman Br Tampubolon sebagai pembeli yang dibuat diatas kertas Materai pada tanggal 12 Februari 2006 adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan dimuka persidangan, karena ditanda tangani saksi di ketahui oleh Kepala Desa Parik Sabungan atas nama Pongat Simanjuntak yang akan dibuktikan pada tahap pembuktian dalam perkara aquo.

9. Bahwa Tergugat I dan Tergugat II menolak dan menyangkal dengan tegas dalil Penggugat poin 7 karena Penggugat tidak berhak lagi menuntut pengembalian tanah tereprkara dari Tergugat I dan Tergugat II, karena Tergugat I dan Tergugat II telah membeli kembali tanah terperkara dari Bistok Marpaung seharga Rp. 18.000.000,-(delapan belas juta rupiah), sebagaimana “surat perjanjian jual - beli tanah” antara Bistok Marpaung sebagai Penjual dengan Tiorman Br Tampubolon sebagai Pembeli yang dibuat diatas Kertas Materai pada tanggal 12 Februari 2006, dengan demikian “surat perjanjian jual - beli tanah” antara Bistok Marpaung sebagai Penjual dengan Tiorman Br Tampubolon sebagai Pembeli, pada tanggal 12 Februari 2006 tersebut adalah sah dan menjadi dasar hukum bagi Tergugat I dan Tergugat II untuk menguasai tanah terperkara.

10. Bahwa Tergugat I dan Tergugat II menolak dan menyangkal dengan tegas dalil Penggugat poin 8 karena Penggugat telah membeli kembali secara sah menurut hukum atas tanah terperkara, sehingga Tergugat I dan Tergugat II mempunyai hak yang sah menurut hukum berdasarkan Surat Jual Beli Tanah “surat perjanjian jual - beli tanah” antara Bistok Marpaung sebagai Penjual dengan Tiorman Br Tampubolon sebagai Pembeli, pada tanggal 12 Februari 2006 yang diakui isi dan tanda tangan Bistok Marpaung. Maka tidak ada dasar hukum Penggugat menuntut secara hukum agar Tergugat mengembalikan/mengosongkan tanah perkara.

(20)

11. Bahwa Tergugat I dan Tergugat II menolak dan menyangkal dengan tegas dalil Penggugat poin 9 karena Penggugat memang senyatanya tidak berhak untuk mengajukan gugatan kepada Tergugat I dan Tergugat II, sehingga dalil Penggugat yang meminta uang Sebesar Rp. 300.000,-(tiga ratus ribu rupiah) untuk setiap harinya sejak putusan Pengadilan dalam eprkara ini berkekuatan hukum tetap adalah tidak berdasar dan asal-asalan. Bahwa Penggugat tidak menguraikan kegunaan tuntutan uang sebesar Rp. 300.000,-(tiga ratus ribu rupiah) tersebut, sehingga tuntutan yang tidak berdasar itu adalah tidak relevan menurut hukum sehingga harus ditolak.

Bahwa terhadap dalil Penggugat yang menuntut Tergugat I dan Tergugat II untuk membayar uang Sebesar Rp. 300.000,-(tiga ratus ribu rupiah) tersebut adalah tidak berdasar dan harus ditolak telah diuraikaan dalam uraian terdahulu diatas, sehingga tidak perlu lagi diulang.

12. Bahwa Tergugat I dan Tergugat II menolak dan menyangkal dengan tegas dalil Penggugat poin 10 gugatannya karena selain Penggugat tidak mempunyak hubungan hukum dan hak hukum atas tanah terperkara, juga pemohonan sita (conservatoir beslag) yang diajukan Penggugat tidak berdasarkan alasan hukum yang didukung fakta yang objektif dan masuk akal, serta tidak relevan dan mendesak dengan isi gugatan karena tidak ada upaya Tergugat I dan Tergugat II untuk mengalihkan dan mengasingkan serta menggelapkan tanah objek perkara selama proses pemeriksaan berlangsung, maka permohonan sita Tergugat harus ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima.

13. Bahwa Tergugat I dan Tergugat II menolak dan menyangkal dengan tegas dalil Penggugat poin 11 adalah tidak benar dan tidak berdasarkan pada hukum, karena senyatanya permohonan penggugat tersebut tidak berlandaskan hukum dan bertentangan dengan SEMA R.I Nomor 3 Tahun 2000 tanggal 21 Juli 200 jo. SEMA Nomor 4 Tahun 2001, juga tidak terdapat alasan-alasan atau keadaan yang bersifat eksepsional/urgent sebagai syarat dikabulkannya putusan yang dapat dijalankan terlerbih dahulu (uitvoerbaar bij voorraad).

Maka oleh karena itu patut dan cukup beralasan permohonan (dalil gugatan butir 11) penggugat tersebut ditolak;

14. Bahwa dalil gugatan Penggugat poin 12 dalam gugatannya agar Tergugat-tergugat dihukum untuk membayar semua ongkos perkara yang timbul dalam perkara ini adalah harus ditolak karena Tergugat I dan Tergugat II berhak atas tanah tereprkara, dan oleh karena gugatan Penggugat ditolak

(21)

untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima, maka wajar dan patut penggugatlah yang dihukum untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, mohon kiranya Majelis Hakim yang menyidangkan, memeriksa dan memutus perkara ini menjatuhkan putusan dengan amar putusan sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI

 mengabulkan eksepsi Para Tergugat I dan Tergugat II untuk seluruhnya.  Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya

menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima. DALAM POKOK PERKARA

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima.

2. Menyatakan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum dalam bentuk apapun Surat Perjanjian Jual-Beli/Pemindahan Hak Milik yang dibuat tanggal 7 Juni 1988 antara Kadiman Aritonang selaku Penjual dengan Bistok Marpaung selaku Pembeli atas sebidang tanah yang terletak di Silangit, Simpang Muara, Desa Parik Sabungan, Kecamatan Siborongborong, di Jln. Protokol (sebelah kanan dari Siborongborong arah ke Balige), dengan luas 71/2 M x 80 M= 600 M2, (tujuh setengah meter dikali delapan puluh meter sama dengan enam ratus meter persegi) seharga Rp. 1.000.000,-(satu juta rupiah), dengan batas-batas bidang tanah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Tanah milik O. Madihat Aritonang Br Siahaan Sebelah Timur : Tanah Milik Kadiman Aritonang

Sebelah Selatan : Tanah Milik A. Pohan Sebelah Barat : Jalan Protokol

3. Menyatakan Penggugat tidak sah dan tidak mempunyai dasar hukum untuk mengajukan gugatan kepada Tergugat I dan Tergugat II;

4. Menyatakan sah dan mempunyai kekuatan hukum “surat perjanjian jual - beli tanah” antara Bistok Marpaung sebagai Penjual dengan Tiorman Br Tampubolon sebagai Pembeli yang dibuat diatas Kertas Materai pada tanggal 12 Februari 2006, atas sebidang tanah yang terletak di Silangit, Simpang Muara, Desa Parik Sabungan, Kecamatan Siborongborong, di Jln Protokol (sebelah Kanan dari Siborongborong arah ke Balige), dengan luas 6 1/2 M x 80 M= 520 M2 (enam setengah meter dikali delapan puluh meter sama dengan lima ratus dua puluh meter persegi) seharga Rp. 18.000.000,-(delapan belas juta rupiah), dengan batas-batas bidang tanah, sebagai berikut :

(22)

Sebelah Utara : Tanah milik Tumbur Aritonang Sebelah Timur :Tanah milik Kadiman Aritonang Sebelah Selatan : Tanah milik Berman Siburian Sebelah Barat : Jalan Protokol

5. Menyatakan tindakan Tergugat I dan Tergugat II sah secara hukum yang telah membuat pondasi bangunan rumah diatas tanah yang terletak di Silangit, Simpang Muara, Desa Parik Sabungan, Kecamatan Siborongborong, di Jln Protokol (sebelah Kanan dari Siborongborong arah ke Balige), sejak 2013 sampai dengan Nopember 2014, dengan luas bangunan 6 1/2 M x 22 M= 143 M2 (enam setengah meter dikali dua puluh dua meter sama dengan seratus empat puluh tiga meter persegi).

6. Membebankan segala biaya yang timbul dari perkara ini kepada Penggugat. Atau

Apabila Majelis Hakim yang terhormat yang memeriksa dan mengadili perkara a quo berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut Pengadilan Negeri Tarutung telah menjatuhkan putusan nomor : 44/Pdt.G/2014/PN.Trt tanggal 9 September 2015 yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

A. DALAM EKSEPSI :

- Menolak Eksepsi Para Tergugat seluruhnya ; B. DALAM POKOK PERKARA :

1. Menolak gugatan Pengugat seluruhnya ;

2. Menghukum Pengugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sebesar : Rp1.821.000,- (satu juta delapan ratus dua puluh satu ribu rupiah),- ;

Membaca Akte Banding yang dibuat oleh Wakil Panitera Pengadilan Negeri Tarutung, yang menerangkan bahwa Pembanding semula Penggugat, pada tanggal 14 September 2015, telah mengajukan permohonan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri Tarutung nomor : 44/Pdt.G/2014/PN.Trt tanggal 9 September 2015, dan permohonan banding tersebut telah diberitahukan kepada Terbanding I semula Tergugat I dan Terbanding II semula Tergugat II, melalui Kepala Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborong-Borong masing-masing tanggal 16 Nopember 2015;

Membaca Relas Pemberitahuan Untuk Melihat, Membaca dan Memeriksa Berkas Perkara Pengadilan Negeri Tarutung, yang disampaikan

(23)

kepada Pembanding semula Penggugat tanggal 5 Nopember 2015 dan kepada Terbanding I semula Tergugat I dan Terbanding II semula Tergugat II, melalui Kepala Desa Parik Sabungan Kecamatan Siborong-Borong masing-masing tanggal 16 Nopember 2015, yang menerangkan bahwa dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah tanggal pemberitahuan tersebut kepada kedua belah pihak berperkara telah diberi kesempatan untuk memeriksa dan mempelajari berkas perkara tersebut sebelum dikirim ke Pengadilan Tinggi;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA;

Menimbang, bahwa permohonan banding yang diajukan oleh Pembanding semula Penggugat telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan Undang-Undang, oleh karenanya permohonan banding tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini, Pembanding semula Penggugat meskipun menyatakan banding, tetapi tidak mengajukan memori banding, sehingga Majelis Hakim Tingkat Banding tidak mengetahui secara pasti alasan keberatan Pembanding semula Penggugat terhadap putusan Majelis Hakim Tingkat Pertama;

Menimbang, bahwa setelah membaca, meneliti dan mempelajari dengan seksama berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini, turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Tarutung nomor : 44/Pdt.G/2014/PN.Trt tanggal 9 September 2015, Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat alasan dan pertimbangan hukum yang telah diambil oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama dalam putusannya berkenaan dengan hal-hal yang disengketakan oleh kedua belah pihak, telah tepat dan benar menurut hukum, maka Majelis Hakim Pengadilan Tinggi mengambil alih alasan dan pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama yang dipandang sudah tepat, benar dan beralasan menurut hukum tersebut dan menjadikannya sebagai alasan dan pertimbangannya sendiri dalam mengadili perkara ini ditingkat banding, dengan penguatan pertimbangan sebagai berikut :

- Bahwa objek sengketa merupakan tanah Terbanding I semula Tergugat I dan Terbanding II semula Tergugat II yang dibeli dari Alm. Bistok Marpaung berdasarkan surat jual beli tanggal 12 Februari 2006 (bukti TI -TII-1);

(24)

- Bahwa oleh karena objek sengketa telah dialihkan oleh Alm. Bistok Marpaung kepada Terbanding I semula Tergugat I dan Terbanding II semula Tergugat II maka Alm. Bistok Marpaung demikian ahli warisnya (in casu Pembanding semula Penggugat) tidak mempunyai hak lagi atas objek sengketa;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka Putusan Pengadilan Negeri Tarutung nomor : 44/Pdt.G/2014/PN.Trt tanggal 9 September 2015, yang dimintakan banding tersebut dapat dipertahankan dalam peradilan tingkat banding dan haruslah dikuatkan;

Menimbang, bahwa oleh karena Pembanding semula Penggugat tetap dipihak yang kalah, baik dalam peradilan tingkat pertama maupun dalam peradilan tingkat banding, maka semua biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan tersebut dibebankan kepadanya;

Memperhatikan KUHPerdata dan R.B.g, serta peraturan-peraturan hukum lainnya yang bersangkutan dalam perkara ini;

M E N G A D I L I :

- Menerima permohonan banding dari Pembanding semula Penggugat;

- Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Tarutung nomor :

44/Pdt.G/2014/PN.Trt tanggal 9 September 2015, yang dimohonkan banding tersebut;

- Menghukum Pembanding semula Penggugat untuk membayar biaya

perkara dalam kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah);

Demikian diputus dalam sidang musyawarah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Medan pada hari Kamis tanggal 17 Maret 2016 oleh kami : DHARMA E. DAMANIK, SH.MH. Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi Medan sebagai Hakim Ketua Majelis, DALIZATULO ZEGA, SH. dan MARYANA, SH.MH. masing-masing sebagai Hakim-Hakim Anggota, yang ditunjuk untuk memeriksa dan mengadili perkara tersebut dalam peradilan tingkat banding, berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Medan tanggal 9 Februari 2016, nomor : 28/PDT/2016/PT-MDN, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Senin tanggal 28 Maret 2016, oleh Hakim Ketua Majelis dengan didampingi Hakim-Hakim Anggota serta ZAINAL POHAN, SH.MH.

(25)

sebagai Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi Medan, tanpa dihadiri oleh kedua belah pihak berperkara maupun kuasa hukumnya;

Hakim - Hakim Anggota, Hakim Ketua Majelis,

TTD. TTD.

ttd ttd

1. DALIZATULO ZEGA, SH. DHARMA E. DAMANIK, SH.MH.

TTD. ttd 2. MARYANA, SH.MH. Panitera Pengganti, TTD. ttd ZAINAL POHAN, SH.MH. Perincian Biaya : 1. Meterai Rp. 6.000,- 2. Redaksi Rp. 5.000,- 3. Pemberkasan Rp 139.000,- Jumlah Rp. 150.000,-

Untuk salinan sesuai dengan aslinya. WAKIL PANITERA,

HAMONANGAN RAMBE, SH.MH. NIP. 040043391.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam makalah ini akan dibahas definisi institutional repository ; jenis-jenis repository selain institutional repository dan masing-masing karakteristiknya; hubungan

Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, manajemen

JENIS SARUNG TANGAN YANG DIANJURKAN Pengukuran Tekanan.

Dari hasil survai yang dilakukan pada 35 perusahaan yang mengikuti bursa kerja yaitu untuk sebaran jenis pekerjaan yang ditawarkan perusahaan di dominasi dengan urutan

Tujuan penelitian adalah : “untuk mengetahui peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw dengan

NILAI DAN SIKAP TERHADAP PEKERJAAN Satu ciri utama yang lazimnya sinonim dengan komuniti muara ialah kebergantungan sumber ekonomi mereka kepada sungai dan laut sebagai

Tolak ukur dari prestasi belajar adalah pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah, umumnya nilai yang dilihat dari sisi kognitif, karena

Bahwa Penerbitan Sertifikat tersebut telah sesuai dengan Peraturan yang berlaku baik prosedur, tata cara maupun syarat-syarat yang harus dipenuhi para pemegang Sertipikat