• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembahasan penelitian terdahulu yang digunakan sebagai berikut :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembahasan penelitian terdahulu yang digunakan sebagai berikut :"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini berdasarkan kesamaan tema pembahasan penelitian terdahulu yang digunakan sebagai berikut :

Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu menggunakan metode analisis data dengan alat analisis Location Quotient (LQ), Dynamic Location Quotient (DLQ), Classic Shift-Share, Metode Shift-Share Esteban Marquillas, dan Klassen Tipology. Ini sangat disayangkan karena Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi penyangga pangan nasional. Berdasarkan hasil analisis DLQ hanya ada tiga sektor yang tidak dapat diharapkan di masa depan, yaitu, Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Sektor Pengadaan Air. Berdasarkan hasil analisis Shift-Share Classic dan Shift-Share Modification dari sektor Esteban Marquillas yang memiliki keunggulan kompetitif dan yang paling spesialisasi adalah Sektor Layanan Pendidikan. Dan berdasarkan hasil analisis sektor Tipologi Klassen yang masih termasuk dalam sektor terbelakang dan harus lebih ditingkatkan di setiap Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Tengah adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian. Penelitian ini berjudul Analisis Sektor Unggulan di Kabupaten/Kota Se-Privinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2016 (Khoirudin, 2020).

Penelitian selanjutanya menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klungkung periode 2008-2010 berada pada zone daerah makmur yang

(2)

sedang menurun. Sektor ekonomi yang potensial dikembangkan, yaitu sektor bangunan dan jasa-jasa. Dari sektor-sektor tersebut muncul beberapa sub sektor yang potensial, yaitu sub sektor jasa swasta. Peluang/kesempatan kerja yang diciptakan sektor bangunan rata-rata hanya 3,01 persen dan sektor jasa rata-rata 5,96 persen, masih sangat minim bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Klungkung. Penelitian ini dilakukan dengan judul Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Dan Sektor Potensial Kabupaten Klungkung (Yasa, 2012). Penelitian terdahulu selanjutnya yaitu untuk mengembangkan kawasan strategis dengan mengidentifikasi sub sektor unggulan dan daya saing yang dimiliki. Sektor pertanian yang menjadi potensi yang dominan di Kota Batu. Analisis yang dilakukan dalam penelitian tersebut menggunakan LQ, DLQ, dan shift share. Penelitian ini dilakukan dengan judul Analisis Potensi Struktur Ekonomi Unggulan dan Daya Saing Sub Sektor Pertanian di Kota Batu Tahun 2011-2015 (Sudarti, 2017).

Penelitian terdahulu selanjutnya yaitu menunjukan Hasil dari perhitungan analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan ada empat sektor unggulan Kabupaten Klungkung adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa. Berdasarkan analisis Shift Share, jumlah keseluruhan sektor memiliki nilai positif yang paling besar kemudian disusul oleh sektor industri, sedangkan sektor pertanian memiliki nilai yang negatif. Sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten Klungkung mengalami pergeseran struktur ekonomi yaitu dari sektor pertanian ke sektor jasa. Penelitian ini dilakukan

(3)

dengan judul Analisis Sektor Unggulan dan Pergeseran Pangsa Sektor-sektor Ekonomi Kabupaten Klungkung (Utama, 2015).

B. Landasan Teori

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan ekonomi yang berlaku dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional rill semakin berkembang (Sukirno, 2012). Secara luas, pertumbuhan ekonomi adalah sutau proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat (one shoot) karena perekonomian merupakan sesuatu yang berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tingkat pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan pendapatan nasional dari berbagai tahun. Suatu perekonomian dapat dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada yang dicapai pada periode sebelumnya. Dengan ini, perkembangannya baru tercipta apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut menjadi bertambah besar dari tahun ke tahun.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di suatu perekonomian. Kesejahteraan dan kemajuan suatu perekonomian dapat ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukkan oleh perubahan output nasional. Adanya perubahan output dalam perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka pendek. Pemerintah memiliki tiga fungsi utama dalam mendukung perekonomian, yaitu memelihara kemananan dalam negeri dan pertahanan, menyelenggarakan peradilan, dan menyediakan barang-barang yang

(4)

tidak disediakan oleh pihak swasta, seperti infrastruktur dan fasilitas umum (Siregar, 2006).

Penentu pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terdapat dalam tiga komponen utama, yaitu akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan sumber daya manusia. Kedua adalah pertumbuhan penduuduk yang meningkatkan jumlah angkatan kerja ditahun-tahun mendatang. Ketiga adalah kemajuan teknologi yang menyebabkan kenaikan kapasitas berbagai barang ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi meningkat karena adanya pembangunan ekonomi yang dilakukan pada tiap daerah. Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, memeratakan pembagian pendapatan masyrakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan sektor tersier. Arah pembangunan ekonomi mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik dan diikuti tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Pertumbuhan ekonomi sebagai indikator pembangunan daerah memprioritaskan untuk membangun dan memperkuat sektor-sektor dibidang ekonomi (Sukirno, 2012).

Dalam mengukur seberapa besar pengaruh kinerja perekonomian suatu wilayah di suatu negara maka dapat dilihat dari kontribusi Produk Domestik Regional Bruto terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) total nasional (Tarigan, 2005). Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan

(5)

pendapatan masyarakat pada wilayah tersebut yaitu kenaikan jumlah pendapatan (added value) yang terjadi di wilayah tersebut.

2. Pembangunan Ekonomi

Secara umum pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai perubahan dalam banyak aspek kehidupan manusia yang bertujuan dan memberi harapan kepada perbaikan tingkat kesejahteraan masyrakat yang lebih baik dan lebih merata yang dalam jangka panjang agar dapat berlangsung secara berkelanjutan (Sukirno, 2012). Pembangunan ekonomi juga memilki arti peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara yang terus-menerus. Untuk daerah, makna pembangunan difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu Provinsi, Kabupaten atau Kota. Definisi pembangunan ekonomi tradisional sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur suatu negara yaitu sektor pertanian menjadi negara industrialisasi. Pembangunan dari suatu daerah harus mencakup tiga inti nilai (Todaro, 2000).

a. Ketahanan (Sustance) yaitu kemampuan utuk memenuhi kebutuhan pokok (pangan, papan, kesehatan, dan proteksi) untuk memeprtahankan hidup. b. Harga diri (Self Esteem) yaitu pembangunan haruslah memanusiakan orang.

Dalam arti luas pembangunan suatu daerha haruslah meningkatkan kebanggan sebagai manusia yang berada pada daerah tersebut.

c. Freedom from servitude yaitu kebebasan bagi setiap individu suatu negara untuk berpikir, berkembang, berperilaku dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

(6)

Pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Boediono, 2002). Definisi ini menyimpulkan bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting yaitu suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus, usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita, kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, memeratakan pembagian pendapatan masyrakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan sektor tersier. Pembangunan adalah suatu perubahan yang positif, yang meliputi kegitan dan hasilnya (Tarigan, 2005). Kegiatan ini berlangsung dalam rangka mengelola sumberdaya yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Hasil dari pembangunan ini akan tercermin dari pendapatan daerah dan tingkat kesejahteraan penduduknya.

Berlangsungnya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produkstifitas tenaga kerja bertambah. Spesialisasi dalam proses produksi akan dapat meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dapat mendorong ditemukannya alat-alat atau mesin-mesin baru dan akhirnya mempercepat dan meningkatkan produksi (Jinghan,2012). Sekali pertumbuhan ekonomi itu dimulai maka ia akan bersifat kumulatif, artinya bila ada pasar yang

(7)

cukup ada ada akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan ini akan meningkatkan produktifitas tenaga kerja.

Pembangunan ekonomi pada dasarnya mengoptimalkan bagaimana peran sumberdaya dalam menciptakan kenaikan pendapatan yang terakumulasi pada sektor-sektor ekonomi, yang tercermin pada besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata pertahun. Tercapai tidaknya kenaikan pendapatan atau pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada kemampuan daerah dalam memberdayakan sumber-sumber alam dan manusia yang tersedia di daerah. 3. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi terdapat dua sektor kegiatan, yaitu sektor basis ekonomi dan sektor nonbasis ekonomi. Sektor basis merupakan sektor yang memiliki potensi besar dalam menentukan pembangunan menyeluruh di daerah, sedangkan sektor nonbasis merupakan sektor penunjang dalam pembangunan menyeluruh tersebut. Teori basis ekonomi menyatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut (Tarigan, 2005).

Kegiatan nonbasis adalah kegiatan menyediakan barang dan jasa yang di butuhkan oleh masyarakat yang berada di dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan tanpa melakukan ekspor ke luar wilayah karena kemampuan sektor tersebut untuk mencukupi kebutuhan lokal masih terbatas. Luas lingkup produksi dan pemasarannya bersifat lokal.

(8)

Teori basis ekonomi ini pada intinya membedakan sektor basis dan aktifitas sektor non basis. Aktifitas sektor basis yang mampu secara luas menjual produknya baik di dalam maupun di luar daerah akan mempengaruhi pertumbuhan sektor tersebut dan menentukan pembangunan menyeluruh bagi daerah tersebut termasuk peningkatan kesempatan kerja yang berpengaruh pada pendapatan regional. Aktifitas sektor non basis merupakan sektor sekunder yang artinya tergantung pada perkembangan yang terjadi pada sektor basis yang akan menyebabkan terjadinya perubahan pada konsumsi dan investasi di daerah. Dengan kata lain kedua sektor tersebut mempunyai hubungan dengan permintaan dari luar wilayah.

4. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Lincolin, 2004). Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Proses pembangunan terutama bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyrakat baik spiritual maupun material. Peningkatan taraf hidup masyarakt mencakup suatu perangkat cita-cita meliputi :

a. Pembangunan harus bersifat rasionalistis artinya bahwa haluan yang diambil harus berlandaskan pada pertimbangan rasional, berdasarkan fakta, sehingga nantinya merupakan suatu kerangka yang sinkron.

(9)

b. Adanya rencana pembangunan dan proses pembangunan. Artinya, adanya keinginan untuk selalu membangun pada ukuran dan haluan yang terkoordinasi secara rasional suatu sistem.

c. Peningkatan produktifitas dan standar kehidupan.

d. Kedudukan, peranan, dan kesempatan yang sederajat dan sama di bidang politik, sosial, ekonomi, dan pertahanan keamanan.

e. Pengembangan lembaga-lembaga dan sikap-sikap dalam masyarakat.

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah sesuai dengan tujuan diberlakukannya otonomi daerah yang ditunjukkan oleh pergeseran peranan pemerintah dari posisi yang sentral dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan dan peningkatan kemandirian daerah. Kebijakan-kebijakan pembangunan haruslah didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah daerah bersama masyarakat harus mengambil inisiatif pembangunan daerah (Raharjo, 2005).

Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi

(10)

ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas sedang berkembang.

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam periode tahun tertentu yang pada umumnya dalam waktu satu tahun. Pada perhitungan PDRB dapat menggunakan dua harga yaitu PDRB harga berlaku dan PDRB harga konstan (Widodo, 2006). PDRB harga berlaku adalah nilai suatu barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun tersebut. PDRB harga konstan adalah nilai suatu barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu yang dijadikan sebagai tahuna acuan atau tahun dasar. Dalam menghitung PDRB dapat dilakukan dengan empat pendekatan antara lain : a. Pendekatan Produksi. Pendekatan ini sering disebut juga pendekatan nilai

tambah bruto dengan cara mengurangkan nilai output yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan biaya antara lain dari masing-masing nilai produksi bruto dari setiap sektor ekonomi, nilai tambah ini merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang diperoleh oleh unit produksi sebagai input antara, nilai yang ditambahkan sama dengan balas jasa faktor produksi atas keikutsertaannya dalam proses produksi.

b. Pendekatan Pendapatan. Pendekatan ini merupakan nilai tambah dari kegiatan-kegaiatan ekonomi dihitung dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak

(11)

langsung neto. Pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan, surplus usaha seperti bunga neto, sewa tanah dan ekuntungan tidak diperhitungkan.

c. Pendekatan Pengeluaran. Pendekatan pengeluaran digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat untuk kepentingan konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial, pembentukan modal dan ekspor, nilai barang dan jasa hanya berasal dari produksi domestik, total pengeluaran dari komponen-komponen tersebut harus dikurangi nilai impor sehingga nilai ekspor yang dimaksud adalah ekspor neto, penjumlahan seluruh komponen pengeluaran akhir ini disebut PDRB atas dasar harga pasar.

d. Metode Alokasi. Metode alokasi digunakan pada data suatu unit produksi di suatu daerah tidak tersedia. Nilai tambah dari suatu unit produksi di daerah tersebut dihitung dengan menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber yang ditingkatnya lebih tinggi, seperti data suatu kabupaten diperoleh dari alokasi data provinsi.

Untuk menghitung PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, pendekatan pengeluaran (Widodo, 2006). Untuk unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 17 lapangan usaha (sektor) yaitu :

a). Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, b). Pertambangan dan Penggalian, c). Industri Pengolahan, d). Pengadaan Listrik dan Gas, e). Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, f). Kontruksi , g). Perdagangan

(12)

Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, h). Transportasi dan Pergudangan, i). Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, j). Informasi dan Komunikasi, k). Jasa Keuangan dan Asuransi, l). Real Estate, m). Jasa Perusahaan, n). Administrasi Pemerintahan, dan Jaminan Sosial Wajib, o). Jasa Pendidikan, p). Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, q). Jasa Lainnya .

Hal ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) ditingkat nasional. Pembagian ini sesuai dengan System Of National Accounts (SNA). Hal ini juga memudahkan para analis untuk membandingkan PDRB antar provinsi dan antara PDRB dengan PDB.

6. Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya diperngaruhi oleh keberadaan faktor anugerah (endowment factors) (Sambodo dalam Usya, 2006). Faktor ini selanjutnya berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria dari sektor unggulan akan sangat bervariasi dikarenakan atas dasar seberapa besar peranan tiap sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantara :

a. Sektor unggulan yang memiliki laju pertumbuhan yang tinggi.

b. Sektor unggulan yang memiliki angka penyerapan tenaga kerja relatif besar. c. Sektor unggulan yang memiliki keterkaitan anatar sektor yang tinggi. d. Sektor unggulan yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi. 7. Analisis Location Quotient (LQ)

Location Quotient (LQ) merupakan metode tidak langsung dari ekonomi basis yang membandingkan antara porsi lapangan kerja atau nilai tambah sektor

(13)

tertentu di wilayah yang diinginkan dengan porsi lapangan kerja atau nilai tambah sektor yang sama secara nasional (Tarigan, 2005).sektor basis dan nonbasis disuatu daerah berdasarkan pengukuran tidak langsung dan untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. Jika LQ suatu sektor lebih dari satu maka sektor tersebut merupakan sektor basis, tetapi jika LQ suatu sektor kurang dari satu maka sektor itu termasuk sektor non basis. Analisis ini digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sector suatu kegiatan ekonomi. Penggunakan metode LQ dapat dimodifikasi menjadi multiplier/efek pengganda pendapatan.

Pada kegiatan basis dimana suatu sektor dapat mengekspor atau menjual hasil produksi untuk pemenuhan kebutuhan pada pihak luar dari batasan administrasi daerah. Pada sektor non basis hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan pada wilayahnya sendiri, sehingga diperlukan kebijakan lebih dalam meningkatkan suatu sektor menjadi sektor basis. Jika pada suatu daerah memiliki banyak sektor basis maka perekonomian pada daerah itu mengalami peningkatan pada kesejahteraan masyarakatnya. Pada perhitungan LQ diperlukan data PDRB daerah dan data PDRB provinsi (Tarigan, 2005).

C. Kerangka Pikir

Pembangunan suatu wilayah tidak terlepas dari sumber daya alam dan juga sumber daya manusia yang optimal, dimana dalam hal ini diharapkan dapat meningkatkan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dapat menggambarkan keadaan perekonomian dan sektor yang berpotensi pada wilayah

(14)

yang bersangkutan. Kawasan Bromo Tengger Semeru (BTS) ini mempunyai peranan penting dalam mendukung perekonomian Provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan gambar 2.1 Analisis Static Location Quotient (SLQ) lebih memberikan gambaran atau potret kondisi sektor pada suatu titik di waktu tertentu. Hasil analisis SLQ dikelompokkan menjadi dua kriteria yaitu sektor basis dan sektor non basis. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) menitikberatkan pada perubahan atau dinamika sektor tersebut. Hasil analisis DLQ dikelompokkan menjadi dua kriteria yaitu sektor basis dan sektor non basis. Gabungan antara nilai Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ) digunakan untuk menganalisis sektor ekonomi tergolong unggulan, prospektif, andalan dan

tertinggal.

Analisis tipologi klassen digunakan untuk menganalisis sektor ekonomi

menjadi empat klasifikasi yaitu sektor cepat maju dan tumbuh, berkembang cepat, maju tertekan, dan yang terakhir terbelakang.

Hasil gabungan analisis SLQ dan DLQ digunakan untuk menentukan sektor

unggulan, andalan, prospektif, tertinggal, dan hasil analisis tipologi klassen digunakan untuk menentukan sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uraian di atas dapat disususn konsep kerang pemikiran pada gambar 2.1 sebagai berikut :

(15)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikira Struktur perekonomian Kawasan

Bromo Tengger Semeru (BTS)

AnalisisTipologi Klassen Sektor Unggulan,Andalan, Prospektif, Tertinggal Analisis LQ/SLQ dan DLQ Potensi Ekonomi Unggulan di Kawasan Bromo Tengger Semeru (BTS)

PDRB Kawasan Bromo Tengger Semeru (BTS)

Semua Sektor usaha (17 sektor)

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka PemikiraStruktur perekonomian Kawasan

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat perbedaan penelitian Brata, Husani, dan Ali (2016) dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti, perbedaannya terletak pada perusahaan offline sedangkan

Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (USEPA) akuntansi lingkungan atau Environmental accounting adalah suatu proses pengidentifikasian pengumpulan

Hasil penelitian terhadap penulisan ini menunjukan bahwa, Kewenangan Pemerintah Kabupaten Badung dalam upaya mempertahankan lahan pertanian tercantum dalam Peraturan

Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility merupakan sebuah sinyal untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan dalam jangka panjang, karena Corporate Sosial Responsibility

Proses industrialisasi dan pembangunan industri merupakan salah satu jalur untuk meningkatakan taraf hidup masyarakat Usaha usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat

Hal ini menarik untuk diteliti apakah perencanaan pembangunan perekonomian yang dilaksanakan selama ini sudah tepat dengan mengedepankan sektor potensial atau sektor

disimpulkan bahwa semua variabel yaitu kepercayaan, tingkat pengembalian hasil, kesesuaian hukum syariah dan promosi dapat membedakan (discriminator) secara signifikan

• Jika setelah 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya Surat Penolakan oleh pemilik dan/atau kuasanya, bibit strawberry belum dibawa keluar dari wilayah Republik