• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur

Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan lain-lain. Searle (Nadar, 2009:12) berpendapat bahwa suatu tindak tutur dapat didefinisikan sebagai unit terkecil aktivitas berbicara yang dapat dikatakan memiliki fungsi”. Searle (Nadar, 2009:12) mengembangkan hipotesa bahwa pada hakekatnya semua tuturan mengandung arti tindakan. Tuturan dapat ditafsirkan dengan berbagai cara dan si petuturlah yang menentukan penafsiran itu yang didasarkannya atas pengetahuannya tentang apa yang terjadi ketika interaksi itu terjadi (Lubis, 2015:06).

Abd. Syukur Ibrahim dalam bukunya yang berjudul Kajian Tindak Tutur (1993:109) mendefinisikan tindak tutur menurut fungsi psikologis dan sosial di luar wacana yang terjadi. Tindak tutur itu mencakup, situasi psikologis (misalnya, berterima kasih, memohon maaf) dan tindak sosial itu seperti mempengaruhi perilaku orang lain (misalnya, mengingatkan, memerintah) atau membuat kontrak (misalnya, berjanji, menamai). Austin (Ibrahim, 1993:106) seorang filsuf Inggris, adalah orang pertama yang menyatakan bahwa terdapat banyak hal yang berbeda yang bisa dilakukan dengan kata-kata. Sebagian ujaran bukanlah pernyataan atau pernyataan tentang informasi tertentu, tetapi ujaran itu merupakan tindakan (actions).

Sedangkan menurut Chaer dan Agustina (2010:50) berpendapat bahwa tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan

(2)

keberlangsunganya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya berbeda dengan peristiwa tutur yang lebih dilihat pada tujuan peristiwanya. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada satu proses, yakni proses komunikasi.

Teori tindak tutur adalah teori yang lebih cenderung meneliti struktur kalimat. Apabila seseorang ingin mengemukakan sesuatu kepada orang lain, maka apa yang dikemukakanya itu adalah makna atau maksud kalimat. Namun, untuk menyampaikan makna atau maksud itu, orang tersebut harus menuangkannya dalam wujud tindak tutur. Tindak tutur mana yang akan dipilihnya sangat tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

1) Dengan bahasa apa ia harus bertutur,

2) Kepada siapa ia harus menyampaikan tuturanya, 3) Dalam situasi bagaimana tuturan itu disampaikan, dan

4) Kemungkinan-kemungkinan struktur manakah yang ada dalam bahasa yang digunakannya.

Dengan demikian, satu maksud tuturan perlu dipertimbangkan berbagai kemungkinan tindak tutur sesuai dengan posisi penutur, situasi tutur, dan kemungkinan struktur yang ada dalam bahasa itu. Misalnya, jika seorang guru mempunyai satu maksud agar kipas anginnya dihidupkan karena ia merasa panas, maka beberapa kemungkinan, ia cukup mengatakan, “buka pintu itu” jika yang diajak bicara adalah siswanya. Tetapi, apabila yang dihadapinya adalah rekan-rekan guru, maka hampir pasti ia tidak akan memilih tindak tutur seperti itu. Ia akan memilih, “tolong Pak, pintu itu dibuka sedikit!”, atau “mungkin akan lebih

(3)

segar kalau pintu dibuka, Pak!”, dan sebagainya. Tindak tutur yang diuraikan tersebut hanya mempunyai satu maksud, namun disampaikan dalam berbagai tuturan sesuai dengan posisi penutur dan situasi tuturan.

Tindak tutur lebih ditekankan pada arti tindakan dalam tuturannya. Hal ini sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, yang bertujuan untuk merumuskan maksud dan melahirkan perasaan penutur.

2.2 Jenis Tindak Tutur

Berkaitan dengan jenis tindak tutur, Searle (Rahardi 2005:35) membagi jenis tindak tutur menjadi tiga macam tindakan yang berbeda yaitu:

1. Tindak lokusi

Tindak lokusioner (locutionary acts) adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan kalimat yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu, Searle (Rahardi 2005:35). Selain itu, Austin (Wiryotinoyo 2006:155) menyatakan bahwa tindak lokusi yaitu mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam ungkapan (subjek-predikat).

2. Tindak ilokusi

Tindak ilokusioner (ilocutionary acts) adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula, Searle (Rahardi 2005:35). Sedangkan menurut Austin (Wiryotinoyo 2006:155) Ilokusi yaitu tindakan mengucapkan suatu pernyataan, tawaran, pertanyaan, dan sebagainya. Selanjutnya, Searle (Rahardi 2005:36) menggolongkan tindak tutur ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi yang komunikatif. Kelima macam bentuk tuturan yang menunjukkan fungsi itu dapat dirangkum sebagai berikut:

(4)

1) Asetif (Assertives)

Tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakanya. Misalnya menyatakan, menyarankan, membual, mengeluh, dan mengklaim.

2) Direktif (Directives)

Tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut, dan menasihati.

3) Ekspresif (Expressives)

Tindak tutur yang bentuk tuturan berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penuur terhadap suau keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa.

4) Komisif (Commisives)

Tindak tutur yang bentuk tuturannya berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, misalnya, berjanji, bersumpah, dan menawarkan sesuatu. 5) Deklarasi (Declarations)

Tindak tutur yang bentuk tuturannya berfungsi untuk menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya berpasrah, memecat, membaptis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum.

3. Tindak perlokusi

Tindak perlokusioner (perlocutionary acts) adalah tindak menumbuhkan pengaruh atau efek kepada mitra tutur. Tindakan-tindakan tersebut diatur oleh aturan atau norma penggunaan bahasa dalam situasi tuturan antar dua pihak,

(5)

misalnya situasi perkuliahan, situasi perkenalan, situasi upacara keagamaan dan lain-lain, Searle (Rahardi 2005:35). Sedangkan menurut Austin (Wiryotinoyo, 2006:155) tindak perlokusi adalah hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada t (penutur) sesuai situasi dan kondisi pengucapan ungkapan.

2.3 Fungsi Tindak Tutur

Bahasa mempunyai fungsi yang penting bagi manusia, terutama fungsi komunikatif. Halliday dalam bukunya yang berjudul Explorations in the Functions of Language (Tarigan, 2015:05) mendeskripsikan tujuh fungsi bahasa. Ketujuh fungsi tindak tutur tersebut dipaparkan secara ringkas berikut ini:

1. Fungsi Instrumental (The Instrumental Function)

Fungsi instrumental melayani pengelolaan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi.

2. Fungsi Regulasi (The Regulatory Function)

Fungsi tuturan sebagai alat untuk mengaturkan tingkah laku orang. Misalnya persetujuan, celaan, dan ketidaksetujuan.

3. Fungsi Representasional (The Representational Functions)

Fungsi tuturan untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan melaporkan, dengan perkataan lain “menggambarkan” realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat seseorang. 4. Fungsi Interaksional (The Interactional Functions)

Fungsi tuturan dalam menjalin dan memantapkan hubungan antara penutur dan petutur.

(6)

5. Fungsi Personal (The Personal Functions)

Fungsi tuturan dalam mengekspresikan perasaan, emosi, pribadi, serta reaksi-reaksi yang dalam.

6. Fungsi Heuristik (The Heuristic Functions)

Fungsi heuristik digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mempelajari seluk beluk lingkungan dan seringkali disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban.

7. Fungsi Imajinatif (The Imajinative Functions)

Fungsi tuturan dalam menciptakan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang bersifat imajinatif.

2.4 Tindak Tutur Direktif

Menurut Ibrahim (1993:27) “Tindak tutur direktif merupakan pengekspresian sikap penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur”. Tindak tutur direktif merupakan konstatif dengan batasan pada isi dan proposisinya (tindakan yang akan dilakukan ditunjukan kepada mitra tuturnya). Tetapi tindak tutur direktif juga bisa mengekspresikan maksud penutur (keinginan, harapan) sehingga ujaran atau sikap yang diekspresikan dijadikan sebagai alasan untuk bertindak oleh mitra tutur.

Sedangkan menurut Searle (Tarigan 2015:43) mengatakan bahwa “Tindak

tutur direktif dimaksudkan untuk memberikan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak, misalnya: memesan, memerintahkan, memohon, meminta atau menuntut, dan menyarankan atau menasihati”. Jenis ilokusi ini seringkali termasuk ke dalam kategori kompetitif, dan terdiri atas suatu kategori ilokusi-ilokusi di mana kesopansantunan yang negatif menjadi penting. Namun, di pihak

(7)

lain terdapat juga beberapa ilokusi direktif (seperti mengundang) yang secara intrinsik memang sopan. Indikator dari tuturan direktif digunakan untuk memberikan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak.

1) Tindak tutur direktif memerintah

Tindak tutur direktif memerintah adalah tindak tutur yang dituturkan untuk memerintah penutur melakukan apa yang diucapkan penutur. Rahardi (2005:96) menyatakan bahwa kalimat yang bermakna memerintah itu, digunakan bersama penanda kesantunan “coba” seperti dapat dilihat pada contoh berikut:

- “Coba hapus papan tulisnya”

Jenis tindak tutur yang dituturkan oleh guru kepada salah seorang anak didiknya adalah jenis tindak tutur direktif memerintah. Sebab guru mengharapkan kerjasama anak didiknya agar segera melakukan tindakan untuk menghapus papan tulis.

2) Tindak tutur direktif memohon

Tindak tutur direktif memohon adalah tindak tutur yang meminta dengan sopan, mitra tutur melakukan sesuatu yang diinginkan penutur. Rahardi (2005:99) menyatakan kalimat yang bermakna memohon itu, biasanya ditandai dengan penanda kesantunan “mohon” seperti pada contoh berikut:

- “Mohon perhatiannya anak-anak!”

Tuturan ini dituturkan oleh seorang guru kepada anak didiknya ketika kondisi kelas terlihat sangat ribut. Jenis tuturan ini termasuk jenis tindak tutur direktif memohon. Sebab guru meminta agar anak didiknya

(8)

tidak ribut dan memperhatikan apa yang sedang dijelaskan oleh guru. Hal ini merupakan cara guru mengalihkan perhatian siswanya.

3) Tindak tutur direktif menasihati

Tindak tutur direktif menasihati adalah tindak tutur yang menasihati mitra tutur untuk mengerjakan sesuatu yang baik menurut penutur itu sendiri. Menurut Rahardi (2005:114-115), kalimat yang bermakna menasihati biasanya ditandai denan penanda kesantunan kata “hendaknya” dan “sebaiknya” seperti contoh berikut:

- “Ketika ada kegiatan ada baiknya kita mulai dengan bissmilah”

Tuturan ini dituturkan oleh guru kepada anak didiknya, guru menasihati kepada anak didiknya jika ingin melakukan kegitan hendaknya membaca bismillah. Jenis tuturan tersebut termasuk jenis tindak tutur direktif menasihati, karena guru menasihati kepada anak didiknya untuk membaca bismillah sebelum melakukan kegiatan.

4) Tindak tutur direktif menuntut

Tindak tutur direktif menuntut adalah tindak tutur yang dilakukan penutur untuk menuntut apa yang diperlukannya seperti contoh berikut: - “Pindah duduk ke depan”

Tuturan ini dituturkan oleh guru kepada salah seorang anak didiknya. Fungsinya adalah menuntut agar anak didiknya segera pindah ke depan seperti apa yang diinginkan oleh sang guru. Jenis tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif menantang. Sebab guru menantang anak didiknya untuk maju ke depan menuliskan angka yang telah diberikan oleh guru dan menuliskannya di papan tulis. Fungsinya menantang anak didiknya agar

(9)

anak didiknya berlomba-lomba mengerjakan apa yang telah diperintahkan oleh guru, dan memancing siswa aktif di kelas. Sesuai dengan pendapat Rahardi (2005:37), bahwa suatu maksud atau fungsi dinyatakan dengan bentuk tuturan yang bermacam-macam.

(5) Tindak tutur direktif memesan

Berikut ini adalah contoh tindak tutur direktif memesan. - “Nanti bersihkan toilet saya!”

Contoh tuturan diatas tidak santun karena penutur bersifat memaksa kepada lawan tutur untuk melakukan apa yang disebutkan di dalam tuturannya itu.

Dari penjelasan beberapa ahli di atas penulis sependapat dengan Searle (Tarigan 1990:47) yang mengatakan bahwa tindak tutur direktif dimaksudkan untuk memberikan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak. Dalam tindak tutur direktif ini terbagi atas lima macam tindak tutur direktif yaitu, memesan, memerintah, memohon, menuntut, dan menasihati.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk titik ST4 adalah lokasi dengan nilai BOD tertinggi yaitu sebesar 8,68 mg/l yang berlokasi di Sungai Sambas, jika dibandingkan dengan baku

Hasil dari penelitian ini adalah Sistem Informasi Kegiatan Sekolah telah memenuhi standar ISO 25010 pada karakteristik functional suitability dengan nilai 100% (sangat

[r]

Wildan dipilih untuk menjadi informan karena ia termasuk dalam kriteria yang tepat dalam penentuan informan yakni, Khalayak yang sering mengabadikan city portrait dari kota

Pada makalah ini disertakan source code dalam bahasa C yang merupakan implementasi sederhana dari genetic programming untuk memecahkan persoalan mencari rumus

Penulis mencoba melakukan analisa terhadap data di dalam Sistem Informasi DAPODIK yang telah ada ( http://bogorkab.dapodik.org , akses tanggal 12 Mei 2011 – 27 Juli

 Metode pemilihan Penyedia melalui lelang/seleksi dengan negosiasi digunakan untuk mendapatkan lebih dari 1 (satu) pemenang untuk menjamin pemenuhan kebutuhan barang/jasa yang

5ntuk melakukan analisa data dengan menggunakan Minitab, kita terlebih dahulu harus memasukan data yang akan dianalisis ke dalam 'orksheet. Klik tanda entry arro' D E �