• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan

Gambaran mengenai karakteristik masyarakat sekitar hutan di Desa Buniwangi dilakukan dengan metode wawancara terhadap responden. Jumlah responden yang di ambil adalah 60 responden dari beberapa dusun yang letaknya berada disekitar hutan Cirenghas Desa Buniwangi. Data dari responden yang dikumpulkan adalah : identitas, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, luas kepemilikan lahan, pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga dan sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan.

5.1.1 Umur Responden

Berdasarkan data yang dikumpulkan, umur responden termuda adalah 25 tahun, tertua adalah 80 tahun dan rata-ratanya adalah 48 tahun, sehingga menunjukan bahwa responden di Desa Buniwangi termasuk dalam kategori umur produktif dalam melakukan berbagai pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bakir dan Maning (1982) dalam Widiarso (2005) yang menyatakan bahwa umur produktif seseorang di negara berkembang adalah berkisar antara 15–55 tahun. Data mengenai umur responden disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur

Kelas umur (tahun) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

20 – 29 4 6,66 30 – 39 19 31,67 40 – 49 9 15,00 50 – 59 16 26,67 60 – 69 9 15,00 ≥ 70 3 5,00 Total 60 100,00 5.1.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh responden di Desa Buniwangi. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Buniwangi masih tergolong rendah, hal ini diketahui dari 43,33% responden

(2)

tidak tamat sekolah SD, 33,33% responden hanya bersekolah pada tingkat SD dan tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, dan hanya 5% responden yang pernah bersekolah di tingkat perguruan tinggi dan responden tersebut merupakan pendatang kemudian menetap di Desa Buniwangi (Tabel 3). Tabel 3 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat dalam menganilis dan memanfaatkan peluang-peluang untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Tingkat pendidikan juga dapat menjadi indikator seseorang dalam status sosial di masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka keberadaannya semakin dihargai. Tidak sedikit dari responden yang merasa kurang percaya diri ketika ditanya tentang pendidikan responden itu sendiri.

Birgantoro dan Nurrochmat (2007) menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat juga dapat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Hal ini terkait dengan ilmu pengetahun yang dimiliki, penguasaan teknologi, keterampilan, dan informasi pasar yang diperoleh. Tingkat pendidikan yang rendah, penguasaan teknologi dan keterampilan yang terbatas, serta kurangnya informasi pasar menyebabkan pemanfaatan sumberdaya hutan terutama untuk jenis-jenis komersil menjadi tidak terkendali. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan tersebut. Terbatasnya teknologi dan keterampilan yang dimiliki menyebabkan rendahnya kemampuan untuk menghasilkan produk baru/produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Kurangnya informasi pasar yang dimiliki menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap jenis-jenis sumberdaya hutan tertentu. Akan tetapi pada kasus di Desa Buniwangi tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan seperti pada pengambilan kayu bakar, pengambilan kayu bakar

Pendidikan Jumlah responden (orang) Persentase (%)

Tidak tamat SD 26 43,33 SD 20 33,33 SMP 7 11.67 SMA 54 6,67 PT 3 5,00 Total 60 100,00

(3)

dari hutan hanya untuk memenuhi kebutuhan dapur saja tdak untuk diperjual-belikan, jika kayu bakar dirasa sudah cukup untuk persediaan dapur maka tidak dilakukan lagi pengambilan kayu bakar tersebut.

5.1.3 Pekerjaan

Masyarakat Desa Buniwangi sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dan buruh. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 30% responden bekerja sebagai petani dan sebanyak 16,67% yang bekerja sebagai buruh tani. 56,33% responden lainnya bekerja sebagai pedagang, ojeg, wirausaha,buruh bangunan dan lain-lain (Tabel 4).

Tabel 4 Persentase responden berdasarkan pekerja utama Pekerjaan Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Tani 18 30,00 Guru 3 5,00 Wira Usaha 7 11,67 Aparat Desa 3 5,00 Pedagang 4 6,67 Pertukangan 2 3,32 Ojeg 3 5,00 Buruh Tani 10 16,67 Buruh Sadap 3 5,00 Buruh 6 10,00 Supir 1 1,67 Total 60 100,00

Selain mempunyai mata pencaharian utama sebagai sumber pendapatan utama keluarga, masyarakat Desa Buniwangi mempunyai pekerjaan sampingan untuk memperoleh penghasilan tambahan. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 55% dari total responden mempunyai pekerjaan sampingan (tabel 5). Sebagian besar pekerjaan sampingan yang dilakukan adalah sebagai petani dan buruh tani, pekerjaan sampingan dilakukan sebagai penambahan pendapatan keluarga. Semakin banyak pekerjaan yang dapat dilakukan maka semakin besar pendapatan keluarga yang diterima. Nelson (1955:15) dalam Zulaifah (2006) dalam teorinya menyebutkan bahwa walaupun dalam lingkungan masyarakat pedesaan telah

(4)

muncul berbagai macam jenis mata pencaharian sebagaimana data yang sering disajikan dalam ilmu demografi, akan tetapi sektor pertanian tetap menjadi karakteristik khas kehidupan di pedesaan.

Tabel 5 Persentase responden berdasarkan pekerjaan sampingan Pekerjaan Sampingan Jumlah responden

(orang) Persentase (%)

Memiliki pekerjaan sampingan 33 55,00

Tidak memiliki pekerjaan sampingan 27 45,00

Total 60 100,00

5.1.4 Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang berada dan tinggal dirumah Responden, sehingga anggota keluarga yang berada atau bekerja di luar kota tidak dimasukkan kedalam angota keluarga responden. Hal ini didasarkan atas perbandingan antara jumlah pemanfaatan hail hutan dan kawasan sekitar hutan dengan jumlah anggota keluarga yang memanfaatkan pada saat sekarang.

Dari data yang dikumpulkan, sebanyak 70% responden mempunyai jumlah anggota keluarga 3-4 orang (Tabel 6). Banyak sedikitnya jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan yang ada. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin besar keluarga tersebut memanfaatkan sumberdaya hutan dan kawasan sekitar hutan. Banyaknya anggota keluarga juga berpengaruh terhadap jumlah pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat. hal ini terkait dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk konsumsi rumah tangga.

Tabel 6 Persentase responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga (orang) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

1 – 2 8 13,33

3 – 4 42 70,00

> 4 10 16,67

(5)

5.1.5 Luas Kepemilikan Lahan Milik

Sebagian besar masyarakat desa sekitar hutan bermatapencaharian sebagai petani dengan lahan yang sempit atau bahkan tidak memiliki lahan. Sudjatmoko (1980) dalam Kartasubrata (2003) mengemukakan bahwa struktur masyarakat pedasaan di Jawa menunjukan pembagian dalam 3 golongan, yaitu :

4. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.

5. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki tanah yang luasnya atau kualitasnya margin, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari pekerjaan sampingan, selain iklim dan faktor pasar. 6. Golongan ketiga yang semakin lama semakin besar jumlahya baik di

Indonesia maupun di Asia pada umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak memiliki tanah.

Masyarakat Desa Buniwangi mempunyai lahan milik yang sebagian besar didapatkan dari warisan turun temurun. Lahan milik yang dimaksudkan meliputi : rumah, sawah, kebun dan kolam. Tabel 7 menyajikan data kepemilikan lahan masyarakat Desa Buniwangi.

Tabel 7 Persentase responden berdasarkan kepemilikan lahan.

Luas kepemilikan lahan (Ha) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

0 – 0,25 41 68,33

0,25 – 0,5 12 20,00

> 0,5 7 11,67

Total 60 100,00

Kepemilikan lahan ini sangat berpengaruh terhadap jumlah pendapatan rumah tangga di sektor pertanian. Semakin besar lahan yang dimiliki maka semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh pemiliknya. Sebagian besar masyarakan desa mamanfaatkan lahan milik sebagai areal persawahan dan perladangan. Kebutuhan pangan bagi keluarga merupakan motivasi utama masyarakat dalam pengelolaannya lahan miliknya.

(6)

5.2 Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat

Pendapatan rumah tangga yang dimaksud yaitu besarnya pendapatan yang diterima oleh anggota keluarga dalam satu rumah tangga dari pekerjaan pokok ditambah pekerjaan sampingan setiap bulan dalam satuan rupiah. Data mengenai pendapatan rumah tangga bermanfaat untuk mengetahui kecukupan suatu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Pendapatan rumah tangga masyarakat Desa Buniwangi berasal dari sektor pertanian dan non pertanian. Pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga masyarakat. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang paling utama dalam rumah tangga oleh karena itu masyarakat Desa Buniwangi sebagian besar mengusahakan lahan sawah (padi) untuk dikonsumsi oleh keluarga sendiri. Selain dari persawahan pendapatan dari sekor pertanian juga berasal dari kebun campuran, hasil dari kebun campuran berupa kayu bulat, buah, palawija dan getah karet (Tabel 8).

Tabel 8 Sumber dan jumlah pendapatan rata-rata rumah tangga Sumber pendapatan rumah

tangga Jumlah respon-den (orang) Jumlah pendapatan (Rp/bulan/KK) Rata-rata pendapatan (Rp/bulan/KK) Persentase (%)

Pertanian 1. Sawah padi

40 241.750 933.106 52,46 2. Kebun a. Kayu 297.037 b.Buah dan palawija 138.986 c. Getah karet 255.333 Non-Pertanian PNS, warung, ojeg, buruh,dll. 20 845.694 845.694 47,54 Total 60 1.778.790 100,00

Tabel 8 memberikan informasi bahwa sumber pendapatan rata-rata rumah tangga di Desa Buniwangi sebagian besar berasal dari sektor pertanian dengan persentase penghasilan 52,46% dari total penghasilan seluruh responden, sedangkan untuk sektor non-pertanian 47,54% dari total penghasilan rumah tangga. Sektor pertanian terdiri dari sawah dan kebun campuran milik responden, sedangkan untuk sektor non-pertanian pendapatan responden berasal dari upah

(7)

buruh, perdagangan ikan, warung, PNS, aparat desa dan lain sebagainya yang tidak berhubungan dengan kegiatan pertanian.

5.3 Pengeluaran Rumah Tangga Masyarakat

Pengeluaran rumah tangga merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu rumah tangga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jenis pengeluaran ini terdiri dari : sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, telekomunikasi, listrik, transportasi dan pajak (Tabel 9).

Tabel 9 Jenis dan jumlah pengeluaran rata-rata rumah tangga

Jenis pengeluaran Jumlah pengeluaran (Rp/bulan)

Sandang 60.583 Papan 15.764 Pangan 639.583 Pendidikan 208.750 Kesehatan 38.702 Telekomunikasi 34.550 Listrik 36.168 Transportasi 15.000 Pajak 4.863 Total 1.053.963

Tabel 9 memberikan informasi bahwa pengeluaran rumah tangga untuk jenis kebutuhan pangan merupakan pengeluaran tertinggi rumah tangga dengan rata-rata jumlah pengeluaran sebanyak Rp 639.583/bulan, dan pengeluaran terkecil untuk jenis pajak dengan rata-rata pengeluaran tiap rumah tangga adalah Rp 4.863/bulan. Jenis-jenis kebutuhan keluarga ini dapat disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing rumah tangga. Rumah tangga dengan kondisi perekonomian yang kecil akan menyesuaikan pengeluaran rumah tangga sedemikian rupa agar kebutuhan utama tetap terpenuhi dan mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan lain yang dianggap kurang perlu.

Besar kecilnya pengeluaran suatu rumah tangga juga tergantung pada jumlah anggota keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka jumlah pengeluarannya pun semakin besar. Jumlah anggota keluarga pada dasaranya mempengaruhi jumlah pengeluaran untuk jenis kebutuhan pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

(8)

5.4 Pemanfaatan Sumberdaya Hutan 5.4.1 Kayu Bakar

Kayu bakar merupakan salah satu sumberdaya hutan yang banyak dimanfaakan oleh masyarakat Desa Buniwangi. Sebagian besar masyarakat memperolehnya dari hutan desa dan kebun milik masyarakat. Kayu bakar digunakan sebagai sumber energi untuk kebutuhan memasak di dapur. Tabel 10 menyajikan data jumlah pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat Desa Buniwangi.

Tabel 10 Pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat Jumlah anggota keluarga Jumlah KK (N) Jumlah konsumsi kayu bakar (ikat/bulan) Rata-rata konsumsi

kayu bakar (ikat/bulan) persentase (%)

1 – 2 8 74 9,25 13,12

3 – 4 42 391 9,30 69,33

> 4 10 99 9,90 17,55

Total 60 564 9,40 100,00

Tabel 10 memberikan informasi bahwa jumlah anggota keluarga mempengaruhi tingkat pemanfaatan kayu bakar. Keluarga yang mempunyai jumlah anggota 1–2 orang rata-rata mengkonsumsi kayu bakar sebanyak 9,25 ikat/bulan, keluarga yang mempunyai jumlah anggota 3–4 orang mengkonsumsi kayu bakar rata-rata sebanyak 9,30 ikat/bulan, sedangkan keluarga yang mempunyai jumlah anggota lebih dari 4 orang rata-rata mengkonsumsi kayu bakar sebanyak 9,90 ikat/bulan. Jumlah anggota keluarga mempengaruhi tingkat konsumsi kayu bakar, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka konsumsi kayu kayu bakar juga semakin besar, hal ini dikarenakan bahwa semakin banyak anggota keluarga maka kebutuhan akan pangan semakin meningkat yang mengakibatkan intensitas kegiatan rumah tangga untuk memasak yang memerlukan kayu bakar semakin tinggi.

Pekerjaan pengambilan kayu bakar dilakukan oleh pria dengan frekuesi pengambilan rata-rata 3–4 kali pengambilan dalam satu bulan. Dalam pengambilan kayu bakar tidak memerlukan waktu khusus, responden melakukan pengambilan kayu bakar ini pada saat pulang dari ladang karena letak hutan desa dengan ladang masyarakat berdekatan. Kayu bakar diambil dengan cara

(9)

memungut ranting-ranting yang sudah jatuh atau memotong bagian batang pohon yang sudah rapuh atau mati. Jenis pohon yang dijadikan kayu bakar paling dominan adalah jenis sengon, hal ini dikarenakan pohon jenis sengon paling banyak ditanam di lahan-lahan milik masyarakat desa. Selain itu juga terdapat jenis karet, mahoni, jati dan pohon buah seperti durian, rambutan, dan lainnya yang digunakan sebagai kayu bakar tetapi jumlahnya hanya sedikit (Gambar 2).

Gambar 2. Kayu bakar yang dimanfaatkan masyarakat.

Konsumsi kayu bakar oleh masyarakat Desa Buniwangi berasal dari hutan dan kebun masyarakat di sekitar hutan. Jumlah konsumsi kayu bakar dari hutan hanya 38,65% dari total konsumsi bakar yang dikonsumsi rumah tangga, lebih dari 60% kayu bakar didapatkan dari kebun disekitar hutan, hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan kayu bakar yang ada di kebun lebih banyak daripada di hutan serta lokasi kebun yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat (Tabel 11). Tabel 11 Konsumsi kayu bakar berdasarkan lokasi pengambilan

Lokasi pengambilan Jumlah konsumsi (ikat/bulan) Persentase (%)

Kayu bakar dari hutan 218 38,65

Kayu bakar dari luar hutan 346 61,35

Total konsumsi kayu bakar 564 100,00

Kayu bakar termasuk energi yang paling konvensional dan untuk memanfaatkannya tidak memerlukan teknologi pengolahan. Walaupun produksi dan konsumsi kayu bakar cukup tinggi, tetapi sebagian besar bukan berasal dari kawasan hutan (Rostiwati et al.2007).

Kayu bakar yang dikonsumsi oleh rumah tangga mempunyai nilai yang didasarkan pada harga kayu bakar di Desa Buniwangi. Harga kayu bakar di Desa

(10)

Buniwangi adalah Rp 10.000/ikat. Nilai kayu bakar yang dikonsumsi oleh rumah tangga di sajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12 Nilai konsumsi kayu bakar rumah tangga Konsumsi kayu bakar

(ikat/KK/bulan)

Harga kayu bakar (Rp)

Nilai kayu bakar (Rp/bulan)

9,40 10.000 94.000

5.4.2 Air Hutan

Kontribusi hutan bagi masyarakat Desa Buniwangi yang paling penting adalah adanya mata air hutan yang mengalir sepanjang tahun. Keberadaan mata air di hutan ini sangat berperan penting dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari, baik itu untuk MCK, air minum, dan keperluan rumah tangga lainnya. Suparmoko (1989) dalam Affandi dan Patan (2004) mengemukakan bahwa air merupakan produk penting dari hutan. Tanah dihutan merupakan busa raksasa yang mampu menahan air hujan sehingga meresap perlahan ke dalam tanah. Banyak daerah yang menggantungkan diri terhadap persediaan air dari hutan dengan sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun.

Pemanfaatan air hutan oleh masyarakat Desa Buniwangi diperoleh dengan cara melalui pipa atau selang penyalur air ke tiap-tiap rumah di desa Buniwangi. Penyaluran air hutan ini dilakukan oleh masing-masing rumah tangga dan melalui kelola desa (Gambar 3).

Gambar 3 (a) Sumber mata air hutan Cirenghas (b) sumber air hutan untuk umum

(c) penampungan air hutan oleh masyarakat (d) penampungan air hutan oleh desa.

a) b)

(11)

Selain dari mata air hutan, masyarakat Desa Buniwangi juga menggunakan sumur untuk memperoleh air. Masyarakat yang menggunakan sumur adalah masyarakat yang letak rumahnya terlalu jauh dengan mata air dan belum banyak disalurkannya melalui kolam-kolam penampungan air oleh pemerintah desa. Masyarakat yang mempunyai sumur merasa sulit dalam mendapatkan air hutan sehingga mereka mengadakan air sumur dengan cara menggunakan mesin pompa air atau dengan cara ditimba. Pengadaan sumber-sumber air yang beragam oleh masyarakat Desa Buniwangi memberikan adanya biaya pengadaan yang beragam untuk memperoleh air. Biaya pengadaan sumber air rumah tangga masyarakat Desa Buniwangi dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13 Biaya pengadaan dan perbaikan sumber air rumah tangga responden

Sumber air Komponen pengadaan Biaya pengadaan dan perbaikan (Rp) Umur pakai (bulan) Biaya pengadaan dan perbaikan (Rp/bulan) Total biaya pengadaan dan perbaikan (Rp/bulan) Mata air hutan mata air langsung selang/pipa 310.000 60 5.167 11.667 penampung 520.000 120 4.333 gayung 3.000 6 500 ember 10.000 6 1.667 mata air kelola desa selang/pipa 110.000 60 1.833 18.333 penampung 520.000 120 4.333 gayung 3.000 6 500 ember 10.000 6 1.667 biaya/bulan 10.000 0 10.000 pemandian umum gayung 3.000 6 500 2.167 ember 10.000 6 1.667 Sumur sumur timba pembuatan sumur 500.000 240 2.083 10.056 penampung 520.000 120 4.333 kerekan 20.000 36 556 tali kerekan 33.000 36 917 ember 10.000 6 1.667 gayung 3.000 6 500 sumur mesin pompa pembuatan sumur 500.000 240 2.083 24.897 penampung 520.000 120 4.333 mesin air 350.000 36 9.722 pipa ledeng 70.000 60 1167 gayung 3.000 6 500 ember 10.000 6 1.667 listrik 5.925 0 5.925

(12)

Dari Tabel 13 diketahui bahwa biaya pengadaan sumber air paling besar adalah sumur yang menggunakan mesin pompa dengan biaya pengadaan dan perbaikan perbulannya adalah Rp 24.897 sedangkan biaya pengadaan terkecil adalah sumber air umum dengan biaya pengadaan perbulannya adalah Rp 2.167. Untuk mata air hutan yang diambil langsung oleh responden biaya pengadaan dan perbaikannya adalah Rp 11.667/bulan sedangkan untuk mata air hutan yang dikelola desa biaya pengadaannya adalah Rp 18.333/bulan. Pemanfaatan mata air hutan yang dikelola desa mempunyai biaya pengadaan yang cukup tinggi perbulannya dikarenakan tiap bulan masyarakat dikenakan tarif Rp 10.000/bulan.

Penarikan biaya retribusi merupakan hasil dari musyawarah antara warga dengan pihak desa, sehingga tidak ada warga merasa dirugikan dengan tarif tersebut. Biaya restribusi dimaksudkan dengan tujuan untuk kas perbaikan alat-alat penyalur air dan penampung air 20%, pemasukan desa 20%, sewa tanah 10%, dan untuk pengelola sebanyak 50%. Pihak pengelola bertanggung jawab jika ada permasalahan tentang aliran air. Pengecekan saluran air oleh pihak pengelola dilakukan setiap hari, sehingga kebutuhan air warga tetap terpenuhi.

Tabel 14 Konsumsi air rumah tangga responden Jumlah anggota

keluarga (orang) N

jumlah konsumsi

air (m3/bulan) Rata-rata/rumah tangga(m3

/bulan)

1 – 2 8 94,95 11,86

3 – 4 42 908,70 21,63

> 4 10 256,35 25,63

Total 60 1.260,00 21,00

Tingkat konsumsi air rumah tangga masyarakat Desa Buniwangi mencapai 1.260 m3/bulan/60 responden dengan rata-rata konsumsi air keluarga sebesar 21 m3/bulan. Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi air rata-rata tertinggi oleh keluarga dengan Jumlah anggota >4 orang sebesar 25,63 m3/bulan. Konsumsi air rumah tangga terkecil pada rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga 1–2 orang dan rata-rata konsumsi air rumah tangganya adalah 11,86 m3/bulan. Rata-rata konsumsi air di Desa Buniwangi adalah 190,90 liter/orang/hari untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari.

(13)

Adanya mata air hutan menjadikan masyarakat bisa mencukupi kebutuhan air keluarga sehari-hari. Masyarakat dapat lebih berhemat jika dibandingkan dengan air yang didapatkan dari PDAM dengan tarif dasar air PDAM Sukabumi tahun 2011 untuk rumah tangga adalah Rp 1.700/m3. Tabel 16 memberikan gambaran perbandingan biaya yang harus dikeluarkan masyarakat jika dihitung dari tarif dasar air dari PDAM Sukabumi.

Tabel 15 Nilai ekonomi air rumah tangga berdasarkan harga PDAM dan penghematannya Sumber air N Konsumsi (m3/KK/ bln) Biaya pengadaan & perbaikan (Rp/KK/bln) Harga PDAM (Rp/KK/bln) Pengehematan (Rp/KK/bulan) Penghematan (Rp/KK/thn) 1. Air hutan langsung 37 21,20 11.488 36.040 24.552 294.620 2. Air hutan Kelola desa 7 23,53 18.000 40.001 22.001 264.012 3. Mata air hutan umum 6 18,88 2.167 32.096 29.929 359.152 4. Sumur timba 7 17,67 9.889 30.039 20.150 241.801 5. Sumur mesin Pompa 3 23,74 24.897 40.358 15.461 185.529 Rata-rata 60 21,00 13.288 35.706 22.419 269.023

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa pemanfaatan sumber-sumber air di Desa Buniwangi mempunyai nilai penghematan biaya bulanan bagi masyarakat dibandingkan dengan pemanfaatan air dari sumber PDAM sukabumi. Nilai pengehematan ekonomi sumberdaya air dihitung berdasarkan perbandingan antara biaya pengadaan dan perbaikan sumberdaya air terhadap harga air PDAM di Sukabumi. Biaya penghematan terbesar yaitu pada pemanfaatan sumber air umum yaitu Rp 359.152/tahun sedangkan biaya penghematan terkecil dari pemanfaatan air menggunakan sumur mesin pompa yaitu Rp 185.529/ tahun.

(14)

5.5 Kontribusi Sumberdaya Hutan dan Kawasan Sekitar Hutan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Desa Buniwangi

Interaksi antara masyarakat dengan hutan telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Sumber-sumber daya yang terdapat di hutan seperti kayu bakar, air hutan dan hasil hutan lainnya akan memberikan kontribusi bagi pendapatan keluarga, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan.

Dalam studi ini kontribusi sumberdaya hutan terhadap pendapatan rumah tangga dianalisis berdasarkan karakteristik responden yaitu berdasarkan sumber pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan luas kepemilikan lahan.

Tabel 16 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan sumber pendapatan

Sumber pendapatan N Rata-rata pendapatan / keluarga (Rp/bulan) Rata-rata penghematan SDH/keluarga (Rp/bulan) Persentase penghematan (%) Kayu

bakar Air Total

Kayu

bakar Air Total 1. Pertanian 13 2.148.996 94.000 22.419 116.419 4,37 1,04 5,42 2. Non-pertanian 19 1.135.526 94.000 22.419 116.419 8,28 1,97 10,25 3. Pertanian dan non-pertanian 28 2.043.433 94.000 22.419 116.419 4,60 1,10 5,70

Tabel 16 memperlihatkan nilai penghematan dari pemanfaatan sumberdaya hutan terhadap pendapatan berdasarkan sumber pendapatan masyarakat di Desa Buniwangi. Rumah tangga yang mempunyai sumber pendapatan hanya dari sektor pertanian mempunyai penghematan sebesar 5,42% dari pendapatannya setiap bulan. keluarga yang mempunyai sember pendapatan hanya dari sektor non-pertanian mempunyai penghematan sebesar 10,25% terhadap pendapatannya sedangkan keluarga yang mempunyai pendapatan dari sektor pertanian dan non-pertanian mempunyai penghematan sebesar 5,70% terhadap pandapatannya setiap bulan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang mempunyai sumber penghasilan hanya dari sektor non-pertanian lebih banyak menggantungkan hidupnya pada hutan Cirengahas.

(15)

Tabel 17 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan N Rata-rata pendapatan / keluarga (Rp/bulan) Rata-rata penghematan SDH/keluarga (Rp/bulan) Persentase penghematan (%) Kayu

bakar Air Total

Kayu

bakar Air Total 1. Tidak tamat SD 26 1.204.247 94.000 22.419 116.419 7,81 1,86 9,67 2. SD 20 2.341.160 94.000 22.419 116.419 4,02 0,96 4,97 3. SMP 7 1.726.190 94.000 22.419 116.419 5,45 1,30 6,74 4. SMA 4 1.500.000 94.000 22.419 116.419 6,27 1,49 7,76 5. PT 3 3.503.704 94.000 22.419 116.419 2,68 0,64 3,32 Tabel 17 memperlihatkan nilai penghematan sumberdaya hutan terhadap pendapatan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat di Desa Buniwangi. Penghematan terbesar terdapat pada masyarakat yang mempunyai pendidikan terakhir tidak tamat SD yaitu sebesar 9,67%, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang mempunyai pendidikan tidak tamat SD lebih banyak menggantungkan hidupnya pada hutan cirenghas dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tamat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

Tabel 18 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota Keluarga (orang) N Rata-rata pendapatan/ keluarga (Rp/bulan) Rata-rata penghematan SDH/keluarga (Rp/bulan) Persentase penghematan (%) Kayu

bakar Air Total

Kayu

bakar Air Total 1. < 3 8 2.148.996 94.000 22.419 116.419 4,37 1,04 5,42 2. 3–4 42 1.135.526 94.000 22.419 116.419 8,28 1,97 10,20 3. > 4 10 2.043.433 94.000 22.419 116.419 4,60 1,10 5,70 Tabel 18 menunjukkan bahwa pada tingkat banyaknya jumlah anggota keluarga di Desa Buniwangi, rumah tangga yang mempunyai jumlah anggota keluarga antara 3–4 orang mempunyai penghematan terbesar daripada rumah tangga yang lainnya yaitu 10,25%. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat yang mempunyai jumlah anggota keluarga 3–4 lebih besar terhadap hutan lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga yang lainnya.

(16)

Tabel 19 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan luas kepemilikan lahan

Luas kepemilikan lahan (Ha) N Rata-rata pendapatan/ keluarga (Rp/bulan) Rata-rata penghematan SDH/keluarga (Rp/bulan) Persentase penghematan (%) Kayu

bakar Air Total

Kayu

bakar Air Total 1. <0.25 41 1.420.224 94.000 22.419 116.419 6,62 1,58 8,20 2. 0.25–0.5 12 1.436.829 94.000 22.419 116.419 6,54 1,56 8.10 3. >0.5 7 4.465.278 94.000 22.419 116.419 2.11 0,50 2,61

Tabel 19 menunjukkan nilai penghematan yang dicapai oleh rumah tangga masarakat Desa buniwangi berdasarkan luas kepemilikan lahan. Masyarakat yang mempunyai luas lahan < 0,25 Ha mempunyai penghematan terbesar daripada rumah tangga yang lainnya yaitu sebesar 8,20%. Hal ini menunjukan bahwa ketergantungan masyarakat yang mempunyai lahan < 0,25 Ha terhadap hutan Cirenghas lebih besar daripada rumah tangga yang lainnya.

Desa Buniwangi memiliki jumlah penduduk 9.454 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.046 KK. Jika seluruh masyarakat di Desa Buniwangi ini memanfaatkan sumberdaya hutan Cirengahas maka nilai dari sumberdaya hutan itu sendiri sangat besar dan kontribusi sumberdaya hutan akan semakin besar dan keberdaaan hutan dapat dirasakan oleh semua masyarakat di Desa buniwangi. Tabel 20 memberikan informasi nilai kontribusi sumberdaya hutan jika dimanfaatkan oleh seluruh masayarat Desa buniwangi.

Tabel 20 Jumlah penghematan dari pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di Desa Buniwangi (2.046 KK)

Jenis SDH Nilai penghematan (Rp/bulan) Persentase (%)

kayu bakar 192.324.000 80,74

air hutan 45.868.415 19,26

Total 238.192.415 100,00

Pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan masyarakat Desa Buniwangi mempunyai kontribusi penghematan yang berbeda dari tiap jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan. Untuk pemanfaatan kayu bakar memberikan nilai penghematan sebesar Rp 192.324.000/bulan sedangkan untuk

(17)

pemanfaatan sumberdaya air hutan memberikan nilai penghematan sebesar Rp 45.868.415/bulan. Jumlah pemanfaatan dari kedua jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa buniwangi adalah Rp 238.192.415/bulan.

5.6 Persepsi Masyarakat tentang Keberadaan Hutan

Sumberdaya hutan yang mempunyai manfaat besar bagi masyarakat akan mengakibatkan ketergantungan yang besar pula terhadap hutan tersebut. Ketergantungan inilah yang menjadikan masyarakat Desa Buniwangi lebih menghargai keberadaan hutan sehingga tingkat kepedulian masyarakat terhadap hutan itu semakin tinggi.

Tabel 21 Persepsi masyarakat tentang keberadaan hutan

Kriteria Jawaban Jumlah responden Persentase (%)

Apakah bapak/Ibu merasakan manfaat adanya hutan?

Ya 60 100

Tidak 0 0

apakah bapak/Ibu merasakan kerugian jika hutan gundul atau rusak?

Ya 60 100

Tidak 0 0

Dari Tabel 21 diketahui bahwa semua responden dapat merasakan manfaat keberadaan hutan, baik manfaat berupa kayu maupun non kayu. Selain itu masyarakat dapat menikmati manfaat lain dari hutan, seperti manfaat jasa lingkungan sebagai daerah penyangga air, kesejukan, dan sebagai pencegah longsor dan banjir. Jenis kerugian yang bisa dirasakan jika hutan di Desa Buniwangi rusak atau gundul adalah kekeringan, udara panas, timbul banjir dan longsor seperti yang sudah dirasakan penduduk pada awal tahun 2000 dimana ketika terjadi penjarahan kayu di hutan-hutan desa dan wilayah Perhutani terjadi permasalahan kekurangan air bersih dan udara panas. Ismawan (2001) dalam Zulaifah (2006) menyatakan bahwa manfaat keberadaan hutan bagi kehidupan baru dapat dirasakan oleh masyarakat terutama yang hidup di sekitar hutan, justru setelah terjadi perubahan hutan yang cukup drastis akibat adanya perusakan hutan oleh sekelompok oknum, berbagai dampak negatif mulai dirasakan masyarakat dengan ketiadaan hutan.

Gambar

Tabel 3 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 5 Persentase responden berdasarkan pekerjaan sampingan Pekerjaan Sampingan Jumlah responden
Gambar 3  (a) Sumber mata air hutan Cirenghas (b) sumber air hutan untuk umum
Tabel 17 Nilai  penghematan  dari  pemanfaatan  SDH  terhadap  pendapatan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan pabrik mononitrotoluena (MNT) dengan bahan baku toluena dan asam campuran dengan menggunakan asam sulfat sebagai katalisnya ini akan direncanakan beroperasi selama

Dalam Kurikulum KTSP SMA Negeri 1 Blora, mata pelajaran Ekonomi (Akuntansi) ditetapkan Kriteria Ketuntasan belajar Minimal (KKM) 75 artinya apabila siswa memperoleh

Menindaklanjuti surat dari Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Yogyakarta No. S-1218/WKN.09/KNL.06/2014 tanggal 20 Maret 2014 perihal sebagaimana tersebut pada

BKKBN KPU MPR MENEG PPN DEPKEU BKKBN KPU MPR MENEG PPN DEPKEU BKN BAPETEN DPR MENKO EKUIN DEPDIKNAS PPATK BATAN DPD MENEG PAN DEPKES BNP2TKI BPLS MK MENEG POLKAM DEPKUMHAM KPK BMG

Bentuk badan penasihat etika yang mewakli secara luas (termasuk orang yang hidup dengan HIV/AIDS atau Odha) yang dikaitkan dengan komisi AIDS nasional untuk merencanakan, mendorong,

Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam, SMP Negeri 21 Bulukumba menyandarkan nilai-nilai multikultural dalam materi pendidikan agama Islam dengan

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank yang menggunakan prinsip syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam menentukan imbalan atas dana yang digunakan atau dititipkan

Penulis telah menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “ Analisis Pengaruh Media Pendingin dan Temperatur pada Proses Pengerasan Baja AISI 1035 terhadap