24
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Karakteristik profil responden pada penelitian ini dapat diketahui dari distribusi responden berdasarkan umur, jenis kelamin, jenjang studi, tempat tinggal, biaya sewa dan uang saku.
Umur responden
Berdasarkan karakteristik responden pada Tabel 1, kelompok usia 17 hingga 19 tahun mendominasi responden diikuti oleh kelompok umur 20 hingga 22 tahun. Rerata umur responden yakni 21,02 tahun.
Tabel 1. Karakteristik Umur Responden
Kelompok umur Jumlah orang (n) Persentase (%) Rerata ± SD Umur 17-19 Umur 20-22 Umur 23-25 Umur 26-28 Umur 29-31 57 54 45 3 3 35,19 33,33 27,78 1,85 1,85 Jumlah 162 100 21,02 ± 2,577
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Dalam kerangka psikologi perkembangan, usia mahasiswa merupakan fase peralihan antara fase remaja akhir menuju dewasa awal. Menurut Pudjiwati (1998) pada umumnya, mahasiswa berusia antara 18-30 tahun. Menurut Yusuf (2012) perkembangan ini ialah sebagai puncak pemantapan pendirian hidup.
Jenis kelamin responden
Berdasarkan komposisi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin pada Tabel 2, mahasiswa pria sebanyak 24,7% dan wanita sebanyak 75,3%.
25
Tabel 2.Karakteristik Jenis Kelamin Responden Jenis kelamin Jumlah orang (n) Persentase (%) Pria Wanita 40 122 24,7 75,3 Jumlah 162 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Jumlah perbandingan antara pria dan wanita tidak sama dalam penelitian ini. Dalam penelitian, jenis kelamin sering menjadi perbandingan dalam memperoleh suatu perbedaan pada suatu masalah tertentu antar individu karena sifat biologisnya.
Jenjang studi responden
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 3, sebanyak 76,5% responden sedang menempuh jenjang studi sarjana dan sebanyak 23,5% responden sedang menempuh jenjang studi pascasarjana. Mayoritas jumlah dalam penelitian ini diisi oleh sarjana. Sarjana yakni S-1 sedangkan pascasarjana yakni S-2 dan S-3.
Tabel 3. Karakteristik Jenjang Studi Responden
Jenjang studi Jumlah orang (n) Persentase (%) Sarjana Pascasarjana 124 38 76,5 23,5 Jumlah 162 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Menurut Sisdiknas (2003), indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
26 Tempat tinggal
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 4, dibedakan menjadi dua kelompok tempat tinggal mahasiswa yakni secara mandiri dan rumah keluarga. Sebanyak 76,0% responden memilih tinggal secara mandiri dan 24,0% responden memilih tinggal di rumah keluarga.
Tabel 4. Karakteristik Tempat Tinggal Responden
Tempat tinggal Jumlah orang (n) Persentase (%) Mandiri Rumah Keluarga 123 39 76,0 24,0 Jumlah 162 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Tempat tinggal secara mandiri terdiri dari mahasiswa yang tinggal di asrama, kos, dan rumah kontrak. Kegiatan ini mengharuskan mengeluarkan biaya sewa tempat tinggal dibandingkan dengan dengan rumah keluarga.Kondisi lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi sikap mahasiswa dalam berfikir dan mengambil suatu keputusan.
Biaya sewa
Tabel 5. Karakteristik Biaya Sewa Responden
Biaya sewa per bulan Jumlah orang (n) Persentase (%) < Rp 200.000,- Rp 200.100,- – Rp 400.000,- Rp 400.100,- – Rp 600.000,- Rp 600.100,- – Rp 800.000,- Rp 800.100,- – Rp 1.000.000,- > Rp 1.000.100,- Tidak ada 2 54 41 16 5 4 40 1,23 33,33 25,31 9,88 3,09 2,47 24,69 Jumlah 162 100
27
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 5, mayoritas biaya sewa tempat tinggal mahasiswa berkisar antara Rp 200.000,00 hingga Rp400.000,00 per bulan. Harga biaya sewa tempat tinggal relatif tergantung lokasi dan fasilitas yang diberikan. Biaya sewa menjadi pertimbangan sendiri bagi mahasiswa dengan ekonomi tertentu. Hal tersebut sesuai dengan Budihardjo (1994) menyatakan bahwa semakin rendah penghasilan seseorang maka pertimbangan utama dalam memilih hunian tempat tinggal yaitu kedekatan dengan lokasi bekerja atau pusat pelayanan kota. Rendahnya penghasilan seseorang menjadi suatu pertimbangan dalam memilih tempat tinggal seperti jarak dengan tempat bekerja atau pusat pelayanan kota.
Uang Saku
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 6, mayoritas mahasiswa memiliki uang saku berkisar Rp 1.000.000,00 hingga Rp 1.500.000,00 per bulan. Uang saku diberikan berdasarkan kebutuhan yang diperlukan oleh individu.
Tabel 6. Karakteristik Uang Saku Responden
Uang saku per bulan Jumlah orang (n) Persentase (%) < Rp 500.000,- Rp 500.000,- – Rp 1.000.000,- Rp 1.000.000,- – Rp 1.500.000,- Rp 1.500.000,- – Rp 2.000.000,- Rp 2.000.000,- – Rp 2. 500.000,- > Rp 2.500.000,- 25 34 54 27 20 2 15,43 20,99 33,33 16,67 12,35 1,23 Jumlah 162 100
28
Apabila ada kebutuhan lain dengan jumlah yang besar maka jatah uang saku yang diberikan pun menjadi naik. Dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya setiap mahasiswa memiliki perbedaan terhadap besarnya jumlah uang saku. Kecenderungan terhadap jumlah uang saku yang diterima berpengaruh terhadap konsumsi yang dilakukan. Apabila jumlah uang saku lebih banyak maka jumlah konsumsi lebih besar sedangkan apabila jumlah uang saku lebih sedikit maka jumlah konsumsi akan menyesuaikan dengan uang saku yang tersedia. Menurut Samuelson dan William (2001) konsumsi adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa guna mendapatkan kepuasan atau pun memenuhi kebutuhannya.
Alasan konsumsi susu
Tabel 7. Alasan Konsumsi Susu dan Produk Olahan Susu Alasan Konsumsi Jumlah orang (n) Persentase (%) Kalsium Harga Rasa Tersedia di toko Tren Alasan lain Tidak ada 54 28 98 30 7 16 7 22,50 11,67 40,83 12,50 2,91 6,66 2,91 Jumlah 240 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 7, mayoritas responden memilih alasan rasa dalam mengkonsumsi susu yakni sebanyak 40,83% sedangkan urutan selanjutnya adalah alasan kalsium sebanyak 22,50%. Responden diberikan pilihan alasan lebih dari satu
29
sehingga satu responden memiliki kemungkinan memilih lebih dari satu pilihan alasan.
Alasan dalam konsumsi produk olahan susu merupakan salah satu faktor dalam pembelian atau konsumsi susu dan rasa merupakan alasan terbesar pada mahasiswa. Persepsi terhadap susu menghasilkan alasan yang berbeda-beda. Menurut Winarno (2002) tiga komponen yang membentuk citarasa bahan pangan yakni bau, rasa dan rangsangan dari mulut. Secara umum menurut Winarno (1993) bahan pangan tidak hanya terdiri dari satu macam rasa tetapi merupakan gabungan berbagai macam rasa secara terpadu, sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh sedangkan rasa susu yang spesifik karena merupakan kombinasi bersama antara laktosa dengan garam
Tempat pembelian
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 8, aktivitas pembelian produk olahan susu paling banyak yakni berada di minimarket. Responden memiliki pilihan tempat pembelian lebih dari satu sehingga satu responden memiliki kemungkinan membeli lebih dari satu tempat.
Tabel 8. Karakteristik Tempat Pembelian Responden
Tempat Pembelian Jumlah orang (n) Persentase (%) Toko kelontong / warung
Minimarket Swalayan/Supermarket Lainnya 42 107 88 12 16,87 42,97 35,34 4,82 Jumlah 249 100
30
Minimarket pada masa sekarang jumlahnya banyak dengan akses yang mudah. Selain itu, produk yang ditawarkan di minimarket memiliki banyak variasi dan memiliki kualitas yang sama dengan pasar modern lain seperti supermarket. Jenis produk susu yang dijual di tempat pembelian sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi terhadap susu dan produk olahan susu. Umumnya, produk yang dijual di minimarket merupakan produk yang tahan lama dengan pengemasan khusus. Menurut Kotler (2000) pasar modern seperti minimarket merupak gerai yang menjual produk-produk eceran seperti warung kelontong dengan fasilitas pelayanan yang lebih modern.Luas ruang minimarket adalah antara 50 m2 sampai 200 m2.
Konsumsi susu di kafe
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 9, mayoritas memiliki jawaban jarang dalam berkunjung ke kafe. Kafe dan mahasiswa tidak bisa dipisahkan karena merupakan salah satu tempat terbaik dalam melepas penat setelah menghadapi aktivitas kampus yang padat.
Tabel 9. Karakteristik Konsumsi Susu di Kafe pada Responden Konsumsi susu di kafe Jumlah orang (n) Persentase (%) Sering Jarang Sekali Tidak pernah 10 110 20 22 6,17 67,90 12,35 13,58 Jumlah 162 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Selain itu pula dipengaruhi oleh faktor gaya hidup dan uang saku dalam hal ini. Eksistensi anak muda dalam hal ini adalah seorang
31
mahasiswa sangat berbeda dengan remaja atau orang dewasa. Kebiasaan nongkrong di kafe merupakan salah satu cara dalam beraktualisasi diri dalam tingkat kehidupan mahasiswa. Menurut Utami (2010) dalam hasil penelitian menyatakan bahwa kebiasaan nongkrong di coffee shop merupakan cara untuk bereksistensi, namun tidak semua yang mengunjungi coffee shop tersebut menganggap hal tersebut sebagai gaya hidup karena tidak setiap hari mereka kesana dan mahasiswa sebagai pengunjungnya sebagian besar hanya mendapat uang bulanan sebesar satu juta atau lebih.
Frekuensi Konsumsi Produk Olahan Susu. Frekuensi konsumsi susu pasteurisasi
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 10, mayoritas responden mahasiswa mengkonsumsi susu pasturisasi hanya satu hingga tiga kali dalam sebulan dengan persentase 46,30%.
Tabel 10. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Susu Pasteurisasi
Susu Pasteurisasi Jumlah orang (n) Persentase (%) Tidak pernah
1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari
45 75 33 9 0 27,78 46,30 20,37 5,56 0 Jumlah 162 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Biasanya susu pasteurisasi dijual dengan penambahan pewarna dan perasa makanan selain dijual dengan warna aslinya juga.
32 Frekuensi konsumsi susu UHT
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 11, mayoritas responden mahasiswa mengkonsumsi susu UHT hanya satu hingga enam kali dalam seminggu dengan persentase 31,48%.
Tabel 11. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Susu UHT
Susu UHT Jumlah orang (n) Persentase (%)
Tidak pernah 1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari
30 48 51 32 1 18,52 29,63 31,48 19,75 0,62 Jumlah 162 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Susu UHT mudah ditemui dan tersedia jumlahnya di tempat pembelian seperti warung kelontong, minimarket, supermarket atau swalayan dan sebagainya. Susu UHT memiliki daya ketertarikan tersendiri misalnya pada kemasannya yang praktis.
Frekuensi konsumsi es krim
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 12, mayoritas responden mahasiswa mengkonsumsi es krim hanya satu hingga tiga kali dalam sebulan dengan persentase 50%.
Tabel 12. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Es Krim
Es krim Jumlah orang (n) Persentase (%)
Tidak pernah 1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari
27 81 44 7 3 16,67 50,00 27,16 4,32 1,85 Jumlah 162 100
33
Es krim merupakan salah satu produk olahan susu yang paling banyak diketahui oleh konsumen. Meskipun demikian, namun konsumsi es krim masih rendah.Hal ini karena mahasiswa memiliki persepsi yang buruk terhadap es krim misalnya dalam hal faktor kesehatan.
Frekuensi konsumsi susu low fat
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 13, mayoritas responden mahasiswa tidak pernah mengkonsumsi susu low fat dengan persentase jumlah 45,68.
Tabel 13. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Susu Low fat Susu Low fat Jumlah orang (n) Persentase (%) Tidak pernah
1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari
74 57 25 6 0 45,68 35,19 15,43 3,70 0 Jumlah 162 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Susu low fat banyak orang tidak mengetahui tentang susu tersebut. Konsumsi low fat hanya dilakukan oleh konsumen tertentu dengan pertimbangan tertentu misalnya seperti gaya hidup.
Frekuensi konsumsi yoghurt
Tabel 14. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Yoghurt Yoghurt Jumlah orang (n) Persentase (%) Tidak pernah
1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari
61 73 22 6 0 37,66 45,06 13,58 3,70 0 Jumlah 162 100
34
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 14, mayoritas responden mahasiswa mengkonsumsi yoghurt hanya satu hingga tiga kali dalam sebulan dengan persentase jumlah 45,06%. Tren yoghurt mulai dikenal semenjak banyak dikenalkan dalam iklan media masa dengan jumlah ketersedian yang banyak di minimarket dan harganya pun terjangkau.Namun, konsumsinya masih rendah karena rasa yang diberikan yoghurt masih sedikit kurang diterima oleh masyarakat. Frekuensi konsumsi keju
Tabel 15. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Keju
Keju Jumlah orang (n) Persentase (%)
Tidak pernah 1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari
54 77 27 4 0 33,33 47,53 16,67 2,47 0 Jumlah 162 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 15, responden mahasiswa hanya mengkonsumsi keju sebanyak satu hingga tiga kali dalam sebulan dengan persentase jumlah 47,53%. Konsumsi keju rata-rata bukan dikonsumsi secara langsung tetapi biasanya diberikan sebagai tambahan dalam suatu makanan tertentu.
Frekuensi konsumsi produk susu lainnya
Berdasarkan komposisi jumlah responden pada Tabel 13, mayoritas responden mahasiswa tidak pernah mengkonsumsi produk susu lainnya dengan persentase jumlah 70,99%.
35
Tabel 16. Frekuensi Responden Berdasarkan Konsumsi Produk Susu Lainnya
Produk Lainnya Jumlah orang (n) Persentase (%) Tidak pernah
1-3 kali per bulan 1-6 kali per minggu 1-3 kali per hari >3 kali per hari
115 36 8 3 0 70,99 22,22 4,94 1,85 0 Jumlah 162 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan jenis olahan susu di pasaran yang sedikit dan daya pengetahuan konsumen mahasiswa yang kurang dalam memahami produk merupakan hasil dari olahan susu atau bukan.
Konsumsi Produk Olahannya Berdasarkan Jenis Kelamin, Tempat Tinggal Dan Jenjang Studi
Jenis kelamin
Berdasarkan pada Tabel 17, menggambarkan perbedaan jenis kelamin dalam frekuensi konsumsi poduk olahan susu. Terdapat 5 perbedaan yang signifikan antara konsumsi produk olahan susu dengan jenis kelamin yakni dalam konsumsi produk yoghurt, susu UHT, susu low fat, es krim dan keju. Data menunjukkan bahwa mahasiswa wanita secara signifikan lebih banyak mengkonsumsi yoghurt, susu UHT, susu low fat, es krim dan keju dibandingkan dengan mahasiswa pria dengan masing-masing p-value (p=0,004, p=0,001, p=0,031, p=0,000 dan p=0,028).
36
Tabel 17. Perbedaan frekuensi konsumsi produk olahan susu terhadap jenis kelamin Produk Olahan Susu Jenis Kelamin Jumlah orang (n) Rerata ± SD p-value Susu Pasteurisasi Pria 40 1,92±0,656 0,324
Wanita 122 2,07±0,874
Yoghurt Pria 40 1,55±0,677 0,004*
Wanita 122 1,96±0,807
Susu UHT Pria 40 2,08±0,888 0,001*
Wanita 122 2,69±1,005
Susu Low fat Pria 40 1,52±0,679 0,031* Wanita 122 1,85±0,869
Es krim Pria 40 1,80±0,823 0,000*
Wanita 122 2,37±0,815
Keju Pria 40 1,65±0,736 0,028*
Wanita 122 1,96±0,776
Produk Lainnya Pria 40 1,40±0,672 0,684 Wanita 122 1,35±0,629
*)Terjadi perbedaan signifikan jika p-value<0,05
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Hal tersebut tidak sesuai dengan Mahon dan Haas (2013) menyatakan bahwa mahasiswa pria memiliki konsumsi susu dan produk olahan susu lebih dibanding konsumsi mahasiswa wanita. Sebanyak lebih dari 75 persen pria mengkonsumsi kurang dari jumlah yang disarankan sedangkan pada wanita sebanyak lebih dari 90 persen menkonsumsi kurang dari jumlah susu dan produk olahannya yang disarankan. Menurut The United State Departement of Agriculture (USDA) Jumlah susu yang disarankan harus didasarkan pada usia setiap individu. Individu yang berusia 19 tahun keatas dianjurkan untuk mengkonsumsi tiga cangkir susu per hari.
37 Tempat tinggal
Tabel 18. Perbedaan tempat tinggal terhadap konsumsi produk olahan susu
Susu dan Produk Olahan Susu Tempat Tinggal Jumlah (n) Rerata ± SD p-value
Susu Pasteurisasi Mandiri 123 2,03 ±0,849 0,902 Keluarga 39 2,05 ±0,759
Yoghurt Mandiri 123 2,54±1,018 0,864
Keluarga 39 2,51±0,997
Susu UHT Mandiri 123 1,83±0,856 0,119
Keluarga 39 1,59±0,751
Susu Low fat Mandiri 123 1,89±0,832 0,425
Keluarga 39 1,77±0,667
Es krim Mandiri 123 2,27±0,860 0,291
Keluarga 39 2,10±0,821
Keju Mandiri 123 1,83±0,776 0,119
Keluarga 39 2,05±0,759
Produk Lainnya Mandiri 123 1,38±0,659 0,527
Keluarga 39 1,31±0,569
*)Terjadi perbedaan signifikan jika p-value<0,05
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan pada Tabel 18, menggambarkan perbedaan tempat tinggal dengan frekuensi konsumsi produk olahan susu. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tempat tinggal dengan frekuensi konsumsi produk olahan susu. Variasi tempat tinggal mahasiswa terdiri dari tinggal secara mandiri seperti menyewa kos, mengontrak rumah atau tinggal di asrama dibedakan berdasarkan pertimbangan harga biaya sewa, faktor kekeluargaan, privasi, keamananan dan sebagainya. Misalnya, perbedaan antara kos dengan asrama biasanya terletak pada faktor kekeluargaan seperti berasal dari daerah yang sama, pertimbangan harga sewa dan keamanan. Individu yang memilih kos lebih perhatian terhadap privasi dan kebebasan dibandingkan dengan individu yang memilih asrama. Dalam hal ini, perbedaan tempat tinggal dikelompokkan
38
menjadi tiga yakni individu yang tinggal dengan keluarga, individu yang memilih kos atau mengontrak dan individu yang memilih tinggal di asrama. Pertimbangan dalam membeli biasanya terletak dalam ketersedian uang saku yang cukup sedangkan dalam hal ini baik secara mandiri maupun tinggal bersama keluarga tidak ada perbedaan. Kemungkinan karena minat dalam konsumsi susu yang masih rendah, pertimbangan uang saku dan alternatif produk selain produk olahan susu.
Jenjang studi
Tabel 19. Perbedaan jenjang studi terhadap konsumsi produk olahan susu
Susu dan Produk Olahan Susu Jenjang Studi Jumlah orang (n) Rerata ± SD p-value
Susu Pasteurisasi Sarjana 124 2,02±0,811 0,722
Pascasarjana 38 2,08±0,882
Yoghurt Sarjana 124 1,84±0,780 0,578
Pascasarjana 38 1,92±0,850
Susu UHT Sarjana 124 2,52±0,992 0,771
Pascasarjana 38 2,58±1,081
Susu Low fat Sarjana 124 1,76±0,849 0,711
Pascasarjana 38 1,82±0,801
Es krim Sarjana 124 2,21±0,839 0,615
PascaSarjana 38 2,29±0,898
Keju Sarjana 124 1,86±0,779 0,558
Pascasarjana 38 1,95±0,769
Produk Lainnya Sarjana 124 1,37±0,618 0,808
Pasca Sarjana 38 1,34±0,708 *)Terjadi perbedaan signifikan jika p-value<0,05
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan pada Tabel 19, menggambarkan perbedaan antara konsumsi produk olahan susu dengan jenjang studi. Tidak terdapat perbedaan antara jenjang studi dengan konsumsi produk olahan susu. Beberapa hambatan mahasiswa sarjana dan pascasarjana dalam mengkonsumsi produk olahan susu yakni masih rendahnya pengetahuan
39
terhadap pentingnya konsumsi susu, kurangnya kesadaran dalam menjaga kesehatan jangka panjang dan banyak alternatif produk selain produk olahan susu. Dalam lingkup yang lebih luas konsumsi susu masih kurang diperkenalkan sehingga konsumen lebih memilih produk lain dibandingkan dengan susu.
Persepsi Terhadap Produk Olahan Susu
Jenis kelamin
Tabel 20. Perbedaan jenis kelamin terhadap persepsi produk olahan susu
No. Persepsi Jenis
Kelamin Jumlah orang (n) Rerata ± SD p-value 1. Saya tidak suka rasa produk
olahan susu Pria Wanita 40 122 2,98±1,025 3,28±1,137 0,136 2. Saya alergi terhadap produk
olahan susu Pria Wanita 122 40 2,32± 0,888 2,05± 0,969 0,113 3. Saya lebih perhatian
terhadap kadar lemak dalam produk olahan susu
Pria
Wanita 122 40 2,95± 0,597 3,05±0,986 0,549 4. Saya lebih perhatian
terhadap kolesterol dalam produk olahan susu
Pria Wanita 40 122 2,85± 0,864 3,23±0,934 0,025*
5. Saya lebih perhatian terhadap gula dalam produk olahan susu
Pria
Wanita 122 40 3,08±0,797 3,29±0,949 0,205 6. Saya lebih perhatian
terhadap kalori dalam produk olahan susu
Pria
Wanita 122 40 3,28±0,679 3,35±0,862 0,605 7. Harga susu mahal Pria
Wanita 122 40 2,84± 0,885 3,12±1,137 0,098 8. Saya lebih perhatian
terhadap kalsium dalam produk olahan susu
Pria
Wanita 122 40 3,38±0,774 3,52±0,920 0,383 9. Saya punya masalah
terhadap lambung saya atau menderita lactose
intolerance
Pria
Wanita 122 40 2,48±1,086 2,13±0,962 0,059
10. Produk olahan susu mencegah tekanan darah tinggi Pria Wanita 40 122 3,05±0,749 2,98±0,808 0,607
11. Susu cepat basi Pria
40
No. Persepsi Jenis
Kelamin
Jumlah orang (n)
Rerata ± SD p-value 12. Susu sulit dijangkau Pria
Wanita 122 40 2,48±0,877 2,18±0,882 0,068 13. Mengkonsumsi susu
bermasalah dengan aturan adat atau suku
Pria
Wanita 122 40 2,25±0,899 2,02±0,945 0,172 14. Saya akan memilih minuman
selain susu saat saya makan di luar rumah Pria Wanita 40 122 3,02±0,974 2,90±1,071 0,519
15. Saya lebih perhatian
terhadap kesehatan tulang Pria Wanita 122 40 3,35±1,001 3,68±0,742 0,027* 16. Susu sebagai penunjang
dalam berolah raga Pria Wanita 122 40 3,30±0,853 3,62±0,827 0,035* 17. Produk olahan susu
mencegah diabetes Pria Wanita 40 122 3,20±0,823 3,09±0,771 0,443 18. Produk olahan susu
mencegah obesitas Pria Wanita 122 40 2,82±0,813 3,01±0,766 0,198 19. Saya menghindari produk
olahan susu karena diet vegetarian
Pria
Wanita 122 40 2,35±1,099 2,23±0,943 0,502 20. Saya memiliki pandangan
negatif terhadap proses pengemasan produk olahan susu (kontaminasi misalnya)
Pria
Wanita 122 40 2,55±0,932 2,53±0,855 0,914
21. Saya percaya penggunaan teknologi dalam produksi produk olahan susu
Pria
Wanita 122 40 3,58±0,712 3,71±0,649 0,256
*)Terjadi perbedaan signifikan jika p-value<0,05
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan pada Tabel 20, menggambarkan perbedaan jenis kelamin terhadap persepsi produk olahan susu Terdapat tiga perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap persepsi produk olahan susu. Persepsi yang memiliki perbedaan yang signifikan antara kelompok yang perhatian dalam kandungan kolesterol produk olahan susu, kelompok yang perhatian dalam kesehatan tulang dan kelompok susu sebagai penunjang dalam olahraga. Data menunjukkan bahwa mahasiswa wanita secara signifikan lebih peduli terhadap kandungan kolesterol pada susu dan produk olahan susu dibandingkan dengan mahasiswa pria (p=0,025). Mahasiswa wanita secara signifikan lebih peduli terhadap
41
kesehatan tulang dibandingkan dengan mahasiswa pria (p=0,027) dan mahasiswa wanita secara signifikan lebih percaya produk olahan susu sebagai penunjang dalam olah raga dibandingkan dengan mahasiswa pria (p=0,035). Mahasiswa wanita lebih peduli terhadap kandungan kolesterol, kesehatan tulang dan sebagai penunjang dalam olah raga pada produk olahan susu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahon and Haas (2013) menemukan bahwa persepsi mahasiswa wanita terhadap kandungan kolesterol lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pria.
Tempat tinggal
Tabel 21. Perbedaan tempat tinggal terhadap persepsi produk olahan susu
No Persepsi Tempat
Tinggal N Rerata ± SD p-value 1. Saya tidak suka rasa produk
olahan susu Mandiri Keluarga 123 39 3,30± 1,108 2,90± 1,095 0,049* 2. Saya alergi terhadap produk
olahan susu Mandiri Keluarga 123 39 2,11± 0,965 2,15± 0,933 0,785 3. Saya lebih perhatian
terhadap kadar lemak dalam produk olahan susu
Mandiri
Keluarga 123 39 3,03± 0,877 3,00± 1,000 0,846 4. Saya lebih perhatian
terhadap kolesterol dalam produk olahan susu
Mandiri
Keluarga 123 39 3,22± 0,910 2,87± 0,952 0,041* 5. Saya lebih perhatian
terhadap gula dalam produk olahan susu
Mandiri
Keluarga 123 39 3,24±0,872 3,21± 1,056 0,819 6. Saya lebih perhatian
terhadap kalori dalam produk olahan susu
Mandiri Keluarga 123 39 2,93± 0,964 2,82± 0,942 0,263
7. Harga susu mahal Mandiri
Keluarga 123 39 3,45 ±0,916 3,59±0,785 0,517 8. Saya lebih perhatian
terhadap kalsium dalam produk olahan susu
Mandiri
Keluarga 123 39 2,16 ± 1,011 2,38 ± 0,963 0,383 9. Saya punya masalah
terhadap lambung saya atau menderita lactose intolerance Mandiri Keluarga 123 39 2,97 ± 0,829 3,08 ± 0,664 0,229
42 mencegah tekanan darah
tinggi Keluarga 39 2,82 ± 1,097
11. Susu cepat basi Mandiri
Keluarga 123 39 2,24 ± 0,897 2,31 ± 0,863 0,875 12. Susu sulit dijangkau Mandiri
Keluarga 123 39 2,06 ± 0,926 2,13 ± 0,978 0,660 13. Mengkonsumsi susu
bermasalah Dengan aturan adat atau suku
Mandiri
Keluarga 123 39 2,96 ± 1,043 2,85 ± 1,065 0,680 14. Saya akan memilih
minuman selain susu saat saya makan di luar rumah
Mandiri
Keluarga 123 39 3,64 ± 0,811 3,46 ±0,854 0,558 15. Saya lebih perhatian
terhadap Kesehatan tulang Mandiri Keluarga 123 39 3,54 ± 0,842 3,54 ± 0,854 0,233 16. Susu sebagai penunjang
dalam berolah raga Mandiri Keluarga 123 39 3,14 ± 0,761 3,05 ± 0,857 0,968 17. Produk olahan susu
mencegah diabetes Mandiri Keluarga 123 39 2,98 ± 0,773 2,92 ± 0,807 0,548 18. Produk olahan susu
mencegah obesitas Mandiri Keluarga 123 39 2,33 ± 0,981 2,03 ±0,959 0,715 19. Saya menghindari produk
olahan susu karena diet vegetarian
Mandiri
Keluarga 123 39 2,55±0,912 2,21±0,988 0,088 20. Saya memiliki pandangan
negatif terhadap proses pengemasan produk olahan susu(kontaminasi misalnya)
Mandiri
Keluarga 123 39 2,54±0,871 2,54±0,884 0,991
21. Saya percaya penggunaan teknologi dalam produksi produk olahan susu
Mandiri
Keluarga 123 39 3,67±0,636 3,72±0,759 0,676 *)Terjadi perbedaan signifikan jika p-value <0,05
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan pada Tabel 21, menggambarkan perbedaan tempat tinggal terhadap persepsi produk olahan susu. Penelitian ini menghasilkan perbedaan yang signifikan antara tempat tinggal terhadap persepsi produk olahan susu baik mahasiswa yang tinggal secara mandiri di asrama, kos atau mengontrak dan tinggal bersama keluarga. Perbedaan persepsi terhadap rasa dan kandungan kolesterol pada masing-masing mahasiswa yang tinggal bersama keluarga dan hidup secara mandiri. Rasa menjadi prioritas mahasiswa dalam mengambil keputusan pembelian susu selain kalsium. Mahasiswa yang hidup secara mandiri lebih mempertimbangkan
43
ulang terhadap sesuatu yang dibeli misalnya selektif terhadap pemilihan suatu produk. Pertimbangan ini muncul karena adanya uang saku yang dimiliki terbatas.
Kehidupan secara mandiri mengharuskan seorang individu mempertimbangkan banyak hal terhadap apa yang dilakukan dan akan yang dilakukan. Seperti urusan dalam hal konsumsi, mahasiswa harus bisa mengatur diri mereka sendiri dalam urusan kesehatan seperti menjaga jumlah keseimbangan asupan nutrisi. Hal ini berbeda dengan mahasiswa yang hidup dengan keluarga dimana orang tua berperan penuh dalam memenuhi kecukupan nutrisi untuk semua anggota keluarganya sehingga mahasiswa yang hidup dengan keluarga tidak perlu untuk berfikir jauh terhadap apa yang dikonsumsinya.
Jenjang Studi
Tabel 22. Perbedaan jenjang studi terhadap persepsi produk olahan susu
No Persepsi Jenjang
Studi
Jumlah orang (n)
Rerata ± SD p-value 1. Saya tidak suka rasa
produk olahan susu Sarjana Pascasarjana 124 38 3,17±1,139 3,32±1,042 0,481 2. Saya alergi terhadap
produk olahan susu Sarjana Pascasarjana 124 38 2,14±0,940 2,05±1,012 0,635 3. Saya lebih perhatian
terhadap kadar lemak dalam produk olahan susu Sarjana Pascasarjana 124 38 3,00±0,855 3,11±1,060 0,532
4. Saya lebih perhatian terhadap kolesterol dalam produk olahan susu
Sarjana
Pascasarjana 124 38 3,06±0,931 3,39±0,887 0,049* 5. Saya lebih perhatian
terhadap gula dalam produk olahan susu
Sarjana Pascasarjana 124 38 3,16±0,896 3,47±0,951 0,066
6. Saya lebih perhatian terhadap kalori dalam produk olahan susu
Sarjana
Pascasarjana 124 38 3,30±0,826 3,45±0,795 0,328 7. Harga susu mahal Sarjana 124 2,86±0,974 0,287
44 No Persepsi Jenjang Studi Jumlah orang (n) Rerata ± SD p-value Pascasarjana 38 3,05±0,899
8. Saya lebih perhatian terhadap kalsium dalam produk olahan susu
Sarjana
Pascasarjana 124 38 3,43±0,885 3,66±0,878 0,161 9. Saya punya masalah
terhadap lambung saya atau menderita lactose intolerance
Sarjana
Pascasarjana 124 38 2,21±0,973 2,24±1,101 0,884
10. Produk olahan susu mencegah tekanan darah tinggi
Sarjana
Pascasarjana 124 38 3,01±0,791 2,95±0,804 0,681 11. Susu cepat basi Sarjana
Pascasarjana 124 38 2,79±1,157 3,03±1,078 0,265 12. Susu sulit dijangkau Sarjana
Pascasarjana 124 38 2,22±0,916 2,37±0,786 0,361 13. Mengkonsumsi susu
bermasalah dengan aturan adat atau suku
Sarjana
Pascasarjana 124 38 2,11±0,939 1,95±0,928 0,342 14. Saya akan memilih
minuman selain susu saat saya makan di luar rumah
Sarjana
Pascasarjana 124 38 2,92±1,025 2,97±1,127 0,780 15. Saya lebih perhatian
terhadap kesehatan tulang
Sarjana
Pascasarjana 124 38 3,52±0,831 3,84±0,754 0,037* 16. Susu sebagai penunjang
dalam berolah raga
Sarjana Pascasarjana 124 38 3,49±0,879 3,71±0,694 0,162 17. Produk olahan susu
mencegah diabetes Sarjana Pascasarjana 124 38 3,10±0,774 3,16±0,823 0,716 18. Produk olahan susu
mencegah obesitas Sarjana Pascasarjana 124 38 3,02±0,732 2,79±0,905 0,117 19. Saya menghindari produk
olahan susu karena diet vegetarian Sarjana Pascasarjana 124 38 2,30±1,020 2,13±0,844 0,361
20. Saya memiliki pandangan negatif terhadap proses pengemasan produk olahan susu (kontaminasi misalnya)
Sarjana
Pascasarjana 124 38 2,54±0,859 2,53±0,922 0,931
21. Saya percaya
penggunaan teknologi dalam produksi produk olahan susu
Sarjana
Pascasarjana 124 38 3,63±0,692 3,84±0,547 0,084
*)Terjadi perbedaan signifikan jika p-value<0,05 Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Berdasarkan pada Tabel 22, menggambarkan perbedaan jenjang studi terhadap persepsi produk olahan susu. Terdapat dua perbedaan yang signifikan antara kelompok yang lebih perhatian terhadap kolesterol
45
dalam susu dan produk olahan susu dan kelompok yeng perhatian dalam kesehatan tulang. Mahasiswa yang menempuh jenjang pascasarjana secara signifikan lebih perhatian terhadap kolesterol dalam susu dan produk olahan susu dibandingkan dengan mahasiswa yang menempuh sarjana (p=0,049). Mahasiswa yang menempuh pascasarjana secara signifikan lebih peduli dalam kesehatan tulang dibandingkan dengan mahasiswa yang menempuh sarjana (p=0,037). Alasan mengapa mahasiswa pascasarjana lebih perhatian terhadap kolesterol dan kesehatan tulang dibandingkan mahasiswa sarjana yakni seperti kesadaran terhadap pentingnya konsumsi produk olahan susu.