• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Letak Administratif - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Potensi Karakter Keinovatifan Petani dalam Adopsi Pertanian Padi Secara Organik di Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga = The P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Letak Administratif - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Potensi Karakter Keinovatifan Petani dalam Adopsi Pertanian Padi Secara Organik di Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga = The P"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Letak Administratif

Kelurahan Pulutan terletak di Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah dengan perbatasan wilayah kelurahan sebagai berikut:

Batas sebelah Timur : Kelurahan Sidorejo Lor

Batas sebelah Selatan : Kelurahan Sidorejo Lor dan Kelurahan Kecandran Batas sebelah Barat : Kecamatan Tuntang

Batas sebelah Utara : Kelurahan Blotongan

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga (Sumber: Arsip Kelurahan, 2015)

(2)

20 4.2. Program Budidaya Padi Organik di Kelurahan Pulutan Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga

Program Budidaya Padi Organik merupakan program hasil kerja sama antara Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Salatiga dengan PT. Sidomincul yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani serta meminimalisir ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik. Selain itu, dalam program budidaya padi organik petani diarahkan agar mampu membuat pupuk maupun pestisida organik secara mandiri sehingga dapat menekan pengeluaran usahatani.

Dalam program ini dilakukan pelatihan selama empat kali musim tanam berturut-turut berupa demplot seluas satu hektar dengan fasilitas saprodi gratis dari PT. Sidomuncul berupa pupuk dan pestisida organik serta pengarahan dan pendampingan dari PT. Sidomuncul dan Pemerintah dengan tahap awal perencanaan, pengenalan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program setiap pasca panen. Selain berupaya untuk menigkatkan pendapatan dan mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik, program ini juga bertujuan untuk menciptakan pertanian ramah lingkungan, petani yang mandiri serta dalam jangka panjang terjalin hubungan kerja sama antara kelompok tani dengan PT. Sidomuncul.

4.3. Karakteristik Responden 4.3.1. Umur

Umur merupakan usia petani sejak dilahirkan hingga saat penelitian dilakukan.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur (tahun) Jumlah Sampel

Orang %

Produktif (14 – 64 th) 24 71

Tidak Produktif (≥65) 10 29

Total 34 100

Rata-rata umur (tahun) 55

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

(3)

21 petani berada pada usia produktif, sehingga dapat diandalkan untuk mengembangkan usaha padi dengan baik. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Wahyuniarti (2011) yang menyatakan bahwa sebagian besar (90%) petani padi terdiri dari usia produktif sedangkan sisanya responden dengan umur tidak produktif. Selain itu, Susanti (2008) menyatakan bahwa sebagian besar petani padi organik berumur lebih dari 55 tahun dan antara 46-55 tahun.

4.3.2. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga responden merupakan anggota keluarga (anak dan istri) yang masih menjadi tanggung jawab kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggunan Keluarga Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) Jumlah Sampel

Orang %

< 3 9 26

3 – 5 23 68

> 5 2 6

Total 34 100

Rata-rata Jumlah Tanggungan Keluarga

(orang) 3

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Berdasarkan Tabel 4.2, sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan keluarga 3 sampai 5 orang yaitu 23 orang (68%). Responden dengan jumlah anggota keluarga kurang dari 3 sebanyak 9 orang (26%), sedangkan responden dengan jumlah tanggungan keluarga lebih dari 5 orang yaitu hanya 2 orang (6%). Jumlah tanggungan keluarga yang ikut berpartisipasi berpengaruh terhadap kategori adopter, hal ini dikarenakan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan usahatani bergantung pada kepala keluarga (Sari, dkk. 2009).

4.3.3. Pendidikan

(4)

22 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah Sampel

Berdasarkan Tabel 4.3, responden dengan tingkat pendidikan SD paling mendominasi yaitu sebanyak 17 orang (50%). Responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 9 orang (26%), SMA yaitu 6 orang (18%) dan pada jenjang universitas 1 orang (3%), sedangkan responden yang tidak menempuh pendidikan formal yaitu 1 orang (3%). Fenomena pendidikan petani padi sebagian besar rendah sejalan dengan penelitian Wahyuniarti (2011) menyatakan bahwa responden dengan lama pendidikan 6 tahun mendominasi dari seluruh responden. Susanti, dkk (2008), juga menyatakan bahwa responden sebagian responden hanya menempuh pendidikan sampai jenjang SD karena kondisi pendidikan saat petani berusia sekolah belum semudah saat ini.

4.3.4. Luas Lahan Usahatani

Luas lahan merupakan luas penguasaan lahan usahatani baik milik sendiri atau kontrak lahan.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan Usahatani

Luas Lahan (ha) Jumlah Sampel

Orang %

Sempit (< 0,5) 23 68

Sedang (0,5 – 2) 11 32

Luas (> 2) 0 0

Total 34 100

Rata-rata Luas Lahan (ha) 0,4343

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

(5)

23 lahan usahatani kriteria sedang sebanyak 11 orang (32%), sedangkan responden dengan luas lahan usahatani dengan kriteria luas yaitu tidak ada. Lahan yang dimaksud meliputi lahan sewa maupun kepemilikan sendiri yang ditanami tanaman padi pada musim tanam 3 tahun 2015. Fardiaz (2008) dalam dari 35 responden luas lahan usahatani padi yang dimiliki tiap responden merupakan lahan sempit (<0,5 ha).

4.3.5. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan selisih pendapatan kotor dengan pengeluaran total usahatani dari responden.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Usahatani Pendapatan Usahatani (Rupiah/Hektar/Musim

Tanam)

Jumlah Sampel

Orang %

0 – 10.000.000 1 3

>10.000.000 – 20.000.000 18 53

>20.000.000 – 30.000.000 12 35

>30.000.000 3 9

Total 34 100

Rata-rata Pendapatan 19.818.033

Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam kelompok

tani Makmur II berpendapatan usahatani lebih besar dari Rp 10.000000,000-Rp 20.000.000,00 yaitu sebanyak 18 responden (53%). Menurut Wahyuniarti (2011) sebagian petani padi berpendapatan di bawah Rp 10.000.000,00 yang dipengaruhi oleh luasan lahan yang digunakan untuk usahatani dan tingkat keberhasilan petani dalam menjalankan usahatani mereka.

4.3.6. Lama Berusahatani

(6)

24 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Berusahatani

Lama Berusahatani (tahun) Jumlah Sampel

Orang %

Rata-rata Lama Berusahatani (tahun) 24 Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Tabel 4.6, menunjukkan bahwa responden dengan lama usahatani 4-16 tahun lebih mendominasi yaitu sebanyak 13 orang (38%). Petani dengan lama usahatani 17-29 tahun sebanyak 10 orang (29%), 30-42 tahun sebanyak 5 orang (15%), sedangkan 43-55 tahun sebanyak 6 orang (18%). Lama berusahatani berhubungan dengan pengalaman petani terhadap permasalahan maupun pengelolaan sistem pertaniannya sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak terjadi kesalahan yang sama dalam usahataninya (Hasyim, 2006).

4.3.7. Kosmopolitan

Kosmopolitan merupakan tingkat hubungan dengan “dunia luar” diluar

sistem sosialnya sendiri.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kosmopolitan

Kosmopolitan Jumlah Sampel

Berdasarkan Tabel 4.7, tingkat kosmopolitan responden dibagi menjadi rendah, sedang dan tinggi. Kosmopolitan berhubungan dengan tingkat informasi yang didapatkan oleh responden dari luar sistem sosialnya atau kelompok tani di kelurahan tersebut. Sebagian besar responden, memiliki keingintahuan yang

(7)

25 keingintahuan dan usaha mencari informasi di luar sistem sosialnya juga rendah. Sebaliknya dengan tingkat kosmopolitan yang tinggi disebabkan karena responden mempunyai keingintahuan yang tinggi untuk mencari informasi tentang budidaya padi secara organik di luar sistem sosialnya. Berdasarkan wawancara petani mencari informasi di luar sistem sosialnya melalui kunjungan ke sentra produksi padi organik, mengikuti seminar, bertanya langsung kepada penyuluh pertanian maupun melakukan studi banding dengan kelompok tani di luar daerah.

4.4. Potensi Karakter Keinovatifan Petani Menurut Kategori Rogers

Pengkategorian petani adopter didasarkan pada kategori Rogers dimana pada kategori Rogers terdapat 5 kategori adopter yaitu innovator, early adopter, early majority, late majority dan laggard. Penentuan setiap kategori adopter ditentukan dengan pengambilan nilai tertinggi dari setiap item pertanyaan keinovatifan petani. Persentase kategori petani berdasarkan karakteristik menurut kategori Rogers dapat dilihat pada gambar 4.2 :

Gambar 4.2 Grafik Potensi Karakter Keinovatifan Kelompok Tani Makmur II (Sumber: Analisis Data Primer, 2016)

Kategori petani kelompok tani Makmur II Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga digolongkan berdasarkan kategori adopter menurut teori Rogers. Namun, terdapat 2 orang petani yang tidak memenuhi karakteristik adopter yang kemudian digolongkan menjadi kategori non adopter. Pengkategorian petani adopter maupun non adopter berdasarkan item pertanyaan

(8)

26 yang disusun berdasarkan karakteristik tiap-tiap kategori petani. Skor tertinggi yang diperoleh pada setiap pertanyaan kategori petani berarti menunjukkan kategori petani adopter berdasarkan kategori Rogers.

Berdasarkan karakteristiknya, deskripsi karakteristik petani pada setiap kategori dapat dilihat pada Tabel 4.8 :

Tabel 4.8. Kategori Petani Berdasarkan Karakteristik Petani Innovator Early

(9)

27 Responden yang tergolong sebagai innovator adalah Bapak Ashadi dan Bapak Sofyani, dimana Bapak Ashadi merupakan ketua Kelompok Tani Makmur II sedangkan Bapak Sofyani adalah salah satu anggota kelompok yang lahannya tergabung dalam demplot program budidaya padi organik. Bapak Ashadi dan Bapak Sofyani dikatakan sebagai innovator karena sesuai dengan karakteristik seorang innovator, selain itu mereka mampu melakukan budidaya padi secara organik sebelum anggota kelompok lain melakukannya. Berdasarkan karakteristik innovator bapak Ashadi dan Sofyani merupakan petani yang berani menanggung

risiko dalam menghadapi kegagalan dari percobaannya serta mampu mengatasi masalah pertanian. Selain itu golongan innovator lebih berani mengambil risiko, mampu mengatur, mampu mengaplikasikan suatu inovasi serta mampu mengatasi ketidakpastian informasi.

Petani dengan kategori early adopter pada kelompok tani Makmur II berjumlah 8 orang (24%). Responden yang tergolong sebagai early adopter diantaranya Bapak Muzani dan Bapak Dzikroni yang merupakan pengurus dari Kelompok Tani Makmur II. Selain itu Bapak Najmudin dan Bapak Abdul Mutholib merupakan anggota kelompok yang lahannya digunakan sebagai dempot program pertanian padi organik. Bapak Fauzan sebagai anggota kelompok dengan jenjang pendidikan tertinggi yang ditempuh tergolong dalam early adopter.

(10)

28 Tabel 4.8 menunjukkan bahwa kategori early majority berjumlah 9 orang (26%). Sebagian besar responden yang tergolong dalam early majority yaitu berpendidikan SMP. Responden yang tergolong dalam early majority sebagian sudah ada yang menerapkan budidaya padi secara organik, namun terdapat juga responden yang masih ragu-ragu. Responden yang masih ragu-ragu pada dasarnya ingin melihat hasil yang nyata dari budidaya padi secara organik, mereka akan melakukan budidaya padi secara organik apabila hasil dari budidaya padi organik lebih baik dari budidaya padi secara konvensional. Golongan early majority merupakan golongan yang lebih lambat mengadopsi suatu inovasi daripada golongan innovator dan early adopter akan tetapi lebih mudah terpengaruh dan mengikuti suatu inovasi yang diberikan. Namun golongan ini masih memiliki sifat hati-hati akan kegagalan dan akan mengadopsi inovasi jika sudah terdapat bukti yang nyata. Karakteristik katogori early majority antara lain sering berinteraksi dengan orang-orang sekitar, jarang mendapatkan posisi sebagai opinion leader, sepertiganya adalah bagian dari sistem (kategori atau tipe terbesar dalam sistem) dan berhati-hati sebelum mengadopsi inovasi baru. Rogers (1983) mengemukakan bahwa kategori early majority merupakan kategori penganut cepat.

Berdasarkan Tabel 4.8, kategori petani yang paling dominan adalah late majority sebanyak 11 orang (32%). Responden golongan late majority merupakan

responden dengan jumlah terbanyak. Dari seluruh responden, sebagian responden merupakan golongan late majority dengan pendidikan SD. Dari data yang demikian, pendidikan akan mempengaruhi pola pikir yang akan mempengaruhi persepsi petani terhadap suatu inovasi. Late majority yaitu golongan petani yang kurang mampu, lahan pertanian yang dimiliki sangat sempit, rata-rata dibawah 0,5 hektar, yang menyebabkan golongan late majority berbuat lebih waspada dan hati-hati terhadap adanya inovasi karena takut mengalami kegagalan. Golongan late majority akan mengadopsi inovasi apabila kebanyakan petani sekitar sudah

(11)

29 petani Makmur II yang digolongkan dalam late majority sesuai dengan kategori yang disebutkan oleh Rogers yaitu berjumlah sepertiga dari suatu sistem sosial, mendapatkan tekanan dari orang-orang sekitarnya, terkelurahank ekonomi, skeptis dan sangat berhati-hati.

Golongan laggard pada Tabel 4.8 diketahui berjumlah 2 orang (6%). Responden yang tergolong laggard adalah Bapak Bilal Nurdin dan Bapak Asrori. Berdasarkan hasil wawancara, responden tersebut mengatakan lebih nyaman bertani secara konvensional meskipun tidak menutup kemungkinan akan melakukan budidaya secara organik karena pengetahuan terhadap potensi dari budidaya padi secara organik. Namun demikian, untuk saat ini responden tersebut belum berkeinginan melakukan budidaya padi secara organik karena input produksi serta perawatan membutuhkan tenaga yang lebih banyak daripada budidaya padi secara konvensional. Petani yang tergolong laggard merupakan petani usia lanjut, fanatik terhadap tradisi dan sulit diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah pola pikir, cara kerja dan hidupnnya. Laggard bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru. Sulitnya golongan laggard dalam mengadopsi suatu inovasi dikarenakan mereka tidak mudah terpengaruh oleh adanya opinion leader, lebih berorientasi pada masa lalu dan berprasangka buruk terhadap inovasi. Namun demikian, laggard akan mengadopsi inovasi dalam

waktu yang cukup lama dibandingkan kelompok adopter yang lainnya.

(12)

30 menerima informasi dan mengadopsi pertanian padi secara organik. Mereka lebih nyaman bertani secara konvensional karena sudah lama melakukannnya dan juga karena cara bertani dari orangtuanya dulu. Selain itu, faktor pendidikan yang menjadi faktor yang berpengaruh terhadap cara pandang seseorang terhadap suatu inovasi. Ibu Rukanah sendiri merupakan salah satu responden yang tidak bersekolah sehingga dalam penerimaan informasi mengenai pertanian padi organik beliau kurang mampu memahami dan menerima.

4.5. Analisis Hubungan Antara Karakteristik Responden dengan Potensi Karakter Keinovatifan Petani

Analisis hubungan antara faktor karakteristik responden yang terdiri dari umur, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, luas lahan usahatani, pendapatan usahatani, lama berusahatani dan kosmopolitan dengan potensi karakter keinovatifan petani menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan program SPSS 16,0 for Windows. Hasil analisis hubungan antara karakteristik responden yang terdiri dari umur, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, luas lahan usahatani, pendapatan usahatani, lama berusahatani dan kosmopolitan dengan potensi karakter keinovatifan petani di Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga dapat dilihat pada Tabel 4.9 :

Tabel 4.9. Hubungan Karakteristik Petani (X) dengan Potensi Karakter Keinovatifan Petani (Y)

2 Jumlah Tanggungan Keluarga (X2) 0,105 0,556 0,05 Tidak signifikan

3 Pendidikan (X3) 0,358 5 Pendapatan Berusahatani (X5) 0,400

*

(13)

31 1. Hubungan Antara Umur (X1) dengan Potensi Karakter Keinovatifan

Petani (Y)

Berdasarkan hasil olah data dengan aplikasi SPSS 16.0 menunjukkan bahwa variabel tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel umur dengan potensi karakter keinovatifan petani. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.9 dimana pada taraf kepercayaan 95% nilai p > 0,05 (0,472 > 0,05), sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Pada nilai koefisiensi korelasi rs = -0,128 yang menunjukkan korelasi antara kedua variabel sangat rendah dengan arah yang negatif.

Mengacu Tabel 4.8, umur petani produktif dan tidak produktif merata, sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara setiap kategori yang menunjukkan semakin muda umur petani maka potensi karakter keinovatifan petani semakin tinggi. Pernyataan ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Sari, dkk. (2009) yang menyatakan bahwa umur mempengaruhi adopsi inovasi, yaitu adopter dengan umur yang lebih muda lebih inovatif dan lebih cepat dalam mengadopsi suatu inovasi. Penelitian ini sejalan dengan pernyataan Susanti, dkk. (2008), bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan pengambilan keputusan. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan petani dalam budidaya padi secara konvensional. Petani dengan usia lanjut akan berorientasi pada pengalaman bertani secara konvensional yang sudah dilakukan sebelumnya,

sehingga petani dengan usia lanjut lebih sulit dalam menerima suatu hal baru terutama budidaya padi secara organik. Wahyuniarti (2011) menyatakan faktor umur dapat mempengaruhi sesorang untuk mempersepsikan suatu hal yang sedang berlangsung. Petani yang berumur matang lebih mudah dalam menerima inovasi dan memahami mengenai manfaat bahan pangan organik.

2. Hubungan Antara Jumlah Tanggungan Keluarga (X2) dengan Potensi Karakter Keinovatifan Petani (Y)

Variabel jumlah tanggungan keluarga dengan potensi karakter keinovatifan petani memiliki nilai rs sebesar 0,105 yang menunjukkan bahwa kedua veriabel berkorelasi sangat lemah dengan arah yang positif. Tabel 4.9 menunjukkan pada

taraf kepercayaan 95% nilai p > α (0,556 > 0,05), sehingga H0 diterima.

(14)

32 semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin tinggi potensi karakter keinovatifan petani. Pernyataan tersebut bertolak belakang dengan penelitian Sari, dkk. (2013) yang menyatakan bahwa jumlah keluarga yang ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan usahatani bergantung pada kepala keluarga. Sedangkan Hasyim (2006) mengemukakan jumlah tanggungan keluarga berhubungan dengan hal pemenuhan kebutuhan yang mengacu pada tingkat pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah petani yang masih tergolong dalam kelompok early majority dimana mereka masih sangat berhati-hati dalam mengadopsi budidaya padi secara organik. Sikap hati-hati yang ditunjukkan oleh petani menunjukkan bahwa petani masih ragu-ragu terhadap hasil budidaya padi secara organik dan takut jika usahataninya mengalami kerugian. Lalla, dkk. (2012) mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi karena tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga dari luar anggota keluarganya. Pada budidaya padi secara organik sendiri kebutuhan tenaga kerja lebih banyak karena dalam budidayanya proses perawatan dan pemupukan lebih sering dilakukan dibandingkan dengan budidaya padi secara konvensional.

3. Hubungan Antara Pendidikan (X3) dengan Potensi Karakter Keinovatifan Petani (Y)

Tabel 4.9 menunjukkan nilai rs sebesar 0,358 yang berarti variabel pendidikan dengan potensi karakter keinovatifan petani mempunyai korelasi rendah dengan arah yang positif yang berarti terdapat hubungan searah antara kedua variabel dimana semakin tinggi pendidikan maka peluang petani menjadi innovator semakin tinggi, demikian juga sebaliknya. Pada taraf kepercayaan 95%

nilai p < α (0,037 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel

pendidikan dengan potensi kategori keinovatifan petani mempunyai hubungan yang signifikan.

(15)

33 usahataninya. Tingkat pendidikan yang dimiliki petani dapat mempengaruhi suatu inovasi akan diadopsi oleh petani. Petani dengan tingkat pendidikan yang tinggi menunjukkan pola pikir yang terbuka serta dapat menerima informasi dan hal-hal baru dari luar sistem sosialnya. Sehingga petani dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung ingin mengetahui suatu hal baru tersebut.

Menurut Wahyuniarti (2011), pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi petani dalam berfikir sehingga petani akan mempunyai kemampuan menganalisa situasi, pencarian informasi, referensi dan pertimbangan dalam pertanian organik. Selain itu petani juga dapat membandingkan antara pertanian organik dengan konvensional dalam manfaat positif bagi kehidupan. Soekartawi (2005) menyatakan bahwa petani dengan pendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi, sebaliknya petani dengan pendidikan rendah akan sulit untuk melaksanakan adopsi.

4. Hubungan Antara Luas Lahan Usahatani (X4) dengan Potensi Karakter Keinovatifan Petani (Y)

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa pada taraf kepercayaan 99%, nilai p

< α ( 0,007 < 0,01), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara luas lahan usahatani dengan potensi karakter

keinovatifan petani dengan arah yang positif dengan nilai rs sebesar 0,451 yang dapat dikatakan kedua variabel mempunyai korelasi sedang. Nilai rs yang positif menunjukkan hubungan searah antara kedua variabel, dimana semakin luas suatu lahan usahatani maka semakin tinggi pula peluang petani menjadi innovator.

(16)

34 petani dengan lahan yang luas berharap keuntungan yang besar sekalipun risiko kegagalan juga besar. Petani dengan lahan yang luas akan lebih serius dan aktif dalam mengusahakan usahataninya.

5. Hubungan Antara Pendapatan Usahatani (X5) dengan Potensi Karakter Keinovatifan Petani (Y)

Berdasarkan tabel 4.9, diketahui pada taraf kepercayaan 99% nilai p < α (0,019 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa antara variabel pendapatan usahatani dengan potensi karakter keinovatifan petani terdapat hubungan yang signifikan dengan arah yang positif dengan nilai rs = 0,400 yang menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki korelasi sedang. Nilai rs yang positif menunjukkan hubungan searah antara kedua variabel, dimana semakin tinggi pendapatan usahatani maka peluang petani menjadi innovator semakin tinggi, demikian juga sebaliknya.

Mengacu Tabel 4.8, semakin tingginya pendapatan usahatani maka akan semakin tinggi pula potensi karakter keinovatifan petani. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mardikanto (2009) bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan usahatani biasanya petani lebih inovatif dan lebih cepat mengadopsi inovasi. Menurut Yusnita (2010), pendapatan mempunyai hubungan yang signifikan

dengan tingkat adopsi inovasi, yang berarti semakin tinggi pendapatan petani maka tingkat adopsi petani semakin tinggi pula. Responden dengan yang memiliki tingkat pendapatan tinggi dapat melakukan tindakan untuk keberhasilan usahataninya meskipun dalam penyiapan bibit dan pupuk mendapat bantuan dari pemerintah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di lapangan, dimana responden dengan pendapatan yang tinggi lebih inovatif dan lebih cepat mengadopsi inovasi meskipun mendapat bantuan pupuk dan pestisida dari PT. Sidomuncul.

6. Hubungan Antara Lama Berusahatani (X6) dengan Potensi Karakter Keinovatifan Petani (Y)

(17)

35 berusahatani dengan kategori petani sangat rendah dengan arah yang negatif. Mengacu Tabel 4.8, potensi karakter keinovatifan petani tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara setiap kategori petani. Pernyataan tersebut bertolak belakang dengan pendapat Fardiaz (2008), yang menyatakan bahwa lama berusahatani berpengaruh terhadap pengalaman petani yang mengacu pada dampak pertanian konvensional sehingga petani akan cenderung tertarik pada pertanian organik. Selain itu, pengalaman bertani organik memberikan berbagai macam keuntungan diantaranya kemudahan dalam penerapan, hasil lebih sehat, kesuburan tanah tetap terjaga dan harga jual produk yang lebih tinggi dibandingkan produk non organik.

Berdasarkan penelitian di lapangan, responden masih merasakan nyaman dengan cara bertani secara konvensional. Hal ini dikarenakan pertanian secara konvensional sudah dilakukan sejak lama sehingga kemauan untuk beralih ke pertanian organik masih sulit. Program budidaya padi organik yang baru berjalan selama 2 musim tanam juga belum dapat memberikan bukti yang signifikan kepada petani untuk segera beralih ke budidaya padi secara organik.

7. Hubungan Antara Kosmopolitan (X7) dengan Potensi Karakter Keinovatifan Petani (Y)

Berdasarkan Tabel 4.9, pada taraf kepercayaan 99% nilai p < 0,01 (0,000 < 0,01) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka antara variabel kosmopolitan dengan potensi karakter keinovatifan petani terdapat hubungan yang signifikan dengan arah yang positif dengan nilai rs = 0,752 yang menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki korelasi yang kuat. Nilai rs yang positif menunjukkan hubungan searah antara kedua variabel, dimana semakin tinggi kosmopolitan maka semakin tinggi pula peluang petani menjadi innovator.

(18)

Gambar

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kelurahan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggunan Keluarga
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kesalahan penggunaan huruf kapital yang ditemukan dalam karangan narasi siswa kelas X SMA Swasta Taman Siswa Binjai memiliki jumlah kesalahan sebanyak 570

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Ka bu paten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor

Once data is retrieved using the DataAdapter, no information about the connection, database, tables, columns, or any other details about the source of the data is available in

1. Gambaran Pengembanga karir di Kementerian Agama Kabupaten Gowa yaitu diperoleh rata-rata pengembangan karir sebesar 47,76, standar deviasi 5,3496, Sebanyak 14 responden

Pengaruh Penambahan Wortel ( Daucus carota L. ) dan Lama Penyimpanan pada Rendang Runtiah Ayam Petelur Probiotik terhadap Kadar Kolesterol, Kadar Lemak dan Nilai

Dalam Kurikulum KTSP SMA Negeri 1 Blora, mata pelajaran Ekonomi (Akuntansi) ditetapkan Kriteria Ketuntasan belajar Minimal (KKM) 75 artinya apabila siswa memperoleh

Caranya adalah dengan menggabungkan semua data suara latih dari masing-masing chord yang berada pada cluster yang sama kemudian nilai masing-masing koefisien dari setiap frame

Dari seluruh pasien yang menjalani operasi 26 orang pasien diantaranya meninggal (12,6%) dengan angka keberhasilan sebesar 86,4 % atau sebanyak 165orang pasien